KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN
KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara)
SKRIPSI
Diajukan oleh :
MARIO ZEFANYA KUMENTAS
0913010120
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara)
Disusun Oleh : Mario Zefanya Kumentas
0913010120/FE/AK
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh
Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 31 Mei 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr. Gideon Setyobudi W, M.Si Drs. Ec. Eko Riadi, M.Aks Sekretaris
Dr. Gideon Setyobudi W, M.Si Anggota
Drs. Ec. Tamadoy Thamrin, MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh :
MARIO ZEFANYA KUMENTAS 0913010120
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan hormat padaTuhan Yesus Kristus Allah
yang kami sembah dan kami tinggikan. Allah yang telah memberikan hikmat dan
Kasih Karunia-Nya bagi kita umat yang percaya kepada-Nya. Seiring dengan
berjalannya waktu yang ditempuh dalam proses penelitian dimana penuh dengan
rintangan dan kesulitan, Puji Tuhan berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kinerja Account Representative
Dalam Menentukan Kualitas Pemeriksaan Pajak” (Studi Kasus Pada KPP
Pratama Sidoarjo Utara). Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang
harus ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi UPN ” Veteran” Jawa Timur.
Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terjadi tanpa kehendak Tuhan
Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat serta kasih-Nya dalam perjalanan
hidup penulis dan peran serta orang - orang yang telah tulus meluangkan waktu
dan pikiran dalam proses penyusunannya, karena itu dengan segala kerendahan
hati penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
3. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Gideon Setyo Budi W, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak-banyak membantu memberikan bimbingan, saran, kritikan, doa, dan
semangat bagi penulis serta waktu, tenaga, pikiran yang sudah diluangkan
bagi penulis. Terimakasih, kiranya Tuhan Memberkati dan selalu memberikan
kesehatan bagi bapak dan keluarga.
5. Kedua orang tua penulis yang tercinta Bapak Garfield Dennis Kumentas dan
Ibu Rosmedina Panggabean serta adik tercinta Monika Abigail Kumentas
yang selalu memberikan semangat, motivasi, kasih dan doa yang tiada
hentinya. Sehingga memberikan keyakinan serta kepercayaan diri dalam
menjalani tanggung jawab penulis sebagai Mahasiswa.
6. Keluarga besar penulis, oom dan tante Peter Wiliantono dan (Almarhummah)
Marcia Verida Kumentas sekeluarga, oom dan tante Hanni Jacquart dan
Murriel Kumentas sekeluarga, oom dan tante Marcel Kumentas dan Indra
Kumentas sekeluarga, tante Silvena Kumentas, oom Rufus Narcicus
Kumentas, dan keluarga besar lainnya yang sangat-sangat berpengaruh bagi
penulis sehingga penulis bisa mendapatkan pendidikan yang layak hingga saat
ini. Kiranya Tuhan terus melimpahkan berkat dan Kasih Karunia-nya bagi
7. Sahabat-sahabat perkuliahan penulis, (Ajeng, Octaria, Siti, Anggun, Mario,
Amarus, Defry, Bagus, Rio, Rizky, Dedy, Riza, Andika, Gofur, Soleh) dan
masi banyak lagi yang belum bisa penulis sebutkan.
8. Bapak Mirza, selaku Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I KPP Pratama
Sidoarjo Utara yang telah banyak membantu dan rela meluangkan waktu,
tenaga, pikiran untuk memberikan segala informasi yang dibutuhkan oleh
penulis berkaitan dengan judul skripsi ini.
9. Bapak Wahyu, selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
KPP Pratama Sidoarjo Utara yang telah memberikan bimbingan dan banyak
pemahaman mengenai perpajakan bagi penulis serta rela memberikan
informasi yang dibutuhkan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
10.Karyawan KPP Pratama Sidoarjo Utara Jawa Timur yang telah banyak
membantu penulis dalam memperoleh segala informasi yang penulis
butuhkan.
11.Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, yang telah
memberikan ilmunya selama penulis menempuh perkuliahan di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
12.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang turut membantu dalam perkuliahan dan
Semoga Tuhan Yesus Kristus melimpahkan berkat-Nya serta memberikan
balasan atas segala bantuan yang telah diberikan. Penulis berharap semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, Amin.
Surabaya, 20 Mei 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……….. i
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR TABEL ………. ix
ABSTRAK ………. x
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian ……… 1
1.2 Rumusan Masalah ……… 14
1.3 Tujuan Penelitian ……….. 14
1.4 Manfaat Penelitian ……… 14
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ……… 16
2.2 Landasan Teori ………. 23
2.2.1 Dasar-dasar Perpajakan ………... 23
2.2.1.2 Pengertian Pajak ……….. 23
2.2.1.3 Fungsi Pajak ……….... 24
2.2.1.4 Jenis Pajak ………... 26
2.2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak ……… 29
2.2.3 Kinerja Account Representative ………... 34
2.2.3.1 Tugas dan Tanggung Jawab Account Representative ……… 36
2.2.3.2 Syarat Profesionalisme Account Representative ……… 38
2.2.4 Kualitas Pemeriksaan Pajak ………. 39
2.2.5 Indikator Kualitas Pemeriksaan Pajak ……….. 43
2.2.5.1 Tahapan Pemeriksaan Pajak ………. 43
2.2.5.1.1 Persiapan Pemeriksaan Pajak …… 43
2.2.5.1.2 Pelaksanaan Pemeriksaan ………. 44
2.2.5.1.3 Laporan Hasil Pemeriksaan …….. 44
2.2.5.2 Jangka Waktu Penyelesaian Pemeriksaan Pajak ……… 47
2.2.6 Hubungan Kinerja Account Representative Terhadap Kualitas Pemeriksaan Pajak ………. 48
BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian ……….. 49
3.2 Ketertarikan Peneliti ……….. 51
3.3 Ruang Lingkup Penelitian ………. 51
3.4 Jenis dan Sumber Data ……….. 51
3.5 Penentuan Informan ……….. 54
3.6 Teknik Pengumpulan Data ……… 54
3.8 Pengujian Kredibilitas ………... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Mekanisme Kerja Account Representative
Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 67
4.1.1 Frekuensi Wajib Pajak Dalam Melaksanakan
Konsultasi Dengan Account Representative
di KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 68
4.1.2 Arah Pelayanan Account Representative
di KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 70
4.1.3 Pengawasan Account Representative
Atas SPT yang Dilaporkan Wajib Pajak
di KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 72
4.1.4 Frekuensi Pengawasan, Bimbingan, dan Konsultasi
Teknis Mengenai Perpajakan Kepada Wajib Pajak
di KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 74
4.1.5 Account Representative Bertanggung Jawab
Untuk Menginformasikan Semua Perubahan
Peraturan Perpajakan ……… 76
4.1.6 Pembuatan Konsep Usulan WP/PKP Fiktif dan
WP Patuh yang Dilakukan Account Representative
4.1.7 Tindakan Account Representative di KPP Pratama
Sidoarjo Utara Dalam Menanggapi Pelanggaran
yang Dilakukan Oleh Wajib Pajak ……… 81
4.1.8 Waktu Operasional Account Representative
di KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 82
4.2 Keterkaitan Kinerja Account Representative Terhadap
Kualitas Pemeriksaan ……… 84
4.3 Pembahasan ………... 87
4.4 Keterbatasan Penelitian ………. 90
BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan ……… 91
DAFTAR TABEL
Tabel I Daftar Wajib Pajak Terdaftar dan Melapor ………. 3
Tabel II Statistik Wajib Pajak Berdasarkan
Account Representative (AR) ……….. 10
KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara)
Oleh:
Mario Zefanya Kumentas
ABSTRAK
Modernisasi sistem perpajakan dilingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima kepada masyarakat. Struktur organisasi diberi fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang sangat dinamis, termasuk perkembangan dunia bisnis dan teknologi. Implementasi konsep administrasi perpajakan yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan. Terdapat posisi baru yang disebut Account Representative,yang mempunyai tugas antara lain memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak, memberitahukan peraturan perpajakan yang baru, dan mengawasi kepatuhan wajib pajak. Account Representative diharapkan dapat membantu peningkatan penerimaan pajak yaitu dengan pembuatan profil Wajib Pajak yang nantinya akan digunakan sebagai dasar acuan dalam tahapan awal pelaksanaan pemeriksaan pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Account Representative dalam menentukan kualitas pemeriksaan pajak di KPP Pratama Sidoarjo Utara.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif. Pengumpulan data dilakukan secara wawancara, observasi langsung, dan analisa dokumen. Analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan mekanisme kerja Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara telah melaksanakannya dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara yang didapat dari para informan di KPP Pratama Sidoarjo Utara. Disisi lain kurangnya jumlah Account Representative pada KPP Pratama Sidoarjo Utara mengakibatkan pembengkakan jumlah Wajib Pajak yang harus menjadi tanggung jawab setiap satu orang Account Representative. Hal tersebut menimbulkan kendala dalam pembuatan profil Wajib Pajak yang membutuhkan waktu cukup lama dan bertambahnya biaya operasional yang dibutuhkan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di Indonesia pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi
negara yang begitu penting untuk melaksanakan dan meningkatkan
pembangunan Nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan
bagi seluruh masyarakat Indonesia. Penerimaan pajak juga mempunyai
peranan yang sangat dominan dalam pos penerimaan dalam negeri. Pajak
adalah iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat kepada negara
berdasarkan kemampuan (daya pikulnya) masing-masing yang dapat
dipaksakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan,
dan pembayar pajak tidak menerima imbalan atau kontribusi yang
dihubungkan secara langsung dengan pajak yang telah dibayarnya (Diaz
Priantara, 2:2009). Dalam hal ini masyarakat mempunyai peranan penting
untuk ikut serta dalam menjalankan fungsi pemerintahan salah satu
caranya yaitu dengan membayar pajak. Peranan aparat pemungut pajak
(fiskus) menjadi ujung tombak di dalam mencapai target penerimaan
pajak, berbagai aspek harus diperhatikan oleh pemerintahan diantara
penyuluhan, pelayanan, pemeriksaan, sistem perpajakan, dan kebijakan
oleh masyarakat bersama-sama oleh pemerintah. Oleh karena itu peran
masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajibannya
membayar pajak. Akan tetapi penerimaan pajak belum dirasakan optimal,
sehingga sejak tahun 1984 dilakukan reformasi perpajakan dengan
pembaharuan yang paling mendasar adalah perubahan system pemungutan
pajak dari yang semula official assessment system menjadi self assessment
system. (Soni Sunardi:2010)
Menurut DJP (2006) dalam Soni Sunardi (2010) dengan self
assasment system yang dianut dalam perpajakan Indonesia sekarang ini,
masyarakat terhadap tingkat kepatuhan pajak yang rendah, menuntut
direktorat jendral pajak (DJP) untuk selalu melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap wajib pajak.
Esensi dari sistem self assasment adalah bahwa Wajib Pajak
diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terhutang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakannya. Selama ini upaya
penegakan hukum belum berjalan efektif, hal ini terlihat dari masih
rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak, masih banyaknya subyek pajak
potensial yang belum mau berpartisipasi menjadi Wajib Pajak, dan
beberapa objek pajak yang belum dilaporkan atau belum dihitung secara
yang belum dibayar. Pengawasan kepatuhan Wajib Pajak dimulai dari
penelitian atas SPT yang disampaikan Wajib Pajak ke KPP sedangkan
penegakan hukum dilakukan dengan pemeriksaan, penyidikan, dan
penagihan pajak. (Diaz Priantara:2009)
Tabel 1: DATA WAJIB PAJAK TERDAFTAR DAN MELAPOR
TAHUN WAJIB PAJAK
Data menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak di
Indonesia masih rendah karena jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP
Sidoarjo Utara pada tahun 2010 sebanyak 66.076 Wajib Pajak, tahun 2011
sebanyak 77.233 Wajib Pajak, dan tahun 2012 sebanyak 85.248 Wajib
Pajak. Sedangkan Wajib Pajak yang melaporkan pajak terutangnya tahun
2011 pada tahun 2012 sebanyak 35.131 Wajib Pajak Orang Pribadi dan
2.504 Wajib Pajak Badan, Wajib Pajak yang melaporkan pajak
terutangnya tahun 2010 pada tahun 2011 sebanyak 24.557 Wajib Pajak
Orang Pribadi dan 2.352 Wajib Pajak Badan, dan Wajib Pajak yang
melaporkan pajak terutangnya tahun 2009 pada tahun 2010 sebanyak
29.020 Wajib Pajak Orang Pribadi dan 2.053 Wajib Pajak Badan. Terdapat
disetorkan menurut Wajib Pajak dan PPh yang harus disetorkan menurut
hasil perhitungan pihak fiskus. Pada KPP Sidoarjo Utara untuk tahun 2010
hasil pemeriksaan berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
yang dikeluarkan pemeriksa yaitu sebanyak 470 buah, tahun 2011
sebanyak 770 buah, dan tahun 2012 sebanyak 463 buah (Sumber: Aplikasi
Laporan Pemeriksaan Pajak). Hal ini dapat menunjukkan bahwa masih
banyak Wajib Pajak yang kurang patuh dalam membayar dan melaporkan
pajaknya secara jujur.
Perubahan sistem administrasi pajak dalam hal pengelolaan
sangat penting dan konstruktif untuk memenuhi tuntuntan berbagai pihak
sebagai pemangku kepentingan terhadap pajak. Modernisasi perpajakan
yang dilakukan merupakan bagian dari reformasi perpajakan secara
komprehensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap 3 bidang pokok
yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan yaitu bidang
administrasi, bidang peraturan, dan berkesinambungan. Melalui
modernisasi administrasi perpajakan, diharapkan terbangun pilar-pilar
pengelolaan pajak yang kokoh sebagai fundamental penerimaan negara
yang baik dan berkesinambungan. Modernisasi sistem perpajakan
dilingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan
pelayanan prima kepada masyarakat. Good governance, merupakan
penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel,
dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini.
pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Selain itu untuk mencapai
tingkat kepatuhan pajak yang tinggi, meningkatkan kepercayaan
administrasi perpajakan dan mencapai tingkat produktivitas karyawan
yang tinggi. Pengelolaan pajak mengalami perubahan besar yang terus
dikembangkan kearah modernisasi. Dengan demikian optimalisasi
penerimaan pajak dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien. (Siti
Kurnia Rahayu:2010)
Modernisasi perpajakan yang dilakukan pemerintah tentunya
tidaklah hanya untuk mencapai target penerimaan pajak semata, juga
penting dilakukan untuk menuju adanya perubahan paradigma perpajakan.
Di mana ketentuan, prosedur, dan aktivitas perpajakan juga terus
diarahakan untuk peningkatan pelayanan agar menjadi business friendly
bagi masyarakat. Hal ini dapat mengakibatkan masyarakat dapat
memandang pajak menjadi suatu kewajiban partisipatif warga dan tidak
dianggap sebagai beban kuantitatif. Modernisasi administrasi perpajakan
dalam lingkup restrukturisasi organisasi dengan cara penyesuaian struktur
organisasi DJP merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dan
sifatnya cukup strategis. Struktur organisasi juga harus diberi fleksibilitas
yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan eksternal
yang sangat dinamis, termasuk perkembangan dunia bisnis dan teknologi.
Implementasi konsep administrasi perpajakan yang berorientasi pada
pelayanan dan pengawasan, adalah struktur organisasi DJP perlu diubah,
kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. (Siti Kurnia
Rahayu:2010)
Dalam memudahkan Wajib Pajak, ke tiga jenis kantor pajak yang
ada, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
(Karikpa), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan
demikian Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk
menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya. Struktur berbasis fungsi
diterapkan pada KPP dengan sistem administrasi modern untuk dapat
merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan
pengawasan terhadap Wajib Pajak secara lebih sistematis berdasarkan
analisis resiko. Untuk vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi
Wajib Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar (LTO-Large Taxpayers Office),
KPP Madya (MTO-Medium Taxpayers Office), dan KPP Pratama
(STO-Small Taxpayers Office). Pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan
pendekatan terhadap wajib pajak pun dapat disesuaikan dengan
karakteristik Wajib Pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh
dapat lebih optimal. (Siti Kurnia Rahayu:2010)
Khusus di kantor operasional, terdapat posisi baru yang disebut
Account Representative (AR), yang mempunyai tugas antara lain
memberitahukan peraturan perpajakan yang baru, dan mengawasi
kepatuhan wajib pajak. (Siti Kurnia Rahayu:2010)
Account Representative sebagai gugus depan organisasi
Direktorat Jendral Pajak (DJP) khususnya KPP modern. Account
Representative merupakan pegawai yang diangkat pada setiap Seksi
Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah
mengimplementasikan Organisasi Modern. Account Representative
singkatnya mengemban tugas intensifikasi perpajakan melalui pemberian
bimbingan/himbauan, konsultasi, analisis, dan pengawasan terhadap wajib
pajak. Account Representative bukan merupakan jabatan structural dalam
struktur organisasi Departemen Keungan dan dalam melaksanakan
tugasnya ia bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi yang menjadi atasannya. (Diaz Priantara:2009)
Di dalam pelaksanaan tugasnya, Account Representative
dikelompokan berdasarkan jenis usaha Wajib Pajak misalnya
pertambangan, perbankan, perkebunan, dan otomotif. Menurut John
Hutagaol seharusnya terdapat Account Representative sebanyak 30 orang
pada KPP Wajib Pajak Besar Satu dan sebanyak 35 orang pada KPP Wajib
Pajak Besar Dua. Umumnya, Account Representative berpendidikan
sarjana strata satu dan ada juga yang telah berpendidikan sarjana strata
dua. Berdasarkan lingkup penelitian pada KPP Pratama Sidoarjo Utara
Menurut Raden Suparman (2008) dalam Soni Sunardi (2010),
profesionalisme pegawai Dirjen Pajak masih perlu banyak ditingkatkan.
Hasil survei dari pihak ketiga yang antara lain dilakukan oleh Hay Group
Consultant terhadap pendapat Wajib Pajak menunjukkan Dirjen Pajak
mempunyai kelemahan pada SDM, sosialisasi ketentuan, dan distorsi pada
pemeriksaan pajak. Kelemahan ini diperkuat dengan banyaknya surat-surat
masuk yang memerlukan penegasan lebih lanjut. Salah satu yang menjadi
penyebab kelemahan sumber daya manusia adalah target penerimaan yang
merupakan satu pressure tersendiri sehingga mendorong tenaga-tenaga
terampil diarahkan ke hal-hal yang bersifat teknis. Akibatnya, fungsi lain
yang tidak kalah penting seperti penyuluhan, pemrosesan data,
perencanaan pegawai dan penyusunan konsep aturan mengalami banyak
kekurangan baik dari sisi jumlah maupun kapasitas sumber daya
manusianya.
Menurut Waras (2010) dalam Soni Sunardi (2010), kualitas AR
(Account Representative) juga dapat menjadi pennghambat/kendala kinerja
Account Representative. Dilihat dari aspek pendidikan, kemampuan dan
mutu setiap Account Representative berbeda, pendidikan, kemampuan dan
mutu Account Representative yang rendah dapat memperlambat pelayanan
kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Aspek
lainnya yaitu seperti banyaknya wajib pajak yang ditangani setiap Account
Representative, misalnya KPP Pratama Subang yang merupakan daerah
pajak di daerah yang luas dan berbagai kecamatan sehingga satu Account
Representative dapat memiliki ratusan wajib pajak dengan tingkat
pengetahuan wajib pajak yang masih rendah tentang perpajakan, itu juga
dapat memperhambat kinerja Account Representative. Dari ratusan atau
beribu wajib pajak, Account Representative harus mengetahui atau
memahami profil wajib pajak secara detail.
KPP Pratama Sidoarjo Utara memiliki jumlah Wajib Pajak yang
terdaftar sebanyak 85.248 Wajib Pajak dengan bidang pekerjaan dan usaha
yang berbeda-beda. Dengan sekian banyaknya jumlah Wajib Pajak, kinerja
AR di KPP Pratama Sidoarjo Utara mengalami banyak hambatan untuk
menangani Wajib Pajak karena seharusnya menurut John Hutagaol dalam
bukunya “Perpajakan Isu-isu Kontemporer” (2007), setiap satu orang AR
harus menangani 3 (tiga) hingga 5 (lima) Wajib Pajak besar tertentu dan
sekaligus mengawasi kepatuhan Wajib Pajak tersebut di dalam
melaksanakan pemenuhan kewajibannya di bidang perpajakan. Sedangkan
dalam KPP Pratama Sidoarjo Utara saat ini menunjukan bahwa tiap satu
orang AR justru menangani Wajib Pajak puluhan hingga lebih, hal tersebut
ditunjukan melalui statistik Waijb Pajak berdasarkan Account
Tabel 2: Statistik Wajib Pajak Berdasarkan Account Representative (AR)
No Nama AR
WP
Bendaharawan WP Badan WP Orang Pribadi Total
D NE E D NE E D NE E D NE E
Dengan melihat tabel statistik diatas, dapat disimpulkan kinerja
Account Representative menjadi kurang maksimal. Menurut data diatas
rata-rata wajib pajak yang ditangani setiap Account Representative sebesar
4820,75 Wajib Pajak. Kewajiban Account Representative yang harus
memahami profil setiap Wajib Pajaknya secara detail dan harus terus
meng up-date profil Wajib Pajaknya masih belum terlaksana dengan baik
seperti adanya profil Wajib Pajak yang belum di up-date oleh Account
Representative dikarenakan satu orang Account Representative harus
Salah satu bentuk tugas dan tanggung jawab seorang Account
Representative yaitu melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak dan
membuat Company Profile (Profil) Wajib Pajak. (John Hutagaol:2007)
Menurut Andre Satya Dananjaya (2009) dalam Soni Sunardi
(2010), dalam sistem modernisasi sekarang ini pembuatan profil adalah hal
yang baru dan harus dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Modern,
dimana dengan adanya Account Representative (AR) pada Seksi
Pengawasan dan Konsultasi setiap Kantor Pelayanan Pajak dituntut untuk
lebih dekat, lebih mengenal dan lebih tahu akan kondisi Wajib Pajak-nya.
Sehingga kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan penerimaan pajak
dalam hal ini instensifikasi dapat berjalan dengan baik, apalagi nantinya
akan di dukung sepenuhnya oleh kegiatan pemeriksaan terhadap Wajib
Pajak, dimana akhirnya nanti kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
oleh Wajib Pajak dapat meningkat secara signifikan dengan kesadaran
penuh dari Wajib Pajak sendiri. Bahwa pajak-pajak yang mereka bayarkan
itu, nantinya akan kembali mereka rasakan meski tidak secara langsung
dengan terus berlangsungnya pembangunan-pembangunan dan
perbaikan-perbaikan sarana infrastruktur di seluruh Indonesia. Hal tersebut sesuai
dengan kebijakan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan, disebutkan bahwa profil Wajib Pajak adalah syarat
wajib dari penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2), bila tidak ada
profil maka suatu penugasan pemeriksaan tidak dapat diterbitkan surat
Bayar Restitusi dan pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi atas permintaan KPP
domisili, selain hal tersebut Profil digunakan sebagai dasar untuk membuat
analisis risiko terkait dengan usulan pemeriksaan khusus dan setelah ada
penugasan/instruksi pemeriksaan, pemeriksa harus meminjam dan
memanfaatkan Profil Wajib Pajak dan hasil analisis risiko yang telah
dilakukan Account Representative. Berdasarkan uraian tersebut dapat di
ketahui bahwa dengan berlangsungnya sistem modernisasi dalam tubuh
Direktorat Jendral Pajak yang merupakan salah satu wujud nyata reformasi
birokrasi, pelayanan prima mutlak di perlukan dalam hal peningkatan
penerimaan negara melaluli pajak. Dan dengan berlakunya Account
Representative sebagai salah satu wujud pelayanan prima kepada Wajib
Pajak, diharapkan dapat membantu peningkatan penerimaan pajak melalui
keigatan intensifikasi Wajib Pajak yaitu dengan pembuatan profil Wajib
Pajak yang nantinya akan digunakan sebagai dasar acuan dalam tahapan
awal pelaksanaan pemeriksaan pajak. Sehingga proses pemeriksaan yang
dilaksanakan nantinya dapat berjalan lebih fokus dan memiliki kualitas
dan keakuratan hasil yang sangat baik.
Pemeriksaan pajak merupakan instrumen untuk menentukan
kepatuhan, baik formal maupun material, yang tujuan utamanya adalah
untuk menguji dan dan meningkatkan tax compliance seorang Wajib
Pajak. Idealnya setiap wajib pajak secara bergiliran dapat sekali diperiksa
pada setiap putaran waktu. Pemeriksaan merupakan interaksi antara
Pajak sehingga pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan lebih efektif.
(Diaz Priantara:2009)
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
adalah merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak, sehingga dari
hasil pemeriksaan akan diketahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak, bagi
wajib pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan
dengan dilakukannya pemeriksaan terhadapnya dapat memberikan
motivasi positif agar untuk masa masa selanjutnya menjadi lebih baik.
Oleh karena itu, pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai sarana
pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. (Siti Kurnia
Rahayu:2010)
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini
adalah: Seberapa besar pengaruh kinerja Account Representative dalam
menentukan kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Sidoarjo Utara.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
kinerja Account Representative dalam menentukan kualitas pemeriksaan
pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini diantaranya:
A. Manfaat Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang perpajakan
dan dengan adanya penelitian diharapkan juga untuk dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh kinerja Account
Representative dalam menentukan kualitas pemeriksaan pajak.
B. Manfaat Bagi Akademisi
Diharapkan dapat menambah kepustakaan sebagai informasi bahan
pembanding bagi peneliti lain yang ingin membahas masalah ini
kepada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
C. Manfaat Praktis
1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja guna
menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk
memperbaiki kinerja Account Representative sehingga dapat
berjalan dengan baik.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh
kinerja Account Representative dalam menentukan kualitas
pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Sebelum penulisan skripsi ini dilakukan telah ada penelitian yang
serupa menyangkut Account Representative. Pada bagian ini dibahas hal –
hal yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan sehingga
dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.
1. Esther Yohannah (2012)
Judul Penelitian :
Tinjauan Atas Sosialisasi Peraturan Perpajakan dan Kinerja account
Representative Dalam Upaya Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak
(Studi Kasus KPP Pratama Jakarta Pademangan).
Rumusan Masalah :
- Bagaimanakah cara – cara pelaksanaan sosialisasi peraturan
perpajakan di KPP Pratama Jakarta Pademangan ?
- Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sosialisasi
peraturan pajak di KPP Pratama Jakarta Pademangan ?
- Apa peran Account representative dalam meningkatkan kepatuhan
perpajakan Wajib Pajak, baik Wajib Pajak perorangan maupun
Kesimpulan :
- KPP Pademangan sudah menggunakan berbagai media untuk
menyosialisasikan mengenai peraturan dan kegiatan perpajakan
seperti kegiatan Sensus pajak Nasional. Media – media tersebut
antara lain flyers (poster dan brosur), leaflet dan booklet, billboard,
dan standing banner.
- Cara – cara sosialisasi juga sudah baik dilihat dari pemberdayaan
AR baik di seksi waskon maupun di help desk untuk memberikan
konsultasi dan menjawab pertanyaan WP. Disamping itu
ketersediaan call center, serta kegiatan penyuluhan pajak dan
website pajak bisa dijadikan sumber informasi mengenai pertauran
terbaru.
- Kinerja AR di KPP Pademangan bisa dikatakan baik. Terlihat dari
pelaksanaan pekerjaan, sikap dalam menangani WP (kode etik),
dan update akan peraturan terbaru. Wajib Pajak sendiri merasakan
bahwa pelayanan yang diberikan AR baik dan ramah. WP bisa
menjadi lebih terbuka mengenai kewajiban perpajakannya dan
merasa terbantu dengan keberadaan AR.
- Secara keseluruhan kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pademangan
dalam hal pelaporan SPT masih rendah terlihat dari jumlah SPT
yang masuk dimana sebenarnya terdapat 45000an Wajib Pajak
efektif akan tetapi hanya sepuluh sampai lima belas ribu jumlah
rendah, masih ada juga kendala internal seperti masalah yang
muncul dari pengumpulan SPT melalui media drop box. Contoh
kendala lainnya dalam sosialisasi pajak adalah line telepon call
center yang sulit dihubungi.
- Sebenarnya KPP Pratama Jakarta Pademangan sudah menyediakan
berbagai media dan cara untuk menyosialisasikan peraturan pajak,
akan tetapi kesadaran dan rasa ingin tahu Wajib Pajak tentang
peraturan terbaru masih rendah. Hal ini terlihat dari sikap acuh tak
acuh terhadap media – media sosialisasi yang sudah disediakan.
2. Soni Sunardi Gumilar (2010)
Judul Penelitian :
Analisis Kinerja Account Representative Pengaruhnya terhadap
Kualitas Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Yang Berada
Di Wilayah Kota Bandung.
Rumusan Masalah :
- Bagaimana kinerja Account Representative pada Kantor Pelayanan
Pajak yang berada di wilayah Kota Bandung ?
- Bagaimana kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak yang berada di wilayah Kota Bandung ?
- Seberapa besar pengaruh kinerja Account Representative terhadap
kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak yang
Kesimpulan :
- Kinerja Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak di
wilayah Kota Bandung sudah baik. Tetapi untuk beberapa hal
seperti tanggung jawab yang cukup yang dimiliki Account
Representative pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota
Bandung didukung dengan pelaksanaan tugas yang sudah baik serta
pelaksanaan kode etik yang sangat baik. Hanya saja masih ada
beberapa hal yang masih belum dilaksanakan dengan baik oleh
Account Representative, diantaranya tanggungjawab cukup baik
dalam penginformasian peraturan yang baru AR hanya melakukan
bimbingan namun tidak menginformasikan peraturan perpajakan
kepada WP. Kemudian untuk mengetahui hal-hal yang harus
diperhatikan pada waktu melakukan pemeriksaan masih seringkali
AR bertanya balik kepada WP dan apabila ada tanda-tanda yang
tidak sesuai dengan kenyataan AR hanya menganalisa SPT tidak
mengusulkan pemeriksaan atau penyidikan. Hal-hal tersebut dapat
menyimpulkan bahwa kualitas dan pendidikan seorang AR masih
rendah, dan bias terjadi adanya kecurangan yang dilakukan oleh
WP dalam rangka pemeriksaan pajak dalam bentuk maipulasi
- Kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di
wilayah Kota Bandung sudah baik. Hal ini didukung oleh
tahapan-tahapan pemeriksaaan pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah
Kota Bandung sudah dilakukan dengan baik dengan jangka waktu
yang dibutuhkan dalam pemeriksaan pajak sangat singkat. Hanya
saja kegiatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan
pemeriksaan pajak baru sebatas memeriksa ditempat wajib pajak,
melakukan penilaian atas system pengendalian intern,
memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan. Dan
dalam tahapan pelaksanaan pemeriksaan juga masih ada responden
yang melakukannya kadang-kadang. Hal-hal tersebut dapat
menyimpulkan bahwa petugas pemeriksa belum optimal dalam
peningkatan kualitas pemeriksaan.
- Kinerja Account Representative berpengaruh signifikan terhadap
kualitas pemeriksaan pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di
wilayah Kota Bandung. Kinerja Account Representative mampu
memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap kualitas
pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota
Bandung sebesar 68,0 persen. Sedangkan sisanya yaitu sebesar
32,0% dipengaruhi variabel lain di luar variabel kinerja Account
Representative, seperti kualitas pegawai pajak lainnya dan
peraturan-peraturan yang berlaku di kantor tersebut serta sarana
bahwa semakin baik kinerja Account Representative diduga akan
meningkatkan kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak di wilayah Kota Bandung. Sebaliknya, semakin tidak baik
kinerja Account Representative diduga akan menurunkan kualitas
pemeriksaan pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota
Bandung.
3. Nanda Muammarsyah (2011)
Judul Penelitian :
Pengaruh Peran Account Representative, Pemahaman Prosedur
Perpajakan Wajib Pajak, Dan Kualitas Pelayanan Tempat Pelayanan
Terpadu Di Kantor Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Memenuhi Kewajiban Perpajakannya (Studi Kasus Pada Delapan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Jakarta Selatan)
Rumusan Masalah :
- Apakah peran Account Representative, pemahaman proseudr
perpajakan para Wajib Pajak, kualitas pelayanan petugas tempat
pelayanan terpadu, berpengaruh signifikan baik secara parsial
maupun simulltan terhadap kepatuhan para Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban pajak pada delapan KPP Pratama di Jakarta
Kesimpulan :
- Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen yaitu Peran AR (X1), Pemahaman Prosedur Perpajakan
WP (X2), dan Kualitas Pelayanan TPT (X3) terhadap variabel
dependen yaitu Kepatuhan WP (Y).
- Secara Parsial, dua variabel independen yaitu Pemahaman Prosedur
Perpajakan WP (X2) dan Kualitas Pelayanan TPT (X3) masing –
masing berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Kepatuhan
WP (Y). Sedangkan variabel independen Peran AR (X1) secara
parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Kepatuhan
WP (Y).
- Adjusted R2 menunjukkan bahwa 38,2% dari kepatuhan WP
dipengaruhi dari variabel independen yaitu peran AR, pemahaman
prosedur perpajakan WP, dan kualitas pelayanan TPT. Sedangkan
61,8% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Dasar-dasar Perpajakan 2.2.1.1Pengertian Pajak
Beberapa pengertian atau definisi tentang pajak yang diberikan
para ahli di bidang keuangan negara untuk menjadi bahan perbandingan
antara lain adalah sebagai berikut:
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam
(Mardiasmo, 1:2009):
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum negara.”
Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. P.J.A Andriani
dalam (Siti Kurnia Rahayu, 22:2010):
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Menurut Diaz Priantara dalam bukunya “KUPAS TUNTAS
“Pajak adalah iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat kepada
negara berdasarkan kemapuan masing-masing yang dapat dipaksakan
untuk membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan, dan pembayar
pajak tidak menerima imbalan atau kontribusi yang dapat dihubungkan
secara langsung dengan pajak yang telah dibayarnya.”
Berbagai definisi tersebut pada dasarnya memiliki tujuan dan inti
yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga mudah dipahami.
2.2.1.2Fungsi Pajak
Pengertian fungsi dalam fungsi pajak pengertian fungsi sebagai
kegunaan suatu hal. Maka fungsi pajak adalah kegunaan pokok, manfaat
pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak
memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan
umum. Dengan pajak sebagai salah satu pos penerimaan negara
diharapkan banyak pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
negara.
Umumnya dikenal dengan dua macam fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Budgetair
Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal (fiscal function), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat
untuk memasukan dana secara optimal ke kas negara yang dilakukan
berlaku. Pajak berfungsi sebagai alat untuk memasukan uang dari
sektor swasta (rakyat) kedalam kas negara atau anggaran negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan fungsi ini
lah pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk
membiayai berbagai kepentingan melakukan upaya pemungutan pajak
dari penduduknya.
Disebut sebagai fungsi utama karena fungsi inilah yang secara
historis pertama kali muncul. Pajak digunakan sebagai alat
penghimpun dana dari masyarakat tanpa ada kontraprestasi secara
langsung dari zaman sebelum masehi sudah dilakukan. (Siti Kurnia
Rahayu:2010)
2. Fungsi Regulerend
Fungsi regelurend disebut juga sebagai fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai
tujuan tertentu. Merupakan fungsi lain dari pajak sebagai fungsi
budgetair. Di samping usaha untuk memasukan uang untuk kegunaan
kas negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk
ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan
pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta.
Fungsi regulerend juga disebut sebagai fungsi tambahan,
karena fungsi regulerend ini hanya sebagai tambahan atas fungsi
2.2.1.3Jenis Pajak
Terdapat perbedaan atau penggolongan serta jenis-jenis pajak.
Pembedaan atau penggolongan tersebut didasarkan pada suatu kriteria,
yaitu:
- Siapa yang membayar pajak
- Siapa yang pada akhirnya memikul beban pajak
- Apakah beban pajak dapat dilimpahkan/dialihkan kepada pihak lain
- Siapa yang memungut pajak
- Sifat-sifat yang melekat pada pajak yang bersangkutan
- Pajak dikenakan atas apa
1. Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang apabila beban pajak yang dipikul seseorang atau badan (tax burden) tidak dapat dilimpahkan (no
tax shifting) kepada pihak lain. Pihak yang ditunjuk oleh
Undang-Undang pajak untuk memikul beban pajak sudah jelas yaitu seseorang
atau badan yang memiliki sesuatu, bukan pada sesuatunya, tetapi
kepada seseorang atau badannya. Destinataris-nya adalah seseorang
atau badan.
Rochmat Soemitro dalam Siti Kurnia Rahayu (2010)
mengemukakan berdasarkan pada tata usaha negara (administrasi)
surat ketetapan (kohir) dan pengenaannya dilakukan secara berkala
pada tiap tahun dan waktu tertentu.
Contohnya: Pajak Penghasilan.
Pajak tidak langsung adalah beban pajak yang dipikul seseorang (tax burden) dapat dilimpahkan (tax shifting) baik
seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain. Tax incidence dari
pelimpahan adalah bahwa pajak pada akhirnya dibebankan seluruhnya
pada konsumen akhir.
Merupakan pajak yang pemungutannya tidak dilakukan
berdasar atas kohir dan pengenaanya tidak dilakukan secara berkala,
misalnya dikaitkan dengan suatu kegiatan tertentu yang menyertainya.
Contohnya: Pajak Penjualan dan Pertambahan Nilai. (Siti Kurnia
Rahayu:2010)
2. Pajak Subyektif dan Pajak Obyektif
Pajak Subyektif merupakan pajak yang erat hubungannya dengan subyek yang dikenakan pajak, dan besarnya sangat
dipengaruhi keadaan subyek pajak. Member perhatian pada keadaan
pribadi Wajib Pajak. Untuk menetapkan pajaknya maka diberi alas an
obyektif yang berhubungan erat dengan keadaan materiilnya. Seperti
status kawin, tidak kawin, dan kawin dengan tanggungan. Hal tersebut
pengurangan dari penghasilan. Contohnya: Pajak Penghasilan. (Siti
Kurnia Rahayu:2010)
Pajak Obyektif merupakan pajak yang erat hubungannya dengan obyek pajak, sehingga besarnya jumlah pajak hanya
tergantung kepada keadaan obyek itu, dan sama sekali tidak
menghiraukan serta tidak dipengaruhi oleh keadaan subyek pajak.
Memperhatikan obyek bukan benda, yang dapat berupa keadaan,
perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban
membayar pajak. Baru kemudian ditentukan subyeknya yang
mempunyai hukum tertentu dengan obyek itulah yang ditunjukan
sebagai subyek pembayar pajak.
Pajak obyektif ini dalam literatur disebut juga pajak yang
bersifat kebendaan atau zakelijk. (Rochmat Soemitro dalam Siti
Kurnia Rahayu, 52:2010)
Contoh: Bea Masuk, Cukai, Pajak Pertambahan Nilai, Bea Materai.
3. Pajak Pusat dan Pajak Daerah
Pembedaan ini diadasarkan pada kriteria lembaga atau instansi
yang memungut pajak.
Pajak Pusat adalah pajak yang di administrasikan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Keuangan, yakni
Direktorat Jendral Pajak. Misalnya Pajak Penghasilan, Pajak
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Dibedakan dengan pajak pemerintah propinsi dan pemerintah
daerah tingkat II.
Pajak pemerintah daerah tingkat I:
- Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air
- Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air
- Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
- Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan
Pajak daerah tingkat II:
- Pajak hotel dan restoran
- Pajak hiburan
- Pajak reklame
- Pajak penerangan jalan
- Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C
- Pajak parker
2.2.1.4Sistem Pemungutan Pajak
Dalam sistem perpajakan dikenal Self Assesment System, Official
1. Self Assesment System
Self Assesment System adalah suatu sistem perpajakan yang
memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan
melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dalam hal
ini dikenal dengan:
- Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak
- Menghitung dan/memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang
terutang
- Menyetor pajak tersebut ke Bank Presepsi/kantor pos
- Melaporkan penyetoran tersebut kepada Direktorat Jendral Pajak
- Menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian
SPT dengan baik dan benar. (Siti Kurnia Rahayu:2010)
Tata cara pemungutan dengan Self Assesment System berhasil
dengan baik jika masyarakat pengetahuan dan disiplin pajak yang
tinggi, di mana cirri-ciri Self Assesment System adalah adanya
kepastian hukum, sederhana penghitungannya, mudah pelaksanaanya,
lebih adil dan merata, dan penghitungan pajak dilakukan oleh Wajib
Pajak.
Rimsky K. Judisseno dalam Siti Kurnia Rahayu (2010)
mengatakan bahwa Self Assesment System diberlakukan untuk
memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya masyarakat harus
benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakannya.
2. Withhodling Tax System
Sistem pajak ini menekankan kepada pemberian kepercayaan
pada pihak ketiga di luar fiskus dan penerima penghasilan untuk
memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang diberikan oleh
pihak ketiga dengan suatu presentase tertentu dari jumlah pembayaran
atau transaksi yang dilakukannya dengan penerima penghasilan.
Jumlah pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga tersebut
kemudian dibayarkan kepada negara melalui penyetoran pajak seperti
aktivitas yang dilakukan di Self Assesment System dalam jangka waktu
tertentu yang telah ditetapkan undang-undang. Nantinya jumlah yang
disetorkan ke kas negara itu akan dapat diperhitungkan kembali oleh
Wajib Pajak yang penghasilannya dipotong atau dipungut dengan
melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan yang diberikan oleh
pihak ketiga saat transaksi penerimaan penghasilan. Manfaat
Withholding Tax System :
- Dapat meningkatkan kepatuhan secara sukarela karena pembayar
pajak secara tidak langsung telah membayar pajaknya
- Pengumpulan pajak secara otomatis bagi pemerintah, tanpa
mengeluarkan biaya
- Meningkatkan penerimaan pajak (optimalisasi perluasan obyek
pajak).
Tetapi disisi lain biaya yang dikeluarkan Wajib Pajak maupun
pemungut atau pemotong meningkat, karena kewajiban tersebut
tentunya akan menyebabkan pengaruh pembengkakan biaya
pemenuhan kewajiban perpajakan. (Siti Kurnia Rahayu, 106:2010)
3. Official Tax System
Merupakan sistem perpajakan dalam mana inisiatif untuk
memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus. Dalam sistem
ini fiskuslah yang aktif sejak dari mencari Wajib Pajak untuk
diberikan NPWP sampai pada penetapan jumlah pajak yang terutang
melampaui penerbitan SKP. Sistem ini cenderung berakhir pada masa
berlakunya ordonansi Pajak Perseroan tahun 1925 dan Ordonansi
Pajak Pendapatan 1944. Dalam sistem official assessment besarnya
kewajiban pajak Wajib Pajak ditentukan sepenuhnya oleh fiskus
selaku pemungut pajak. Dalam UU KUP 2000 juga dikenal beberapa
macam SKP yakni SKPKB, SKPKBT, SKPLB, dan SKPN. Wajib
Pajak yang menerima SKP-SKP tersebut adalah Wajib Pajak yang
2.2.2 Kinerja
Salah satu ciri khas dari KPP modern adalah adanya Account
Representative (AR) yang melaksanakan tugas-tugas pengawasan terhadap
pelaksanaan kewajiban oleh Wajib Pajak dan melayani penyelesaian Wajib
Pajak.
Di dalam dunia usaha yang berkompetisi secara global,
perusahaan memerlukan kinerja tinggi. Pada saat yang bersamaan pula,
karyawan memerlukan umpan balik atas hasil kerja mereka sebagai
panduan bagi perilaku mereka di masa yang akan datang.
Sedarmayanti (1995) yang mengutip paparan L.A.N
mengungkapkan definisi kinerja sebagai berikut :
“Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.”
Disamping itu, kinerja (performance) diartikan sebagai hasil kerja
seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara
keseluruhan, dimana hasil tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya
ditentukan).(Makalah_Kinerja.pdffile.upi.edu/Direktori/Makalah_Kinerja.
pdf)
2.2.3 Kinerja Account Representative
Account Representative (AR) adalah petugas yang berada di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan Sistem
Administrasi Modern. Account Representative (AR) berkewajiban
melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan,
melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada Wajib
Pajak (WP). Setiap Account Representative (AR) mempunyai beberapa
Wajib Pajak (WP) yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh Account
Representative (AR) dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga
meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja
karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus. Account Representative (AR)
juga dilatih agar menjadi staf yang proaktif, bersikap melayani, dan
memiliki pengetahuan perpajakan yang baik. Seorang Account
Representative (AR) memiliki akses terhadap rekening Wajib Pajak (tax
payer account) secara on-line. Selain itu, Wajib Pajak dapat secara mudah
menghubungi Account Representative (AR)-nya baik secara langsung
datang ke KPP maupun menggunakan telepon atau e-mail. (DJP:2007)
Menurut John Hutagaol (2007) “Account Representative adalah
pegawai Direktorat Jendral Pajak yang bekerja pada KPP Wajib Pajak
pelayanan, pembinaan dan pengawasan secara langsung kepada Wajib
Pajak”. Keberadaan Account Representative diharapkan mampu menjamin
akurasi, konsistensi, dan efisiensi waktu di dalam memberikan pelayanan
kepada Wajib Pajak dan juga dapat membangun hubungan yang lebih
terbuka didasari saling percaya antara Wajib Pajak dan KPP Wajib Pajak
Besar, sehingga menciptakan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak di dalam
memenuhi kewajiban dan haknya dibidang perpajakan. Tugas Account
Representative adalah bertanggung jawab untuk membangun seluruh
kebutuhan administrasi yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak di dalam
memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya. Account Representative juga
akan bertindak sebagai sumber informasi yang menyangkut tentang
seluruh aspek perpajakan dan melakukan koordinasi serta tindak lanjut
dengan seksi terkait pada KPP Wajib Pajak Besar.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kinerja Account
Representative adalah hasil pencapaian dari tugas-tugas yang di lakukan
oleh pegawai pajak yang ditunjuk oleh Dirjen pajak, yang bekerja pada
kantor pelayanan pajak dengan penerapan system perpajakan modern.
Adapun untuk mengukur kinerja Account Representative
ditentukan dari indikator-indikator yang dikemukakan dalam Tugas dan
2.2.3.1Tugas dan Tanggung Jawab Account Representative
Tugas dan tanggung jawab Account Representative yang
berhubungan dengan Wajib Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010)
adalah :
a. Mengawasi kepatuhan Wajib Pajak melalui data dan Sistem
Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) dan Sistem Informasi DJP
(SIDJP).
b. Memberikan himbauan dan konsultasi teknis (bukan material)
perpajakan kepada Wajib Pajak.
c. Menganalisa kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam
rangka intensifikasi.
d. Melakukan monitoring penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses
keberatan.
e. Melakukan evaluasi hasil banding.
f. Memberikan bantuan kepada Wajib Pajak dalam memperoleh
ketegasan dan konfirmasi masalah perpajakan.
g. Melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak dan membuat company
profile Wajib Pajak.
h. Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru kepada Wajib Pajak.
Menurut Rudi Fitrantio, adapun tugas Account Representative lain
a. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Pelaksana Seksi
Pelayanan yang dinyatakan tidak lengkap.
b. Mencetak konsep Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT
tahunan yang terdapat di dalam aplikasi pengawasan Drop Box,
selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala
KPP untuk disetujui dan ditandatangani.
c. Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang
telah ditandatangani oleh kepala KPP selanjutnya diproses sesuai SOP
Tata Cara Penyampaian Dokumen.
d. Menerima kelengkapan SPT dari Petugas TPT untuk digabungkan
dengan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.
e. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap
diteruskan ke Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan
SPT Tahunan/e-SPT Tahunan serta loading e-SPT Tahunan.
f. Dalam hal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan tidak dipenuhi dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan,
Account Representative mencetak konsep Surat Pemberitahuan SPT
Dianggap Tidak Disampaikan selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya
g. Mencetak Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan
sebagaimana lampiran II. 11 dan mengirimkan ke Seksi PDI bersama
berkas SPT yang dianggap tidak disampaikan.
h. Dalam hal terjadi kesalahan matematis dalam pengisian SPT, Account
Representative menerbitkan Surat Himbauan Pembetulan SPT sesuai
dengan SOP Tata Cara Penerbitan Surat Himbauan Pembetulan SPT.
i. Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian SPT dan/atau
keterlamabatan pembayaran pajak, Account Representative
menerbitkan Surat Tagihan Pajak sesuai dengan SOP Tata Cara
Penerbitan Surat Tagihan Pajak.
2.2.3.2Syarat Profesionalisme Account Representative
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010), syarat profesionalisme
Account Representative adalah:
1. Knowledge
- Menguasai ketentuan perpajakan
- Menguasai seluruh jenis pajak
- Menguasai teknologi informasi.
2. Skills
- Mengawasi pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
- Melakukan analisis data dan potensi perpajakan yang diperoleh dari
berbagai sumber
- Memberikan pelayanan prima
- Berkomunikasi dengan baik dengan Wajib Pajak
3. Attitude
- Proaktif
- Inovatif
- Kreatif
- Komunikatif
- Responsif
2.2.4 Kualitas Pemeriksaan Pajak
Beberapa pakar kualitas mendefinisikan Kualitas dengan beragam
interpretasi. Definisi kualitas menurut Juran (1962) yaitu “Kualitas adalah
kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”. Menurut Crosby (1979)
Kualitas adalah kesesuaian kebutuhan yang meliputi availability, delivery,
realinility, maintainability, dan cost effectiveness.
Berdasarkan pengertian diatas, kualitas merupakan suatu
kepuasan dari satu barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan atau
diinginkan.
Pengertian pemeriksaan pajak menurut Diaz Priantara (67:2009)
“Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Berdasarkan pengertian ini maka salah satu fokus pemeriksaan
pajak adalah pada ketaatan dan kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan
azas self assessment. Tindak lanjut pemeriksaan pajak akan membawa
kemungkinan kepada keberatan dan banding yang kelak harus diselesaikan
di Pengadilan Pajak atau membawa kemungkinan kepada penyelidikan,
penyidikan dan penyidikan yang harus diselesaikan di Pengadilan Umum.
Oleh karena itu, derajat keyakinan yang harus diperoleh Pemeriksa Pajak
adalah keyakinan mutlak bahwa telah terjadi ketidak sesuaian penerapan
peraturan perpajakan.
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, yang dimaksud dengan
kualitas pemeriksaan pajak adalah suatu kondisi yang melebihi harapan
dari serangkaian kegiatan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pajak,
a. Teknologi informasi
Kemajuan teknologi informasi telah luas dimanfaatkan oleh wajib
pajak. Seiring dengan perkembangan tersebut maka pemeriksa harus
juga memanfaatkan perangkat teknologi informasi dengan sebutan
Computer Assisted Audit Technique (CAAT).
b. Jumlah sumber daya manusia
Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja
pemeriksaan. Jika jumlah tidak dapat memadai karena pengadaan
sumber daya manusia melalui kualifikasi dan prosedur reciutment
terbatas, maka untuk mengatasu jumlah pemeriksa yang terbatas adalah
dengan meningkatkan kualitas pemeriksa dan melengkapinya dengan
teknologi informasi dalam pelaksanaan pemeriksaan.
c. Kualitas sumber daya
Kualitas pemeriksa sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar
belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi
pemeriksaan. Solusi agar kesenjangan kualitas pemeriksa teratasi adalah
dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan
sistem mutasi yang terencana serta penerapan reward and punishment.
d. Sarana dan prasarana
Sarana prasarana pemeriksaan seperti komputer sangat diperlukan.
Pemeriksaan juga tidak akan berjalan dengan baik apabila
terdapat kendala-kendala yang di hadapi dalam pemeriksaan.
a. Psikologis
Persepsi Wajib Pajak tentang pemeriksaan pajak dan persepsi
pemeriksa mengenai kepatuhan Wajib Pajak.
Persepsi yang terbentuk pada Wajib Pajak maupun pemeriksa pajak
sangat tergantung pada penguasaan informasi. Apabila timbul
ketimpangan informasi, maka timbul masalah psikologis antara kedua
belah pihak. Wajib Pajak timbul penolakan, pemeriksa pajak timbul
kecurigaan.
b. Komunikasi
Terdiri dari komitmen Wajib Pajak untuk membantu kelancaran
pemeriksaan pajak dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil
pemeriksaan.
Komitmen wajib bakal timbul apabila Wajib Pajak memahami tujuan
pemeriksaan dan apa yang menjadi hak dan kewajibannya, serta hak
dan kewajiaban mereka. Selain itu temuan sementara pemeriksaan
pajak hendaknya disampaikan lebih dini untuk memberikan kesempatan
bagi Wajib Pajak menjelaskan dan memberikan buku, catatan atau
dokumen tambahan yang mendukung penjelasan-penjelasannya.
Apabila komunikasi tidak kondusif maka hal ini dapat menghambat
jalannya pemeriksaan pajak.
c. Teknis
Terdiri dari ukuran perusahaan, pemanfaatan teknologi informasi,
Semakin kompleks variabel teknis akan berdampak terhadap
pelaksanaan pemeriksaan pajak.
d. Regulasi
Terdiri dari kelengkapan ketentuan yang berlaku yang mengatur
perlakuan atas setiap transaksi yang timbul dan sejauh mana jangkauan
hak pemajangan undang-undang domestik atas transaksi internasional.
2.2.5 Indikator Kualitas Pemeriksaan Pajak 2.2.5.1 Tahapan Pemeriksaan Pajak
2.2.5.1.1 Persiapan Pemeriksaan Pajak
Suatu pemeriksaan pajak yang baik harus memiliki
perencanaan atau persiapan yang baik. Persiapan dibutuhkan agar
proses pemeriksaan pajak berjalan terarah sesuai dengan yang
diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010), persiapan pemeriksaan
ialah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa sebelum
melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan sebagai
berikut :
- Mempelajari berkas Wajib Pajak/berkas data
- Menganalisa SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak
- Mengidentifikasi masalah
- Melakukan pengenalan lokasi Wajib Pajak
- Menyusun program pemeriksaan
- Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam
- Menyediakan sarana pemeriksaan
Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksa dapat
memperoleh gambaran umum mengenai Wajib Pajak yang akan
diperiksa, sehingga program pemeriksaan yang disusun sesuai dengan
sasaran yang ingin dicapai.
2.2.5.1.2 Pelaksanaan Pemeriksaan
Menurut Siti Kurnia Rahayu dalam bukunya “Perpajakan
Indonesia” (2010), pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan pemeriksa pajak dan meliputi:
a. Memeriksa di tempat Wajib Pajak.
b. Melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern.
c. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan.
d. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen-dokumen.
e. Melakukan konfirmasi pada pihak ketiga.
2.2.5.1.3 Laporan Hasil Pemeriksaan
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010) Laporan Pemeriksaan
Pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir Laporan