Lampiran 1. Gambar bahan yang digunakan beserta kandungannya a. Injeksi Dexamethasone 5mg/mL (PT.Indofarma)
Tiap mL mengandung deksametason natrium fosfat 5,465 mg setara dengan deksametason fosfat 5 mg.
b. Injeksi Kalsium Glukonat 10% (PT. Ethica)
Mengandung 8.9 mg kalsium atau 220 mikromol Ca2+/mL, ampul 10 mL.
c. Larutan Ringer (PT. Widatra Bhakti)
Lampiran 1. (Lanjutan)
d. Larutan Natrium Klorida 0,9% (PT. Widatra Bhakti)
Lampiran 2. Perhitungan laju tetes bahan yang digunakan a. Laju tetes larutan natrium klorida 0,9%
Menurut ISO Volume 48, dikatakan bahwa dosis injeksi intravena untuk larutan natrium klorida 0,9% adalah 60 tetes/70 kg BB/menit.
Dengan anggapan pasien yang menerima larutan natrium klorida 0,9% mempunyai berat badan dewasa yang normal yaitu 70 kg, maka
Dosis = 60 tetes/70 kg BB/menit x 70 kg = 60 tetes/menit
= 60 tetes/60 detik = 1 tetes/detik b. Laju tetes larutan Ringer
Menurut ISO Volume 48, dikatakan bahwa dosis injeksi intravena untuk larutan Ringer adalah 120-180 tetes/70 kg BB/menit.
Dengan anggapan pasien yang menerima larutan Ringer mempunyai berat badan dewasa yang normal yaitu 70 kg, maka
Dosis = 120-180 tetes/70 kg BB/menit x 70 kg = 120-180 tetes/menit
Lampiran 3. Perhitungan konsentrasi bahan yang digunakan
Injeksi dexamethasone 5 mg/mL (PT. Indofarma). Injeksi dexamethasone tiap mL mengandung deksametason natrium fosfat 5,465 mg setara dengan deksametason fosfat 5 mg.
Dosis injeksi kalsium glukonat berupa larutan 10%, yang menghasilkan 10 g/100 mL atau 100 mg/ mL (Gahart dan Nazareno, 2014).
a. Larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan injeksi kalsium glukonat 0,74%
Dosis injeksi dexamethasone yang digunakan = 20 mg / 4 mL (4 ampul) = 0,02 g / 4 mL
Dilarutkan dalam larutan natrium klorida 0,9% = 250 mL Maka konsentrasi dexamethasone = 0,02
254 �� x 100% = 0,008%
Dosis injeksi kalsium glukonat yang digunakan = 2 g / 20 mL (2 ampul) Dilarutkan dalam larutan natrium klorida 0,9% = 250 mL
Maka konsentrasi kalsium glukonat = 2 �
270 �� x 100% = 0,74%
b. Larutan injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan injeksi kalsium glukonat 1,67%
Dosis injeksi dexamethasone yang digunakan = 20 mg / 4 mL (4 ampul) = 0,02 g / 4 mL
Dilarutkan dalam larutan natrium klorida 0,9% = 100 mL Maka konsentrasi dexamethasone = 0,02
104 �� x 100% = 0,02%
Lampiran 3. (Lanjutan)
Maka konsentrasi kalsium glukonat = 2 �
120 �� x 100% = 1,67%
c. Larutan injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan injeksi kalsium glukonat 4,44%
Dosis injeksi dexamethasone yang digunakan = 20 mg / 4 mL (4 ampul) = 0,02 g / 4 mL
Dilarutkan dalam larutan natrium klorida 0,9% = 25 mL Maka konsentrasi dexamethasone = 0,02
29 �� x 100% = 0,07%
Dosis injeksi kalsium glukonat yang digunakan = 2 g / 20 mL (2 ampul) Dilarutkan dalam larutan natrium klorida 0,9% = 25 mL
Maka konsentrasi kalsium glukonat = 2 �
45 �� x 100% = 4,44%
d. Larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer 250 mL (1,125 mEq Ca2+)
Dosis injeksi dexamethasone yang digunakan = 20 mg / 4 mL (4 ampul)
= 0,02 g / 4 mL
Dilarutkan dalam larutan natrium klorida 0,9% = 250 mL
Maka konsentrasi dexamethasone = 0,02
254 �� x 100% = 0,008%
Konsentrasi Ca2+ dalam 250 mL larutan Ringer = 1,125 mEq
e. Larutan injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer 100 mL (0,45 mEq Ca2+)
Dosis injeksi dexamethasone yang digunakan = 20 mg / 4 mL (4 ampul) = 0,02 g / 4 mL
Lampiran 3. (Lanjutan)
Maka konsentrasi dexamethasone = 0,02
104 �� x 100% = 0,02%
Konsentrasi Ca2+ dalam 100 mL larutan Ringer = 0,45 mEq
f. Larutan injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer 25 mL (0,1125 mEq Ca2+)
Dosis injeksi dexamethasone yang digunakan = 20 mg / 4 mL (4 ampul) = 0,02 g / 4 mL
Dilarutkan dalam larutan Ringer = 25 mL
Maka konsentrasi dexamethasone = 0,02
29 �� x 100% = 0,07%
Lampiran 4. Perhitungan konsentrasi kalsium dalam larutan Ringer
Lampiran 4. (Lanjutan)
Bobot Ca2+ dalam 25 mL larutan Ringer = mEq x ��
�������
= 0,1125 mEq x 40
2
Lampiran 5. Flowsheet pembuatan larutan injeksi dexamethasone 0,008%; 0,02% dan 0,07%
Tiap ampul (1 mL) injeksi dexamethasone 5mg/mL
Diambil 4 ampul (4 mL)
Diencerkan dengan larutan infus NaCl 0,9% dengan tiga variasi volume 250 mL; 100 mL dan 25 mL
Dihomogenkan
Diperoleh variasi konsentrasi larutan injeksi dexamethasone 0,008%; 0,02%
Lampiran 6. Flowsheet pembuatan larutan injeksi kalsium glukonat 0,74%; 1,67% dan 4,44%
Tiap ampul (10 mL) mengandung 1 g kalsium glukonat
Diambil 2 ampul (20 mL)
Diencerkan dengan larutan infus NaCl 0,9% dengan tiga variasi volume 250 mL; 100 mL dan 25 mL
Dihomogenkan
Diperoleh variasi konsentrasi larutan injeksi kalsium glukonat 0,74%; 1,67%
Lampiran 7. Flowsheet pencampuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah
Larutan injeksi dexamethasone 0,008%
Larutan injeksi kalsium glukonat 0,74%
Dicampur dalam satu wadah Dipasang infus-set
Diatur laju tetesannya 1 tetes/detik
Ditampung hasil tetesan pada botol
Digantungkan pada tiang infus
Campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi
kalium glukonat
Diamati penampilan fisiknya secara visual, pengujian kekeruhan, ukuran partikel, pH dan pemeriksaan
morfologi partikel.
Lampiran 8. Flowsheet pencampuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock
Ditampung hasil tetesan pada botol Dihubungkan ujung
infus-set ke three-way stopcock
Diamati penampilan fisiknya secara visual, pengujian kekeruhan, ukuran partikel, pH dan pemeriksaan
morfologi partikel.
Dilakukan juga sesuai prosedur yang sama untuk pencampuran konsentrasi injeksi dexamethasone 0,02%; 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 1,67%; 4,44%
Campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi
Lampiran 9. Flowsheet pencampuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah
Dicampur dalam satu wadah Dipasang infus-set
Diatur laju tetesannya 1 tetes/detik
Ditampung hasil tetesan pada botol
Diamati penampilan fisiknya secara visual, pengujian kekeruhan, ukuran partikel, pH dan pemeriksaan
morfologi partikel.
Dilakukan juga sesuai prosedur yang sama untuk pencampuran konsentrasi injeksi dexamethasone 0,02%; 0,07% dan variasi konsentrasi larutan Ringer 0,45 mEq; 0,1125 mEq Larutan injeksi
dexamethasone 0,008%
Lampiran 10. Flowsheet pencampuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dengan melalui three-way stopcock
Ditampung hasil tetesan pada botol Dihubungkan ujung
infus-set ke three-way stopcock
Diamati penampilan fisiknya secara visual, pengujian kekeruhan, ukuran partikel, pH dan pemeriksaan
morfologi partikel.
Larutan Ringer 250 mL (1,125 mEq)
Lampiran 23. Data ukuran partikel larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah) / F1
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity
933.50 0,01 2455.36 0,04
977.50 0,01 2571.08 0,04
1023.56 0,01 2692.25 0,04
1071.80 0,01 2819.13 0,04
1122.32 0,01 2951.99 0,03
1175.21 0,01 3091.11 0,03
1230.59 0,02 3236.79 0,03
1288.59 0,02 3389.34 0,03
1349.32 0,02 3549.07 0,03
1412.91 0,02 3716.34 0,02
1479.50 0,03 3891.48 0,03
1549.23 0.03 4074.88 0,02
1622.24 0,03 4266.93 0,02
1698.69 0,03 4468.02 0,01
1778.75 0,03 4678.59 0,01
1862.58 0.04 4899.09 0,01
1950.36 0,04 5129.97 0.01
2042.28 0,04 5371.74 0.01
2138.53 0,04 5624.90 0.01
Lampiran 24. Data ukuran partikel larutan injeksi dexamethasone 0.02% dan kalsium glukonat 1.67% (dalam 1 wadah) / F2
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity 1023.56 0,01 2455.36 0,04 5890.00 0.01
1071.80 0,01 2571.08 0,04 6167.58 0.01
1122.32 0,01 2692.25 0,04 6458.25 0.01
1175.21 0,01 2819.13 0,04 1230.59 0,01 2951.99 0,04 1288.59 0,01 3091.11 0,04 1349.32 0,01 3236.79 0,04 1412.91 0,02 3389.34 0,03 1479.50 0,02 3549.07 0,03 1549.23 0.02 3716.34 0,03 1622.24 0,02 3891.48 0,03 1698.69 0,02 4074.88 0,03 1778.75 0,03 4266.93 0,02 1862.58 0.03 4468.02 0,02 1950.36 0,03 4678.59 0,02 2042.28 0,03 4899.09 0,02 2138.53 0,03 5129.97 0.02
2239.31 0,04 5371.74 0.01
Lampiran 25. Data ukuran partikel larutan injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah) / F3
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity 1071.80 0,01 2692.25 0,04 6762.62 0.01
1122.32 0,01 2819.13 0,04 7081.33 0.01
1175.21 0,01 2951.99 0,04 1230.59 0,01 3091.11 0,04 1288.59 0,01 3236.79 0,04 1349.32 0,01 3389.34 0,03 1412.91 0,02 3549.07 0,03 1479.50 0,02 3716.34 0,03 1549.23 0.02 3891.48 0,03 1622.24 0,02 4074.88 0,03 1698.69 0,02 4266.93 0,02 1778.75 0,03 4468.02 0,02 1862.58 0.03 4678.59 0,02 1950.36 0,03 4899.09 0,02 2042.28 0,03 5129.97 0.02
2138.53 0,03 5371.74 0.01
2239.31 0,04 5624.90 0.01
2344.85 0,04 5890.00 0.01
2455.36 0,04 6167.58 0.01
Lampiran 26. Data ukuran partikel larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan injeksi kalsium glukonat 0,74% % (melalui three-way stopcock) / F4
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity
467.86 0,01 1288.59 0,04
489.91 0,01 1349.32 0,04
513.00 0,01 1412.91 0,04
537.17 0,01 1479.50 0,03
562.49 0,01 1549.23 0,03
589.00 0,01 1622.24 0,03
616.76 0,01 1698.69 0,03
645.83 0,02 1778.75 0,03
676.26 0,02 1862.58 0,03
708.13 0,02 1950.36 0,02
741.51 0,02 2042.28 0,02
776.45 0,02 2138.53 0,02
813.05 0,03 2239.31 0,02
851.36 0,03 2344.85 0,02
891.49 0,03 2455.36 0,01
933.50 0,03 2571.08 0,01
977.50 0,03 2692.25 0,01
1023.56 0,03 2819.13 0,01
1071.80 0,04 2951.99 0,01
1122.32 0,04 3091.11 0,01
1175.21 0,04 3236.79 0,01
Lampiran 27. Data ukuran partikel larutan injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock) / F5
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity
Lampiran 28. Data ukuran partikel larutan injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock) / F6
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity
933.50 0,01 2571.08 0,04
977.50 0,01 2692.25 0,04
1023.56 0,01 2819.13 0,04
1071.80 0,01 2951.99 0,04
1122.32 0,01 3091.11 0,03
1175.21 0,01 3236.79 0,03
1230.59 0,01 3389.34 0,03
1288.59 0,01 3549.07 0,03
1349.32 0,02 3716.34 0,03
1412.91 0,02 3891.48 0,03
1479.50 0,02 4074.88 0,02
1549.23 0.02 4266.93 0,02
1622.24 0,03 4468.02 0,02
1698.69 0,03 4678.59 0,02
1778.75 0,03 4899.09 0,02
1862.58 0.03 5129.97 0.01
1950.36 0,03 5371.74 0.01
2042.28 0,03 5624.90 0.01
2138.53 0,03 5890.00 0.01
2239.31 0,04 6167.58 0.01
2344.85 0,04 6458.25 0.01
Lampiran 29. Data ukuran partikel larutan larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan yang mengandung kalsium 1,125 mEq (larutan Ringer 250 mL) (dalam 1 wadah) / F7
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity
Lampiran 30. Data ukuran partikel larutan injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan yang mengandung kalsium 0,45 mEq (larutan Ringer 100 mL) (dalam 1 wadah) / F8
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity
1023.56 0,01 2692.25 0,04
1071.80 0,01 2819.13 0,04
1122.32 0,01 2951.99 0,04
1175.21 0,01 3091.11 0,04
1230.59 0,01 3236.79 0,03
1288.59 0,01 3389.34 0,03
1349.32 0,02 3549.07 0,03
1412.91 0,02 3716.34 0,03
1479.50 0,02 3891.48 0,03
1549.23 0,02 4074.88 0,02
1622.24 0,03 4266.93 0,02
1698.69 0,03 4468.02 0,02
1778.75 0,03 4678.59 0,02
1862.58 0,04 4899.09 0,01
1950.36 0,03 5129.97 0,01
2042.28 0,04 5371.74 0,01
2138.53 0,04 5624.90 0,01
2239.31 0,04 5890.00 0.01
2344.85 0,04 6167.58 0.01
2455.36 0,04 6458.25 0.01
Lampiran 31. Data ukuran partikel larutan injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (larutan Ringer 25 mL) (dalam 1 wadah) / F9
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity
407.49 0,01 1071.80 0,04
426.69 0,01 1122.32 0,04
446.80 0,01 1175.21 0,04
467.86 0,01 1230.59 0,04
489.91 0,01 1288.59 0,03
513.00 0,01 1349.32 0,03
537.17 0,02 1412.91 0,03
562.49 0,02 1479.50 0,03
589.00 0,02 1549.23 0,02
616.76 0,02 1622.24 0,02
645.83 0,03 1698.69 0,02
676.26 0,03 1778.75 0,02
708.13 0,03 1862.58 0,01
741.51 0,03 1950.36 0,01
776.45 0,04 2042.28 0,01
813.05 0,04 2138.53 0,01
851.36 0,04 2239.31 0,01
891.49 0,04 2344.85 0.01
Lampiran 32. Data ukuran partikel Larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan yang mengandung kalsium 1,125 mEq (larutan Ringer 250 mL) (melalui three-way stopcock) / F10
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity
1023.56 0.01 2692.25 0,04 7081.33 0.01
1071.80 0,01 2819.13 0,04 7415.07 0.01
1122.32 0,01 2951.99 0,04 7764.53 0.01
1175.21 0,01 3091.11 0,04 1230.59 0,01 3236.79 0,03 1288.59 0,01 3389.34 0,03 1349.32 0,01 3549.07 0,03 1412.91 0,01 3716.34 0,03 1479.50 0,02 3891.48 0,03 1549.23 0.02 4074.88 0,03 1622.24 0,02 4266.93 0,03 1698.69 0,02 4468.02 0,02 1778.75 0,02 4678.59 0,02 1862.58 0.03 4899.09 0,02 1950.36 0,03 5129.97 0.02
2042.28 0,03 5371.74 0.02
2138.53 0,03 5624.90 0.01
2239.31 0,03 5890.00 0.01
2344.85 0,03 6167.58 0.01
2455.36 0,03 6458.25 0.01
Lampiran 33. Data ukuran partikel larutan injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan yang mengandung kalsium 0,45 mEq (larutan Ringer 100 mL) (melalui three-way stopcock) / F11
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity
676.26 0.01 1862.58 0.04 5129.97 0.01
708.13 0.01 1950.36 0,04
741.51 0.01 2042.28 0,03
776.45 0.01 2138.53 0,03
813.05 0.01 2239.31 0,03
851.36 0.01 2344.85 0,03
891.49 0.01 2455.36 0,03
933.50 0.01 2571.08 0,03
977.50 0.02 2692.25 0,03
1023.56 0.02 2819.13 0,03
Lampiran 34. Data ukuran partikel Larutan injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (larutan Ringer 25 mL) (melalui three-way stopcock) / F12
Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity Size (nm) Intensity
323.68 0.01 851.36 0.03 2239.31 0,01
338.93 0.01 891.49 0.03 2344.85 0,01
354.91 0.01 933.50 0.03 2455.36 0,01
371.63 0.01 977.50 0.03
389.15 0.01 1023.56 0.03
407.49 0.01 1071.80 0,03
426.69 0.01 1122.32 0,03
446.80 0.02 1175.21 0,03
467.86 0.02 1230.59 0,03
489.91 0.02 1288.59 0,03
513.00 0.02 1349.32 0,03
537.17 0.02 1412.91 0,02
562.49 0.02 1479.50 0,02
589.00 0.03 1549.23 0.02
616.76 0.03 1622.24 0,02
645.83 0.03 1698.69 0,02
676.26 0.03 1778.75 0,01
708.13 0.03 1862.58 0.01
741.51 0.03 1950.36 0,01
776.45 0.03 2042.28 0,01
Lampiran 35. Gambar pengukuran pH sediaan
a. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah) / F1
b. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah) / F2
Lampiran 35. (Lanjutan)
c. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah) / F3
d. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan injeksi kalsium glukonat 0,74% % (melalui three-way stopcock) / F4
Lampiran 35. (Lanjutan)
e. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock) / F5
f. Pengukuran pH Larutan injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock) / F6
Lampiran 35. (Lanjutan)
g. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan yang mengandung kalsium 1,125 mEq (larutan Ringer 250 mL) (dalam 1 wadah) / F7
h. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan yang mengandung kalsium 0,45 mEq (larutan Ringer 100 mL) (dalam 1 wadah) / F8
Lampiran 35. (Lanjutan)
i. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (larutan Ringer 25 mL) (dalam 1 wadah) / F9
j. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan yang mengandung kalsium 1,125 mEq (larutan Ringer 250 mL) (melalui three-way stopcock) / F10
Lampiran 35. (Lanjutan)
k. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan yang mengandung kalsium 0,45 mEq (larutan Ringer 100 mL) (melalui three-way stopcock) / F11
l. Pengukuran pH larutan injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (larutan Ringer 25 mL) (melalui three-way stopcock) / F12
Lampiran 36. Gambar alat yang digunakan a. Botol kaca
b. Deck glass dan gelas objek
c. Infus set
d. Particle Size Analyzer (PSA)
Lampiran 36. (Lanjutan) e. pH meter
f. Pipet tetes
g. Spuit
Lampiran 36. (Lanjutan) i. Three-way stopcock
j. Tiang infus
k. Turbidimeter Model 2100 AN HACH Company
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan Perluasan. Bandung: ITB. Halaman 27, 109, 141.
Agoes, G. (2009). Seri Farmasi Industri 4: Sediaan Farmasi Steril. Bandung: ITB. Halaman 11, 16, 222-223, 232, 248.
Akpan, U., Oshie, C., Akpan, J., dan Fidelis, A. (2013). Comparative Effect of Carbimazole, Glycine Max and Citrus Sinensis on Serum Electrolytes and Urea. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. 4(2): 395-404.
Borok, A. (2014). Turbidity Technical Review Summary of Sources, Effects, and Issues Related to Revising the Statewide Water Quality Standard for Turbidity. Portland: DEQ. Halaman 7, 8.
BSN. (2005). Air Dan Air Limbah-Bagian 25: Cara Uji Kekeruhan Dengan Nefelometer. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Halaman 2.
Ditjen POM. (1989). Informatorium Obat Generik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 144.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 289, 291.
Douglas, J.B., dan Hedrick, C. (2001). Pharmacology In: Infusion therapy Equipment: Types of Infusion Therapy Equipment. In: Infusion therapy in Clinical Practice. Philadelphia: Saunders. Halaman 176-208.
Durgin, J.B., dan Hanan, Z.L. (2005). Pharmacy Practice for Technicians. Third Edition. Clifton Park: Thomson Delmar Learning. Halaman 227.
Evans, C., dan Dixon, A. (2006). Intravenous Theraphy : Practice Issues. Infant. 2(4): 133-139.
FDA. (2015). Calcium Gluconate Injecti
Felton, L.A. (2013). Remington Essentials of Pharmaceutics. USA: Pharmaceutical Press. Halaman 384, 847.
Foinard, A.M., Simon, N., Barthelemy, C., Lannoy, Decaudin, B., dan Odou, P. (2013). Drug Incompatibilities : A Problem in Clinical Practice. http://www.hospitalpharmacyeurope.com. Diakses: 6 Maret 2016.
Gahart, B.L., dan Nazareno, R.A. (2014). Intravenous Medications. A Handbook for Nurses and Health Proffesionals. Edisi Ketigapuluh. California: Elsevier. Halaman 216-218, 366-368, 1314.
Gikic, E.R., Pannatier, A., dan Cotting, J. (2000). Evaluation of Physicochemical Incompatibilities During Parenteral Drug Administration in a Paediatric Intensive Care Unit. Pharm World Sci. 22(3): 88-91.
Gray, A., Wright, J., Goodey, V., dan Bruce, L. (2011). Injectable Drugs Guide. London: Pharmaceutical Press. Halaman 111, 113, 218, 221.
Guo, L.F., Wang, W.H., Zjang, W.G., dan Wang, C.T. (2005). Effects of Synthesis Factors on the Morphology, Crystallinity and Crystal Size of Hydroxyapatite Precipitation. J. Harbin Inst. Technol. Halaman 656-660. Harding, I.S., Rashid, N., dan Hing, K.A. (2005). Surface Charge and the Effect
of Excess Calcium Ions on the Hydroxyapatite Surface. Biomaterials. (26): 6818–6826.
Hardisman. (2015). Fisiologi dan Aspek Klinis Cairan Tubuh dan Elektrolit. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Halaman 34.
Hutton, M. (2013). Panduan Penghitungan Obat: Untuk Perawat, Bidan Dan Praktisi Kesehatan. Penerjemah: Eka Anisa Mardella. Jakarta: EGC. Halaman 95, 103.
ISO. (2014). Informasi Spesialite Obat. Volume 48. Jakarta : ISFI. Halaman 411, 413.
ISMP, (2014). Some IV Medications are Diluted Unnecessarily in Patient Care Areas, Creating Undue Ris
Johnsson, M.S.A., dan Nancollas, G.H. (1992). The Role of Brushite and Octacalcium Phosphate in Apatite Formation. Crit. Rev. Oral Biol. Med. (3): 82.
Josephson, D.L. (2006). Risks, Complications, and Adverse Reactions Associated with Intravenous Infusion Therapy. Intravenous Infusion Therapy for Medical Assistants. The American Association of Medical Assistants. Clifton Park: Thomson Delmar Learning. Halaman 56-82.
Lambrou, T.P., Anastasiou, C.C., dan Panayiotou, C.G. (2010). A Nephelometric Turbidity System for Monitoring Residential Drinking Water Quality. Springer. (29): 1, 3, 11.
LeGeros, R.Z. (1991). Calcium Phosphates in Oral Biology and Medicine. New York: University College of Dentistry. Halaman 293.
Leon, B. J. (2009). Thin Calcium Phosphate Coatings for Medical Implants. New York: Springer. Halaman 273.
Malvern. (2015). A Basic Guide to Particle Characterization. Grovewood Road: Malvern Instruments Limited. Halaman 1-23.
Mandel, S., dan Tas, C. (2010). Brushite (CaHPO4·2H2O) to Octacalcium Phosphate (Ca8(HPO4)2(PO4)4·5H2O) Transformation in DMEM Solutions at 36.5 °C. Elsevier. (30): 247.
Mc Dowell, H., Gregory, T.M., dan Brown, W.E. (1977). Solubility of Ca5(PO4)3OH in the System Ca(OH)2-H3PO4-H2O at 5, 15, 25, and 37 °. C, J. Res. Nat. Bur. Stand. Halaman 273-281.
Mekmene, O., Quillard, S., Rouillon, T., Bouler, J.M., Piot, M., dan Gaucheron, F. (2009). Effects of pH and Ca/P Molar Ratio on the Quantity and Crystalline Structure of Calcium Phosphates Obtained From Aqueous Solutions. EDP Sciences. (29): 301-304, 306, 314.
Melsungen, A.G. (2011). Particulate Contamination. Risk Prevention in Infusion Therapy. Edisi Ketiga. Germany: BBraun. Halaman 2.
Nagaraju, A., Deepak, S., Aruna, C., Swathi, K., Reddy, P., Devi, S., dan Purushothaman, M. (2015). Assessment of Intravenous Admixtures Incompatibilities & The Incidence of Intravenous Drug Administration Errors. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 4(8): 1227-1236.
Phillips, L.D., dan Gorski L.A. (2014). Manual of I.V Therapeutics. Evidence Based Practice for Infusion Therapy. Edisi Keenam. Philadelphia: F.A.Davis Company. Halaman 158, 162, 164, 201, 619, 620, 623.
Pravina, P., Sayaji, D., dan Avinash, M. (2013). Calcium and its Role in Human Body. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences. 4(2): 659-667.
Recillasa, S., Rodríguez-Lugoc, V., Monterod, M.L., Viquez-Canoc, S., Hernandeze, L., dan Castañoa, V.M. (2012). Studies on the precipitation behavior of calcium phosphate solutions. Journal of Ceramic Processing Research. (13): 5-10.
Roth, J.V. (2007). How to Enter a Medication Vial Without Coring. Anesth Analg. (104): 1615.
Satterfield, Z. (2006). Turbidity Control. The National Environmental Services Center. (6): 1.
Schmidt, D.G., dan Both, P. (1987). Studies on the Precipitation of Calcium Phosphate. I. Experiments in the pH range 5.3 to 6.8 at 25°C and 50°C in the absence of additives, Neth. Milk Dairy J. (41): 105-119.
Scoville, W.L. (2013). The Art of Compunding. Philadelphia: P.Blakiston’s Son & Co. Halaman 272.
Swarbrick, J., dan Boylan, J. (2002). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Edisi Kedua. London: Marcel Dekker. Halaman 437.
Williams, R.O., Watts, A.B., dan Miller, D.A. (2012). Formulating Poorly Water Soluble Drugs. London: aapsPress. Halaman 210-211.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental yaitu menguji inkompatibilitas campuran injeksi dexamethasone dengan larutan parenteral mengandung kalsium (injeksi kalsium glukonat dan larutan Ringer) dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock. Penelitian ini meliputi pemeriksaan penampilan fisik campuran larutan berupa pemeriksaan warna dan kekeruhan, pengujian kekeruhan, pemeriksaan ukuran partikel larutan, penentuan pH larutan dan pemeriksaan morfologi partikel secara mikroskopis. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Laboratorium Ilmu Dasar Alam Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Badan Lingkungan Hidup UPT Laboratorium Lingkungan.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah botol kaca, deck-glass, gelas objek, infus-set, kamera, mikroskop digital, Particle Size Analyzer (Vascoγ), pH meter (eco testr), spuit, tabung turbidimeter, three-way stopcock, tiang infus, Turbidimeter Metode Nefelometrik Model 2100 AN HACH Company.
3.3 Bahan
Indofarma), Injeksi Kalsium Glukonat 10% (PT. Ethica), larutan infus NaCl 0,9% (PT. Widatra Bhakti), larutan Ringer (PT. Widatra Bhakti), buffer netral pH 7,01 (Hanna), buffer asam pH 4,01 (Hanna) dan akuades.
3.4 Penyiapan Tiang Infus
Tiang infus dibuat dari kayu dan penggantungnya berupa baut yang dapat mengait. Tiang infus ini dirancang identik dengan tiang infus yang terdapat pada rumah sakit dengan tujuan sediaan yang akan diberikan secara intravena dapat digantung.
Gambar 3.1 Sketsa pembuatan tiang infus
3.5 Sediaan Parenteral yang Digunakan
intramuskular, tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Injeksi dexamethasone dianjurkan untuk digunakan pada keadaan akut dan serius.
Injeksi Kalsium Glukonat (PT. Ethica), tiap mL injeksi mengandung kalsium glukonat 100 mg. Kalsium glukonat biasanya diberikan secara intravena dengan injeksi secara perlahan, kontinu atau dengan infus intermiten.
Pada larutan Ringer (PT. Widatra Bhakti), tiap 500 mL larutan Ringer mengandung 4,3 g natrium klorida (NaCl), 0,15 g kalium klorida (KCl), 0,165 g kalsium klorida (CaCl2.H2O) serta air untuk injeksi sampai 500 mL dengan osmolaritas 311 mOsm/L yang setara dengan ion natrium (Na+) 147,1 mEq/L, ion kalium (K+) 4 mEq/L, ion kalsium (Ca2+) 4,5 mEq/L dan ion klorida (Cl-) 155,6 mEq/L.
3.6 Pembuatan Larutan Uji
3.6.1 Pembuatan larutan injeksi dexamethasone 0,008%
Tiap ampul (1 mL) injeksi dexamethasone mengandung 5 mg deksametason fosfat. Diambil 4 ampul (4 mL) kemudian diencerkan dengan larutan infus NaCl 0,9% 250 mL, dihomogenkan. Maka diperoleh konsentrasi larutan injeksi dexamethasone 0,008%. Perhitungan konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 70.
3.6.2 Pembuatan larutan injeksi dexamethasone 0,02%
3.6.3 Pembuatan larutan injeksi dexamethasone 0,07%
Tiap ampul (1 mL) injeksi dexamethasone mengandung 5 mg deksametason fosfat. Diambil 4 ampul (4 mL) lalu diencerkan dengan larutan infus NaCl 0,9% 25 mL, dihomogenkan. Diperoleh konsentrasi larutan injeksi dexamethasone 0,07%. Perhitungan konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 70.
3.6.4 Pembuatan larutan injeksi kalsium glukonat 0,74%
Tiap ampul (10 mL) mengandung 1 g kalsium glukonat. Diambil 2 ampul (20 mL) selanjutnya diencerkan dengan larutan infus NaCl 0,9% 250 mL, dihomogenkan. Maka diperoleh konsentrasi larutan injeksi kalsium glukonat 0,74%. Perhitungan konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 70.
3.6.5 Pembuatan larutan injeksi kalsium glukonat 1,67%
Tiap ampul (10 mL) mengandung 1 g kalsium glukonat. Diambil 2 ampul (20 mL) selanjutnya diencerkan dengan larutan infus NaCl 0,9% 100 mL, dihomogenkan. Maka diperoleh konsentrasi larutan injeksi kalsium glukonat 1,67%. Perhitungan konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 70.
3.6.6 Pembuatan larutan injeksi kalsium glukonat 4,44%
Tiap ampul (10 mL) mengandung 1 g kalsium glukonat. Diambil 2 ampul (20 mL) selanjutnya diencerkan dengan larutan infus NaCl 0,9% 25 mL, dihomogenkan. Maka diperoleh konsentrasi larutan injeksi kalsium glukonat 4,44%. Perhitungan konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 70.
3.6.7 Penyiapan larutan yang mengandung kalsium 1,125 mEq (larutan Ringer 250 mL)
3.6.8 Penyiapan larutan yang mengandung kalsium 0,45 mEq (larutan Ringer 100 mL)
Disediakan larutan Ringer 100 mL dalam wadah infus. Maka diperoleh konsentrasi Ca2+ dalam larutan Ringer 0,45 mEq. Perhitungan konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 73.
3.6.9 Penyiapan larutan yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (larutan Ringer 25 mL)
Disediakan larutan Ringer 25 mL dalam wadah infus. Maka diperoleh konsentrasi Ca2+ dalam larutan Ringer 0,1125 mEq. Perhitungan konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 73.
3.7 Prosedur Kerja
3.7.1 Pencampuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah
Gambar 3.2 Sketsa pencampuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah
3.7.2 Pencampuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock
Masing-masing larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan injeksi kalsium glukonat 0,74% disediakan dalam wadah yang berbeda, lalu kedua wadah tersebut dipasang dengan infus set yang berbeda, lalu dihubungkan melalui three-way stopcock dan dijalankan dengan laju 1 tetes/detik (mengikuti laju tetes larutan
infus NaCl 0,9%). Hasil pencampuran ditampung pada botol kaca, diamati penampilan fisiknya secara visual, pengujian kekeruhan, ukuran partikel, pH dan pemeriksaan morfologi partikel. Variasi konsentrasi injeksi dexamethasone 0,02%; 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 1,67%; 4,44% dilakukan sesuai dengan prosedur pencampuran yang sama. Perhitungan konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 70. Sketsa pencampuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock dilihat pada Gambar 3.3.
Injeksi dexamethasone
Injeksi dexamethasone dalam larutan infus NaCl 0,9%
Injeksi kalsium
Tampungan hasil pencampuran Campuran injeksi
dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat Injeksi kalsium glukonat
dalam larutan infus NaCl 0,9%
Gambar 3.3 Sketsa pencampuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock
3.7.3 Pencampuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah
Larutan injeksi dexamethasone 0,008% dicampur dalam satu wadah dengan larutan Ringer 1,125 mEq Ca2+, masing-masing dengan volume yang sama 250 mL. Hasil pencampuran larutan tersebut dihubungkan dengan infus-set dan dijalankan dengan laju 1 tetes/detik (mengikuti laju tetes larutan infus NaCl 0,9%). Ditampung pada botol kaca, kemudian diamati penampilan fisiknya secara visual, pengujian kekeruhan, ukuran partikel, pH dan pemeriksaan morfologi partikel setelah pencampuran. Percobaan untuk variasi konsentrasi injeksi dexamethasone 0,02%; 0,07% dan variasi konsentrasi larutan Ringer yang mengandung Ca2+ 0,45 mEq; 0,1125 mEq dilakukan sesuai dengan prosedur pencampuran yang sama. Perhitungan konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 70 dan Lampiran 4 halaman 73. Sketsa pencampuran injeksi
Injeksi dexamethasone
Injeksi dexamethasone dalam larutan infus NaCl 0,9%
Injeksi kalsium
Tampungan hasil pencampuran Injeksi kalsium glukonat dalam
dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Sketsa pencampuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer
dalam satu wadah
3.7.4 Pencampuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dengan melalui three-way stopcock
Masing-masing larutan injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer 1,125 mEq Ca2+,masing-masing dengan volume yang sama 250 mL disediakan dalam wadah yang berbeda, kemudian kedua wadah infus tersebut masing-masing dipasang dengan infus set yang berbeda. Lalu dihubungkan melalui three-way stopcock. Injeksi dexamethasone dalam larutan infus NaCl 0,9% dijalankan
dengan laju 1 tetes/detik. Sedangkan larutan Ringer dijalankan dengan laju 2 tetes/detik. Hasil pencampuran tersebut ditampung pada botol kaca, kemudian diamati penampilan fisiknya secara visual, pengujian kekeruhan, ukuran partikel, pH dan pemeriksaan morfologi partikel. Percobaan untuk variasi konsentrasi injeksi dexamethasone 0,02%; 0,07% dan variasi konsentrasi Ca2+ dalam larutan
Injeksi dexamethasone
Injeksi dexamethasone dalam larutan infus NaCl 0,9%
Larutan Ringer
Tampungan hasil pencampuran Campuran injeksi dexamethasone
Ringer 0,45 mEq; 0,1125 mEq dilakukan sesuai dengan prosedur pencampuran yang sama dengan variasi volume 100 mL dan 25 mL. Perhitungan konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 70 dan Lampiran 4 halaman 73. Sketsa pencampuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer melalui three-way stopcock dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Sketsa pencampuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer melalui three-way stopcock
3.7.5 Evaluasi pemeriksaan penampilan fisik hasil pencampuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat maupun larutan Ringer dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock
3.7.5.1 Pemeriksaan warna dan kekeruhan
Pemeriksaan warna dan kekeruhan hasil pencampuran injeksi dexamethasone variasi konsentrasi 0,008%; 0,02% dan 0,07% dengan injeksi kalsium glukonat dengan variasi konsentrasi 0,74%; 1,67% dan4,44% maupun larutan Ringer dengan variasi konsentrasi Ca2+ 1,125 mEq; 0,45 mEq dan 0,1125 mEq dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock dilakukan secara visual. Disamping melihat warna dan kekeruhan dilakukan juga pengukuran kekeruhan
Injeksi dexamethasone
Injeksi dexamethasone dalam larutan infus NaCl 0,9%
Larutan Ringer
3.7.5.2 Pengujian kekeruhan 3.7.5.2.1 Kalibrasi turbidimeter
Optimalkan turbidimeter untuk pengujian kekeruhan, sesuai petunjuk penggunaan alat, lalu biarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil. 3.7.5.2.2 Penetapan blanko
Dicuci tabung turbidimeter dengan akuades, lalu dimasukkan larutan infus NaCl 0,9% ke dalam tabung turbidimeter, dipasang tutupnya. Kemudian dimasukkan tabung ke dalam alat turbidimeter, biarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil, dicatat nilai kekeruhan blanko yang teramati.
3.7.5.2.3 Penetapan sampel uji
Dicuci tabung turbidimeter dengan akuades, lalu diredispersi sampel dan dimasukkan sampel ke dalam tabung turbidimeter, dipasang tutupnya. Kemudian dimasukkan tabung ke dalam alat turbidimeter, biarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil, di catat nilai kekeruhan sampel yang teramati (BSN, 2005).
3.7.5.3 Pemeriksaan ukuran partikel larutan
pengujian (dalam hal ini digunakan suhu 24oC). Ukuran partikel larutan hasil akhir campuran kemudian dapat dibaca. Selain ukuran partikel larutan, dari data dapat juga dibaca distribusi ukuran partikel larutan tersebut.
3.7.5.4 Penentuan pH larutan
Penentuan pH hasil pencampuran injeksi dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008%; 0,02% dan 0,07% dengan injeksi kalsium glukonat dengan variasi konsentrasi 0,74%; 1,67% dan 4,44% maupun larutan Ringer dengan variasi konsentrasi Ca2+ 1,125 mEq; 0,45 mEq dan 0,1125 mEq dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tisu. Setelah itu, elektroda dicelupkan dalam larutan yang akan diuji. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH larutan. Uji pH dilakukan sebanyak tiga kali untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.
3.7.5.5 Pemeriksaan morfologi partikel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeriksaan Warna dan Kekeruhan Campuran Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung Kalsium (Injeksi Kalsium Glukonat, Larutan Ringer) dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock
4.1.1 Pemeriksaan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah dan melalui three-way
stopcock
Hasil pengamatan penampilan fisik campuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock dilakukan dengan melihat warna dan kekeruhan secara visual setelah
pencampuran. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data pengamatan pemeriksaan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah dan melaui three-way stopcock
Pengamatan
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)
F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)
F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)
F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)
TW : tidak berwarna J : jernih
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4.1, dapat diamati bahwa campuran larutan injeksi dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008%; 0,02%; 0,07% dan injeksi kalsium glukonat dengan variasi konsentrasi 0,74%; 1,67%; 4,44% baik dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock menunjukkan tidak ada perubahan warna (tidak berwarna), sedangkan pengamatan kekeruhan dari campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah (F1–F3) ditunjukkan adanya kekeruhan pada F3 yaitu campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,07% dan injeksi kalsium glukonat dengan konsentrasi 4,44%. Pada campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat melalui jalur three-way stopcock (F4–F6) ditunjukkan adanya kekeruhan pada F6 yaitu campuran larutan
injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44%. Penampilan warna dan kekeruhan larutan dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Gambar 4.1 Penampilan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah
Keterangan:
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)
F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)
F1
F2
Gambar 4.2 Penampilan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock
Keterangan:
F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)
F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)
Pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 campuran larutan injeksi dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008%; 0,02%; 0,07% dan injeksi kalsium glukonat dengan variasi konsentrasi 0,74%; 1,67%; 4,44% baik dalam satu wadah (F1–F3) dan melalui three-way stopcock (F4–F6) secara visual campuran larutan tersebut terlihat tidak berwarna, tetapi pada F3 yang merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,07% dan injeksi kalsium glukonat dengan konsentrasi 4,44% dalam satu wadah dan F6 campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,07% dan injeksi kalsium glukonat dengan konsentrasi 4,44% melalui three-way stopcock terlihat adanya partikel yang menempel pada dinding botol dan larutan terlihat keruh. Dalam hal ini, partikel dalam larutan tersebut berasal dari kalsium (injeksi kalsium glukonat, larutan Ringer) dan fosfat dari injeksi dexamethasone.
4.1.2 Pemeriksaan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock Hasil pengamatan penampilan fisik campuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock dilakukan dengan melihat warna dan kekeruhan secara visual. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data pengamatan terhadap pemeriksaan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock
Pengamatan
F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)
F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)
F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)
TW : tidak berwarna J : jernih
K : keruh
Ringer dalam satu wadah (F7–F9) menunjukkan adanya kekeruhan pada F7 yaitu campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008% dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq.
Pada campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer melalui jalur three-way stopcock (F10–F12) menunjukkan adanya kekeruhan pada F10 yaitu campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008% dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq. Penampilan warna dan kekeruhan larutan dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
Dapat diamati pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 campuran larutan injeksi dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008%; 0,02%; 0,07% dan larutan Ringer dengan variasi konsentrasi kalsium 1,125 mEq; 0,45 mEq; 0,1125 mEq baik dalam satu wadah (F7–F9) dan melalui three-way stopcock (F10–F12).
Secara visual campuran larutan tersebut terlihat tidak berwarna, tetapi pada F7 yang merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008% dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq dalam satu wadah dan F10 campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008% dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock terlihat adanya partikulat yang tersebar dalam larutan dan larutan
terlihat keruh.
mengacu pada reaksi yang terlihat, seperti perubahan warna, kekeruhan, pembentukan endapan (Evans dan Dixon, 2006; Philips dan Gorski, 2014).
Gambar 4.3 Penampilan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer dalam satu wadah
Keterangan:
F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)
F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)
Gambar 4.4 Penampilan warna dan kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dan larutan Ringer melalui three-way stopcock
Keterangan:
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)
F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)
F8
F9
F7
Dapat diamati pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 campuran larutan injeksi dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008%; 0,02%; 0,07% dan larutan Ringer dengan variasi konsentrasi kalsium 1,125 mEq; 0,45 mEq; 0,1125 mEq baik dalam satu wadah (F7–F9) dan melalui three-way stopcock (F10–F12). Secara visual campuran larutan tersebut terlihat tidak berwarna, tetapi pada F7 yang merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008% dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq dalam satu wadah dan F10 campuran larutan injeksi dexamethasone dengan konsentrasi 0,008% dan larutan Ringer dengan konsentrasi kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock terlihat adanya partikulat yang tersebar dalam larutan dan larutan
terlihat keruh.
Keberadaan partikulat maupun ketidakjernihan campuran larutan parenteral ini menunjukkan inkompatibilitas injeksi dexamethasone yang mengandung deksametason natrium fosfat dengan larutan parenteral yang mengandung kalsium seperti injeksi kalsium glukonat dan larutan Ringer. Inkompatibilitas terjadi ketika dua atau lebih obat diberikan dalam jalur intravena yang sama, menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan. Inkompatibilitas fisika mengacu pada reaksi yang terlihat, seperti perubahan warna, kekeruhan, pembentukan endapan (Evans dan Dixon, 2006; Philips dan Gorski, 2014).
4.2 Pengaruh Campuran Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung Kalsium (Injeksi Kalsium Glukonat, Larutan Ringer) dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock terhadap Kekeruhan Larutan
dilakukan untuk melihat adanya pengaruh pencampuran injeksi dexamethasone dengan variasi konsentrasi 0,008%; 0,02% dan 0,07%, injeksi kalsium glukonat dengan variasi konsentrasi 0,74%; 1,67% dan 4,44% dan larutan Ringer dengan variasi konsentrasi kalsium 1,125 mEq; 0,45 mEq dan 0,1125 mEq dalam satu wadah dan melalui three-way stopcock terhadap nilai kekeruhan larutan campuran sedian obat tersebut.
Kekeruhan itu sendiri adalah penurunan transparansi cair disebabkan oleh adanya zat tidak larut. Kekeruhan juga disebabkan oleh adanya partikulat di dalam air dan ini identik dengan ketidakjernihan. Kekeruhan merupakan salah satu faktor dasar untuk menilai kualitas air (Satterfield, 2006; Rak, 2013).
Tabel 4.3 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Kekeruhan (NTU)
F0 0.110
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)
F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)
F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diamati bahwa kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat pada satu wadah pada F3 menunjukkan nilai kekeruhan yang paling besar, sedangkan pada campuran larutan injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock konsentrasi F6 memiliki nilai kekeruhan yang tertinggi. F3 dan F6
merupakan konsentrasi tertinggi baik dalam metode satu wadah maupun melalui three-way stopcock yaitu sebesar 0,963 NTU dan 0,845 NTU.
Gambar 4.5 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Keterangan : F0 : NaCl 0,9%
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)
F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)
F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)
F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)
Pada Gambar 4.5 dapat diamati pula nilai kekeruhan F0 yang merupakan blanko berupa larutan natrium klorida 0,9% tanpa adanya tambahan injeksi dexamethasone dan kalsium glukonat memiliki nilai kekeruhan 0,11 NTU. Setelah dilakukan pencampuran kedua obat disertai dengan peningkatan konsentrasi maka diperoleh peningkatan nilai kekeruhan dibandingkan blanko. Hal ini terlihat pada konsentrasi F1 sampai F3 dengan metode dalam satu wadah dan F4 sampai F6 dengan metode melalui three-way stopcock menunjukkan peningkatan nilai kekeruhan dengan semakin meningkatnya konsentrasi dari kedua obat. Pada kedua metode yang digunakan dapat diamati bahwa metode pencampuran obat dalam satu wadah memberikan nilai kekeruhan yang lebih besar dibandingkan dalam dua wadah.
Tabel 4.4 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Kekeruhan (NTU)
F7 0,632
F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)
F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)
F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)
Pada Tabel 4.4 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer. Dapat diamati pada F7 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer pada satu wadah menunjukkan nilai kekeruhan yang paling besar dibandingkan formula lainnya yaitu sebesar 0,632 NTU. Sedangkan nilai kekeruhan terkecil diperoleh pada F12 yaitu 0,281 NTU. F12 merupakan campuran larutan injeksi dexamethasone 0.07% dan 0,1125 mEq larutan Ringer melalui jalur three-way stopcock. Pada formula F7 sampai F9 merupakan campuran injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer yang dicampur dalam satu wadah, sedangkan F10 sampai F12 adalah campuran injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer yang dicampur melalui three-way stopcock sehingga dapat dilihat bahwa nilai kekeruhan yang dicampur dalam satu wadah lebih besar dibandingkan melalui three-way stopcock.
Gambar 4.6 Kekeruhan campuran larutan injeksi dexamethasone larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Keterangan :
F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)
F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)
F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)
0,000 0,500 1,000
F7 F8 F9 F10 F11 F12 0,632 0,547 0,473 0.422 0,313 0,281
Nilai Kekeruhan
Dalam 1 wadah
Pada Gambar 4.6 dapat diamati F7 menunjukkan nilai kekeruhan yang paling besar dalam satu wadah sebesar 0,632 NTU, demikian halnya pada jalur three-way stopcock F10 menunjukkan nilai kekeruhan yang paling tinggi.
Semakin berkurangnya konsentrasi kalsium dalam larutan ringer yang dicampur dengan injeksi dexamethasone semakin menurun pula nilai kekeruhan yang diperoleh.
Dari data yang diperoleh dapat diamati bahwa nilai kekeruhan campuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock akan semakin besar seiring dengan bertambahnya konsentrasi kedua obat, sedangkan pada campuran injeksi dexamethasone dengan larutan Ringer, adanya pengaruh semakin besarnya volume larutan Ringer yang dicampur ke dalam larutan, semakin besar juga konsentrasi Ca2+ yang terkandung dalam campuran larutan tersebut maka nilai kekeruhan yang diperoleh akan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 73.
Kejernihan air mengacu pada transparansi dari air. Kekeruhan sering digunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan kurangnya transparansi karena adanya bahan tersuspensi dan koloid seperti bahan organik dan anorganik sehingga mengurangi penetrasi cahaya. Kekeruhan terutama disebabkan oleh partikel dengan diameter lebih kecil dari 1 mikron dalam air. Visibilitas atau kejernihan akan menurun dengan meningkatnya kekeruhan dalam air. Penurunan kejernihan disebabkan hamburan cahaya oleh partikel yang tersuspensi dalam larutan (Wilson, 2013)
semakin besar hamburan cahaya yang dibutuhkan untuk menembus partikel-partikel yang ada dan penyerapan cahaya pun akan semakin meningkat. Ketika konsentrasi partikulat melebihi titik tertentu, transmisi cahaya akan menurun cepat, menandakan bahwa batas atas kekeruhan terukur, peningkatan konsentrasi obat-obat yang dicampur meningkatkan nilai kekeruhan yang dihasilkan karena semakin banyaknya partikel-partikel yang terkandung di dalamnya.
Sediaan yang digunakan merupakan larutan parenteral yang terlihat jernih, baik larutan natrium klorida 0,9%, maupun campuran injeksi dexamethasone, kalsium glukonat dan larutan Ringer, tetapi larutan tersebut tetap memiliki angka kekeruhan. Ini disebabkan kekeruhan merupakan interaksi antara cahaya dan partikel yang tersuspensi dalam air. Jadi, sinar cahaya yang dipancarkan ke dalam cairan murni tidak akan terhambat, tetapi molekul yang terdapat dalam cairan murni itu akan menghamburkan cahaya pada tingkat tertentu, sehingga tidak ada larutan yang memiliki nilai kekeruhan nol (Lambrou, et al., 2010).
4.3 Pengaruh Campuran Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung Kalsium (Injeksi Kalsium Glukonat, Larutan Ringer) dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock terhadap Ukuran Partikel Larutan
Tabel 4.5 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Gambar 4.7 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Keterangan:
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)
F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)
F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)
F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)
Dapat diamati pada Tabel 4.5 campuran larutan injeksi dexamethasone kalsium glukonat dalam satu wadah menunjukkan F3 memiliki ukuran partikel
rata-rata yang paling besar diantara formula lainnya yaitu 3018,41 nm, sedangkan pada campuran larutan injeksi dexamethasone kalsium glukonat dalam melalui three-way stopcock F6 memiliki ukuran partikel rata-rata paling besar yaitu
2829,02 nm.
Pada Gambar 4.7 dapat dilihat pula bahwa ukuran partikel yang terbentuk akibat pencampuran injeksi dexamethasone dengan injeksi kalsium glukonat rata-rata diatas 1000 nm atau lebih besar dari 1µ�. Ukuran partikel campuran dalam satu wadah lebih besar dibandingkan melalui three-way stopcock. Hal ini menunjukkan adanya inkompatibilitas dari campuran obat-obat ini.
Tabel 4.6 Distribusi ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Distribusi Ukuran Partikel (nm)
F1 933,50 – 5624,90
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)
F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)
F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)
F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)
formula F1 sampai F6 berada pada rentang 467,86 nm sampai 7081,33 nm. Distribusi ukuran partikel ini menunjukkan penyebaran ukuran-ukuran partikel yang terkandung di dalam campuran larutan tersebut.
Tabel 4.7 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula
Gambar 4.8 Ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Keterangan:
F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)
F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)
F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)
Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa F7 yang merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq dalam satu wadah menunjukkan rata-rata ukuran partikel yang terbesar yaitu 4139,92 nm, sedangkan F10 merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq melalui three-way stopcock memiliki ukuran partikel paling besar yaitu 3179,18 nm. Semakin banyak larutan Ringer yang dicampur dengan injeksi dexamethasone semakin besar pula ukuran partikel yang diperoleh dari campuran kedua sediaan parenteral tersebut.
Tabel 4.8 Distribusi ukuran partikel campuran larutan injeksi dexamethasone dan larutan Ringer baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula Distribusi Ukuran Partikel (nm)
F7 1549,23 - 9335,02
F7 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (dalam 1 wadah)
F8 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (dalam 1 wadah)
F9 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (dalam 1 wadah)
F10 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 1,125 mEq (melalui three-way stopcock)
F11 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,45 mEq (melalui three-way stopcock)
F12 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan larutan Ringer yang mengandung kalsium 0,1125 mEq (melalui three-way stopcock)
Penyebab lain dari adanya partikel adalah akibat inkompatibilitas. Ini adalah reaksi yang tidak diinginkan antara campuran obat dan larutan pembawa, wadah atau obat-obatan yang ditambahkan ke dalam larutan intravena itu sendiri. Inkompatibilitas juga bisa terjadi ketika berbagai larutan dicampur dalam jalur infus dan kateter untuk pemberian parenteral. Salah satu konsekuensi dari inkompatibilitas adalah terjadi pengendapan yang membentuk partikel (Durgin dan Hanan, 2005; Roth, 2007; Josephson, 2006; Douglas dan Hedrick, 2001).
Hasil penelitian yang diperoleh rata-rata ukuran partikel dari campuran larutan parenteral ini berukuran lebih besar dari 1 µm. Dijelaskan hanya produk obat berupa larutan atau dispersi koloid (khusunya berukuran partikel < 1 µm) yang layak untuk pemberian intravena karena risiko emboli paru yang dihasilkan dari partikel > 7 µm dan adanya kendala partikulat yang terkait dengan pemberian pada rute ini. Pemberian larutan parenteral berukuran lebih besar dari 1 µm selayaknya harus dihindari untuk mencegah adanya risiko yang berbahaya selama distribusi obat dalam peredaran darah (Williams, et al., 2012).
Partikel sekecil 1,5 µm dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah pada pasien, sedangkan partikel berukuran 6 µm dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah pada orang sehat (Melsungen, 2011).
4.4 Pengaruh Campuran Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung Kalsium (Injeksi Kalsium Glukonat, Larutan Ringer) dalam Satu Wadah dan melalui Three-way Stopcock terhadap pH Larutan
Tabel 4.9 pH campuran larutan injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat baik dalam satu wadah maupun melalui three-way stopcock
Formula
F1 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (dalam 1 wadah)
F2 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (dalam 1 wadah)
F3 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (dalam 1 wadah)
F4 : Campuran injeksi dexamethasone 0,008% dan injeksi kalsium glukonat 0,74% (melalui three-way stopcock)
F5 : Campuran injeksi dexamethasone 0,02% dan injeksi kalsium glukonat 1,67% (melalui three-way stopcock)
F6 : Campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% (melalui three-way stopcock)
Berdasarkan Gambar 4.9 dapat diamati pada F1 sampai F3 merupakan campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah, sedangkan F4 sampai F6 merupakan campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat melalui three-way stopcock. Berdasarkan hasil yang diperoleh terjadi penurunan pH dengan peningkatan konsentrasi injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat. F3 merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% dalam satu wadah memiliki nilai pH terendah (5,2) diantara campuran injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dalam satu wadah, sedangkan F6 merupakan campuran injeksi dexamethasone 0,07% dan injeksi kalsium glukonat 4,44% melalui three-way stopcock memiliki pH terendah (5,8) diantara campuran injeksi dexamethasone