• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecenderungan makan keong macan, Babylonia spirata L. terhadap umpan alami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kecenderungan makan keong macan, Babylonia spirata L. terhadap umpan alami"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

KECENDERUNGAN MAKAN KEONG MACAN

(Babylonia spirata L.) TERHADAP UMPAN-UMPAN ALAMI

VERONIARTA AGUNG APRITIA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

KECENDERUNGAN MAKAN KEONG MACAN (Babylonia spirata L.)

TERHADAP UMPAN-UMPAN ALAMI

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2006

(3)

ABSTRAK

VERONIARTA AGUNG APRITIA, Kecenderungan Makan Keong Macan

(Babylonia spirata L.) Terhadap Umpan-umpan Alami (Studi Laboratorium),

Dibimbing oleh WAZIR MAWARDI

Keong Macan (Babylonia spirata L.) merupakan salah satu anggota Gastropoda

yang bernilai ekonomis tinggi. Jaring jodang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menangkap keong macan, karena pembuatan dan pengoperasian alatnya mudah. Dalam pengoperasian jaring jodang digunakan umpan alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan makan keong macan terhadap umpan alami tertentu serta mengetahui respon dan tingkah laku keong macan dalam mendekati jaring jodang. Umpan alami yang biasa digunakan adalah ikan asin, ikan rucah, daging kerang hijau dan kulit kambing.

Percobaan pertama, lima buah jaring jodang dioperasikan bersama-sama dalam bak percobaan selama 12 jam. Data yang dihasilkan berupa jumlah keong macan yang tertangkap pada setiap jaring jodang. Dilakukan sebanyak 10 kali ulangan.

Percobaan kedua, setiap jenis umpan ditimbang seberat 30 gram dan dipasang pada jaring jodang. Dicatat waktu nya, mulai dari jaring jodang diletakkan hingga salah satu keong macan menggerakkan siphon dan keluar dari pasir. Data yang didapat berupa kecepatan respon keong macan. Setelah 2 jam dihitung berat umpan yang sisa. Percobaan ini direkam dengan video, untuk mendapatkan pola pergerakan. Dilakukan masing-masing umpan sebanyak 10 kali ulangan.

Daging kerang hijau adalah umpan yang paling disukai oleh keong macan, kemudian ikan rucah, ikan asin dan yang terakhir kulit kambing. Hasil penelitian pola tingkah laku didapatkan persentase rata-rata keong macan yang melakukan tingkah laku C (langsung makan) paling besar pada umpan daging kerang hijau, sebesar 34,33 %. Berat umpan yang paling banyak dimakan oleh keong macan adalah umpan daging kerang hijau dengan berat rata-rata umpan yang dimakan oleh tiap ekor keong macan sebesar 1,24 gram. Bau umpan yang paling cepat direspon oleh keong macan adalah bau daging kerang hijau dengan kecepatan respon rata-rata 50,771 detik per ulangan. Sedangkan, jumlah keong macan yang tertangkap paling banyak adalah pada jaring jodang berumpan ikan rucah sebanyak 38 ekor.

(4)

Judul Skripsi : Kecenderungan Makan Keong Macan (Babylonia spirata L.) Terhadap Umpan-umpan Alami.

Nama Mahasiswa : Veroniarta Agung Apritia

NRP : C54102047

Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui :

Komisi Pembimbing

Ir. Wazir Mawardi, M.Si NIP. 131 953 482

Diketahui,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP. 130 805 031

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 3 April 1985 di Jakarta dari orang tua bernama Kadiran Simbolon dan Tiambun Simanjuntak. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 1996, penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri 07 Jakarta. Pada tahun 1999 penulis lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 203 Jakarta dan melanjutkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 88 Jakarta. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten pada mata kuliah Ikhtiologi (2005/2006). Adapun organisasi yang diikuti penulis adalah Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (2003/2004) sebagai Staff Kesekretariatan dan sebagai Bendahara I (2004/2005). Selain itu, KOPEL (Kelompok Pelaut), sebagai Staff Human Resources Development (2004/2005).

Untuk menyelesaikan studi penulis menulis skripsi berjudul “Kecenderungan Makan Keong Macan (Babylonia spirata) Terhadap Umpan-umpan

(6)

DAFTAR ISI

2.1.1 Klasifikasi dan identifikasi... 3

(7)

3.5 Metode Analisis Data... 19

4 HASIL PENELITIAN... 23

4.1 Jumlah Keong Macan Yang Tertangkap ... 4.2 Kecepatan Respon Keong Macan Terhadap Umpan... 24

4.3 Tingkat Konsumsi Keong Macan Terhadap Umpan... 25

4.4Tingkah Laku Makan Keong Macan... 28

5 PEMBAHASAN ... 34

5.1 Pengaruh Beda Jenis Umpan Terhadap Jumlah Keong Macan Yang Tertangkap ... 34

5.2 Pengaruh Beda Jenis Umpan Terhadap Kecepatan Respon Keong Macan ... 36

5.3 Pengaruh Beda Jenis Umpan Terhadap Berat Umpan Yang Dimakan Oleh Keong Macan... 38

5.4 Tingkah Laku Makan Keong Macan... 40

6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

6.1 Kesimpulan... 43

6.2 Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA... 44

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kandungan proksimat dari beberapa ikan rucah... 7

2. Kandungan proksimat dari ikan asin... 7

3. Komposisi kimia kulit kambing ... 8

4. Analisis proksimat daging kerang hijau... 9

5. Struktur data ... 21

6. Tabel Sidik Ragam (TSR)... 21

7. Total keong macan yang tertangkap... 23

8. Rata-rata kecepatan respon keong macan terhadap masing-masing umpan... 25

9. Rata-rata berat umpan yang dimakan oleh tiap ekor keong macan... 26

10.Persentase rata-rata tingkah laku keong macan... 29

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Morfologi keong macan... 5

2. Desain dan metode operasi jaring jodang ... 9

3. Operasi pengumpulan sampel keong macan... 11

4. Jenis umpan yang digunakan pada penelitian... 14

5. Aquarium yang digunakan pada penelitian pada penelitian... 14

6. Bak percobaan yang digunakan pada penelitian... 15

7. Jaring jodang ... 15

8. Posisi jaring jodang dalam bak percobaan... 19

9. Diagram jumlah keong macan yang tertangkap ... 23

10. Diagram kecepatan respon keong macan... 24

11. Rata-rata kecepatan respon keong macan terhadap masing-masing umpan... 25

12. Berat masing-masing umpan yang dimakan oleh keong macan... 26

13. Rata-rata berat umpan yang dimakan oleh tiap ekor keong macan... 27

14. Selang kelas keong macan yang memakan umpan ... 27

15. Diagram persentase rata-rata tingkah laku keong macan ... 29

16. Contoh pola pergerakkan A... 31

17. Contoh pola pergerakkan B... 32

18. Contoh pola pergerakkan C... 33

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Jumlah individu yang tertangkap ... 47

2. Kecepatan respon keong macan... 48

3. Berat umpan yang dimakan oleh keong macan... 49

4. Jumlah keong macan pada masing-masing bentuk respon terhadap umpan ikan asin... 50

5. Persentase respon keong macan terhadap umpan ikan asin ... 51

6. Jumlah keong macan pada masing-masing bentuk respon terhadap umpan ikan rucah... 52

7. Persentase respon keong macan terhadap umpan ikan rucah... 53

8. Jumlah keong macan pada masing-masing bentuk respon terhadap umpan daging kerang hijau... 54

9. Persentase respon keong macan terhadap umpan daging kerang hijau 55 10. Jumlah keong macan pada masing-masing bentuk respon terhadap umpan kulit kambing... 56

11. Persentase respon keong macan terhadap umpan kulit kambing ... 57

12. Contoh perhitungan persentase respon keong macan ... 58

13. Tabel anova ... 59

14. Uji BNJ... 60

15. Contoh perhitungan uji BNJ... 61

16. Berat umpan yang dimakan tiap keong macan... 62

17. Ukuran keong macan yang digunakan dalam penelitian... 64

18. Kegiatan hauling jaring jodang ... 65

(11)

KATA PENGANTAR

Skripsi mengenai tingkah laku makan keong macan terhadap umpan-umpan alami merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2005 bertempat di CV. Mutiara Dua Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang umpan terbaik pada operasi penangkapan keong macan, bila dilihat dari sudut tingkah laku makan keong macan, berat umpan yang dimakan, kecepatan respon dan jumlah keong macan yang tertangkap.

Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

(1) Ir. Wazir Mawardi, M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

(2) Kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis atas dukungan moriil dan materiil (3) CV. Mutiara Dua yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama

penelitian.

(4) Semua pihak yang terlibat dalam penelitian, penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor. Maret 2006

(12)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keong macan (Babylonia spirata) merupakan salah satu spesies anggota

Gastropoda yang bernilai ekonomis penting. Harga keong macan yang ditawarkan pun cukup tinggi berkisar antara Rp. 25.000,- sampai dengan Rp. 35.000,- per kg untuk hasil tangkapan dalam keadaan segar dan bermutu ekspor. Hal ini diakibatkan karena keong macan mengandung protein yang cukup tinggi, rasanya enak dan kandungan lendirnya sedikit. Keong macan sangat mudah diolah menjadi bahan makanan. Selain dagingnya, cangkang keong macan bisa digunakan sebagai bahan baku industri rumah tangga untuk perhiasan, dan operculum nya bisa digunakan sebagai obat-obatan dan parfum oleh negara-negara asing (Shanmugaraj, et al, 1994).

Jaring jodang merupakan salah satu alat tangkap yang biasa digunakan oleh para nelayan untuk menangkap keong macan. Beberapa keuntungan dari penangkapan keong macan dengan menggunakan jaring jodang adalah pembuatan dan pengoperasian alatnya mudah, bisa dioperasikan di tempat-tempat dimana alat tangkap lain tidak bisa dioperasikan, dan hasil tangkapannya pun masih dalam keadaan hidup dan segar (Monintja dan martasuganda, 1990).

Jaring jodang merupakan salah satu alat tangkap dari kelompok perangkap (trap), yang dalam pengoperasiannya menggunakan umpan agar ikan atau hewan

tertarik masuk ke dalam alat tangkap tersebut. Umpan itu sendiri terdiri dari dua jenis yaitu umpan alami dan umpan buatan. Nelayan pengguna jaring jodang umumnya masih menggunakan umpan-umpan alami, dimana umpan-umpan tersebut mudah didapat dan harganya pun terjangkau oleh para nelayan tersebut. Faktor-faktor dari umpan yang mempengaruhi keberhasilan pena ngkapan adalah jenis umpan, sifat umpan maupun cara pemasangannya (Sadhori, 1985).

Beberapa penelitian tentang seleksi umpan untuk keong macan, dengan metode

experimental fishing telah dilakukan. Rizqi, (2003) menggunakan tiga jenis perlakuan

(13)

perendaman terhadap hasil tangkapan keong macan di Palabuhanratu juga telah dilakukan oleh Zein, (2003). Jenis umpan yang dibandingkan adalah ikan rucah dan kulit kambing. Hasil yang diperoleh adalah ikan rucah menghasilkan tangkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan kulit kambing.

Sejauh ini belum pernah ada penelitian mengenai kesukaan keong macan terhadap jenis umpan yang dilakukan di laboratorium, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkah laku keong macan terhadap umpan-umpan alami. Hal itulah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

(1) menentukan umpan yang lebih disukai oleh keong macan

(2) mendeskripsikan tingkah laku keong macan saat mendekati umpan-umpan alami dengan menggunakan jaring jodang

1.3 Manfaat

(1) bermanfaat bagi nelayan guna meningkatkan efisiensi dalam penggunaan umpan pada operasi penangkapan keong macan dengan menggunakan jaring jodang.

(14)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Keong Macan

2.1.1 Klasifikasi dan identifikasi

Klasifikasi dan identifikasi keong macan (Babylonia spirata) menurut Abbot &

Boss (1989) adalah sebagai berikut : Filum : Molusca

Kelas : Gastropoda

Sub Kelas : Prosobranchia Ordo : Neogastropoda Famili : Buccinidae Genus : Babylonia

Spesies : Babylonia spirata L.

Cangkang keong macan berbentuk spiral, spire agak berundak, apex tampak

jelas, suture lebar dengan saluran agak dalam, warna cangkang putih berbintik kuning

kecoklatan, memiliki umbilicus yang bertepi tebal, panjang keong macan berkisar

antara 3,5 – 5,3 cm.

2.1.2 Struktur cangkang

Secara umum struktur cangkang moluska terdiri dari lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam cangkang terbagi atas lapisan humus, prismatik, foliat, nacreous,

silinder bersilang dan lapisan kompleks (Watanabe, 1988). Lapisan luar merupakan lapisan organik tip is dan biasa disebut periostum. Ketebalan lapisan periostum

ditentukan oleh habitat organisme tersebut. Lapisan periostum tebal akan ditemukan

pada organisme air tawar, dan lapisan periostum tipis akan ditemukan pada

(15)

2.1.3 Biologi reproduksi

Sistem reproduksi gastropoda prosobranchia bervariasi. Tingkah laku

prosobranchia saat bereproduksi terbagi dalam beberapa tahap antara lain peneluran bersama, pengenalan seksual, tingkah laku kopulasi dan pemijahan. Selain tingkah laku, hal penting yang perlu diketahui adalah musim reproduksi. Musim reproduksi ini berhubungan dengan asal geografis dan strategi reproduksi kelompok orga nisme (Fretter, 1984 diacu dalam Zein, 2003).

Musim bertelur tidak tergantung pada kondisi lingkungan, tetapi lebih disebabkan oleh reaksi serentak antara induk keong dalam suatu populasi untuk bertelur.

2.1.4 Makan dan cara makan

Ruppert dan Barnes (1991) menyatakan bahwa prosobranchia adalah kelompok

hewan karnivora yang menggunakan radula sebagai alat bantu makan. Probosis

adalah bagian dari saluran pencernaan yang terdiri dari esophagus buccal cavity dan radula. Probosis, radula dan esophagus buccal cavity disatukan fungsi nya sebagai

mulut dari prosobranchia.

Terdapat beberapa modifikasi bentuk pada radula. Adapun modifikasi bentuk

itu berupa alat untuk memotong, memegang dan mencabik dan membawa mangsa. Pola adaptasi digunakan untuk mencapai dan menembus bagian tubuh mangsa yang mudah diserang. Cara pemangsaan sebagian besar ordo Neogastropoda yang merupakan siput karnivora, terbagi kedalam dua cara. Cara pertama yaitu pendeteksian protein khas yang dikeluarkan oleh mangsa dengan siphon yang

kemudian mangsa ditangkap dengan menjulurkan probosis, lalu dihancurkan dengan radula yang terdapat dalam probosis. Beberapa fungsi lain dari siphon adalah sebagai

sensor bau, gerakan, sentuhan dan sebagai pengisap air untuk mendapatkan oksigen (Yulianda, 2003).

Babylonia spirata adalah jenis prosobranchia, yang lebih menyukai daging

(16)

5 tinggi dibandingkan yang telah kering (Martanti, 2001). Beberapa organ yang digunakan oleh keong macan untuk mendapatkan makanan digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Morfologi Keong Macan. (Kozloff, 1990 )

2.1.5 Ekologi dan daerah penyebaran

Gastropoda sub kelas prosobranchia dilaut memiliki daerah penyebaran disekitar daerah pasang surut, daerah litoral sampai tebing paparan benua (Hyman, 1967). Keong macan tergolong kedalam organisme benthik, dimana organisme tersebut hidup di dasar laut atau dekat dasar perairan (Sabelli, 1979). Keong macan yang ditemukan di Teluk Pelabuhan Ratu hidup pada dasar perairan yang berpasir dengan kedalaman 15-20 m (Yulianda dan Danakusumah, 2000).

Distribusi spesies tergantung dari sejarah hidup, kemampuan untuk menyebar, adaptasi terhadap berbagai variabel lingkungan dan tipe pergerakan mereka (Purchon, 1968 diacu dalam Zein, 2003). Pola sebaran keong macan di Teluk Pelabuhan Ratu bersifat mengelompok. Hal ini diduga diakibatkan karena kondisi lingkungan, ketersediaan makanan dan tipe substrat (Martanti, 2001). Gangguan yang disebabkan karena arus dan predator akan menyebabkan ketidakmerataan penyebaran, kelimpahan serta komposisi infauna di daerah subtidal (Nybakken,1992).

(17)

penciutan ia dapat membuat kira-kira 10 langkah serempak sehingga ia dapat meluncur (Dharma, 1988).

2.2 Jenis Umpan

Menurut Subani dan Barus (1989) jaring jodang merupakan alat tangkap pasif, yang dalam pengoperasiannya memerlukan alat bantu berupa umpan untuk menarik masuk nya ikan atau hewan kedalam alat tangkap tersebut.

Ikan menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui beberapa inderanya, seperti melalui indera penglihat, pendengar, pencium, peraba, linea lateralis, dan sebagainya (Gunarso, 1985). Ikan bergerak masuk kedalam alat tangkap karena terangsang oleh bau yang ditimbulkan oleh umpan. Dilihat dari segi teknik ada 2 macam daya tarik yang menyebabkan ikan terperangkap yaitu melalui daya penglihatan dan daya penciuman, tergantung dari spesies ikan dan kondisi perairan (Rahardjo,1988 diacu dalam Nurliani, 1993).

Berdasarkan kondisinya, umpan dapat dibedakan sebagai umpan hidup dan umpan mati. Berdasarkan asalnya dibedakan sebagai umpan alam dan umpan buatan. Menurut penggunaannya dibedakan kedalam umpan yang dipasang pada alat dan yang tidak dipasang pada alat (Leksono, 1983). Menurut Djatikusumo, (1975) diacu dalam Urbinas, (2000) umpan yang baik untuk penangkapan long line dapat

memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Tahan lama artinya umpan tersebut tidak mudah busuk; 2. Mempunyai ukuran yang memadai;

3. Harganya terjangkau;

4. Mempunyai bau yang spesifik ; 5. Memiliki warna yang mudah dilihat ;

(18)

7

2.2.1 Ikan rucah

Ikan rucah adalah jenis-jenis ikan yang tergolong ke dalam hasil tangkapan sampingan yang bernilai ekonomis rendah dan dapat dijadikan sebagai umpan untuk digunakan dalam penangkapan keong macan. Misalnya ikan tembang, kepala ikan hiu, ikan cucut, ikan pepetek, dan ikan pari. Ikan rucah yang digunakan haruslah berupa potongan-potongan ikan yang masih segar dan tidak busuk dan masih mengandung protein, karena umpan yang disukai oleh keong macan adalah umpan yang mengandung protein. Komponen-komponen yang ada dalam ikan rucah adalah air, abu, protein, lemak, dan serat (Marlianawaty, 2001).

Dibawah ini adalah kandungan proksimat dari beberapa ikan rucah (Tabel

1).

Tabel 1 Kandungan proksimat dari beberapa ikan rucah

Kadar (%) Ikan

Rucah Air Abu Protein Lemak Serat Ikan pepetek 76.99 2.94 18.47 0.70 0.90 Ikan layang 76.99 1.44 20.23 0.35 0.95 Sumber : Marlianawaty, 2001

2.2.2 Ikan asin

Ikan asin pun bisa digunakan sebagai umpan untuk menangkap keong macan. Hal ini dikarenakan ikan asin memenuhi syarat umpan yang baik yaitu tidak mudah busuk, mempunyai ukuran yang memadai, harga terjangkau, dan mempunyai bau yang speifik (Djatikusumo, 1975 diacu dalam Urbinas, 2000).

Dibawah ini adalah kandungan proksimat dari ikan asin (Tabel 2).

Tabel 2 Kandungan proksimat dari ikan asin

(19)

2.2.3 Kulit kambing

Salah satu umpan alternatif yang bisa digunakan untuk menangkap keong macan adalah kulit kambing. Hal ini dikarenakan kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam kulit kambing tersebut. Zat-zat kimia yang terkandung dalam kulit kambing dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu bagian non protein yang terdiri atas lipid, karbohidrat, vitamin, mineral, dan enzim, dan bagian protein, dimana komposisinya dapat dilihat pada Tabel 3 (Wahyudi,1994).

Tabel 3 Komposisi kimia kulit kambing

Komponen Air Protein Mineral Lemak Kitin Komposisi

(%)

60.0-65.0 30.0-33.0 0.1-0.3 2.0-5.0 0.2-2.0

Sumber : Wahyudi, 1994

Bagian protein tersebut ada yang berbentuk protein (96 %) dan ada pula yang tak berbentuk protein (4%). Protein berbentuk (fibrous protein) terdiri atas kolagen,

elasten dan keratin.

Komponen protein dan lemak dalam kulit kambing yang menjadi dasar mengapa kulit kambing digunakan sebagai salah satu umpan untuk menangkap keong macan. Hal ini dikarenakan keong macan menyukai makanan yang mengandung protein (Ruppert dan Barnes, 1991).

Selain hal di atas, alasan lain mengapa kulit kambing digunakan sebagai umpan adalah karena kulit kambing mengeluarkan bau yang merangsang penciuman keong macan untuk mendekat dan memakan umpan tersebut (Zein,2003).

2.2.4 Daging kerang hijau

(20)

9 mengandung tulang sehingga dapat dicerna dengan baik dan sangat disukai oleh keong macan (Yulianda, 2003).

Tabel 4 Analisis proksimat daging kerang hijau

Kadar Jenis

Daging Air Abu Protein Lemak Serat Kasar Kerang

Hijau

81.82 2.68 12.35 0.64 2.51

Sumber : Yulianda, 2003

2.3 Jaring Jodang

2.3.1 Kontruksi jaring jodang

Rangka jaring jodang terbuat dari besi behel dengan diameter besi 4 mm dan badan jaring jodang terbuat dari waring dengan mesh size 4 mm. Alas jaring jodang berbentuk persegi dengan ukuran 30 x 30 cm, rangka bagian atas berbentuk persegi berukuran 10 x 10 cm, tinggi antara 8–10 cm dan diameter pintu masuk berukuran antara 6–8 cm (Martasuganda, 2003).

2.3.2 Metode operasi

(21)

Gambar 2 Desain dan metode operasi jaring jodang.

(22)

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2005 sampai dengan bulan Maret 2006, sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2005 di CV. Mutiara Dua yang berlokasi di Palabuhanratu, Sukabumi.

3.2 Pengumpulan Sampel Keong Macan

Daerah di Palabuhanratu yang biasa dijadikan para nelayan jaring jodang sebagai daerah penangkapan keong macan adalah di perairan Cipatuguran, Cipaganti, Ujung Jampang, dan Jampang Kulon. Daerah-daerah tersebut merupakan daerah-daerah berkarang dan berpasir, dengan warna pasir yang bervariasi tergantung dari posisinya.

Sampel keong macan yang digunakan didapat dari perairan Cipatuguran. Daerah tersebut dekat dengan pelabuhan, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya operasi yang mahal untuk mencapainya. Dasar perairan Cipatuguran adalah pasir berlumpur, merupakan habitat yang baik bagi keong macan.

Unit Penangkapan jaring jodang merupakan kesatuan teknis yang menentukan dalam keberhasilan penangkapan keong macan. Unit pena ngkapan jaring jodang terdiri dari perahu, alat tangkap dan nelayan.

Perahu yang digunakan untuk mengumpulkan sample keong macan adalah perahu kayu dengan tenaga penggerak mesin dalam, tapi tidak semua nelayan jaring jodang menggunakan perahu tersebut tergantung dari modal yang dimiliki. Perahu tersebut menggunakan kayu sebagai material utamanya.

Alat tangkap jaring jodang yang digunakan untuk mengambil sample berbentuk limas persegi terpancung. Dengan rangka kayu dan badan yang terbuat dari waring. Waring yang digunakan terbuat dari bahan Poliprophylene dengan mesh size 0.2

(23)

antara alas dan atas adalah 4 cm. Kerangka jaring jodang terbuat dari kayu. Pemberat berupa semen yang dipasang ditengah alas jaring jodang.

Untuk mengoperasikan jaring jodang dibutuhkan 1-2 orang nelayan. Nelayan pertama untuk mengoperasikan perahu dan nelayan yang lainnya melakukan hauling

dan setting jaring jodang.

Jaring jodang yang digunakan untuk mengumpulkan sampel dirangkai satu per satu dengan jarak 3 meter. Dalam satu set dipasang 100 unit jaring jodang dengan lama perendaman sekitar 12 jam yaitu dari sore hari hingga pagi hari keesokkannya.

Gambar ketika sample keong macan dikumpulkan ditunjukan pada gambar berikut ini (Gambar 3). Keong macan dimasukkan ke dalam trace atau keranjang

plastik. Keong macan dibawa ke pelabuhan dalam kondisi kering atau tidak direndam dalam air.

Keong macan disimpan di kolam pelabuhan agar keong macan merasa berada dalam habitatnya. Sebelumnya, diambil secara acak 45 ekor keong macan untuk percobaan dengan menggunakan bak percobaan, sisanya disimpan. Percobaan dengan menggunakan aquarium menggunakan keong macan yang telah disimpan dalam kolom pelabuhan.

(24)

13

3.3 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Aquarium berukuran 122 cm x 71,5 cm x 20 cm dengan tinggi air 9,5 cm dan tinggi pasir kira-kira 2,5 cm (Gambar 5).

(2) Bak percobaan berukuran 250 cm x 100 cm x 88 cm dengan tinggi air 30 cm dan tinggi pasir kira-kira 2,5 cm (Gambar 6).

(3) Jaring jodang sebanyak 5 unit (alas 30 cm x 30 cm, mulut 10 cm x 10 cm, tinggi 8 – 10 cm, mesh size 4 mm, bahan waring dengan rangka besi) (Gambar 7).

(4) Timbangan digital. Timbangan ini digunakan untuk menghitung berat umpan yang akan dipasang dan berat umpan sisa.

(5) Stopwatch digunakan untuk menghitung kecepatan respon keong macan terhadap umpan.

(6) Jangka sorong digunakan untuk menghitung panjang cangkang keong macan. (7) Video (handycam) digunakan untuk merekam pola makan keong macan.

Bahan yang digunakan adalah sebaga i berikut : (1) Keong macan sebanyak 75 ekor

(2) Umpan berupa :

(1) Ikan Asin. Jenis ikan asin yang digunakan pada percobaan ini adalah ikan tembang dan disajikan secara utuh dalam keadaan kering.

(2) Ikan Rucah. Jenis ikan rucah yang digunakan adalah ikan pepetek dan ikan pari dan disajikan secara utuh dalam keadaan segar.

(3) Daging Kerang Hijau dikeluarkan dari cangkang nya, disimpan dalam freezer dan diambil sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan.

(25)

Gambar-gambar umpan yang digunakan pada penelitian ditunjukkan pada Gambar 4.

Ikan Asin (a) Ikan Rucah (b)

Kerang Hijau (c)

Gambar 4 Jenis umpan yang digunakan pada penelitian.

71,5 cm

inlet

122 cm

20 cm

9,5 cm Gambar 5 Aquarium yang digunakan pada penelitian.

(26)

15

88 cm

250 cm

100 cm

30 cm

Gambar 6 Bak percobaan yang digunakan pada penelitian.

10 cm

# 4mm 8 cm

30 cm

Gambar 7 Jaring jodang yang digunakan pada penelitian.

3.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode experimental laboratory. Ada dua jenis

(27)

3.4.1 Persiapan

Persiapan yang dilakukan untuk percobaan dengan menggunakan bak percobaan adalah :

(1) bak percobaan dibersihkan

(2) bak percobaaan diisi pasir kira-kira setinggi 2,5 cm kemudian diratakan (3) pengisian air dengan menggunakan selang air

(4) pemasangan resirkulasi melalui filter sehingga air jernih, pasir mengendap dan juga berfungsi untuk menyaring lendir dari keong macan

(5) pemasangan air stone sebagai penyedia oksigen

(6) keong macan dimasukkan ke dalam bak percobaan dan diletakkan secara acak. Keong macan yang digunakan adalah keong macan yang diambil secara acak dari perairan dengan asumsi keong yang digunakan tidak sakit

(7) keong macan diaklimatisasi dan puasa selama 1 hari

Persiapan yang dilakukan untuk percobaan dengan menggunakan aquarium adalah :

(1) aquarium dibersihkan

(2) aquarium diisi pasir kira-kira setinggi 2,5 cm, kemudian pasir tersebut diratakan

(3) pengisian air dengan menggunakan selang air

(4) pemasangan resirkulasi melalui filter sehingga air jernih, pasir mengendap dan berfungsi untuk menyaring lendir dari keong macan

(5) pemasangan air stone sebagai penyedia oksigen

(6) keong macan dimasukkan ke dalam aquarium dan diletakkan secara acak. Keong macan yang digunakan adalah keong macan yang diambil secara acak dari penyimpanan kolam pelabuhan dengan asumsi keong yang digunakan tidak sakit.

(28)

17

3.4.2 Pengambilan data

Percobaan pada bak percobaan menghasilkan data jumlah individu keong macan yang tertangkap. Data tersebut didapat dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

(1) menyiapkan 5 unit jaring jodang

(2) 4 jenis umpan dipasangkan pada 4 unit jaring jodang dan sebuah jaring jodang merupakan jaring jodang kontrol. Jaring jodang kontrol adalah jaring jodang tanpa umpan. Fungsi kontrol tersebut adalah sebagai pembanding apakah hasil tangkapan antara jaring jodang yang berumpan dengan yang tidak berumpan berbeda.

(3) inlet dan outlet pada bak percobaan ditutup sehingga tidak terjadi arus yang akan mencampur bau umpan yang berbeda-beda.

(4) ke-5 jaring jodang yang telah dipasangi umpan, dimasukkan ke dalam bak percobaan. Posisi jaring jodang dalam bak percobaan berubah-ubah pada setiap ulangan, dengan titik posisi sama yaitu pada setiap sisi bak percobaan dan ditengah-tengah bak percobaan. Hal ini dilakukan agar keong macan tidak mengingat jalan menuju jaring jodang berumpan tertentu.

(5) jaring jodang dibiarkan selama 12 jam (6) setelah 12 jam, ke 5 jaring jodang diangkat

(7) dihitung jumlah keong macan yang tertangkap pada setiap jaring jodang (8) dilakukan sebanyak 10 kali ulangan

Percobaan dengan menggunakan aquarium mendapatkan data kecepatan respon, berat umpan yang dimakan dan pola pergerakkan keong macan terhadap umpan alami dengan menggunakan jaring jodang. Data-data tersebut didapatkan dengan berdasarkan pada langkah-langkah sebagai berikut :

(29)

lagi karena daging kerang hijau dan kulit kambing sudah disimpan berhari-hari dalam freezer.

(2) umpan yang telah ditimbang dipasang pada sebuah jaring jodang. (3) inlet dan outlet pada aquarium ditutup

(4) jaring jodang dimasukkan kedalam aquarium. Peletakan jaring jodang pada setiap ulangan adalah acak. Hal itu dimaksudkan agar dapat mengeliminir pengaruh jarak keong macan terhadap jaring jodang. Sehingga jarak tidak berpengaruh terhadap kecepatan respon dan berat umpan yang dimakan

(5) stopwatch dinyalakan ketika jaring jodang diletakkan dan dimatikan ketika seekor keong macan menunjukkan responnya. Ciri-ciri keong macan yang menunjukkan respon adalah menggoyangkan siphonnya kemudian keluar dari pasir dan berjalan menuju jaring jodang.

(6) jaring jodang dibiarkan selama 2 jam. Selama dua jam tersebut, diperhatikan pola gerak dari keong macan ketika menuju jaring jodang dengan menggunakan handycam

(7) setelah 2 jam, jaring jodang diangkat (8) dihitung berat umpan sisa

(9) dilakukan sebanyak 10 kali ulangan

(10) setelah 10 kali ulangan, umpan diganti dengan jenis umpan yang lain. Be rat umpan sama dengan sebelumnya yaitu 30 g

(11) penggantian air. Hal ini dilakukan agar bau umpan ya ng sebelumnya diteliti tidak mempengaruhi bau umpan yang akan diteliti

Waktu perendaman yang digunakan adalah 12 jam disesuaikan dengan kebiasaan nelayan Palabuhanratu yang mengoperasikan jaring jodang selama 12 jam. Kebiasaan nelayan Serang, Banten yang mengoperasikan bubu keong macan selama 2-4 jam menjadi alasan mengapa digunakan waktu percobaan 2 jam..

(30)

19 Data primer yang akan dikump ulkan dari percobaan laboratorium meliputi :

(1) Jumlah individu keong macan yang melukan pola pergerakan berbelok-belok saja (A), berbelok-belok kemudian makan (B), langsung makan (C), dan diam atau tidak merespon (D)

(2) Jumlah individu keong macan yang tertangkap (3) Jumlah berat umpan yang dimakan oleh keong macan (4) Kecepatan keong macan dalam merespon umpan.

Berikut adalah gambar dari peletakan jaring jodang dalam bak percobaan. Jaring jodang ditunjukkan dengan huruf A, B, C, D, dan E. Posisi dari jaring jodang selalu berpindah-pindah pada setiap ulangan dengan titik yang sama yaitu pada keempat sisi bak percobaan dan ditengah-tengah bak percobaan.

Gambar 8 Posisi jaring jodang dalam bak percobaan.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah Analisis Sidik Ragam dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan umpan yaitu ikan rucah, ikan asin, daging kerang hijau, kulit kambing dan kontrol dengan sepuluh kali ulangan untuk masing-masing perlakuan. Model linearnya adalah sebagai berikut :

Yij = µ + ôi + åij

Keterangan : A

E B

D

(31)

i = 1, 2, 3,… j = 1, 2, 3,…

Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j ;

µ = Nilai tengah populasi

ôi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i ;

åij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j ;

Asumsi yang dibutuhkan dalam analisis adalah : 1. Komponen µ, ôi, dan åij bersifat aditif ;

2. åij bersifat bebas satu sama lain ;

3. ô bersifat acak atau random ;

4. åij menyebar normal dan ragam kuadrat mendekati nol.

Hipotesis yang akan diuji melalui model analisis ini adalah :

H0 : ô1 = ô2 = … = ôi = 0 (yang berarti tidak ada pengaruh perlakuan jenis umpan

terhadap kecenderungan makan keong macan)

H1 : Minimal ada salah satu ôi 0 (artinya ada minimal satu perlakuan umpan yang

mempengaruhi kecenderungan makan keong macan)

Bila Fhitung > Ftabel maka tolak H0 yang artinya ada perbedaan kecenderungan makan

keong macan pada setiap perlakuan umpan, tetapi sebaliknya bila Fhit ung < Ftabel maka

gagal tolak H0, yang artinya tidak terdapat perbedaan kecenderungan makan keong

macan pada setiap perlakuan umpan.

(32)

21

Tabel 5 Struktur data

Perlakuan

Analisis ragam yang akan dilakukan disajikan dalam Tabel. 6

Tabel 6 Tabel Sidik Ragam (TSR)

SK Db JK KT Fhitung Ftabel Perlakuan i-1 JKP KTP KTP/KTS

Sisa i (j-1) JKS KTS Total ij - 1 JKT

Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam analisis ragam adalah :

Fk = (Y..)2 = ( Yij)2

Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka dilakukan uji lanjutan yaitu Uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Uji lanjutan ini digunakan untuk membandingkan masing-masing perlakuan yang digunakan dalam percobaan sehingga dapat diketahui perbedaan antar perlakuan umpan yang berbeda. Langkah-langkah Uji BNJ adalah : 1. Menghitung nilai BNJ

BNJ = W = (p, n2) Sy

Keterangan :

(33)

á = 5 %

p = jumlah perlakuan n2 = derajat bebas galat Sy = KTS/r

Dimana r adalah jumlah ulangan

2. Menghitung nilai selisih dari dua perlakuan yang akan dibandingkan 3. Mengurutkan nilai rata-rata dari yang terkecil sampai yang terbesar

4. Selang BNJ ini dapat juga digunakan untuk menghitung besar selang kepercayaan untuk perbedaan yang sebenarnya dari dua perlakuan. Dapat diduga dengan menghitung nilai [ 1 - 2} > W

Keterangan :

1= rata perlakuan pertama 2 = rata perlakuan kedua

(34)

4 HASIL PENELITIAN

4.1 Jumlah Keong Macan Yang Tertangkap

Jumlah keong macan yang tertangkap pada jaring jodang dibedakan berdasarkan empat perlakuan umpan yaitu ikan asin, ikan rucah, daging kerang hijau dan kulit kambing. Jumlah total keong macan yang tertangkap pada setiap jaring jodang ditunjukkan pada Tabel 7 dan jumlah keong macan yang tertangkap pada setiap ulangan disajikan pada Gambar 9.

0

Keong Yang Tertangkap (ekor)

Ikan Asin

Gambar 9 Jumlah keong macan yang tertangkap dengan jenis umpan

berbeda pada tiap ulangan.

Tabel 7 Total keong macan yang tertangkap

Jenis Umpan Jumlah (ekor)

Ikan Asin 21

Ikan Rucah 38 Daging Kerang Hijau 20 Kulit Kambing 5

(35)

Jaring jodang dengan menggunakan umpan ikan rucah menangkap keong macan dalam jumlah terbanyak yaitu 38 ekor, lalu diikuti dengan ikan asin 21 ekor, kemudian daging kerang hijau 20 ekor, lalu kulit kambing 5 ekor dan yang paling terakhir adalah kontrol 3 ekor.

4.2 Kecepatan Respon Keong Macan Terhadap Umpan

Kecepatan respon keong macan terhadap umpan adalah waktu yang dibutuhkan oleh keong macan untuk merespon bau yang ditimbulkan oleh suatu jenis umpan sejak umpan diletakkan. Keong macan dikatakan merespon bau jika dia menggerakkan

siphonnya saat mencium bau, sehingga menarik dia bergerak dan berjalan menuju

umpan. Kecepatan respon keong macan pada setiap ulangan ditunjukkan pada Gambar 10 dan total kecepatan respon keong macan dapat dilihat pada Tabel 8.

0

(36)

25

Gambar 11 Rata–rata kecepatan respon keong macan terhadap masing-masing umpan.

Tabel 8 Rata-rata kecepatan respon keong macan terhadap masing-masing umpan

Keong macan lebih cepat merespon umpan daging kerang hijau, karena waktu

yang dibutuhkan agar keong macan merespon umpan tersebut adalah yang paling kecil dibandingkan dengan umpan-umpan yang lainnya. Umpan daging kerang hijau hanya membutuhkan waktu 50,8 detik, ikan rucah 240,3 detik, kulit kambing 251,2 detik dan ikan asin 432,3 detik.

4.3 Tingkat Konsumsi Keong Macan Terhadap Jenis Umpan

Keong macan yang diteliti di laboratorium diberikan 4 jenis umpan yang berbeda dengan berat umpan yang sama. Jenis umpan yang diberikan adalah ikan asin, ikan rucah, daging kerang hijau dan kulit kambing, dengan berat masing-masing

(37)

30 gram pada setiap ulangan. Berat umpan yang dimakan keong macan pada setiap ulangan dapat dilihat pada Gambar 12 dan total berat umpan yang dimakan oleh keong macan ditunjukkan pada Tabel 9.

0

Gambar 12 Berat masing-masing umpan yang dimakan oleh keong macan.

Tabel 9 Rata-rata berat masing-masing umpan yang dimakan oleh tiap ekor keong macan

(38)

27

Gambar 13 Rata-rata berat umpan yang dimakan oleh tiap ekor keong macan.

Gambar 14 Selang kelas keong macan yang memakan umpan.

(39)

Gambar 14 menunjukkan bahwa keong macan yang memakan umpan ikan asin paling banyak keong macan berukuran 4,45 – 5,24 cm dengan jumlah 14 ekor. Total keong macan yang memakan umpan ikan asin adalah 39 ekor.

Panjang keong macan yang memiliki frekuensi terbesar pada saat memakan umpan ikan rucah adalah selang kelas 4,45 – 5,24 cm dengan jumlah 20 ekor. Total keong macan yang memakan umpan ikan rucah adalah 43 ekor

Sebaran panjang keong macan yang memiliki total frekuensi memakan umpan daging kerang hijau paling tinggi adalah pada selang kelas 4,45-5,24 cm. Total keong macan yang memakan umpan daging kerang hijau adalah 118 ekor.

Pada saat umpan kulit kambing, selang kelas 4,45-5,24 cm memiliki total frekuensi keong macan yang paling tinggi. Total frekuensi keong macan yang memakan umpan kulit kambing adalah 52 ekor. Dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 14.

4.4 Tingkah Laku Makan Keong Macan

Pada umumnya pergerakkan keong macan lambat dan membentuk gelombang penciutan pada kaki perutnya. Untuk mencapai makanannya keong macan melakukan pergerakkan yang berbeda-beda tergantung dari pada makanan atau umpan. Pada percobaan kali ini tingkah laku makannya dibedakan menjadi empat jenis pergerakkan yang sering muncul, yaitu :

(A) berbelok-belok saja tapi tidak makan (B) bebelok-belok kemudian menuju makanan (C) langsung menuju makanan

(40)

29 Persentase rata-rata tingkah laku keong macan ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10 Persentase rata-rata tingkah laku keong macan

Ket :

A : Keong macan berbelok-belok dan tidak makan B : Keong macan berbelok-belok dan makan

C : Keong macan langsung menuju makanan dan memakannya D : Keong macan diam dan tidak merespon

6% 10.33% 5% 13.67%

Ikan asin Ikan rucah Daging Kerang

Hijau

Gambar 15 Diagram persentase rata-rata tingkah laku keong macan dalam mendekati jaring jodang berumpan.

Untuk respon A berkisar dari 6 % hingga 13,67 %, dan keong macan paling sering melakukannya pada umpan kulit kambing yaitu sebesar 13,67 %. Umpan kulit kambing juga membuat keong macan melakukan respon B paling sering bila dibandingkan dengan umpan-umpan yang lain. Persentase rata-rata keong macan yang melakukan respon B adalah berkisar dari 5 % hingga 9,67 %. Pada umpan daging kerang hijau, keong macan paling sering melakukan respon C yaitu sebesar

Tingkah Laku Makan Keong Macan

Jenis Umpan A (%) B (%) C (%) D (%)

Ikan Asin 6 % 7 % 6 % 81 %

Ikan Rucah 10,33 % 5 % 9,33 % 75,34 %

Daging Kerang Hijau 5 % 5 % 34,33 % 55,67 %

(41)

34,33 % dimana persentase rata-rata keong macan yang melakukan respon C adalah berkisar dari 6 % hingga 34,33 %. Persentase rata-rata keong macan yang melakukan respon D paling besar diantara keempat respon yang dilakukan oleh keong macan pada setiap umpan. Keong macan paling sering melakukan respon D pada saat umpan ikan asin yaitu 81 %. Persentase rata-rata keong macan yang melakukan respon D berkisar antara 55,67 % hingga 81 %.

(42)

31

Gambar 16 Beberapa contoh pola pergerakkan A pada keong macan.

122 cm

air stone

71.5 cm

#4mm

30 cm 10 cm outlet

inlet inlet

outlet

inlet outlet

(43)

Gambar 17 Beberapa contoh pola pergerakkan B pada keong macan.

inlet outlet

inlet outlet

outlet

(44)

33

Gambar 18 Beberapa contoh pola pergerakkan C pada keong macan.

outlet outlet

outlet outlet

inlet inlet

inlet

(45)

5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Beda Jenis Umpan Terhadap Jumlah Keong Macan Yang

Tertangkap

Pada percobaan ini, jumlah keong macan yang tertangkap paling banyak terdapat pada jaring jodang yang berumpan ikan rucah, kemudian diikuti dengan ikan asin, lalu daging kerang hijau kemudian kulit kambing dan yang terakhir kontrol.

Keadaan tersebut di atas bisa disebabkan karena bau yang ditimbulkan oleh umpan daging kerang hijau lebih cepat tercium dan tingkat penyebaran baunya yang terlalu luas. Bisa dilihat pada percobaan kecepatan respon (Tabel 8 dan Gambar 10). Jadi, pada jarak jauh pun keong macan telah bisa mendeteksi letak umpan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan tingkah laku keong macan yang memakan umpan daging kerang hijau dengan cara menjulurkan probosisnya yang panjang sekitar 15-20 cm

(46)

35 Pada umpan ikan rucah dan ikan asin, tingkat penyebaran baunya kurang begitu luas, sehingga keong macan hanya bisa mendeteksi letak umpan jika jaraknya cukup dekat antara keong macan dengan umpan. Hal ini dapat dibuktikan dengan siphon

keong macan yang bergerak cenderung lambat pada saat mencari bau umpan ikan rucah dan ikan asin, sedangkan pada saat umpan daging kerang hijau siphon

cenderung bergerak cepat. Selain itu kecepatan jalan keong macan untuk mencapai umpan daging kerang hijau lebih cepat bila dibandingkan kecepatan jalan keong macan untuk meraih umpan ikan rucah dan ikan asin.

Diduga ikan asin juga memiliki sifat bau yang semakin merangsang keong macan jika terendam semakin lama dalam air laut. Waktu percobaan yang digunakan adalah 12 jam. Garam yang melekat pada tubuh ikan asin dapat terlarut pada air laut jika direndam dalam jangka waktu lebih lama. Fungsi garam adalah untuk mengeluarkan air dari dalam tubuh ikan sehingga ikan dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Namun, jika garam terlarut dalam air maka air akan masuk kedalam tubuh ikan dan mempercepat terjadinya proses pembusukkan dalam tubuh ikan. Akibat yang ditimbulkan dari pembusukkan adalah timbulnya bau yang dapat menarik keong macan untuk mendekatinya.

Berdasarkan hasil uji analisis statistika (ANOVA) (Lampiran 13), yaitu dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan selang kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa F hit > F tab. Dimana Fhit = 3,09 sedangkan F tab = 2,58 sehingga tolak Ho. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah individu keong macan yang tertangkap pada setiap perlakuan jenis umpan atau dengan kata lain jenis umpan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah individu keong macan yang tertangkap.

(47)

Jumlah individu keong macan yang tertangkap pada jaring jodang yang berumpan ikan rucah berbeda jauh dengan jumlah individu yang ditangkap dengan jaring jodang berumpan kulit kambing dan kontrol. Perbedaan yang sangat besar ini diakibatkan karena bila dibandingkan dengan bau kulit kambing, bau ikan rucah lebih disukai oleh keong macan, demikian pula dengan jaring jodang kontrol yang tidak memiliki bau sama sekali sehingga tidak memikat keong macan untuk mendekatinya.

5.2 Pengaruh Beda Jenis Umpan Terhadap Kecepatan Respon Keong Macan

Kecepatan respon keong macan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah waktu yang dibutuhkan oleh keong macan untuk merespon bau yang ditimbulkan oleh suatu jenis umpan yang baru diletakkan. Keong macan dikatakan merespon umpan jika siphon bergerak dan diikuti dengan keluarnya keong macan dari pasir, kemudian menuju umpan. Kecepatan respon keong macan terhadap suatu jenis umpan merupakan indikator luas sempitnya penyebaran bau suatu jenis umpan dalam air laut atau dapat menjadi indikator kuat tidaknya tingkat rangsangan bau suatu jenis umpan. Jadi, semakin cepat keong macan merespon atau semakin kecil waktu yang dibutuhkan keong macan untuk merespon bau suatu jenis umpan, maka tingkat rangsangan bau umpan tersebut semakin tinggi dan penyebaran baunya semakin luas. Dengan demikian, umpan tersebut dapat dijadikan salah satu umpan alternatif untuk operasi penangkapan keong macan.

Umpan daging kerang hijau memiliki tingkat penyebaran bau yang paling luas dan rangsangan bau yang paling tinggi. Hal ini dibuktikan dengan paling singkatnya waktu yang dibutuhkan oleh keong macan untuk merespon bau yang ditimbulkan oleh daging kerang hijau (Gambar 10 dan Tabel 8). Jadi, bau yang dimiliki oleh daging kerang hijau dapat tercium dengan kuat oleh keong macan pada daerah yang paling jauh dari jodang pada aquarium percobaan.

(48)

37 mengapa keong macan menyukai umpan-umpan tersebut karena keong macan menyukai makanan yang mengandung protein (Ruppert dan Barnes, 1991).

Tabel 1, 2, 3 dan 4, menunjukkan daging kerang hijau memiliki kandungan protein yang paling sedikit, tapi berdasarkan hasil percobaan daging kerang hijau paling disukai dan memiliki kecepatan respon paling cepat. Berdasarkan kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah kandungan protein bukanlah penentu tingkat kesukaan dan tingkat penyebaran bau umpan. Tapi yang menentukan adalah kandungan protein yang spesifik dan khas yang dimiliki oleh umpan. Daging kerang hijau memiliki kandungan protein yang spesifik yaitu kandungan protein pada daging kerang hijau mirip dengan kandungan protein yang dimiliki oleh keong macan (Yulianda, 2003). Diduga kandungan protein yang menyusun daging kerang hijau mirip dengan kandungan protein yang menyusun keong macan karena kerang hijau dan keong macan berasal dari satu filum, yaitu molusca.

Hasil kecepatan respon yang didapatkan bisa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah kondisi keong pada saat itu. Apakah sedang lapar atau dalam kondisi kenyang. Selain itu penyebaran keong macan yang menyebar normal dan berhubungan dengan peletakkan jaring jodang yang acak atau berganti-ganti tempat.

Berdasarkan hasil uji analisis statistika (ANOVA) (Lampiran 13), yaitu dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan selang kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa F hit > F tab. Dimana Fhit = 4,38 sedangkan F tab = 2,87 sehingga tolak Ho. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecepatan respon keong macan pada setiap perlakuan jenis umpan atau dengan kata lain jenis umpan berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan respon keong macan.

Perbedaan pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis umpan terhadap kecepatan respon keong macan, dapat diketahui dengan analisis Beda Nyata Jujur (BNJ). Analisis BNJ menunjukkan bahwa yang memberikan perbedaan sangat nyata adalah pasangan antara daging kerang hijau dengan ikan asin.

(49)

macan terhadap umpan ikan asin. Hal ini diduga karena bau ikan asin tidak semenarik bau daging kerang hijau bagi keong macan.

5.3 Pengaruh Beda Jenis Umpan Terhadap Berat Umpan Yang Dimakan Oleh

Keong Macan

Berat suatu jenis umpan yang dimakan oleh keong macan dapat menunjukkan tingkat kesukaan keong macan akan jenis umpan tersebut. Semakin banyak atau berat suatu umpan yang dimakan oleh keong macan, maka akan menunjukkan kesukaan keong macan terhadap jenis umpan tersebut. Dan sebaliknya, semakin ringan atau semakin sedikit umpan yang dimakan maka keong macan kurang menyukai umpan tersebut.

Gambar 12 dan Tabel 9 menunjukkan bahwa keong macan yang diberi umpan daging kerang hijau memiliki tingkat konsumsi atau tingkat kesukaan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan umpan-umpan yang lainnya. Lalu diikuti dengan umpan ikan rucah, ikan asin dan yang terakhir adalah kulit kambing. Hal ini dibuktikan dengan berat umpan daging kerang hijau yang dimakan oleh keong macan paling berat bila dibandingkan dengan umpan-umpan yang lain. Semakin berat umpan yang dimakan maka tingkat kesukaan akan semakin tinggi. Diduga hal ini dikarenakan bau yang ditimbulkan oleh daging kerang hijau ketika berada dalam air laut lebih merangsang keong macan bila dibandingkan dengan umpan-umpan yang lain. Indikasi lain yang menyebabkan keong macan lebih menyukai daging kerang hijau adalah kontruksi tubuh daging kerang hijau yang tidak memiliki tulang atau duri dan bulu sehingga daging kerang hijau dapat dicerna lebih mudah dan dalam jumlah yang lebih banyak. Selain itu daging kerang hijau memiliki komposisi asam amino, asam lemak dan mineral yang mirip dengan keong macan, sehingga daging kerang hijau lebih efektif bila dijadikan pakan bagi pembudidayaan keong macan. Hal ini dibuktikan oleh kandungan protein yang tinggi pada keong macan yang mengkonsumsi daging kerang hijau (Yulianda, 2003).

(50)

39 paling tinggi dibandingkan dengan umpan-umpan yang lain. Keong macan lebih menyukai makanan yang mengandung kadar air yang tinggi dibandingkan dengan makanan yang kering (Martanti, 2001).

Ikan rucah termasuk juga menjadi salah satu umpan alternatif untuk menangkap keong macan setelah daging kerang hijau. Jika dilihat pada Gambar 12, pada saat ulangan 7,9 dan 10, ikan rucah memiliki tingkat konsumsi paling tinggi dibandingkan dengan umpan-umpan yang lain. Hal ini mungkin dikarenakan ikan rucah memiliki bau yang merangsang (Djatikusumo, 1975 diacu dalam Urbinas, 2000). Selain itu keadaan ikan rucah yang masih segar dan memiliki kadar air yang cukup tinggi, juga mempengaruhi keong macan untuk memakannya. Tapi yang menjadi kelemahan ikan rucah adalah ikan rucah mempunyai duri yang tidak bisa dimakan oleh keong macan, sehingga mengakibatkan ikan rucah tidak bisa dikonsumsi dalam jumlah yang banyak.

Gambar 14 menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi keong macan yang memakan umpan pada setiap selang kelas panjang, paling besar ditunjukkan pada saat umpan daging kerang hijau. Selang kelas panjang yang memiliki frekuensi terbesar adalah selang kelas 4,45-5,24 cm.

Ukuran keong macan mempengaruhi jumlah umpan yang dikonsumsi nya. Semakin besar ukuran keong macan, maka jumlah umpan yang dikonsumsi akan semakin banyak. Dengan demikian semakin besar ukuran keong macan akan semakin sering memakan umpan. Namun, pada selang kelas panjang 5,25-6,04 cm frekuensi keong macan yang memakan umpan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan jumlah keong macan yang tergolong kedalam selang kelas tersebut berjumlah lebih sedikit dari jumlah keong macan yang tergolong dalam selang kelas 4,45-5,24 cm.

(51)

Jumlah umpan yang dimakan bisa juga dipengaruhi oleh kondisi keong macan pada saat percobaan dilakukan. Apakah dalam kondisi kenyang ataukah lapar. Karena keong macan merupakan salah satu hewan yang cenderung rakus sehingga dia akan memakan semua umpan hingga dia merasa kenyang. Setelah kenyang dia akan kembali lagi tertidur dibawah pasir dan tidak akan bangun meskipun dia mencium bau umpan yang lain. Tetapi akan bangun setelah dia merasa lapar lagi dan mencium bau umpan.

Berdasarkan hasil uji analisis statistika (ANOVA) (Lampiran 13), yaitu dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan selang kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa F hit > F tab. Dimana Fhit = 3,83 sedangkan F tab = 2,87 sehingga tolak Ho. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan berat umpan yang dimakan keong macan pada setiap perlakuan jenis umpan atau dengan kata lain jenis umpan berpengaruh sangat nyata terhadap berat umpan yang dimakan.

Perbedaan pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis umpan terhadap berat umpan yang dimakan oleh keong macan, dapat diketahui dengan analisis Beda Nyata Jujur (BNJ). Analisis BNJ menunjukkan bahwa yang memberikan perbedaan sangat nyata adalah pasangan antara daging kerang hijau dengan ikan asin dan pasangan antara daging kerang hijau dengan kulit kambing. Perbedaan pengaruh yang ditimbulkan karena tingkat konsumsi keong macan terhadap umpan daging kerang hijau berbeda sangat jauh dengan tingkat konsumsi keong macan terhadap umpan ikan asin dan kulit kambing. Hal ini diduga karena bau ikan asin dan kulit kambing kurang begitu merangsang keong macan untuk memakannya, selain itu ikan asin dan kulit kambing memiliki kadar air yang tidak begitu tinggi, ikan asin juga memiliki duri yang tidak bisa dimakan oleh keong macan, sama halnya dengan kulit kamb ing yang memiliki bulu yang tidak disukai oleh keong macan.

5.4 Tingkah Laku Makan Keong Macan

Keong macan mencari makanan lebih mengandalkan siphonnya dibandingkan

(52)

41 berpedoman pada bau makanan tersebut. Karena dari setiap jenis umpan yang dicobakan mengeluarkan bau yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya maka akan menimbulkan reaksi pergerakkan yang berbeda-beda pula.

Bila dilihat dari Tabel 10 dan Gambar 15, maka dapat disimpulkan bahwa untuk umpan ikan asin keong macan lebih banyak diam dan tidak merespon. Mungkin disebabkan karena bau ikan asin yang kurang merangsang keong macan untuk memakannya. Hal di atas dibuktikan oleh percobaan dengan menggunakan bak percobaan dengan waktu percobaan 12 jam ikan asin menduduki peringkat kedua dalam jumlah hasil tangkapan. Waktu yang dilakukan dalam percobaan ini hanya 2 jam, hingga bau ikan asin tidak bisa tercium oleh keong macan secara optimal.

Untuk umpan ikan rucah, keong juga cenderung pasif. Tapi bila dibandingkan dengan umpan ikan asin, persentase nya lebih kecil. Selain itu persentase keong macan yang memakan umpan ikan rucah juga lebih banyak bila dibandingkan dengan persentase keong macan yang memakan umpan ikan asin. Persentase keong macan yang memakan umpan ikan rucah adalah 9,33 % pada tingkah laku C ditambah dengan tingkah laku makan keong macan yang B yaitu 5 % jadi totalnya 14,33 %. Hal ini disebabkan mungkin bau ikan rucah lebih merangsang keong macan dibandingkan dengan bau ikan asin.

(53)

bau ikan rucah lebih disukai dan dapat tercium oleh keong macan dengan jelas, sehingga keong macan dapat langsung menuju makanan.

Persentase keong macan lebih besar melakukan pergerakan C pada saat umpan daging kerang hijau. Dan bila dibandingkan dari umpan-umpan yang lain persentase keong macan yang diam pada umpan daging kerang hijau paling kecil, selain itu persentase yang melakukan pergerakkan A dan B juga paling kecil. Sehingga bisa disimpulkan bahwa bau yang ditimbulkan oleh umpan daging kerang hijau lebih merangsang keong macan untuk memakannya dan penyebaran bau nya sangat cepat dan luas.

.

(54)

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

(1) Dilihat dari kecepatan respon, jumlah berat umpan yang dimakan dan persentase tingkah laku makan, daging kerang hijau merupakan umpan yang lebih disukai oleh keong macan,

(2) Pada saat umpan daging kerang hijau, persentase keong macan yang melakukan pola makan C (langsung makan) paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa daging kerang hijau bau nya lebih mudah tercium oleh keong macan.

(3) Daging kerang hijau mudah dijangkau oleh keong macan dengan menjulurkan probosis nya melalui mata jaring sehingga mengurangi hasil

tangkapannya,

(4) Uji statistika menunjukkan bahwa perbedaan jenis umpan berpengaruh nyata terhadap jumlah berat umpan yang dimakan, kecepatan respon dan jumlah individu keong macan yang tertangkap

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :

(1) Ukuran mata jaring pada alat tangkap jaring jodang yang diperkecil, sehingga keong macan tidak bisa menjulurkan probosis nya untuk mengambil umpan.

(2) Tingkat busuk umpan dari satu jenis umpan yang masih disukai oleh keong macan.

(3) Waktu optimal yang dibutuhkan untuk merendam umpan ikan asin hingga mengeluarkan bau yang dapat menarik keong macan.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abbot RT, KJ Boss. 1989. A Classification of The Living Molusca. Florida, USA : American Malcologist, Inc

Dharma B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesia Shell). Jakarta : PT. Sarana

Graha

Djatikusumo EW. 1975. Dinamika Populasi Ikan. Jakarta : Akademi Usaha Perikanan

Fretter. 1984. Prosobranchs. Dalam : A.S. Tompa. N. H. Verdonk dan J. A. M. Ven

Der Biggelaar (ed). The Mollusca Vol VIII : Reproduction. San Fransisco. USA : Academic Press. Inc. 486 p

Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metoda dan Taktik Penangkapan. Diktat Mata Kuliah (tidak dipublikasikan). Bogor : Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor

Hyman LH. 1967. The Invertebrates. Volume VI. Molusca I. Aplachopora, Polyplacopora, Monoplacopora, Gastropoda, The Coelemate Bilateria. New York : American Museum of Natural Hystory. page 323-347

Leksono U. 1983. Suatu Studi Penggunaan Ikan Lemuru Sebagai Umpan pada Perikanan Rawai Tuna di PT. Pelabuhan Samudera Besar Benoa, Bali. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor : Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor

Marlianawaty LB. 2001. Studi Pertumbuhan dan Perkembangan Organ Reproduksi Keong Macan pada Pemberian Pakan Berbeda. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor : Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Martanti D. 2001. Pola Distribusi dan Struktur Populasi Keong Macan (Babylonia

spirata L.) di Teluk Pelabuhan Ratu pada Musim Timur. Skripsi (tidak

dipublikasikan). Bogor : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. hal 4-8

Martasuganda S. 2003. Bubu (Traps). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya

(56)

45 Monintja DR, Martasuganda S. 1990. Diktat Kuliah Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Laut II (tidak dipublikasikan). Bogor : Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi IPB. hal 25

Nurliani H. 1993. Studi tentang Pengaruh Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Hias Laut dengan Menggunakan Bubu Plastik di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor : Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. hal 7-16

Nybakken WJ. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT. Gramedia. hal 351-360

Odum CD. 1971. Fundamental of Biology. The Third Edition. USA : W. B. Sanders Company Philadelphia. Page 144-148

Rizqi M. 2003. Seleksi Umpan Bubu Untuk Meningkatkan Hasil Tangkapan Keong Macan di Perairan Teluk Jakarta. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor : Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Ruppert EE, RD Barnes. 1991. Invertebrate Zoologi. Florida : Saunders College Publishing Orlando

Sabelli B. 1979. Guide to shell. New York : Simon and Schusler Inc. page 79

Sadhori N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Bandung : Penerbit Angkasa

Shanmugaraj T, A. Muragan, Ayyakanu. 1994. Laboratory Spawning and Larval Development of Babylonia spirata, L. (Neogastropoda : buccinidae). Journal

Phuket Marine Biological Centre Special Publication. No. 13 : page 95-97

Subani W, HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : BPPL. hal 113-114

Sukandarrumidi, 2002. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Gajahmada University Press. hal 109-110

(57)

Wahyudi. 1994. Pembuatan Lem Kulit dari Limbah Kulit Hewan Sebagai Bahan Baku Perekat Kayu. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 74 hal

Walpole ER. 1995. Pengantar Statiska Edisi ke-3. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Watanabe. 1988. The Mollusca. Vol XI : Form and Function. California : Academic Press. Inc

www. DKP.co.id. Kandungan Proksimat Ikan Asin

Yulianda F. 2003. Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Keong Macan (Babylonia spirata, L.). Disertasi (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Manajemen

Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Yulianda F, Danakusumah D. Widodo. 2000. Morphometric of Reproduction Organ, Sexual Ratio, and Length-Weight Relationship of Babylon Snail (Babylonia

spirata, L.). The JSPS International Symposium on Fisheries Science in

Tropical Area. Vol 10 : 379 -381. Bogor, Indonesia : Faculty of Fisheries and Marine Science. IPB

Zein, M. 2003. Pengaruh Jenis Umpan dan Lama Perendaman Jaring Jodang Terhadap Hasil Tangkapan Keong Macan (Babylonia spirata) di Teluk

(58)

47

Lampiran 1 Jumlah individu yang tertangkap (ekor)

Ulangan

Ikan Rucah

Ikan Asin

Daging Kerang Hijau

Kulit

Kambing Kontrol

1 0 0 0 0 0

2 3 0 0 1 0

3 0 1 0 1 0

4 0 4 2 0 0

5 4 1 3 0 1

6 2 0 2 1 0

7 4 3 3 1 0

8 14 6 7 0 0

9 1 1 3 0 0

10 10 5 0 1 2

(59)

Lampiran 2 Kecepatan respon keong macan (detik)

Ulangan

Ikan Rucah

Ikan Asin

Daging Kerang Hijau

Kulit Kambing

1 68,62 264,48 37,00 1222,60 2 258,44 689,84 32,00 254,29 3 91,71 156,31 30,10 58,06 4 224,25 152,50 59,01 60,86 5 283,67 227,05 38,02 412,46 6 292,96 927,35 45,35 9,49 7 115,73 656,11 55,00 236,42 8 519,22 583,52 59,87 163,71 9 358,47 386,44 59,77 56,82 10 190,32 279,10 91,59 37,52

(60)

49

Lampiran 3 Berat umpan yang dimakan oleh keong macan (g)

Ulangan

Ikan Asin

Ikan Rucah

Daging Kerang Hijau

Kulit Kambing

1 0,59 1,07 30,00 0,00 2 0,17 0,00 4,20 7,00 3 1,74 0,00 30,00 6,20 4 6,16 0,86 8,00 3,90 5 0,90 1,46 30,00 8,50 6 3,33 0,00 17,53 2,70 7 3,87 29,63 5,72 6,50 8 6,95 1,04 11,70 1,50 9 7,40 29,63 7,40 3,50 10 5,52 29,66 11,83 2,50

(61)

Lampiran 4 Jumlah keong macan pada masing-masing bentuk respon terhadap umpan ikan asin

Ket :

A = berbelok-belok saja dan tidak makan B = berbelok-belok lalu makan

C = langsung makan D = diam

Tingkah Laku Keong Macan

Ulangan A (ekor) B (ekor) C (ekor) D (ekor)

1 0,00 1,00 0,00 29,00

2 0,00 1,00 0,00 29,00

3 1,00 1,00 1,00 27,00

4 1,00 3,00 2,00 24,00

5 2,00 1,00 1,00 26,00

6 4,00 2,00 3,00 21,00

7 3,00 0,00 5,00 22,00

8 2,00 3,00 3,00 22,00

9 2,00 5,00 2,00 21,00

10 3,00 4,00 1,00 22,00

(62)

51

Lampiran 5 Persentase respon keong macan terhadap umpan ikan asin

Ulangan A (%) B (%) C (%) D (%)

1 0,00 3,33 0,00 96,67 2 0,00 3,33 0,00 96,67 3 3,33 3,33 3,33 90,00 4 3,33 10,00 6,67 80,00 5 6,67 3,33 3,33 86,67 6 13,33 6,67 10,00 70,00 7 10,00 0,00 16,67 73,33 8 6,67 10,00 10,00 73,33 9 6,67 16,67 6,67 70,00 10 10,00 13,33 3,33 73,33

(63)

Lampiran 6 Jumlah keong macan pada masing-masing bentuk respon terhadap umpan ikan rucah

Tingkah Laku Keong Macan

Ulangan A (ekor) B (ekor) C (ekor) D (ekor)

1 2,00 1,00 1,00 26,00 2 2,00 0,00 0,00 28,00 3 1,00 0,00 0,00 29,00 4 0,00 1,00 0,00 29,00 5 3,00 1,00 2,00 24,00 6 0,00 0,00 0,00 30,00 7 8,00 4,00 6,00 12,00 8 4,00 1,00 1,00 24,00 9 6,00 3,00 8,00 13,00 10 5,00 4,00 10,00 11,00

(64)

53

Lampiran 7 Pers entase respon keong macan terhadap umpan ikan rucah

Ulangan A (%) B (%) C (%) D (%)

1 6,67 3,33 3,33 86,67 2 6,67 0,00 0,00 93,33 3 3,33 0,00 0,00 96,67 4 0,00 3,33 0,00 96,67 5 10,00 3,33 6,67 80,00 6 0,00 0,00 0,00 100,00 7 26,67 13,33 20,00 40,00 8 13,33 3,33 3,33 80,00 9 20,00 10,00 26,67 43,33 10 16,67 13,33 33,33 36,67

(65)

Lampiran 8 Jumlah keong macan pada masing-masing bentuk respon

terhadap umpan daging kerang hijau

Tingkah Laku Keong Macan

Ulangan A (ekor) B (ekor) C (ekor) D (ekor)

1 1,00 0,00 20,00 9,00 2 5,00 3,00 2,00 20,00 3 0,00 2,00 19,00 9,00 4 2,00 1,00 6,00 21,00 5 5,00 0,00 18,00 7,00 6 1,00 2,00 12,00 15,00 7 0,00 1,00 4,00 25,00 8 1,00 3,00 8,00 18,00 9 0,00 1,00 5,00 24,00 10 0,00 2,00 9,00 19,00

(66)

55

Lampiran 9 Pers entase respon keong macan terhadap umpan daging kerang hijau

Ulangan A (%) B (%) C (%) D (%)

1 3,33 0,00 66,67 30,00 2 16,67 10,00 6,67 66,67 3 0,00 6,67 63,33 30,00 4 6,67 3,33 20,00 70,00 5 16,67 0,00 60,00 23,33 6 3,33 6,67 40,00 50,00 7 0,00 3,33 13,33 83,33 8 3,33 10,00 26,67 60,00 9 0,00 3,33 16,67 80,00 10 0,00 6,67 30,00 63,33

(67)

Lampiran 10 Jumlah keong macan pada masing-masing bentuk respon terhadap umpan kulit kambing

Tingkah Laku Keong Macan

Ulangan A (ekor) B (ekor) C (ekor) D (ekor)

1 3,00 0,00 0,0 27,00

2 4,00 5,00 4,00 17,00

3 5,00 4,00 3,00 18,00

4 4,00 3,00 1,00 22,00

5 9,00 7,00 5,00 9,00

6 4,00 3,00 0,00 23,00

7 3,00 4,00 4,00 19,00

8 1,00 0,00 2,00 27,00

9 5,00 2,00 2,00 21,00

10 3,00 1,00 2,00 24,00

Gambar

Gambar 1.  Gambar 1 Morfologi Keong Macan. (Kozloff, 1990 )
Tabel 1 Kandungan proksimat dari beberapa ikan rucah
Tabel 3 Komposisi kimia kulit kambing
Gambar 2  Desain dan metode operasi jaring jodang.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Universitas

Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan uji aktivitas sitotoksik farksi polar, semipolar, dan non polar ekstrak etanol daun Cynometra ramiflora Linn. terhadap

Dengan display yang berhadapan, penulis mencoba membangun sebuah monolog dalam diri perempuan yang merupakan curahan seluruh perasaan akan ketidakpuasan terhadap

Pada bangunan fasilitas penunjang, inovasi yang juga diadaptasi dari tema cablak, terletak pada material dan karakter visual yang nampak pada bangunan sebagai bangunan

Klju~ne rije~i: Hedychium larsenii (Zingiberaceae), eteri~no ulje, GC, GC-MS, antibakterijsko djelovanje Tropical Botanic Garden and Research Institute,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan karakter persepsi diri, self esteem, dan motivasi kerja para guru SD/MI setelah dilakukan pelatihan keterampilan psikologi

The primary data sources of the study are Dear John movie. directed by Lasse Hallstrom from Screen Gems and the script

Hasil SOUT 2017 memperlihatkan bahwa meski sistem tanam jajar logowo menjanjikan produktivitas tanaman padi yang lebih tinggi, proporsi rumah tangga tani yang