33
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik korelatif dengan rancangan potong lintang (cross sectional study).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Rancangan penelitian dimulai pada tanggal 01 Desember 2015 dan pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 01 Maret 2016 sampai 31 Agustus 2016, bertempat di Unit Hemodialisis Staf Medik Fungsional (SMF) Ilmu Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.
3.3 Populasi Penelitian
3.3.1 Populasi
3.3.1.1 Populasi target:
Pasien-pasien berusia 18 tahun atau lebih yang menjalani hemodialisis. 3.3.1.2 Populasi terjangkau:
Pasien-pasien dengan usia 18 tahun atau lebih yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan sejak tanggal 1 Maret 2016 sampai 31 Agustus 2016.
3.3.2 Subyek penelitian
Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria inklusi:
1. Pasien yang menjalani hemodialisis oleh karena penyakit ginjal kronik 2. Berusia > 18 tahun
3. Bersedia ikut serta dalam penelitian dan menandatangani informed consent 3.4.2 Kriteria eksklusi:
1. Pasien hemodialisis yang menderita penyakit kulit lainnya yang menimbulkan gatal seperti eksema atopi, psoriasis, skabies, dermatitis kontak, insect bite, liken planus, dermatomikosis, pedikulosis, folikulitis, urtikaria dan liken simpleks kronis.
2. Pasien hemodialisis yang menderita penyakit sistemik lainnya yang dapat menimbulkan gatal seperti kolestasis, limfoma Hodgkin, polisitemia vera, infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan hipertiroidisme.
3. Pasien hemodialisis yang dicurigai menderita penyakit neuropatik seperti pruritus brakioradial, parestetika notalgia dan gatal pada pasca herpetika. 4. Pasien hemodialisis yang dicurigai menderita penyakit psikogenik seperti
gangguan obsesif kompulsif, delusi parasitosis dan penyalahgunaan obat. 5. Pasien hemodialisis yang menggunakan antihistamin oral selama 24 jam
35
6. Pasien hemodialisis yang menggunakan obat-obat sistemik/topikal yang bersifat anti pruritus, contohnya steroid; anestesi, contohnya lidokain; atau zat-zat emolien, contohnya minyak zaitun, selama 1 minggu terakhir.
7. Pasien hemodialisis yang menggunakan obat-obat penenang atau anti ansietas selama 1 minggu terakhir, contohnya antagonis opioid dan sebagainya.
3.5 Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus: (Z1-/2 + Z1- ) 2
Z = deviat baku alpha, utk
= 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96) 1 (
Z
= deviat baku betha, utk= 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282 r = nilai korelasi minimal antara kadar fosfat serum dengan skor
pruritus yang dianggap bermakna ditetapkan sebesar 0,34246
3.7 Identifikasi Variabel
3.7.1 Variabel bebas : Kadar kalsium, fosfor, dan produk kalsium fosfor 3.7.2 Variabel terikat : Skor pruritus
3.8Definisi Operasional
3.8.1 Pruritus uremikum:
Pruritus atau rasa gatal yang dirasakan oleh pasien-pasien yang sedang menjalani hemodialisis yang diketahui dengan cara wawancara oleh peneliti, dengan skala ukur nominal.
3.8.2 Skor pruritus:
Penilaian derajat keparahan pruritus dengan menggunakan metode modifikasi Duo dan Mettang yang dilakukan oleh peneliti. Hasil pengukuran berupa skor 0 sampai 48, dengan skala ukur interval.
3.8.3 Kalsium serum:
37
pemeriksaan darah di Unit Hemodialisis RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil pengukuran dalam satuan mg/dl dengan skala ukur rasio.
3.8.4 Kalsium terkoreksi:
Kadar kalsium yang dipakai jika kadar albumin abnormal, dengan nilai koreksi kalsium atau Ca koreksi adalah [(4-albumin)x0,8] ditambah dengan kalsium total atau Ca total). Data kadar albumin serum didapatkan dari pencatatan dan analisis data dari pemeriksaan darah di Unit Hemodialisis RSUP Haji Adam Malik Medan. Data didapatkan melalui hasil perhitungan. Hasil pengukuran dalam satuan mg/dl dengan skala ukur rasio.
3.8.5 Fosfor serum
Suatu target biokimia yang merupakan elemen penting bagi pembentukan ATP dan sintesis membran fosfolipid dan tulang. Merupakan salah satu pemeriksaan yang telah ditetapkan pada pasien-pasien hemodialisis. Kadarnya di dalam serum didapatkan melalui pencatatan dan analisis data dari pemeriksaan darah di Unit Hemodialisis RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil pengukuran dalam satuan mg/dl dan dengan skala ukur rasio. 3.8.6 Produk kalsium fosfor serum
Salah satu nilai yang diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan mineral dan tulang pada pasien-pasien hemodialisis. Nilai didapatkan dari hasil perkalian antara kadar fosfat darah (mg/dl) dan kadar kalsium total darah (mg/dl). Hasil pengukuran dalam satuan mg2/dl2 dan dengan skala ukur rasio.
3.9 Alat dan Cara Kerja
3.9.1 Alat:
1. Status penelitian 2. Kuesioner panduan
3. Hasil laboratorium Patologi Klinik RSUP HAM 4. Rekam medik pasien
3.9.2 Cara kerja:
3.9.2.1 Pencatatan data dasar:
Pencatatan dasar dilakukan oleh peneliti di Unit Hemodialisis RSUP Haji Adam Malik Medan. Pencatatan data dasar meliputi identitas pasien (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat).
3.9.2.2 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik:
39
3.9.2.3 Penentuan skor pruritus
Penentuan skor pruritus dilakukan dengan wawancara lebih lanjut oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner dengan metode modifikasi Duo dan Mettang untuk mendapatkan data yang lebih terperinci. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner panduan, untuk memaksimalkan data yang didapat oleh karena peneliti mendapat keterangan langsung secara lisan oleh subyek penelitian dan dapat memberi penjelasan apabila pertanyaan kurang dimengerti. Wawancara dilaksanakan tanpa mengetahui berapa kadar kalsium maupun kadar fosfor serum pasien, untuk menghindari subyektivitas peneliti. Penilaian harus dilakukan oleh pengamat yang sama. Skor adalah antara 0 (tidak ada pruritus) sampai dengan skor maksimal 48. 3.9.2.4 Pemeriksaan laboratorium kalsium, fosfor dan albumin
a. Pengambilan darah pasien hemodialisis oleh petugas di Unit Hemodialisis. Cara pengambilan sampel darah adalah: mengenakan sarung tangan, bersihkan kulit di lokasi tusuk dengan kapas alkohol 70% dengan cara diputar dari dalam ke luar. Vena ditusuk dengan posisi sudut jarum 15-300 dengan jarum menghadap ke atas, darah dibiarkan mengalir ke dalam tabung sebanyak 5 cc. Kemudian sampel darah dibawa ke bagian Patologi Klinik RSUP HAM.
b. Sampel darah beku diberi barcode sesuai dengan lembaran pemeriksaan dan bon pemeriksaan.
c. Setelah darah beku maka untuk pemisahan serum darah, sampel tersebut dicentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit dengan alat centrifuge “Kubota”.
d. Setelah bahan dicentrifuge, masukkan data list computer. Untuk darah beku (kimia) dilakukan tahap-tahap specimen collection, specimen handling dan process.
e. Sampel darah beku diantarkan ke ruangan distribusi sampel dan diletakkan di keranjang bagian kimia dan siap untuk dilakukan pemeriksaan.
f. Rak tabung yang sudah diisi dengan tabung-tabung sampel dimasukkan
ke dalam alat “Architect Plus” dari “Abbot”, sesuai dengan reagen
masing-masing. Pemeriksaan dilakukan selama 10-15 menit untuk serum kimia.
g. Reagen yang digunakan adalah Bromcresol green 0,27 mmol/L TRIS 55 mmol/L, Succinic acid 100 mmol/L dan Sulfuric acid 665 mmol/L, Ammonium molybdate 2,3 mmol/L.
3.9.2.5 Pencatatan dan pengolahan data hasil wawancara dan pemeriksaan
3.9.3 Uji validitas
41
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan subyek penelitian dengan nilai Alpha Cronbach 0,873.
3.10 Kerangka Operasional
Gambar 3.1 Kerangka Operasional
3.11 Pengolahan dan Analisis Data
3.11.1 Variabel-variabel penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan.
3.11.2 Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi dengan normal. Untuk melihat hubungan antara kalsium, fosfor dan produk
Pasien Hemodialisis
-Kalsium serum -Fosfor serum -Produk kalsium
fosfor serum
Skor pruritus Kriteria
Inklusi
Kriteria Eksklusi
Sampel
kalsium fosfor serum dengan skor pruritus digunakan Uji Korelasi Spearman.
3.12 Ethical Clearance
Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari komite etik kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik Medan dengan Nomor:190/KOMET/FK USU/2016.
43 BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan pengukuran kadar kalsium, fosfor, produk kalsium fosfor dan skor pruritus terhadap 90 orang subyek yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP HAM dari tanggal 1 Maret sampai 31 Agustus 2016.
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
4.1.1 Distribusi berdasarkan proporsi pruritus Tabel 4.1 Proporsi pruritus pada pasien hemodialisis
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan mengalami pruritus yaitu 77,8%. Prevalensi pruritus uremikum pada penelitian-penelitian sebelumnya yaitu antara 41,9% hingga 67%.3,4 Penelitian-penelitian di Iran menyebutkan angka yang lebih tinggi yaitu bahwa pruritus dialami oleh 58% sampai 90% pasien yang menjalani hemodialisis.47,48 Satu penelitian di Turki juga mendapatkan angka pruritus uremikum yang tinggi pada pasien hemodialisis yaitu 85,4%.49 Riza melaporkan bahwa didapatkan 70,5% pasien hemodialisis di RSUP H. Adam
Kelompok pruritus/
tidak pruritus n % Pruritus 70 77,8 Tidak pruritus 20 22,1 Total 90 100
Malik Medan pada tahun 2012 mengalami pruritus.9 Angka yang didapatkan pada penelitian ini berada pada rentang angka yang didapatkan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
4.1.2 Karakteristik berdasarkan usia
45
4.1.3 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 Distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 58 64,4
Perempuan 32 35,6
Total 90 100
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa pasien hemodialisis berjenis kelamin laki-laki (64,4%) lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (35,6%). Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang dilaporkan oleh Dyachenko et al yaitu 60% laki-laki dan Malekmakan et a yaitu 53,1% laki-laki.50,51 Mirnezami dan Rahimi serta Kavurmaci juga melaporkan bahwa prevalensi laki-laki lebih besar dari perempuan pada pasien-pasien hemodialisis yang diikutsertakan.7,49
4.1.4 Karakteristik berdasarkan derajat keparahan pruritus
Tabel 4.4 Distribusi subyek penelitian berdasarkan derajat keparahan pruritus
Derajat keparahan pruritus n %
Tidak pruritus 20 22,2
Tabel 4.5 Distribusi subyek pruritus berdasarkan derajat keparahan pruritus
Derajat keparahan pruritus n %
Ringan 27 38,6
Sedang 31 44,3
Berat 12 17,1
Total 70 100
Dari tabel 4.4 didapatkan pasien hemodialisis pada penelitian ini terbanyak adalah pasien dengan pruritus derajat sedang (34,4%) diikuti oleh derajat ringan (30%), derajat berat (22,2%) dan tidak pruritus (13,3%). Pada tabel 4.5 dari 70% pasien hemodialisis yang mengalami pruritus didapatkan yang terbanyak adalah pruritus sedang (44,3%), diikuti oleh pruritus ringan (38,6%) dan pruritus berat (17,1%). Mirnezami dan Rahimi melaporkan hal yang berbeda yaitu dari 45% pasien yang mengalami pruritus yang terbanyak adalah pruritus ringan (55,6%), diikuti oleh pruritus sedang (33,3%) dan pruritus berat (11,1%).7
4.1.5 Karakteristik berdasarkan kadar kalsium serum
Tabel 4.6 Distribusi subyek penelitian berdasarkan kadar kalsium serum
Kadar kalsium serum n %
Hipokalsemia 18 20,0
Normokalsemia 65 72,2
Hiperkalsemia 7 7,8
Total 90 100
Tabel 4.7 Distribusi subyek pruritus berdasarkan kadar kalsium serum
Kadar kalsium serum n %
Hipokalsemia 14 20,0
Normokalsemia 50 71,4
Hiperkalsemia 6 8,6
Total 70 100
47
serum 8-10 mg/dl) yang terdapat pada 72,2% pasien, sedangkan hipokalsemia (Ca serum <8 mg/dl) terdapat pada 20% pasien dan hiperkalsemia terdapat pada 7,8% pasien. Dari tabel 4.7 didapatkan bahwa dari 70 subyek pruritus terdapat 71,4% normokalsemia, 20% hipokalsemia dan 6% hiperkalsemia.
4.1.6 Karakteristik berdasarkan kadar fosfor serum
Tabel 4.8 Distribusi subyek penelitian berdasarkan kadar fosfor serum
Kadar fosfor serum n %
Hipofosforemia 18 20,0
Normofosforemia 34 37,8
Hiperfosforemia 38 42,2
Total 90 100
Tabel 4.9 Distribusi subyek pruritus berdasarkan kadar fosfor serum
Kadar fosfor serum n %
Kadar fosfor serum pasien hemodialisis yang ikut serta dalam penelitian ini memiliki rentang dari 1,9 mg/dl sampai 11,4 mg/dl. Dari 90 pasien tersebut didapatkan rerata kadar fosfor serum adalah 5,3 mg/dl (SD 2,1 mg/dl). Dari tabel 4.8 didapatkan subyek penelitian terbanyak adalah pada keadaan hiperfosforemia (P serum >5,5 mg/dl) terdapat pada 42,2% pasien, diikuti oleh normofosforemia (P serum 3,5-5,5 mg/dl) terdapat pada 37,8% pasien dan hipofosforemia terdapat pada 20% pasien. Dari tabel 4.9 didapatkan bahwa dari 70 subyek pruritus
terdapat 42,9 % hiperfosforemia, 35,7% normofosforemia dan 21,4% hipofosforemia.
4.1.7 Karakteristik berdasarkan produk kalsium fosfor
Tabel 4.10 Distribusi subyek penelitian berdasarkan produk kalsium fosfor
Produk kalsium fosfor n %
Tidak meningkat 62 68,8
Meningkat 28 31,1
Total 90 100
Tabel 4.11 Distribusi subyek pruritus berdasarkan produk kalsium fosfor
Produk kalsium fosfor n %
Tidak meningkat 47 67,1
Meningkat 23 32,9
Total 70 100
49
4.2 Karakteristik Skor Pruritus 4.2.1 Karakteristik berdasarkan usia
Tabel 4.12 Distribusi skor pruritus berdasarkan usia Kelompok pruritus secara signifikan lebih banyak didapatkan pada wanita yang berusia 45 tahun atau lebih dibandingkan kurang dari 45 tahun.52Namun pada penelitian lain Dyachenko et al menyatakan tidak ditemukan hubungan antara usia dengan derajat keparahan pruritus.50
4.2.2 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.13 Distribusi skor pruritus berdasarkan jenis kelamin Jenis
Dari tabel 4.13 rerata skor pruritus tertinggi pada kelompok jenis kelamin perempuan yaitu 17,8 (SD 13,9), sedangkan pada laki-laki adalah 16,3 (SD 12,4).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Szepietowski dimana dilaporkan bahwa pruritus lebih banyak ditemukan pada pasien wanita.53 Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Narita et al dimana pruritus yang lebih berat secara signifikan ditemukan lebih tinggi pada pasien laki-laki.10 Sedangkan Akhyani et al melaporkan bahwa tidak ditemukan perbedaan yang signifikan diantara kedua jenis kelamin.25 Hasil yang berbeda-beda dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak signifikan mempengaruhi pruritus pada pasien-pasien hemodialisis.
4.2.3 Karakteristik berdasarkan kadar kalsium serum
Tabel 4.14 Distribusi skor pruritus berdasarkan kadar kalsium serum Kadar
Ca serum
Skor Pruritus Subyek Penelitian
n Mean SD
Hipokalsemia 18 15,6 13,2
Normokalsemia 65 17,6 13,1
Hiperkalsemia 7 12,7 11,0
Total 90 16,8 12,9
51
4.2.4 Karakteristik berdasarkan kadar fosfor serum
Tabel 4.15 Distribusi skor pruritus berdasarkan kadar fosfor serum Kadar kelompok hiperfosforemia yaitu 17,4 (SD 13,1) dan normofosforemia yaitu 14,7 (SD 12,7). Selain melaporkan hasil penelitian bahwa pasien pruritus memiliki kadar fosfor yang lebih tinggi, Wang et al juga melaporkan bahwa kadar kalsium maupun fosfor serum memiliki hubungan yang bermakna dengan kadar toksin uremikum lain yang diteliti yaitu p-cresylsulfate, yang secara signifikan berkaitan dengan pruritus.54
4.2.5 Karakteristik berdasarkan produk kalsium fosfor
Tabel 4.16 Distribusi skor pruritus berdasarkan produk kalsium fosfor serum Produk
Dari tabel 4.16 rerata skor pruritus berdasarkan produk kalsium fosfor serum tertinggi pada kelompok produk kalsium fosfor meningkat yaitu 18,1 (SD
13,0) sedangkan kelompok produk kalsium fosfor tidak meningkat adalah 16,3 (SD 12,9).
4.3 Hubungan antara kalsium, fosfor dan produk kalsium fosfor serum dengan skor pruritus
Uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal, sehingga untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi digunakan uji Spearman.
Tabel 4.17 Hubungan antara kalsium, fosfor dan produk kalsium fosfor dengan skor pruritus
Variabel n r p
Kalsium serum 90 -0,046* 0,670
Fosfor serum 90 0,015* 0,891
Produk kalsium fosfor serum 90 -0,007* 0,949 *koefisien korelasi Spearman
Tabel 4.18 Hubungan antara kalsium, fosfor dan produk kalsium fosfor dengan pruritus
Variabel n r p
Kalsium serum 70 0,143* 0,238
Fosfor serum 70 -0,026* 0,834
Produk kalsium fosfor serum 70 0,001* 0,995 *koefisien korelasi Spearman
53
menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan antara kadar kalsium serum dengan skor pruritus pada penelitian ini.
Secara tidak langsung, ion kalsium yang tinggi dapat menstimulasi pelepasan substansi-substansi pruritogenik pada perkembangan pruritus uremikum.19,20 Peningkatan konsentrasi ion-ion divalen dalam serum tersebut yang menyebabkan mikropresipitasi kalsium pada kulit, dapat menjadi penyebab pruritus.39,52
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Narita et al, WikstrÖm, Duque et al maupun Pisoni et al yang melaporkan adanya hubungan antara kadar kalsium serum yang tinggi dengan keadaan pruritus pada pasien-pasien hemodialisis.10,11,16,18 Namun penelitian yang dilakukan oleh Mirnezami dan Rahimi serta Resic et al memberikan hasil yang sama dengan penelitian ini dimana tidak didapatkan adanya hubungan antara kadar kalsium serum dengan pruritus uremikum.2,7
Dari tabel 4.17 didapatkan koefisien korelasi fosfor serum dan skor pruritus adalah 0,015 dengan nilai p 0,891. Dari tabel 4.18 didapatkan koefisien korelasi fosfor serum dan skor pruritus pada pasien pruritus adalah 0,026 dengan nilai p 0,834. Hasil ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara kadar fosfor serum dengan skor pruritus.
Sama halnya dengan ion-ion divalen lainnya, kadar fosfor yang meningkat pada serum juga dapat menyebabkan mikropresipitasi pada kulit yang dapat menimbulkan rasa gatal.39,41 Hasil penelitian Gatmiri et al, Mirnezami dan Rahimi serta Narita et al mendukung teori ini dan melaporkan adanya hubungan antara
kadar fosfat dengan pruritus.7,10,17 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Resic et al dimana tidak dapat menunjukkan adanya hubungan antara keduanya.2
Dari tabel 4.17, koefisien korelasi untuk produk kalsium fosfor dan skor pruritus adalah 0,007 dengan nilai p 0,949. Dari tabel 4.18 koefisien korelasi untuk produk kalsium fosfor dan skor pruritus pada pasien pruritus adalah 0,001 dengan nilai p 0,995. Dari data statistik tersebut didapatkan kesimpulan bahwa tidak didapatkan hubungan antara produk kalsium fosfor serum dengan skor pruritus.
Produk kalsium fosfor adalah hasil perkalian antara kadar fosfor darah (mg/dl) dan kadar kalsium total darah (mg/dl).5 Gangguan mineral dan tulang pada penyakit ginjal kronik dapat diketahui diantaranya dengan pemeriksaan produk kalsium fosfor (Ca x P) dan didapatkan adanya hubungan antara peningkatan produk Ca x P dengan pruritus.44
Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Afsar et al, Resic et al, WikstrÖm maupun Pisoni et al.2,11,18,45 Namun pada penelitian lain hasil yang sama seperti penelitian ini dilaporkan oleh Welter et al, dimana tidak ditemukan adanya hubungan antara produk kalsium fosfor dengan pruritus.38
55
etiopatogenesisnya yang rumit dan masih belum jelas. Berbagai faktor yang diduga berperan dalam patogenesisnya masih menunjukkan hasil yang kontroversi, seperti kadar kalsium, fosfor, produk kalsium fosfor dan sebagainya.55,56 Hipotesis yang lebih baru berfokus pada mikroinflamasi, misalnya ada penelitian yang melaporkan hubungan pruritus dengan interleukin-2, namun ada juga yang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak faktor-faktor molekuler yang perlu diteliti lagi agar etiopatogenesis ini menjadi lebih jelas.57-59
Penatalaksanaan pruritus uremikum masih sulit dilakukan. Beberapa diantaranya berfokus pada edukasi untuk meminimalkan garukan, hidrasi kulit, imunomodulator topikal, dan mengoptimalkan penatalaksanaan penyakit ginjal kronik yang paling relevan dengan pruritus, diantaranya penatalaksanaan hormon paratiroid, kalsium dan fosfor serta dialisis yang adekuat.56,60 Jika penelitian-penelitian tentang faktor-faktor yang diduga sebagai etiopatogenesis memberikan hasil yang lebih jelas, diharapkan hal tersebut dapat memberi dampak pada penatalaksanaan yang lebih baik.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kadar kalsium, fosfor dan produk kalsium fosfor serum dengan skor pruritus pada 90 pasien yang menjalani hemodialisis dengan kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tidak ditemukan hubungan antara kadar kalsium, fosfor maupun produk kalsium fosfor dengan skor pruritus pada pasien hemodialisis maupun pada pasien hemodialisis yang mengalami pruritus di Unit Hemodialisis RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Distribusi pasien hemodialisis yang terbanyak adalah pada keadaan normokalsemia, hiperfosforemia dan produk kalsium fosfor tidak meningkat.
3. Rerata skor pruritus tertinggi didapatkan pada kelompok normokalsemia, diikuti oleh hipokalsemia dan hiperkalsemia.
4. Rerata skor pruritus tertinggi didapatkan pada kelompok hipofosforemia, diikuti oleh hiperfosforemia dan normofosforemia. 5. Rerata skor pruritus tertinggi didapatkan pada kelompok produk
57
5.2 Saran
1. Penelitian ini dapat dilakukan dengan memperluas faktor-faktor yang diteliti untuk memperlihatkan hubungan yang saling berkaitan maupun tidak berkaitan dalam waktu yang bersamaan.
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian yang bersifat multi-centre dengan subyek penelitian yang lebih banyak dan lebih bervariasi.
3. Penelitian lanjutan dapat dilakukan metode kohort, waktu yang lebih lama, dengan kriteria inklusi yang lebih sempit untuk meminimalkan bias.