• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Account Representative Dalam Upaya Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Account Representative Dalam Upaya Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adjat Djatnika. 2012. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses melalui

Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Selayang Pandang. Melalui

Haula, Rosdiana. 2005. Perpajakan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rajawali Pers

Marihot, Siahaan. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : Rajawali

Pers.

Mohammad Zain, 2004. Reformasi Perpajakan. Jakarta : Amikom

, Nomor 98/KMK.01/2006. Account Representative.

, Nomor 192/PMK.03/2007. Tata Cara Penetapan Wajib Pajak.

Pandiangan, Liberti. 2008. Modernisasi dan Reformasi Perlayanan Perpajakan.Jakarta

Safri Nurmantu. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit.

Siti, Resmi. 1999. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat Waluyo

dan Wirawan B.Ilyas. 2005. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat.

(2)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Konsep, Konstruk, Variable Penelitian 3.1.1 Pengertian Pajak

Defenisi atau pengertian pajak menurut beberapa ahli adalah sebagai

berikut :

Menurut Prof. Dr. Djajaningrat

“Pajak adalah suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan

negara karena suatu keadaan,kejadian,dan perbuatan yang memberikan kedudukan

tertentu.Pungutan tersebut bukan sebagai hukuman , tetapi menurut peraturan-

peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan.Untuk itu , tidak ada

jasa balik dari negara secara langsung.”

Menurut Abderson, W.H.

“Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

dibebankan pada pendapatan kekayaan seseorang yang diutamakan untuk

membiayai pengeluaran Negara.”

Menurut Mardiasmo

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mebdapat jasa timbal (kontrasepsi) yang

langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum.”

Beberapa definisi mengenai pajak menurut ahli yang dapat dipelajari dan

(3)

Berdasarkan defenisi dan penjelasan tersebut Mardiasmo (2011:1) menarik

beberapa kesimpulan mengenai unsur-unsur pajak, yaitu:

1. Iuran dari rakyat kepada negara.

Yang berhak mmungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang

(bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang.

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan ketentuan undang-undang serta

aturan palaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontrasepsi dari negara yang secara langsung dapat

ditunjuk.Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukan adanya

kontrasepsi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

3.1.2 Subjek Pajak

Dalam pelaksanaan fungsinya pajak juga memiliki standarisasi persyaratan

dalam menentukan subjek pajaknya. Subjek pajak dapat dibedakan menjadi

2(dua) yaitu, subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar

negeri.Pengertian dan penjabaran subjek pajak dalam negeri dan luar negeri

yang dijabarkan berdasarkan Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas undang-undang

Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak penghasilan adalah :

(1) Yang menjadi subjek pajak adalah :

(4)

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

yang berhak.

b. Badan.

c. Bentuk usaha tetap.

(2) Subjek pajak yang terdiri dari subjek pajak dalam negeri dan subjek

pajak luar negri.

(3) Yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah :

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak

berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia , kecuali

unit tertentu dari badan pemerintah yang mmenuhi kriteria.

1) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

3) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah.

4) Dan pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

(5)

(4) Yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri adalah :

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam

jangka waktu 12 bulan, badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan, badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan dari Indonesia,yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan

dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

bentuk usaha tetap di Indonesia.

(5) Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh

orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,dan

badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan diIndonesia untuk

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan diIndonesia, yang dapat berupa :

a. Tempat kedudukan manajemen.

b. Cabang perusahaan.

c. Kantor perwakilan.

(6)

e. Pabrik.

f. Bengkel.

g. Gudang.

h. Ruang untuk promosi dan penjualan.

i. Pertambangan dan penggalian sumber alam.

j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi.

k. Perikanan,peternakan.pertanian,perkebunan,atau kehutanan.

l. Proyek kontruksi,instalasi,atau proyek perakitan.

m. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain,sepanjang

dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan.

n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas.

o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan diIndonesia yang menerima premi asuransi atau

menanggung risiko diIndonesia ; dan

p. Komputer, agen elektronik,atau peralatan otomatis yang dimiliki,disewa,atau

digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan

usaha melalui internet.

(6) Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan ditetapkan oleh

(7)

3.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak dikenal tiga sistem penggolongan pemungutan

yang dapat diguakan,menurut Siti Resmi (2008:11) tiga kelompok sistem

pemungutan tersebut adalah :

a. Official Assessment System

Sistem ini memberi kewenangan kepada aparatur perpajakan untuk

menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya seesuai

dengan perunang-undangan yang beerlaku.

b. Self Assessment System

Sistem ini memberikan wewenang kepada wajib pajak dalam

menghitung, melaporkan,serta menyampaikan kewajiban pajaknya sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku.

c. With Holding System

Sistem ini memberikan wewenang kepada pihak ketiga yang

ditunjuk oleh wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh wajib pajak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

3.1.3.1 Self Assessment System

Sistem pemungutan perpajakan yang dianut oleh negara Indonesia adalah

Self Assessment System. Sistem ini mewajibkan kepada wajib pajaknya untuk beranggung jawab atas segala pembukuan atau pencatatan yang diperlukan untuk

menetapkan besarnya pajak yang terutang, yang dilakukannya dalam Surat

Pemberitahuan Pajak ( SPT ). Dengan diterapkan Self Assessment System wajib

(8)

cara mengalikan tarif orisinil dengan dasar pengenaan pajaknya, kemudian

meemperhitungkan besar pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan (Diana

Sari, 2013 : 94)

Ciri-ciri dari Self Assessment System menurut Mardiasmo (2011:7) adalah:

1. Wewenang untuk menentukan besarnya ada pada wajib pajaknya sendiri.

2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkannya

sendiri pajak terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3.1.4 Konsep Pengetahuan Pajak

Menurut Martin dan Oxman dalam buku ( Kusrini, 2006:23 ) defenisi dari

pengetahuan adalah :

“Pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model mental

yang menggambarkan objek dengan tepat dan mempresentasikannya dalam aksi

yang dilakukan trhadapa suatu objek.”

Sedangkan pengertian pengertian pengetahuan pajak menurut Veronica

Caroline yang dikutip oleh (Lisnawati, 2012) adalah:

“Pengetahuan pajak adalah informasi yang dapat digunakan wajib pajak

sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk menempuh arah

atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya

dibidang perpajakannya.” Berdasarkan kedua pengertian diatas, konsep dari

(9)

seseorang terhadap pajak yang akan mempengaruhi sikapnya dalam pemenuhan

kewajiban perpajakannya.

3.1.5 Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Pasal 1 ayat (2)

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah diubah dengan

UU Nomor 28 Tahun 2007 yang dimaksud dengan wajib pajak adalah :

“Orang pribadi atau badan, meliputi membayar pajak, pemotong pajak,

dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Sedangkan menurut peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

192/PMK.03/2007 tentang cara penetapan pajak wajib pajak dengan kriteria

tertentu dalam rangka pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak

pasal 1 yang dimaksud dengan wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan.

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda

pembayaran pajak.

c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga

Pengawasan keuangan peemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian selama 3(tiga) tahun berturut-turut. Tidak pernah dipidana

(10)

putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam

jangka waktu 5 (lima ) tahun terakhir.

Berdasarkan penjelasan diatas, menerangkan bahwa yang dimaksud

dengan wajib pajak patuh ialah wajib pajak yang mempunyai pengetahuan

serta pemahaman yang memadai dalam menjalankan kewajiban

perpajakannya.

3.1.6 Reformasi Perpajakan

Mengingat pentingnya perpajakan dalam keikutsertaannya terhadap

pembangunan bangsa dan negara, pemerintahan Indonesia tru berupaya untuk

memperbaiki berbagai aspek perpajakan, salah satu cara yang ditempuh dengan

melakukan reformasi perpajakan. Berdasarkan penjabaran Sari ( 2013 : 6)

mengemukakan bahwa Reformasi perpajakan di Indonesia dilakukan pertama kali

pada tahun 1983 dimana pada saat itu terjadi rformasi atau perubahan sistem

mendasar atas pengelolaan dan pemungutan sistem perpajakan Indonesia dari

sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment. Perubahan sistem ini

bertujuan untuk mengurangi kontak langsung antara Aparat Pajak dengan wajib

pajak yang sebelumnya dikhawatirkan dapat menimbulkan praktek-praktek ilegal

untuk menghindari atau mengurangi kewajiban perpajakan para Wajib Pajak yang

bersangkutan.

Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar disegala aspek

perpajakan, melalui reformasi :

a. Moral, etika, dan integritas Aparat Pajak.

(11)

c. Pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak.

d. Pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan.

e. Pemberian reward dan penerapan punishment yang tegas terhadap Aparat

Pajak.

Reformasi perpajakan secara komperhensif sebagai satu kesatuan

dilakukan terhadap tiga (3) bidang pokok atau utama yang secara langsung

menyentuh pilar perpajakan, yaitu :

a. Bidang Administrasi, yakni melalui informasi administrasi perpajakan.

b. Bidang Peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap undang-

undang perpajakan.

c. Bidang Pengawasan, membangun bank data perpajakan nasional.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa reformasi

perpajakan hanya akan tercapai apabila perubahan-perubahan

perpajakan dilakukan secra bertahap dan mencakup seluruh aspek

dibidang perpajakan. Reformasi mendasar yang dapat dilakukan

adalah:

a. Bidang Administrasi

Reformasi perpajakan dibidang administrasi dilakukan oleh ditjen

pajak dengan melakukan upaya terhadap transparancy terhadap berbagai

aspek seta peningkatan pelayanan perpajakan terhadap Wajib Pajak yang

akan memenuhi kewajibannya. Untuk mewujudkannya diperlukan

kerjasama yang baik antara Wajib Pajak dengan Aparat Pajak. Wajib

(12)

diharapkan untuk selalu memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik

sedangkan Aparat Pajak diharapkan untuk selalu bekerja sesuai dengan

moral dan kode etik perpajakan.

b. Bidang Peraturan / Undang-undang Perpajakan

Dari aspek peraturan perpajakan, Ditjen pajak terus mengupayakan

pengembangan yuridis formal dan materil perpajakan. Langkah yang

dilakukan yakni melalui penyesuaian dan pembaruan atau amandemen

peraturan dan kebijakan perpajakan seirama dengan perkembangan yang

terjadi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Reformasi

kebijakan perpajakan ini dilakukan untuk lebih mengefektifkan dan

mengefisiensikan pemungutan pajak sejalan dengan perkembangan dunia

usaha sehingga lebih kompetitif.

c. Bidang Pengawasan

Dibidang pengawasan dibangun Bank Data Perpajakan Nasional

(BPDN) yang befungsi untuk menyeimbangkan pelaksanaan sistem self

assessment dengan official assessment dalam perhitungan dan penetapan

besarnya pajak yang terutang. Selain itu, pembangunan Bank Data

Perpajakan Nasional (BPDN) juga bertujuan untuk melakukan kegiatan

efektensifikasi dan intensifikasi perpajakan yakni kegiatan untuk

menambah jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai upaya dalam

peningkatan penerimaan Negara. Dalam melakukan pengawasan

kepatuhan dalam perpajakan kepada Wajib Pajak, bidang pengawasan

melakukan bimbingan dan himbauan atau konsultasi kepada Wajib Pajak.

Kemudian melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang

(13)

3.1.7 Perubahan Reformasi Perpajakan

Kebijakan perpajakan telah mengalami beberapa tahapan reformasi

perpajakan, beberapa perubahan reformasi yang terjadi adalah :

1. Reformasi Pajak (Tax Reform) 1983

Reformasi pajak (tax reform) telah dilakukan sejak tanggal 1 Januari

1984, bersamaan dengan dikeluarkannya serangkaian undang-undang

perpajakan yaitu :

1. UU nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan.

2. UU nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan (PPh).

3. UU nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak atas Penjualan Barang Mewah.

4. UU nomor 12 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

5. UU nomor 13 tentang Bea Materai.

Pada tahun 1991 dikeluarkan undang-undang Nomor 7 tahun 1991

sebagai perubahan Undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang

pajak penghasilan.

2. Reformasi Pajak (Tax Reform) 1994

Reformasi perpajakan tidak berhenti begitu saja tetapi terus dilakukan

perubahan dan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan perubahan

sistem perekonomian. Pada taun 1991 perubahan pertama dilakukan

(14)

serangkaian perubahan terhadap peraturan perpajakan. Reformasi

perpajakan kedua tahun 1994 meliputi empat perubahan dan

penyempurnaan undang-undang pajak yaitu:

a. UU Nomor 9 tahun 1994 tentang perubahan atas Undang-undang

Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan.

b. UU Nomor 10 tahun 1994 tentang perubahan kedua atas Undang-

undang Nomor 11 tahun 1983 tentang pajak penghasilan.

c. UU Nomor 11 tahun 1994 tentang perubahan atas undang-undang

nomor 8 tahun 1983 tentang Paak pertambahan nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah.

d. UU Nomor 12 tahun 1994 tentang perubahan atas Undang-undang

Nomor 12 tahun 1983 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Reformasi Pajak (Tax Reform) 1997

a. UU No 17 tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.

b. UU No 17 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

c. UU No 17 tahun 1997 tentang Penghasilan Pajak dengan Surat

Paksa.

d. UU No 17 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

e. UU No 17 tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah dan

(15)

4. Reformasi Pajak (Tax Reform) 2000

Pada tahun 2000 seiring dengan perkembangan sosial dan

ekonomi, pemerintah kembali mengeluarkan serangkaian Undang-

undang untuk mengubah Undang-undang yang telah ada, yaitu:

1. UU nomor 16 tahun 2000 tentang Perubahan kedua atas UU

nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

2. UU nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan ketiga atas UU

nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan.

3. UU nomor 18 tahun 2000 tentang Perubahan kedua atas UU

nomor 8 tahun 1984 tentang pajak pertambahan nilai barang

dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah.

4. UU nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa.

5. UU nomor 20 tahun 2000 tentang Bea perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan.

6. UU nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas UU Nomor

18 tahun 1997 entang Pajak Daerah dan Retribusi.

5. Reformasi Pajak (Tax Reform)2004-2009

Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar disegala aspek

perpajakan melalui reformasi

1. Moral, etika dan integritas aparat pajak.

a. Melaksanakan kewajiban hidup beragama dengan sebaik-

(16)

b. Peduli sesama lingkungan sosial dan dinas.

c. Pembentukan kode etik dan komisis kode etik.

d. Tiada hari tanpa sosialisasi kode etik.

2. Kebijakan perpajakan.

a. Transparanssi melalui komunikasi dan partisispasi.

b. Amandemen dan UU perpajakan.

3. Pelayanan kepada Masyarakat Wajib Pajak.

a. Kemudahan informasi (kotak pos, hotline service, IVR dan

website.

b. Kemudahan pelayanan dengan membentuke-system & kantor

WP besar.

4. Pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan.

a. Pembentukan bank data pajak diantaranya SPT WP, lawan

transkasi dari SPT WP, dan data pihak ketiga.

b. Pembentukan bank data Nasional yaitu Bank data pajak KISS dengan membntuk Nomor Identitas Tunggal (Single

Identification Number / SIN), meluruskan ketentuan yang bertentangan dengan UU dan penegakan hukum / Law

Enforcement.

5. Pemberian reward dan penerapan punishment yang tegas terhadap

aparat pajak.

a. Piagam penghargaan berupa karier maupun studi keluar negeri.

b. Penegakan hukum/ Law Enforcement : ringan, sedang, berat

(17)

Pemerintah kembali mengeluarkan serangkaian UU untuk mengubah UU

yang telah ada yaitu :

1. UU Nomor 28 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

2. UU Nomor 36 tahun 208 tentang perubahan keempat atas U Nomor

7 tahun 193 tentang Pajak Penghasilan.

3. UU Nomor 42 tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas UU Nomor

8 tahun 1983 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah.

4. UU Nomor 28 tahun 2009 tentang Perubahan atas UU Nomor 18

tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi.

6. Reformasi Pajak (Tax Reform) 2009-2014

Direktorat Jenderal Pajak melakukan reformasi perpajakan yang selaras

dengan dinamika perekonomian dan dunia usaha agar dapat mewujudkan sistem

perpajakan yang adil kompetitif, dan memberikan kepastian hukum. Pada tahun

2009 Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan apa yang diebut sebagai reformasi

jilid II, hal ini karena berdasar analisis yang dilakukan, diketahui masih terdapat

tax yang cukup lebar yang menggambarkan jumlah potensi pajak yang belum

disetorkan ke kas negara. Refomasi pajak jilid II tersebut antara lain :

1. Peningkatan pelatihan dan pendidikan pegawai baik didalam maupun

diluar negeri.

2. Remunerasi tenaga pemeriksa dan juru sita dievaluasi.

(18)

4. Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Orang Besar

Pribadi ( Hight Wealth Individual ).

5. Peningkatan efisiensi sistem MPN sehingga wajib pajak membayar

pajak, dilayani dengan waktu luas tanpa terlalu banyak syarat

administrasi bank ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan juga

laporan yang tanpa jeda waktu ke Direktorat Jenderal Pajak.

6. Kerjasama dengan expert kelas dunia untuk menyiapkan perbaikan lanjutan di Drektorat Jeneral Pajak yaitu Project for Indonesian Tax

Administration Reform ( PINTAR ).

7. Perluasan Inbond danOutbound Call Center.

Tujuan dari penyebarluasan UU pajak adalah dalam rangka ekstensifikasi

pengenaan dan pemungutan pajak yang sekaligus merupakan upaya peningkatan

keadilan pajak yang tidak memiliki landasan hukum yang akan merugikan

perekonomian nasional dan menutp celah-celah penghindaran pajak ( loopheles ).

Adapun tujuan dan sasaran dari perubahan perundang-undangan ini, diantaranya:

1. Kesederhanaan sistem ( simpicity ).

2. Netral dan mengurangi / meminimumkan distorsi.

3. Transparansi.

4. Konsistensi dan persisten.

5. Kepastian hukum.

6. Keadalian ( Fairness ).

7. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, dan

(19)

3.1.7.1 Modernisasi Perpajakan

Dalam melaksanakan pembaruan yang terus yang dilaksanakan

Direktorat Jenderal Pajak terus meningkatkan upaya dalam pningkatan

penerimaan negara trhadap pajak. Pada tahun 2002 Direktorat Jenderal

Pajak meluncurkan program perubahan aau secara singkat yang dimaksud

dengan modernisasi perpajakan ialah reformasi terhadap administrasi

perpajakan. Penerapan program administrasi ini dilakukan dengan

mengoptimalisasi sistem administrasi dengan pemanfatan tknologi yang

handal dan terkini. Menurut penjabaran Diana Sari ( 2013 : 14 ) dalam

mewujudkan modernisasi perpajakan terdapat perubahan-prubahan yang

dilakukan meliputi berbagai bidang berikut :

1. Struktur organisasi.

2. Business Process dan teknologi informasi dan komunikasi.

3. Manajemen sumber daya manusia.

4. Pelaksanaan Good Governance.

Berdasarkan uraian tersebut, dalam bukunya sari menjelaskan keempa

bidang trsebut. Penelesan dari kempat biang trsebut ialah:

1. Struktur Organisasi

Dalam mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan

modern yang berorientasi terhadap pelayanan dan pengawasan, maka

Direktorat Jenderal Pajak perlu mengubah organisasinya. Perubahan

struktur organisasi ini diterpakan dari level kantor pusat sampai kantor

operasional. Sebagai langkah awal untuk memudahkan Wajib Pajak dalam

(20)

Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pelayanan

Pajak (KPP), serat Kantor Pemerksaan dan Penyidikan Pajak(Karipka)

menjadi satu kantor dalam mengurus segala urusan perpajakan yaiu

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) . Unit vertical DJP dibedakan berdasarkan

segmentasi Wajib Pajak Besar (LTO-Large Tax Payers Office), KPP

Madya (MTO-Medium Tax Payr Office), dan KPP Pratama (STO-Small

Tax Payer Office). Pembagian seperti ini diharapkan mampu

meningkatkan strategi dan pendekatan terhadap Wajib Pajak yang

disesuaikan dengan karakteristik Wajib Pajak yang ditangani. Khusus pada

kantor operasional, dibuat posisi baru yang disebut Account

Representative. Tugas dari posisi ini adalah memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak, membritahukan peraturan

perpajakan yang baru, dan mengawasi kepatuhan Wajib Pajak.

2. Business Process dan Teknologi Informasi dan Komunkasi

Direktorat Jenderal Pajak mlakukan perbaikan Business Process

dalam rangka memperbaiki metode, sistem, dan prosedur kerja untuk

memperbaiki birokrasi yang berbelit-belit. Businss Process dirancang

untuk mengurangi kontak langsung antara pegawai DJP dan Wajib Pajak.

Langkah pertama dalam perbaikan Businss Process penulisan dan

dokumentasi Standar Oprating Procedures (SOP) yang diterapkan pada

setiap kegiatan di DJP. Sampai akhir tahun 2007 DJP telah berhasil

mengidentifikasi 1900 SOP. Selain penulisan SOP, DJP banyak

melakukan optimalisasi pada tekhnologi informasi dan komunikasi dalam

memudahkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Hal ini terlihat dengan penerapan e-system dengan dibukanya fasilitas

e-filling (pengiriman SPT secara Online melalui internet), e-SPT

(21)

online untuk PBB), dan e-registration (pendaftaran NPWP secara online

melalui internet).

3. Manajemen Sumber Daya Manusia

Selain perbaikan dan pengoptimalisasian penggunaan sistem

tekhnologi, DJP menyadari bahwa fokus utama dari reformasi perpajakan

adalah perbaikan dari manajemen sumber daya manusia, karena elemen

utama dari organisasi adalah manusianya. Maka dari hal itu DJP

mengadakan modernisasi sumber daya manusia, dengan tujuan untuk

meningkatkan upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak. Semakin modern

sumber daya manusianya, maka kemungkinan akan memperlancar

kegiatan perpajakan.

4. Pelaksanaan Good Governance

Unit elemen terakhir dalam moernisasi perpajakan adalah

pelaksanaan Good Governance. Program ini sering dihubungkan dengan

integritas pegawai dan institusi. Hal ini menerangkan bahwa sebuah

organisasi akan berjalan dengan sesuai manakala suatu organisasi

memiliki rambu-rambu yang jelas dalam memandu pelaksanaan tugas dan

pekerjaannya serta adanya konsistensi terhadap implementasi rambu-

rambu tersebut.

3.1.8 Account Representative

3.1.8.1 Pengertian Account Representative

Berdasarkan keputusan menteri Nomor : 98/ KMK/01/2006 pasal 1

ayat 2 menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Account

Representative adalah :

“ Pegawai yang diangkat pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi di

Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan organisasi

(22)

Sedangkan pengertian Account Representative menurut Kanwil

Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar yang dikutip oleh ( Dini W.

Hapari, 2012) menerangkan bahwa :

“Account Representative adalah petugas yang berada di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan sistem adaministrasi

modern dan penghubung antara KPP Wajib Pajak Besar dan Wajib Pajak,

yang bertanggung jawab untuk memberikan respon yang efektif atas

pertanyaan dan permaalahan yang diajukan wajib pajak sesegera

mungkin.”

Berdasarkan dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Account Representative merupakan petugas yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak penghubung utama antara KPP dan Wajib Pajak yang berperan

penting terhadap pemahaman pengetahuan pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak.

3.1.8.2 Tugas Account Representative

Berdasarkan keputusan Menteri Nomor : 98/KMK/01/2006 pasal 2

ayat 1 menyebutkan bahwa tugas dari Account Representative yaitu:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak.

b. Bimbingan/himbauan dan konsultasi tekni perpajakan kepada Wajib

Pajak.

c. Analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam

rangka Intensifikasi.

(23)

Selain beberapa hal tersebut diatas, berikut beberapa tugas dari Account

Representative pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama L.Pakam :

1. Menyusun pemutakhiran pemetaan (mapping) potensi pajak dan

menggunakannya sebagai alat pengawasan dan penggalian potensi

wilayah dan atau WP.

2. Menyusun analisis resiko, rencana pengawasan, dan rencana

penggalian potensi wilayah dan atau WP berdasarkan pemetaan WP.

3. Menyusun rencana dan melakukan kunjungan kerja (visit) ke WP

dalam rangka pembuatan atau pemutakhiran profil WP, pengawasan,

dan penggalian potensi WP, serta menyusun konsep laporan hasil

kunjungan kerja.

4. Menyusun pemuktahiran profil WP dan menggunakannya sebagai alat

pengawasan dan penggalian potensi wilayah dan atau WP berdsarkan

profil WP.

5. Menyusun analisis resiko, rencana pengawasan, dan rencana

penggalian potensi wilayah dan atau WP berdasarkan profil WP.

6. Melakukan perekaman atas kegiatan pngawasan dan penggalian

potensi pajak kedalam aplikasi profil WP.

7. Melakukan pemanfaatan dan atau tindak lanjut atas keterangan, data,

atau informasi yang diperoleh dari sumber internal maupun eksternal.

8. Menyusun konsep surat Himbauan, konfirmasi, klarifikasi atau

permintaan keterangan kepada WP atau pihak terkait.

9. Menyusun Laporan tindak lanjut surat Himbauan, konfirmasi,

(24)

10. Melakukan konseling dan menyusun konsep laporan pelaksanan

konseling sebagai tindak lanjut penerbitan Surat Himbauan.

11. Menyusun nota dinas dan konsep analisis resiko usulan pemeriksaan

dan atau pemeriksaan bukti permulaan sebagai tindak lanjut

pelaksanaan konseling.

12. Melakukan verifkasi/penilitian/pemeriksaan dan menyusun laporan

hasil verifkasi/penilitian/pemeriksaan dan nota penghitungan dalam

rangka penerbitan surat ketetapan pajak.

13. Melakukan pengawasan dan penggalian atas potensi, pembayaran, dan

pelaporan masa atas Pajak Pertambhan Nilai (PPN) dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

14. Melakukan pengawasan dan penggalian atas potensi, pembayaran,dan

pelaporan masa atas pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan

(PPh), PBB, dan Bea Materai.

15. Melakukan pengawasan dan penggalian atas potensi, pembayaran,dan

pelaporan masa atas PPH yang harus dibayar sendiri baik yang bersifat

final maupun tidak final.

16. Menyusun konsep Surat Pemberitahuan Perubahan Angsuran PPh

Orang Pribadi dan Badan.

17. Menyusun nota perhitungan dalam rangka penerbitan Surat Tagihan

Pajak (STP) berdasarkan pasal 7, 8, 9, 14, dan pasal 19 UU Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan ( UU KUP ), tidak termasuk STP

(25)

3.1.9 Definisi Kinerja

Menurut (Guritno dan Waridin : 2005), kinerja merupakan perbandingan

hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan.

Sedangkan menurut (Robbins : 2008), kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap

pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah

ditetapkan bersama. Paramter menjelakan bahwa ada tiga tipe ukuran kinerja,

yaitu :

1. Indikator hasil utama (Key Result Indicators – KRI), menggambarkan

bagaiman keberhasilan anda secara persfktif.

2. Indikator Kinerja (Performance Indicator – PI), menjelaskan apa yang

harus anda lakukan.

3. Indikator kinerja utama (Key prformance indicators – KPI), menjelaskan

apa yang harus anda lakukan untuk meningkatkan kinerja secara dramatis.

Mangkunegara (dalam penelitian Lubis : 2008) mengemukakan tiga faktor

yang mempengaruhi kinerja (Performance), yaitu faktor individual, faktor

psikologis, dan faktor organisasi. Faktor individual terdiri dari kemampuan

dan keahlian, latar belakang, dan demografi. Faktor psikologis terdiri dari

persepsi, attitude (sikap), personality (kepribadian), pembelajaran dan

motivasi. Dan faktor organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,

penghargaan, struktur, dan job design.

3.1.10 Strategi Pelayanan

Sejak dilaksanakan reformasi birokrasi di Ditjen Pajak tahun 2002, telah

dilakukan penyempurnaan struktur organisasi Ditjen Pajak dengan menerapkan

organisasi berbasis fungsi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), yaitu seperti

(26)

tugas pengumpulan penerimaan pajak menjadi lebih efektif. (Direktorat Jendral

Pajak : 2012). Menurut Ditjen Pajak yang dikutip oleh (John Hutagaol : 2010)

menerangkan bahwa agara sistem self assessment dapat berjalan baik maka DJP

menjalankan tiga fungsinya yaitu pelayanan (tax service), penyuluhan

(dissemination), dan penegakan hukum (law enforement). Selain itu DJP

menjelaskan bahwa pelayanan Ditjen Pajak kepada Wajib Pajak termasuk

pelayanan publik (public services) yaitu segala bentuk pelayanan yang dilakukan

oleh instansi pemerintah dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka pemenuhan

kebutuhan masyarakat. Pelayanan publik harus memenuhi azas-azas :

1. Transparansi, yaitu terbuka dan mudah diakses oleh pengguna jasa

manapun.

2. Akuntabilitas, yaitu pemberian segala bentuk jasa harus dapat

dipertanggungjawabkan.

3. Kondisional, yaitu pelaksanaan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan

keadaan pemberi maupun pengguna jasa dengan memperhatikan aspek

efektifitas dan efisiensi.

4. Partisipatif, yaitu keikut sertaan masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

5. Kesamaan hak, yaitu tidak ada diskriminatif.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pemberi maupun pengguna jasa

memiliki hak serta kewajibannya masing-masing.

Berdasarkan penjabaran DJP serta azas-azas dari pelayanan publik dapat

disimpulkan bahwa konsep pelayanan publik bukan hanya bergantung

terhadap pemerinah semata,akan tetapi keikut serta kesadaran terhadap

(27)

dari suatu pelayanan.Sejak agustus 2013 Direktorat Jenderal Pajak

mengeluarkan peraturan mengenai penetapan standar pelayanan dengan nomor

KEP-378/PJ/2013. Mengingat pentingnya peraturan tersebut maka penulis

menyantumkannya pada daftar lampiran.

3.2 Kerangka Pemikiran

3.2.1 Kerangka Pemikiran Penerapan Strategi Pelayanan

Tujuan utama dari reformasi perpajakan adalah untuk menegakkan

dalam hal kemandirian ekonomi dalam pembiayaan pembangunan

nasional dengan jalan lebih ditujkan kepada kemampuan sendiri. Ujung

tombak dari reformasi perpajakan diharapkan berbagai strateginya dapat

menghantarkan implementasi misi Direktorat Jenderal Pajak, yaitu

menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu

menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-

undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi

(Sinta Setiana : 2010).

Sejak Indonesia mengganti sistem pmungutan pajaknya dari

Official Assessment System menjadi self assessment system fiskus memiliki banyak tugas untuk melakukan pembenahan dari berbagai sisi

perpajakan. Salah satu bagian dari reformasi perpajakan adalah dilakukan

berbagai medernisasi perpajakan. Menurut Liberti Pandiangan dalam

(Sinta Setiana : 2010) modernisasi perpajakan yang dilakukan merupakan

bagian dari grand design reformasi perpajakan (tax reform) secara

komprehensif. Sebagaimana yang telah menjadi sasaran sejak tahun 2002,

bahwa reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu kesatuan

(28)

1. Bidang Administrasi, yakni melalui modernisasi admininistrasi

perpajakan.

2. Bidang Peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap UU

perpajakan.

3. Bidang pengawasan ,membangun bank data perpajakan nasional.

Eksistensinya instansi pajak (administrasi pajak) diperlukan untuk

mengelola dan melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat menjadi efektif dalam

bentuk penerimaan negara atau dengan perkataan lain instalasi pajak merupakan

penanggung jawab dan memegang peranan penting dalam hal pelaksanaan sistem

perpajakan (Mohammad Zain : 2004). Direktorat Ekstensifikasi dan penilaian

memiliki dua cakupan tugas. Pertama, ekstensifikasi dan yang kedua penilaian.

Untuk ekstensifikasi, difokuskan kepada perluasan basis subjek pajak. Tujuan

utamanya adalah untuk meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar melalui

berbagai pendekatan. Sedangkan untuk penilaian, digunakan terutama untuk pajak

bumi dan bangunan (PBB) dab Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTP). (Hartoyo : 2010).

Dalam pelaksanaan fungsi pelayanannya KPP diwajibkan

mengimplemintasikan Account Representative sebagai salah satu dampak dari

penerapan modernisasi sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan Republilk

(29)

“Account Representative adalah pegawai yang diangkat pada setiap Seksi

Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah

mengimplementasikan Organisasi Modern”

Dalam menjalankan tugasnya, Account Representative dihimbau untuk

memberikan himbauan, sosialisasi, bimbingan, serta pengawasan terhadap

kepatuhan para wajib pajak (Dini Hapsari : 2012). Menurut undang-undang

Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan defenisi wajib pajak adalah :“Wajib pajak adalah orang pribadi atau

badan, meliputi membayar pajak, pemotong pajak, dan memungut pajak, yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undang perpajakan.”

3.2.2 Kerangka Pemikiran Pengetahuan Pajak

Terdapat berbagai cara untuk mengefektifitaskan strategi pelayanan dalam

meningkatkan jumlah kepemilikan NPWP, salah satunya dengan mengadakan

sosialisasi, dan cara lain dengan adanya tax education yang ditujukan bagi wajib

pajak dan siswa-siswi di sekolah-sekolah (Haryanto : 2010).Menurut penjabaran

Martin dan Oxman dalam Kusrini (2006:23) defenisi dari pengetahuan adalah

sebagai berikut :

“Pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model mental yang

menggambarkan obyek dengan tepat dan mempresentasikannya dalam aksi yang

dilakukan terhadap suatu obyek.”

Menurut Kusrini (2006:23) pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi

(30)

(deklarative knowledge), dan pengetahuan tacit (tacit knowledge). Pengetahuan

prosedural lebih menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu. Pertanyaan

deklaratif menjawab pertanyaan apakah sesuatu bernilai salah atau benar.

Sedangkan pengetahuan tacit merupakan pengetahuan yang tidak dapat

diungkapkan dengan bahasa.

Dalam penelitian ini, konteks pengetahuan yang akan dibahas adalah

pengetahuan dibidang perpajakan. Menurut (Witono, 2008) pengetahuan tentang

perpajakan penting untuk menumbuhkan perilaku patuh, karena bagaimana

mungkin wajib pajak akan patuh apabila wajib pajak tidak mengetahui peraturan

perpajakan. Dan penelitian yang dlakukannya menerangkan bahwa semakin baik

pengetahuan pajak dan konsultan pajak terhadap peraturan pajak maka semakin

tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak.

3.2.3 Kerangka Pemikiran Kepatuhan Wajib Pajak

Sebagai konsekuensi dari penerapan Self Assessment System fiskus

mempunyai tanggungjawab dalam meningkatkan kesadaran wajib pajak. Karena

tenaga penyuluh memiliki peranan yang sangat strategis untuk mengedukasi dan

meningkatkan kepatuhan wajib pajak Menurut Safri

Nurmantu (2005 : 148) Kepatuhan wajib pajak adalah suatu keadaan dimana

wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melakukan kewajiban

perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ( Hutagaol, 2005)

mengenai penerapan strategi pelayanan menyimpulkan bahwa “Pada Era DJP baru

(31)

Pajak mengingat pentingnya perpajakan dalam keikutsertaannya terhadap

pembangunan bangsa dan negara, pemerintahan Indonesia terus berupaya untuk

memperbaiki berbagai aspek perpajakan, salah satu cara yang ditempuh dengan

melakukan reformasi perpajakan. Berdasarkan penjabaran Diana Sari ( 2013 : 6)

mengemukakan bahwa Reformasi perpajakan di Indonesia dilakukan pertama kali

pada tahun 1983 dimana pada saat itu terjadi reformasi atau perubahan sistem

mendasar atas pengelolaan dan pemungutan sistem perpajakan Indonesia dari

sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment. Perubahan sistem ini

bertujuan untuk mengurangi kontak langsung antara Aparat Pajak dengan wajib

pajak yang sebelumnya dikhawatirkan dapat menimbulkan praktek-praktek ilegal

untuk menghindari atau mengurangi kewajiban perpajakan para Wajib Pajak yang

bersangkutan. Pengetahuan pajak adalah informasi yang dapat digunakan wajib

pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk menempuh

arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya

dibidang perpajakannya.” Berdasarkan kedua pengertian diatas, konsep dari

pengetahuan pajak yaitu suatu sikap pola pikir atau pemahaman atau penilaian

Wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban dan haknya

dibidang perpajakan”. Menurut penelitian yang dilakukan (Muchsin Ichsan :

2013) para wajib pajak akan patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

tergantung bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan terbaik kepada

wajib pajaknya. Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis ditemukan adanya

bukti yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dan positif antara

kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, para aparat

(32)

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Kinerja Account

Representative dalam upaya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Account Representative yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Lubuk Pakam telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan

yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan oleh Direktorat

Jederal Pajak, yaitu memberikan pelayanan yang baik kepada wajib

pajak, memberikan pembinaan kepada wajib pajak serta memberikan

pengawasan kepada wajib pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Pengaruh dari beberapa tugas pokok dan fungsi yang dilakukan oleh

Account Representative mulai dari bimbingan, pengawasan, konsultasi dan arahan kepada Wajib Pajak dinilai akan menambah persentase

kepatuhan Wajib Pajak dan meningkatkan mutu perpajakan.

3. Pelaksanaan kegiatan intensifikasi perpajakan yang dilakukan oleh

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dengan tujuan untuk

mengoptimalisasi penerimaan pajak terhadap objek atau subjek pajak

yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi Direktorat

Jenderal Pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

(33)

77

KPP Pratama Lubuk Pakam telah melaksanakan intensifikasi

perpajakan yang mengacu pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang pelaksanaan ekstensifikasi wajib

pajak dan intensifikasi pajak.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti terkait penulisan Tugas Akhir antara lain :

1. Agar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam lebih

meningkatkan lagi kualitas dan kuantitas dari hasil pelayanan yang

dilakukan, melalui kegiatan penyediaan sarana dan prasarana yang

terus ditingkatkan, penyederhanaan proses penerbitan NPWP,

melakukan pengawasan masa SPT Masa dan SPT Tahunan serta

memberikan citra yang baik kepada masyarakat demi membangun rasa

peduli akan adanya kewajiban pajak.

2. Agar Account Representative pada Wawasan Konsultasi lebih baik

dalam menjalankan tugasnya untuk melayani wajib pajak sesuai

dengan peraturan yang berlaku, dengan cara melakukan pengawasan,

bimbingan atau himbauan, penyusunan profil Wajib Pajak serta

melakukan evaluasi hasil banding untuk memaksimalkan kewajiban

masyarakat dalam membayar pajak.

3. Agar masyarakat lebih peduli kepada kepentingan umum dan lebih taat

pada kewajibannya dalam membayar pajak untuk pembangunan,

melalui penerapan kegiatan audit laporan keuangan pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam oleh Akuntan Publik untuk

(34)

BAB II PROFIL INSTANSI

2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi

Pajak. Pada saat itu ada dua (2) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi

Pajak Medan Selatan dan Kantor Pajak Inspeksi Kisaran. Dalam meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat didalam pelayanan pembayaran pajak, maka

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

267/KMK.01/1989 diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direkorat

Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti

nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus dibentuk Kantor Pelayanan Pajak

Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

785/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993 Kantor Pelayanan Pajak berubah

menjadi 4 ( empat ) wilayah kerja yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi dan pengawasan, maka

struktur organisasi Direktorat jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor

pusat sebagai pembuat kebijakan maupun level kantor operasional sebagai

(35)

memudahkan Wajib Pajak, ketiga jenis kantor pajak yang ada yaitu, Kantro

Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

(KPPBB). Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka) dilebur

menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama ( KPP Pratama ).

Adapun Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I

(Kanwil Sumut I) akan mengoperasikan delapan unit Kantor pelayanan

modern yang dijuluki Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Ke delapan KPP

Pratama yang dimaksud enam unit KPP konvensional yang ada saat ini

dimodernisasi dan ditambah dua KPP baru. Keenam KPP konvensional yang

dijadikan KPP Pratama ialah :

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Dua KPP baru yang dibentuk adalah :

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam yang berada dibawah organisasi

Kanwil Sumut II. Sejak dileburnya ketiga jenis kantor Pelayanan Pajak

(36)

Pakam berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

dan berada dibawah organisasi Kanwil Sumut I.

Sesuai dengan keputuan DJP Nomor KEP-95/PJ/2008 Tentang Saat

Mulai Operasi (SMO) Kantor Pelayanan Pajak Pratama dilingkungan

Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, maka Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi

tanggal 27 Mei 2008.Kemudian Kantor Pelayanan Pajak Pratama L.Pakam

dibentuk berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-

95/PJ/2008 tanggal 19 Mei 2008 tentang “ Penerapan Organisasi Tata

Kerja dan Saat Mulainya Beroperasi Kanwil Direktorat Jenderal Pajak

Sumatera Utara II. Serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan atau Kantor

Pelayanan, penyuluhan dan konsultasi Perpajakan di Lingkungan kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Riau dan Kepulauan Riau, kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur, dan kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Barat dan Tenggara”.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini menunjukkan telah beralihnya

wajah kantor pelayanan pajak yang lama menjadi modern yang sering kita

dengar sebagai modernisasi perpajakan di Indonesia.Dalam struktur

organiasi modernisasi perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak ditandai

dengan munculnya KPP Wajib Pajak Besar (LTO), KPP Madya (MTO),

dan KPP Pratama(STO) dan Unit Penyuluhan yaitu Kantor Pelayanan

Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan ( KP2KP ) didaerah-daerah

(37)

modernisasi yang bertujuan untuk meningkatkan mutu perpajakan dalam

upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak.

2.2 Visi dan Misi KPP Pratama Lubuk Pakam 2.2.1 Visi dari KPP Pratama L.Pakam ialah :

Menjadi institusi pemerintah yang menylenggarakan sistem administrasikan perpajakan yang modern yang efektif dan efisien, dan dipercaya

masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi “.

2.2.2 Misi dari KPP Pratam L.Pakam ialah

“ Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-undang

perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan anggaran

pendapatan dan belanja Negara melalui sistem Administrasi perpajakan yang

efektif dan efisien”.

2.3 Kebijakan, Program, dan Kegiatan yang Dilakukan Oleh KPP L.Pakam 2.3.1 Kebijakan

Demi tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai

sasaran, tujuan, misi dan visi yang telah ditetapkan, ditetapkan rencana kerja yang

dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan KPP

yaitu :

a. Sebagai kantor pelayanan maka KPP akan selalu berusaha untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat wajib pajak.

b. Melakukan usaha-usaha demi tercapainya rencana penerimaan yang

(38)

c. Melakukan usaha-usaha demi tercapainya rencana penerimaan yang

berasal dari Pajak Pertambahan Nilai.

d. Melakukan usaha-usaha demi tercapainya rencana penerimaan yang

berasal dari kegiatan penagihan.

e. Memberikan citra yang baik kepada masyarakat demi membangun rasa

peduli akan adanya kewajiban pajak.

2.3.2 Program

Sebagai implementasi dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah

ditetapkan maka disusun program-program yang dilaksanakan. Program-

program yang dilaksanakan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sebagai kantor pelayanan maka KPP akan selalu berusaha untuk

meningkatkan pelayanan dengan langkah-langkah :

1. Menyediakan sarana yang memadai baik untuk kerja maupun ruang pada

Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Melakukan pembinaan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.

3. Melakukan pengelolaan keuangan dengan tertib dan disiplin.

4. Mempercepat pelayanan baik pelayanan administrasi maupun pelayanan

pemberian restitusi.

b. Melakukan usaha-usaha demi dapat tercapainya rencana penerimaan yang

berasal dari pajak penghasilan.

1. Melakukan intensifikasi pajak penghasilan.

2. Melakukan ekstensifikasi Wajib Pajak dengan menggalakkan kegiatan

(39)

3. mengadakan kerja sama dengan instansi terkait dalam rangka

memperoleh data-data dan memprmudah pelaksanaan tugas

dilapangan.

4. memperbaiki dan memperkuat administrasi sebagai basis data untuk

menopang kegiatan KPP dalam mencapai rencana penerimaan.

c. melakukan usaha-usaha demi dapat tercapainya rencana penerimaan yang

berasal dari Pajak Pertambahan Nilai

1. melakukan ekstensifikasi pajak pertambahan nilai baik dari sektor jasa,

perdagangan, maupun industri.

2. melakukan ekstensifikasi wajib pajak dengan menggalakkan kegiatan

penyisiran pada sentra bisnis, perumahan, perkantoran, dan

pergudangan.

3. mengadakan kerja sama dengan instansi terkait dalam rangka

memperoleh data-data dan mempermudah pelaksanaan tugas

dilapangan.

4. memperbaiki dan memperkuat administrasi sebagai basis data untuk

menopang kegiatan KPP dalam mencapai rencana penerimaan.

d. melakukan usaha-usaha demi dapat tercapainya rencana penerimaan yang

bersumber dari kegiatan penagihan. Hal ini dilakukan dengan menagih

Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang masih menunggak kewajiban

pajaknya.

e. memberikan citra yang baik kepada masyarakat demi membangun rasa

(40)

1. Meningkatkan penyuluhan bagi masyarakat Wajib Pajak yang berada

pada sentra bisnis dan perumahan.

2. Memetakan atau mengukur potensi pajak untuk wilayah yang ada

disekitarnya.

2.3.3 Kegiatan

Sebagai tindakan nyata atas program-program yang dicanangkan,

telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Untuk peningkatan kualitas pelayanan dilakukan kegiatan

1. Penyediaan sarana yang baik berupa ruangan kerja maupun

komputer.

2. Mengusulkan diklat, dan melaksanakan administrasi

kepegawaian.

3. Menangani pembrian NPWP/NPKP dengan baik dan

mempercepat pelayanan restitusi dan keberatan/PK.

b. Melakukan usaha-usaha demi dapat tercapainya rencana

penerimaan yang berasal dari pajak penghasilan.

1. Melaksanakan pemeriksaan baik PPh Badan, PPh Orang

Pribadi maupun dari PPh Pemotongan dan Pemungutan.

2. Penyisiran dilakukan pada sentra bisnis, perumahan,

perkantoran, dan pergudangan.

3. Melakukan kerja sama dengan pmda, asosiasi, dan kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

4. Melakukan pengawasan SPT Masa dan SPT Tahunan dan

(41)

c. Melakukan usaha-usaha demi dapat tercapainya rencana

penerimaan yang berasal dari Pajak Pertambahan Nilai.

1. Melakukan intensifikasi pajak Pertambahan Nilai baik dari

sektor jasa, perdagangan maupun industri baik untuk

menguji kepatuhan wajib pajak maupun penggalian potensi

termasuk kegiatan membangun sendiri.

2. Melakukan ekstensifikasi wajib pajak dengan

menggalakkan kegiatan penyisiran terutama pada sentra

bisnis dengan harapan adanya tambahan PKP.

3. Melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah da

Asosiasi.

4. Melakukan pengawasan SPT Masa dan SPT Tahunan dan

menyiapkan sarana untuk membuat laporan penerimaan.

d. Melakukan usaha-usaha demi dapat tercapainya rencana

penerimaan yang berasal dari kegiatan penagihan.

1. Menagih Wajib Pajak Orang Pribadi yang masih

menunggak kewajiban pajak dengan mengutamakan

tunggakan 100 besar terlebih dahulu.

2. Menagih wajib pajak badan yang masih menunggak

kewajiban pajaknya dengan mengutamakan tunggakan 100

besar terlebih dahulu.

e. Memberikan citra yang baik kepada masyarakat demi

(42)

1. Meningkatkan penyuluhan bagi wajib pajak yang berada

pada sentra bisnis seperti pasar pagi, ITC, Mangga Dua,

Ruko Tekstil dan Komplek Grand Boutiqe Center, Permata

Ancol, Marinathama, WTC.

2. Memetakan atau mengukur potensi pajak yang terkait

dengan sentra bisnis, perkantoran yang ada baik untuk

wilayah yang ada disekitarnya.

2.4 KPP Pratama Lubuk Pakam Sebagai KPP yang Modern

KPP Pratama Lubuk Pakam menyatakan dirinya sebagai salah satu KPP yang

sudah modern. Hal ini terlihat dari sistem administrasi dan pelayanannya yang

juga sudah modern. Kualitas layanan bagi wajib pajak terus diperbaiki agar dapat

menghasilkan pelayanan yang prima. Disamping itu, kepatuhan wajib pajak juga

terus dipantau dan diawasi.

1. Keberadaan TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) dan Call Center

Tempat pelayanan terpadu di KPP Pratama Lubuk Pakam terdapat

didalam gedung kantor. Pelayanan dibuka sejak pukul 08.00 am sampai

dengan pukul 16.00 pm, dan digunakan untuk melayani kebutuhan

perpajakan para wajib pajak seperti penerimaan dokumen atau laporan

perpajakan yang diserahkan langsung oleh wajib pajak sehingga tidak

perlu kemasing-masing seksi. Disisi lain ada juga call center (kring pajak)

yang bisa digunakan apabila wajib pajak ingin bertanya mengenai

peraturan tertentu atau tata cara pengisian formulir-formulir pajak tertentu.

(43)

keluhan wajib pajak apabila ada pelayanan yang kurang maksimal atau

pegawai yang melakukan pelanggaran kode etik.

2. Adanya Fungsi Jabatan AR (Account Reprsentative)

Sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK

01/2008 tentang Account Representative pada kantor pelayanan pajak

yang telah mengimplementasikan Organisasi Modern, di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Lubuk Pakam mulai ada fungsi jabatan AR sejak tahun

2007. Fungsi AR ini berada dalam seksi Pengawasan dan Konsultasi.

Fungsi AR ini bertugas mengawasi kepatuhan pajak dan memberikan

bimbingan/ konsultasi kepada wajib pajak.

3. Perubahan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak

Sebelum dilakukan reformasi dan modernisasi perpajakan oleh

pemerintah, seksi-seksi disebuah kantor pajak diklasifikasikan

berdasasarkan jenis pajaknya, seperti seksi PPh dan seksi PPN. Namun

setelah reformasi dan modernisasi perpajakan berlangsung, struktur

organisasi ditiap-tiap kantor pajak terbagi berdasarkan fungsi, seperti Seksi

Pelayanan, Seksi Pemeriksaan, Seksi Penagihan, Seksi Pengawasan dan

Konsultasi, dan Seksi Ekstensifikasi.

4. Keberadaan Help Desk

Help desk merupakan salah satu fasilitas pelayanan yang

disediakan di KPP ini. Help desk ini digunakan untuk memberi

kemudahan bagi wajib pajak dalam memperoleh informasi perpajakan..

(44)

yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan memiliki

pengetahuan perpajakan. Di KPP Pratama Lubuk Pakam ini sendiri

petugas yang melayani WP di help desk biasanya merupakan Account

Representative karena mereka dianggap cakap dalam berkomunikasi dan memiliki pengetahuan perpajakan yang baik.

2.5 Pelaksanaan Sosialisasi Perpajakan

Sosialisasi perpajakAn di KPP Pratama L.Pakam dilakukan melalui berbagai

media antara lain:

1. Media spanduk

2. Media billboard atau mini billboard

3. Media standing banner

4. Media radio

5. Leaflet/booklet

Disamping itu media-media diatas, masyarakat dan terutama wajib pajak

yang berada diwilayah kerja dan terdaftar di KPP Pratam L.Pakam dapat

memproleh informasi perpajakan melalui call center, kegiatan penyuluhan

pajak langsung, internet, pojok pajak, dan petugas pajak di KPP ini.

Ketika ada hal yang ditanyakan oleh WP terkait peraturan atau kewajiban

perpajakannya, WP bisa menghubungi call center untuk memperoleh jawaban

yang diperlukan. Media internet juga dapat digunakan dengan mengakses website-

website pajak seperti

masyarakat bisa memperoleh artikel-artikel pajak, mengetahui perkembangan

(45)

Penyuluhan yang random biasanya diadakan saat diterbitkannya peraturan

perpajakan yang baru. Sedangkan kegiatan penyuluhan rutin biasanya memang

diadakan setiap periode waktu tertentu seperti simulasi pngisian SPT Tahunan.

Kegiatan penyuluhan dilakukan di kantor pajak ataupun dngan menyewa gedung

dan mengundang sejumlah WP yang potensial melakukan diskusi, simulasi,

maupun seminar perpajakan dengan menggunakan proyektor. Penyuluhan pajak

dilakukan dengan membentuk tim sosialisasi yang terdiri dari pelaksana, Account

Representative, dan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Dana untuk

sosialisasi diperoleh dari bagian kepegawaian sub bagian umum. Wajib pajak

akan dikabari dengan mengirimkan surat undangan ke WP dalam jangka waktu

seminggu atau dua minggu sebelum kegiatan.

2.6 Seksi Pengawasan dan Konsultasi dan Account Representative

Di KPP Pratama Lubuk Pakam dan di KPP-KPP lainnya, seksi inilah yang

bertanggung jawab melakukan pengawasan kepatuhan wajib pajak dan

memberikan konsultasi/konseling/himbauan kepada wajib pajak. Seksi ini terdiri

dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II,

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

yang masing-masing dikepala oleh satu orang kepala seksi. Diseksi inilah terdapat

fungsi jabatan Account Representative. Beberapa fungsi Seksi Pengawasan dan

Konsultasi antara lain:

1. Menerbitkan SPMKP (Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak).

2. Memberikan SKBFLN (Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri) di

Kantor Pelayanan Pajak.

3. Menyelesaikan permohonan pengurangan angsuran PPh pasal 25.

(46)

5. Menyelesaikan permohonan pengurangan PBB atau BPHTB terutang, dan

lain-lain

2.7 Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam atas Keputusan Menteri Keuangan Indonesia No.785/KMK.01/1993

2.3.1 Tugas

Berdasarkan Peraturan Kementrian Keuangan RI Nomor PMK-

62/PMK.01/2009 tanggal 01 April 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak Pasal 58 KPP Pratama mempunyai

tugas. KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas melaksanakan tugas

penyuluhan, pelayanan dan pengawasan wajib pajak dibidang Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,

Bea Materai, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya. Pajak Bumi dan Bangunan

serta Bea perolehan atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah dan

wewenangnya berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang belaku.

Sehingga tugas KPP Pratama Lubuk Pakam adalah melaksanakan segenap

penyuluhan seperti sosialisasi, bimbingan, dan konsling, pelayanan dibidang

administrasi perpajakan, dan pengawasan seluruh wajib pajak diwilayah

kabupaten Deli Serdang.

2.3.2 Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Lubuk Pakam

(47)

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Lubuk Pakam

menyelenggarakan fungsi :

a. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan

potensi.

b. Perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan

penerbitan.

c. Produk hukum perpajakan.

d. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,

penerimaan.

e. Pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat

lainnya.

f. Penyuluhan perpajakan.

g. Penatausahaan utang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.

j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

k. Pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi.

l. Dan pelaksanaan administrasian KPP.

2.8 Struktur Organisasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

A. Struktur Organisasi

Struktur organisasi ialah suatu bagan yang menggambarkan sistematis

(48)

jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Tujuan untuk mebina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat

dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang

diinginkan scara maksimal. Susunan organisasi KPP Pratama Lubuk

Pakam adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum terdiri dari tiga bagian :

a. Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan

dibidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara mlakukan

pengurusan surat, pengetikan surat, pengetikan dan pngadaan,

penataan berkas arsip, tata usaha kepegawaian dan pengirman

laporan agar dapat menunjang tuga s Kantor Pelayanan Pajak.

b. Keuangan

Tugasnya adalah merncanakan kebutuha selama satu tahun dan

melakukan pendanaan di KPP Pratama Lubuk Pakam agar dapat

menunjang kelancaran tugas KPP

c. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah melakukan seluruh uruan rumah tangga dan

urusan perlengkapan KPP Pratama Lubuk Pakam agar dapat

menunjang kelancaran tugas KPP.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin olh seorang Kepala

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama L.Pakam
Tabel 1.2 2010
Tabel 1.3  Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Wajib Pajak Efektif
Tabel 1.5 2009
+2

Referensi

Dokumen terkait

The objective of our experiment was to study the effects of direct-cut and wilted grass silage diets on the feed intake, digestibility, milk production and feed utilisation with

The objective of our experiment was to study the effects of direct-cut and wilted grass silage diets on rumen fermentation and digesta passage when the protein content of

* Formutir Nomor : X.H.1-2 Laporan Butanan Kepemitikan Saham Emiten atau Perusahaan Pubtik dan Rekapitulasi yang telah Ditaporkan. * Laporan Penggunaan Btangko

[r]

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W12, 2011 ISPRS Calgary 2011 Workshop, 29-31 August 2011,

The scale-stability of DEMs derived from ASTER satellite imagery appears to offer a solution for the registration of DEMs extracted from archival aerial imagery,

Data Perorangan Calon Penerima Pensiun DPCP.. Daftar Urut

The reality was somewhat different and rather than a holistic and central ‘place’, we created a disparate but connected environment, where students could work in a virtual or