• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pengaruh Campuran Injeksi Dexamethasone dengan

dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock terhadap Kekeruhan Larutan

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kekeruhan setelah dilakukan pencampuran dua jenis larutan obat parenteral yang berbeda. Pengujian ini

dilakukan untuk melihat adanya pengaruh pencampuran injeksi dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008%; 0,02% dan 0,07%, injeksi kalsium glukonat dengan variasi konsentrasi 0,74%; 1,67% dan 4,44% dan larutan Ringer dengan variasi konsentrasi kalsium 1,125 mEq; 0,45 mEq dan 0,1125 mEq dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock terhadap nilai kekeruhan larutan campuran sedian obat tersebut.

Kekeruhan itu sendiri adalah penurunan transparansi cair disebabkan oleh adanya zat tidak larut. Kekeruhan juga disebabkan oleh adanya partikulat di dalam air dan ini identik dengan ketidakjernihan. Kekeruhan merupakan salah satu faktor dasar untuk menilai kualitas air (Satterfield, 2006; Rak, 2013).

Tabel 4.3 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Formula Kekeruhan (NTU)

F0 0.110 F1 0,723 F2 0,834 F3 0,963 F4 0,263 F5 0,438 F6 0,845 Keterangan : F0 : NaCl 0,9%

F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)

F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)

F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)

F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)

F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)

F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diamati bahwa kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat pada satu wadah pada F3 menunjukkan nilai kekeruhan yang paling besar, sedangkan pada campuran larutan injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock konsentrasi F6 memiliki nilai kekeruhan yang tertinggi. F3 dan F6 merupakan konsentrasi tertinggi baik dalam metode satu wadah maupun melalui three-way stopcock yaitu sebesar 0,963 NTU dan 0,845 NTU.

Gambar 4.5 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Keterangan : F0 : NaCl 0,9%

F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)

F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)

F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)

F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)

F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)

F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)

0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 0,800 0,900 1,000 F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6 0,11 0,723 0,834 0,963 0,263 0,438 0,845

Nilai Kekeruhan

Dalam 1 wadah Melalui three-way Blanko

Pada Gambar 4.5 dapat diamati pula nilai kekeruhan F0 yang merupakan blanko berupa larutan natrium klorida 0,9% tanpa adanya tambahan injeksi dexamethasone dan kalsium glukonat memiliki nilai kekeruhan 0,11 NTU. Setelah dilakukan pencampuran kedua obat disertai dengan peningkatan konsentrasi maka diperoleh peningkatan nilai kekeruhan dibandingkan blanko. Hal ini terlihat pada konsentrasi F1 sampai F3 dengan metode dalam satu wadah dan F4 sampai F6 dengan metode melalui three-way stopcock menunjukkan peningkatan nilai kekeruhan dengan semakin meningkatnya konsentrasi dari kedua obat. Pada kedua metode yang digunakan dapat diamati bahwa metode pencampuran obat dalam satu wadah memberikan nilai kekeruhan yang lebih besar dibandingkan dalam dua wadah.

Tabel 4.4 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Formula Kekeruhan (NTU)

F7 0,632 F8 0,547 F9 0,473 F10 0,422 F11 0,313 F12 0,281 Keterangan:

F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)

F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)

F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)

F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)

F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)

F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)

Pada Tabel 4.4 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer. Dapat diamati pada F7 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer pada satu wadah menunjukkan nilai kekeruhan yang paling besar dibandingkan formula lainnya yaitu sebesar 0,632 NTU. Sedangkan nilai kekeruhan terkecil diperoleh pada F12 yaitu 0,281 NTU. F12 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone 0.07% dan 0,1125 mEq larutan Ringer melalui jalur three-way stopcock. Pada formula F7 sampai F9 merupakan campuran injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer yang dicampur dalam satu wadah, sedangkan F10 sampai F12 adalah campuran injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer yang dicampur melalui three-way stopcock sehingga dapat dilihat bahwa nilai kekeruhan yang dicampur dalam satu wadah lebih besar dibandingkan melalui three-way stopcock.

Gambar 4.6 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Keterangan :

F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)

F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)

F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)

F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)

F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)

F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)

0,000 0,500 1,000 F7 F8 F9 F10 F11 F12 0,632 0,547 0,473 0.422 0,313 0,281 Nilai Kekeruhan Dalam 1 wadah Melalui three-way

Pada Gambar 4.6 dapat diamati F7 menunjukkan nilai kekeruhan yang paling besar dalam satu wadah sebesar 0,632 NTU, demikian halnya pada jalur three-way stopcock F10 menunjukkan nilai kekeruhan yang paling tinggi. Semakin berkurangnya konsentrasi kalsium dalam larutan ringer yang dicampur dengan injeksi dexamethasone semakin menurun pula nilai kekeruhan yang diperoleh.

Dari data yang diperoleh dapat diamati bahwa nilai kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock akan semakin besar seiring dengan bertambahnya konsentrasi kedua obat, sedangkan pada campuran injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer, adanya pengaruh semakin besarnya volume larutan Ringer yang dicampur ke dalam larutan, semakin besar juga konsentrasi Ca2+ yang terkandung dalam campuran larutan tersebut maka nilai kekeruhan yang diperoleh akan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 73.

Kejernihan air mengacu pada transparansi dari air. Kekeruhan sering digunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan kurangnya transparansi karena adanya bahan tersuspensi dan koloid seperti bahan organik dan anorganik sehingga mengurangi penetrasi cahaya. Kekeruhan terutama disebabkan oleh partikel dengan diameter lebih kecil dari 1 mikron dalam air. Visibilitas atau kejernihan akan menurun dengan meningkatnya kekeruhan dalam air. Penurunan kejernihan disebabkan hamburan cahaya oleh partikel yang tersuspensi dalam larutan (Wilson, 2013)

Menurut Lambrou dan kawan-kawan (2010) mengatakan “hamburan cahaya sebanding dengan meningkatnya konsentrasi dari partikel karena akan

semakin besar hamburan cahaya yang dibutuhkan untuk menembus partikel-partikel yang ada dan penyerapan cahaya pun akan semakin meningkat. Ketika konsentrasi partikulat melebihi titik tertentu, transmisi cahaya akan menurun cepat, menandakan bahwa batas atas kekeruhan terukur, peningkatan konsentrasi obat-obat yang dicampur meningkatkan nilai kekeruhan yang dihasilkan karena semakin banyaknya partikel-partikel yang terkandung di dalamnya.

Sediaan yang digunakan merupakan larutan parenteral yang terlihat jernih, baik larutan natrium klorida 0,9%, maupun campuran injeksi dexamethasone, kalsium glukonat dan larutan Ringer, tetapi larutan tersebut tetap memiliki angka kekeruhan. Ini disebabkan kekeruhan merupakan interaksi antara cahaya dan partikel yang tersuspensi dalam air. Jadi, sinar cahaya yang dipancarkan ke dalam cairan murni tidak akan terhambat, tetapi molekul yang terdapat dalam cairan murni itu akan menghamburkan cahaya pada tingkat tertentu, sehingga tidak ada larutan yang memiliki nilai kekeruhan nol (Lambrou, et al., 2010).

4.3 Pengaruh Campuran Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung Kalsium (Injeksi Kalsium Glukonat, Larutan Ringer) dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock terhadap Ukuran Partikel Larutan

Injeksi dexamethasone mengandung deksametason natrium fosfat 5,465 mg setara dengan deksametason fosfat 5 mg. Campuran larutan injeksi dexamethasone dengan kalsium glukonat dan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer dapat membentuk partikel berupa kalsium fosfat. Peningkatan konsentrasi injeksi dexamethasone, injeksi kalsium glukonat dan konsentrasi Ca2+ dalam larutan Ringer dapat mempengaruhi ukuran partikel kalsium fosfat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.7.

Tabel 4.5 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock Formula Ukuran Partikel (nm) Dv10 (nm) Dv50 (nm) Dv90 (nm) Dmean Intensity (nm) F1 1698,69 3549,07 6762,62 2554,98 F2 2138,53 4678,59 7415,07 2963,58 F3 2239,31 4899,09 7415,07 3018,41 F4 741,51 1412,91 3236,79 1398,50 F5 1023,56 1862,58 3716,34 1765,26 F6 1950,36 4678,59 7415,07 2829,02

Gambar 4.7 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Keterangan:

F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)

F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)

F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)

F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)

F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)

F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)

Dapat diamati pada Tabel 4.5 campuran larutan injeksi dexamethasone kalsium glukonat dalam satu wadah menunjukkan F3 memiliki ukuran partikel

0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 3.500,00 F1 F2 F3 F4 F5 F6 2554,98 2963,58 3018,41 1398,5 1765,26 2829,02

Dmean Intensity (nm)

Dalam 1 wadah Melalui three-way

rata-rata yang paling besar diantara formula lainnya yaitu 3018,41 nm, sedangkan pada campuran larutan injeksi dexamethasone kalsium glukonat dalam melalui three-way stopcock F6 memiliki ukuran partikel rata-rata paling besar yaitu 2829,02 nm.

Pada Gambar 4.7 dapat dilihat pula bahwa ukuran partikel yang terbentuk akibat pencampuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat rata-rata diatas 1000 nm atau lebih besar dari 1µ�. Ukuran partikel campuran dalam satu wadah lebih besar dibandingkan melalui three-way stopcock. Hal ini menunjukkan adanya inkompatibilitas dari campuran obat-obat ini.

Tabel 4.6 Distribusi ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Formula Distribusi Ukuran Partikel (nm)

F1 933,50 – 5624,90 F2 1023,56 – 6762,62 F3 1071,80 – 7081,33 F4 467,86 – 3236,79 F5 676,26 – 3716,34 F6 933,50 – 6762,62 Keterangan :

F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)

F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)

F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)

F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)

F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)

F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)

Pada Tabel 4.6 dapat diamati distribusi ukuran partikel yang terkandung dalam campuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat pada

formula F1 sampai F6 berada pada rentang 467,86 nm sampai 7081,33 nm. Distribusi ukuran partikel ini menunjukkan penyebaran ukuran-ukuran partikel yang terkandung di dalam campuran larutan tersebut.

Tabel 4.7 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Formula Ukuran Partikel (nm) Dv10 (nm) Dv50 (nm) Dv90 (nm) Dmean Intensity (nm) F7 3389,34 6167,58 8513,64 4139,92 F8 1950,36 4266,93 7081,33 2795,88 F9 589,00 1017,80 1950,36 1088,64 F10 2455,36 5371,74 8130,46 3179,18 F11 1230,59 3236,79 6762,62 2171,88 F12 467,86 977,50 2138,53 1018,82

Gambar 4.8 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Keterangan:

F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)

F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)

F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)

F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)

F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)

F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)

0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 F7 F8 F9 F10 F11 F12 4139,92 2795,88 1088,64 3179,18 2171,88 1018,82

Dmean Intensity (nm)

Dalam 1 wadah Melalui three-way

Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa F7 yang merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq dalam satu wadah menunjukkan rata-rata ukuran partikel yang terbesar yaitu 4139,92 nm, sedangkan F10 merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock memiliki ukuran partikel paling besar yaitu 3179,18 nm. Semakin banyak larutan Ringer yang dicampur dengan injeksi dexamethasone semakin besar pula ukuran partikel yang diperoleh dari campuran kedua sediaan parenteral tersebut.

Tabel 4.8 Distribusi ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Formula Distribusi Ukuran Partikel (nm)

F7 1549,23 - 9335,02 F8 1023,56 - 6458,25 F9 407,49 - 2344,85 F10 1023,56 - 7764,53 F11 676,26 - 5129,97 F12 323,68 - 2455,36 Keterangan:

F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)

F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)

F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)

F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)

F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)

F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)

Pada Tabel 4.8 dapat diamati bahwa distribusi ukuran partikel F7 sampai F12 berada pada rentang ukuran partikel rata-rata 323,68 nm sampai 9335,02 nm.

Penyebab lain dari adanya partikel adalah akibat inkompatibilitas. Ini adalah reaksi yang tidak diinginkan antara campuran obat dan larutan pembawa, wadah atau obat-obatan yang ditambahkan ke dalam larutan intravena itu sendiri. Inkompatibilitas juga bisa terjadi ketika berbagai larutan dicampur dalam jalur infus dan kateter untuk pemberian parenteral. Salah satu konsekuensi dari inkompatibilitas adalah terjadi pengendapan yang membentuk partikel (Durgin dan Hanan, 2005; Roth, 2007; Josephson, 2006; Douglas dan Hedrick, 2001).

Hasil penelitian yang diperoleh rata-rata ukuran partikel dari campuran larutan parenteral ini berukuran lebih besar dari 1 µm. Dijelaskan hanya produk obat berupa larutan atau dispersi koloid (khusunya berukuran partikel < 1 µm) yang layak untuk pemberian intravena karena risiko emboli paru yang dihasilkan dari partikel > 7 µm dan adanya kendala partikulat yang terkait dengan pemberian pada rute ini. Pemberian larutan parenteral berukuran lebih besar dari 1 µm selayaknya harus dihindari untuk mencegah adanya risiko yang berbahaya selama distribusi obat dalam peredaran darah (Williams, et al., 2012).

Partikel sekecil 1,5 µm dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah pada pasien, sedangkan partikel berukuran 6 µm dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah pada orang sehat (Melsungen, 2011).

4.4 Pengaruh Campuran Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung Kalsium (Injeksi Kalsium Glukonat, Larutan Ringer) dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock terhadap pH Larutan

Pengaruh peningkatan konsentrasi injeksi dexamethasone, injeksi kalsium glukonat serta peningkatan konsentrasi kalsium dalam larutan Ringer terhadap nilai pH campuran larutan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9 pH campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock Formula Nilai pH Rata-Rata 1 2 3 F1 5,7 5,7 5,7 5,7 F2 5,5 5,5 5,5 5,5 F3 5,2 5,2 5,2 5,2 F4 6,6 6,6 6,6 6,6 F5 6,0 6,0 6,0 6,0 F6 5,8 5,8 5,8 5,8 Keterangan:

F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)

F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)

F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)

F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)

F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)

F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)

Berdasarkan Gambar 4.9 dapat diamati pada F1 sampai F3 merupakan campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah, sedangkan F4 sampai F6 merupakan campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock. Berdasarkan hasil yang diperoleh terjadi penurunan pH dengan peningkatan konsentrasi injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat. F3 merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% dalam satu wadah memiliki nilai pH terendah (5,2) diantara campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah, sedangkan F6 merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% melalui three-way stopcock memiliki pH terendah (5,8) diantara campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock.

Gambar 4.9 pH campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Keterangan :

F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)

F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)

F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)

F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)

F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)

F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)

Tabel 4.10 pH campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Formula Pengukuran pH Rata-Rata 1 2 3 F7 5,1 5,1 5,1 5,1 F8 5,2 5,2 5,2 5,2 F9 5,5 5,6 5,6 5,56 F10 5,6 5,6 5,6 5,6 F11 5,8 5,8 5,8 5,8 F12 6,2 6,2 6,2 6,2 Keterangan:

F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)

F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)

F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)

F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)

F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)

F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)

0,0 10,0 F1 F2 F3 F4 F5 F6 5,7 5,5 5,2 6,6 6 5,8 Nilai pH Dalam 1 wadah Melalui three-way

Gambar 4.10 pH campuran larutan injeksi dexamethasone-larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock

Keterangan:

F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)

F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)

F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)

F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)

F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)

F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)

Dari Gambar 4.10 dapat diamati F7 sampai F9 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer dalam satu wadah. F7 memiliki nilai pH terendah yaitu 5,1 sedangkan F10 sampai F12 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer melalui three-way stopcock. F10 menunjukkan nilai pH terendah 5,6. Pada F7 sampai F12. pH terendah ditunjukkan oleh F7 yaitu larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung 1,125 mEq kalsium dalam satu wadah.

Penurunan pH akibat pencampuran injeksi dexamethasone dengan larutan parenteral yang mengandung kalsium seperti injeksi kalsium glukonat dan larutan Ringer disebabkan oleh terbentuknya endapan berupa kalsium fosfat. Injeksi dexamethasone mengandung natrium fosfat, larutan Ringer mengandung 0,165 g kalsium klorida (CaCl2.H2O). Ketika natrium fosfat yang terkandung dalam

0,000 5,000 10,000 F7 F8 F9 F10 F11 F12 5,1 5,2 5,56 5,6 5,8 6,2 Nilai pH Dalam 1 wadah Melalui three-way

injeksi dexamethasone bercampur dengan injeksi kalsium glukonat maupun larutan Ringer, karena adanya reaksi ionik dapat membentuk kalsium fosfat.

Pembentukan kalsium fosfat merupakan fenomena kompleks yang mengarah pada pembentukan fase yang berbeda: brushite atau dikalsium fosfat dihidrat (DCPD), oktakalsium fosfat (OCP), hidroksiapatit (HAP) atau kalsium kekurangan apatit (CDA) tergantung pada kondisi eksperimental. Kondisi utama yang mempengaruhi pengendapan kalsium fosfat adalah suhu, fosfat dan kalsium, kekuatan ion, pH, kehadiran ion lain dan durasi pengendapan (Ferreira, et al., 2003; Guo, et al., 2005; Johnsson dan Nancollas, 1992; LeGeros, 1991; Mc Dowell, et al., 1977).

Berdasarkan penelitian diperoleh pH campuran injeksi dexamethasone dengan larutan parenteral yang mengandung kalsium berada pada rentang pH 5-6,6. Pada Gambar 4.11 dapat dilihat pembentukan kalsium fosfat pada fase Brushite/dikalsium fosfat dihidrat (DCPD) merupakan fase pertama pengendapan kalsium fosfat berada pada rentang pH 4-6 (Schmidt dan Both, 1987).

Gambar 4.11 Karakteristik fase pembentukan kalsium fosfat (Schmidt dan Both, 1987).

Adanya jumlah kalsium yang cukup dan karena afinitas yang relatif tinggi HPO42- terhadap ion kalsium, sehingga mampu berinteraksi membentuk kompleks

CaHPO4, menyebabkan penghilangan ion HPO42- sehingga kesetimbangan dari ion-ion H2PO4- / HPO42- / PO43- bergeser dan pelepasan proton yang mengarah ke penurunan pH (Mekmene, et al., 2009; Harding, et al., 2005).

Setelah penambahan kalsium, pH menurun dengan cepat selama beberapa menit pertama, diikuti oleh penurunan yang tidak teratur dan lambat selama satu jam berikutnya dan akhirnya menjadi stabil setelah 2 jam. Oleh sebab itu, semakin meningkatnya kalsium yang ditambahkan dalam campuran larutan tersebut akan semakin menurunkan nilai pH larutan tersebut (Mekmene, et al., 2009).

Dokumen terkait