Risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap risiko pasar dapat diukur dengan beta (β). Beta (β) saham mengukur tingkat kepekaan saham terhadap perubahan pasar (Absari et al, 2013). Fluktuasi yang disebabkan oleh risiko ketidakpastian yang dihadapi oleh investor dapat menyebabkan naik turunnya harga saham (Hijria, 2007:78). Hal ini dikarenakan setiap investor memiliki tingkat ketidaksukaan risiko yang berbeda.
Saham dengan beta (β) lebih besar dari satu (>1) merupakan saham yang sangat peka terhadap perubahan pasar dan disebut sebagai saham agresif (Husnan, 1994). Sedangkan saham dengan beta (β) kurang dari satu (<1) merupakan saham yang kurang peka terhadap perubahan portofolio pasar dan disebut sebagai saham defensif (Husnan, 1994). Semakin besar beta suatu sekuritas semakin besar kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar (Tandelilin, 2010: 68). Meningkatnya risiko sistematik suatu saham akan mengurangi minat investor. Dengan demikian, semakin besar beta maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan, semakin berisiko suatu investasi (yang ditunjukkan oleh koefisien betanya), semakin rendah pula harga sahamnya. 2.1.20. Return Saham
Pasar modal sebagai wahana alternatif investasi menawarkan suatu tingkat pengembalian (return) pada tingkat risiko tertentu (Ellen, 2011 dalam Novitasari, 2013). Setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai
tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik langsung maupun tidak langsung (Ang, 1997). Return Saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Return yang diterima oleh seorang pemodal yang melakukan investasi tergantung dari instrumen investasi yang di beli. Return atau hasil investasi merupakan tujuan utama bagi investor. Return realisasi merupakan return yang terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan berfungsi sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return historis juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspetasi (expected return) di masa datang. Return ekspetasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang (Hartono, 2003: 109).
Pada umumnya, nilai return yang sering digunakan adalah return total (Kusumo, 2011). Return pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu capital gain/loss dan yield. Yield merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara dengan kas sehingga dapat diuangkan dengan cepat. Capital gain merupakan selisih dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang lebih tinggi dari harga investasi periode lalu berarti terjadi keuntungan modal (capital gain) dan sebaliknya. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar intrument investasi yang bersangkutan, yang berarti bahwa intrument investasi tersebut harus diperdagangkan di pasar (Widyawati, 2013). Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrumen investasi yang menghasilkan capital gain (Faried, 2008). Untuk menentukan
besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return historis yang terjadi pada periode sebelumnya sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat kembalian yang diinginkan. Adapun return saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogiyanto, 2000):
Return Saham = ��− (��-1) (��-1) Keterangan :
R = Return sekarang Pt = Harga saham sekarang Pt-1 = Harga saham periode lalu 2.2. Penelitian Sebelumnya
Njo Anastasia, Yanny Widiastuty Gunawan dan Imelda Wijianti melakukan penelitian mengenai “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Berdasarkan kriteria saham properti yang diteliti ada 13 sampel, yaitu : Bhuwanatala Indah Permai, Ciputra Development, Duta Anggada Realty, Dharmala Intiland, Duta Pertiwi, Jakarta Internasional Hotel Development, Kawasan Industri Jababeka, Lippo Karawaci, Lippo Land development, Putra surya Perkasa, Pakuwon Jati, Suryamas Duta Makmur Summarecon Agung. Analisis Fundamental dilakukan dengan menghitung rasio ROA, ROE, BV, Payout Ratio dan DER. Sedangkan Resiko Sistematik dilakukan dengan menghitung Beta (β). Kemudian faktor-faktor fundamental dan resiko sistematik dianalisis untuk mengukur seberapa pengaruhnya terhadap harga saham properti. Hasil analisis faktor fundamental dan resiko sistematik terhadap harga saham properti, disimpulkan bahwa secara empiris faktor fundamental dan resiko sistematik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama-sama.
Penelitian mengenai “Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham” yang dilakukan oleh Aditya Rusli menggunakan sampel perusahaan pertambangan yang go publik di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2003 sampai tahun 2007. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti ada 10 perusahaan yang dapat dijadikan sampel antara lain : Alter Abadi Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, Apexindo Pratama Duta Tbk, Bumi Resource. Tbk, Citalah Industri Marmer Tbk, Central Korporindo International Tbk, International Nickel Indonesia (INCO) Tbk, Medco Energi Internatonal Tbk, Tambang Batubara Bukit Asam tbk dan Tambang Timah Tbk. Hasil analisis menyatakan bahwa analisis fundamental menyatakan bahwa harga saham dapat diprediksi berdasarkan kinerja keuangan internal perusahaan, dan variabel Price Earning Ratio, Price to Book value, Debt Equity Ratio, Total Asset turnover, Return on Investment, Return on Equity, Operating Profit Margin dan Net Profit Margin secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan Price Earning Ratio, Return on Investment, Return on Equity, dan Operating Profit Margin secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Faktor fundamerntal Price Earning Ratio mempunyai pengaruh yang dominan terhadap perubahan harga saham.
Farkhan dan ika (2013) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Yang menjadi penelitian ini perusahaan manufaktur yang sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2005 – 2009. Rasio keuangan yang dipakai dalam penelitian ini Current Ratio, Debt to Equity Rati, Total Aset Turnover, Return on Assets, Price Earning Ratio. Berdasarkan
hasil analisis ROA dan PER berpengaruh secara parsial terhadap return saham. Sedangkan untuk CR, DER, TATO, ROA, PER berpanguh secara simultan terhadap variabel ROE. Hasil penggujian determinasi menunjukan bahwa model persamaan regresi menunjukan nilai variabel CR, DER, TATO, ROA dan PER pengaruh terhadap return saham sebesar 14,6% sisanya di jelaskan variabel lain dari variabel model.
Penelitan mengenai pengaruh variabel fundamental terhadap return saham dilakukan oleh Satrio Adi Wibowo (2013) yang meneliti tentang “Analisis Pengaruh Variabel Fundamental, Risiko Sistematik, dan Jenis Perusahaan terhadap Return Saham”. Perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah semua perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI dari bulan Januari 2009 sampai Desember 2011. Pada analisis fundamental dilakukan dengan menghitung Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS). Sedangkan untuk resiko sistematik menggunakan tingkat inflasi untuk menentukan return saham. Dan untuk mengukur pengaruh jenis industri terhadap return saham menggunakan variabel dummy. Berdasarkan hasil analisis profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap return saham sedangkan laverage (DER) dan kinerja saham ( EPS) berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan inflasi sebagai Resiko Sistematik tidak berpengaruh terhadap return saham dan jenis industry berpengaruh terhadap return saham. Tingkat resiko saham perusahaan cenderung seragam pada industri manufaktur.
I Wayan Adi Suarjaya dan Henny Rahyuda melakukan penelitian tentang “Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham pada Perusahaan
Makanan dan Minuman di BEI”. Berdasarkan kriteria peneliti menghasilkan 12 perusahaan sebagai sampel. Faktor fundamental yang digunakan untuk melakukan analisis yaitu DER, EPS, NPM dan PBV. Hasil analisis dari penelitian menyebutkan bahwa secara parsial hanya DER yang berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan makanan dan minuman di BEI periode 2008-2011 sedangkan EPS, NPM, PBV tidak ada pengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham perusahaan makanan dan minuman di BEI periode 2008-2011. Untuk DER, EPS, NPM dan PBV secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Sehingga dapat disimpulkan faktor fundamental secara simultan menyebabkan perubahan return saham. Dapat disimpulkan bahwa DER merupakan faktor fundamental yang dominan mempengaruhi return saham pada perusahaan makanan dan minuman.
2.3. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan didukung dengan landasan teori, maka penulis mengajukan suatu hipotesis, yaitu diduga bahwa:
H1 : Variabel fundamental (CR, ROE, DER, EPS, PER) dan risiko sistematik (β) memiliki pengaruh secara simultan terhadap return saham.
H2.1 : Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap return saham perusahaan. H2.2 : Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham. H2.3 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham. H2.4 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap return saham. H2.5 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham. H2.6 : Beta (β) berpengaruh terhadap return saham.