1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Obat diberikan melalui injeksi karena berbagai alasan. Karena obat tersebut tidak sesuai untuk diberikan secara enteral, pasien bersangkutan tidak dapat mengonsumsi melalui mulut atau karena dibutuhkan absorpsi yang lebih cepat (Hutton, 2013).
Beberapa resiko berikut dapat terjadi selama dan sesudah pemberian sediaan parenteral, seperti: emboli udara, hipersensitivitas, inkompatibilitas, infiltrasi (difusi atau penimbunan substansi) serta flebitis. Biasanya terjadi pada pemberian secara intravena (Agoes, 2009).
Inkompatibilitas merupakan masalah yang serius. Perlu adanya pengetahuan yang mendalam tentang fisika kimia dan reaksi kimia karena masalah ini terus-menerus meningkat. Inkompatibilitas merupakan fenomena fisikokimia yang umum terjadi seperti pengendapan dari reaksi asam-basa (Scoville, 2013; Agoes, 2009).
Inkompatibilitas dapat terjadi karena beberapa obat yang ditambahkan ke larutan infus untuk menghasilkan campuran larutan obat, obat tunggal dilarutkan atau diencerkan dengan pelarut yang tidak sesuai. Reaksi yang terlihat secara visual akibat dari inkompatibilitas yang terjadi seperti perubahan warna, kekeruhan, pembentukan endapan, dan pembentukan gas (Phillips dan Gorski, 2014).
Sediaan parenteral sering diberikan melalui larutan parenteral volume besar (large volume parenteral/lvp). Satu atau lebih obat ditambahkan dalam larutan
2
infus (infus dektrosa 5%, infus natrium klorida 0,9%, infus Ringer laktat). Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk mengencerkan obat yaitu mengantisipasi ketidaknyamanan pasien di daerah injeksi yang dapat menyebabkan bengkak atau iritasi dari obat, dibutuhkan pemberian obat yang lama, viskositas obat dan kesulitan dalam menakar dosis obat yang sangat kecil (Agoes, 2009; ISMP, 2014).
Injeksi dexamethasone dan injeksi kalsium glukonat dapat diencerkan dalam larutan natrium klorida 0,9%. Dexamethasone merupakan obat golongan kortikosteroid yang ditujukan untuk penyakit alergi, mengatasi gejala inflamasi akut, keadaan darurat lain seperti: reaksi anafilaktik, insufisiensi adrenal, respiratory distress syndrome, edema serebral. Dexamethasone tersedia dalam
sediaan intravena yaitu injeksi dexamethasone yang mengandung dexamethasone natrium fosfat, yang mana pada label sediaan tersebut hanya tercantum “Injeksi Dexamethasone”, padahal sediaan tersebut mengandung natrium fosfat. Oleh karena itu, farmasis perlu memperhatikan setiap proses pencampuran obat untuk menghindari ketidakcampuran obat (Gahart dan Nazareno, 2014; Ditjen POM, 1989).
Menurut Gray dan kawan-kawan (2011) mengatakan bahwa kalsium adalah mineral yang paling berlimpah dalam tubuh. Hal ini diperlukan untuk tulang dan merupakan elektrolit penting. Sekitar 99% kalsium berada dalam tulang dan 1% ditemukan dalam jaringan tubuh dan cairan, dan sangat penting untuk konduksi saraf normal, aktivitas otot, dan pembekuan darah (Phillips dan Gorski, 2014).
Penggunaan injeksi dexamethasone jangka lama dapat mengakibatkan osteoporosis, gangguan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit. Oleh karena itu dalam pemberiannya perlu diberikan bersama-sama dengan larutan parenteral
3
yang mengandung elektrolit dan kalsium. Akan tetapi, pemberian injeksi dexamethasone bersama dengan larutan parenteral yang mengandung kalsium akan menyebabkan adanya interaksi antara fosfat dengan kalsium yang membentuk endapan kalsium fosfat (Gahart dan Nazareno, 2014).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai inkompatibilitas dari campuran injeksi dexamethasone dengan larutan parenteral yang mengandung kalsium seperti injeksi kalsium glukonat dan larutan Ringer sebagai informasi untuk mencegah pemberian bersamaan sediaan parenteral ini dalam pengobatan medis.
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Secara skematis, kerangka pikir penelitian ditunjukkan oleh Gambar 1.1.
.
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian
Injeksi dexamethasone merupakan obat golongan
kortikosteroid yang ditujukan untuk alergi, gejala inflamasi akut, tetapi memiliki efek samping osteoporosis, gangguan
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit. Oleh karena itu, dalam pemberiannya perlu diberikan larutan parenteral
mengandung kalsium. Namun demikian, kalsium dapat bereaksi dengan fosfat yang terdapat pada injeksi dexamethasone membentuk endapan kalsium fosfat. Dalam pemberian larutan intravena ukuran partikel tidak boleh lebih dari 1 µm. dalam larutan Ringer terhadap
Latar belakang Tujuan Variabel bebas Variabel terikat Parameter
pH Konsentrasi
injeksi kalsium glukonat
4
1.3 Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh konsentrasi injeksi dexamethasone, injeksi kalsium glukonat serta konsentrasi Ca2+ dalam larutan Ringer terhadap inkompatibilitas melalui pencampuran dalam satu wadah dan three-way stopcock ?
1.4Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh konsentrasi injeksi dexamethasone. injeksi kalsium glukonat serta konsentrasi Ca2+ dalam larutan Ringer terhadap inkompatibilitas melalui pencampuran dalam satu wadah dan three-way stopcock.
1.5 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi injeksi dexamethasone, injeksi kalsium glukonat serta konsentrasi Ca2+ dalam larutan Ringer terhadap inkompatibilitas melalui pencampuran dalam satu wadah dan three-way stopcock.
1.6 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah informasi dan menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh campuran injeksi dexamethasone dengan larutan parenteral yang mengandung kalsium (injeksi kalsium glukonat, larutan Ringer), serta menambah kewaspadaan para ahli bidang kesehatan dalam pemberian campuran sediaan parenteral ini.