• Tidak ada hasil yang ditemukan

...terhadap serapan hara P, pertumbuhan, dan produksi

...tanaman.jagung manis

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktorial dua faktor dengan rancangan lingkungannya adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Faktor pertama adalah jenis bahan perekat dan faktor kedua adalah pemupukan P (P2O5).

Faktor pertama terdiri dari empat taraf, yaitu: 1. P0 = Tanpa coating (kontrol)

2. P1 = Na. Alginat + Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

3. P2 = Arabic gum + Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

4. P3 = Tapioka + Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

Faktor kedua terdiri dari tiga taraf, yaitu: 1. Q0 = Tanpa pupuk (kontrol)

2. Q1 = Pupuk ½ dosis (60 kg ha-1 P2O5)

3. Q2 = Pupuk dosis penuh (120 kg ha-1 P2O5)

Penelitian ini terdiri dari 12 perlakuan dengan ulangan sebanyak tiga kali, sehingga secara keseluruhan terdapat 36 unit satuan percobaan. Model statistik rancangan percobaan yang digunakan adalah :

Yijk = μ + Pi + Qj + (PQ)ij + k + εijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan jenis bahan perekat taraf ke-i (1, ...2, 3, 4), perlakuan pemupukan P taraf ke-j (1, 2, 3) dan kelompok

...ke-j (1, 2, 3)

μ = Komponen aditif dari rataan

Pi = Pengaruh utama perlakuan jenis bahan perekat

Qj = Pengaruh utama perlakuan pemupukan P

(PQ)ij = Komponen interaksi dari perlakuan jenis bahan perekat ke-i dan ...pemupukan P taraf ke-j

k = Pengaruh aditif dari kelompok dan diasumsikan tidak berinteraksi ...dengan perlakuan (bersifat aditif)

εijk = Pengaruh acak yang menyebar normal (0, σε2)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F pada taraf 5%. Apabila didapatkan hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Analisis data ini dilakukan dengan bantuan program Statistical Analysis System (SAS) 9.

Pelaksanaan Penelitian Pelapisan benih / seed coating

Proses pelapisan benih/seed coating dilakukan dengan metode yang sama pada percobaan pertama. Benih jagung manis yang telah diberi perlakuan pelapisan kemudian ditanam.

Pelaksanaan di lapangan

a. Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah podsolik merah kuning, kompos dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Tanah podsolik merah kuning digunakan sebagai gambaran tanah marginal yang miskin hara. Media tanam tersebut diayak dengan ayakan berukuran 5 mm dan disterilisasi dengan otoklaf pada suhu 121 oC selama 20 menit. Media tanam dimasukkan ke dalam polibag berukuran 40 cm x 40 cm dengan kapasitas 10 kg. Pupuk fosfat yang diberikan sebanyak 120 kg ha-1 P2O5 (Basuki, 2001) pada saat 2

minggu setelah tanam. Media tanam dianalisis kandungan unsur hara P-total dan P-tersedia sebelum digunakan.

b. Penanaman

Media tanam yang akan digunakan diletakkan di dalam rumah kaca dan disiram dengan air sampai kapasitas lapang sebelum penanaman. Lubang tanam dibuat dengan cara tugal sedalam ± 3-5 cm. Benih yang telah disiapkan ditanam sebanyak 2 biji ke dalam lubang tanam tersebut dan ditutup dengan media tanam. Penjarangan dilakukan 1 minggu setelah tanam

dengan mempertahankan 1 tanaman yang pertumbuhannya paling baik dan sisanya dipotong bagian batang di atas permukaan media. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, tiap ulangan terdapat 7 polibag yaitu 4 polibag untuk pengamatan hingga masa vegetatif maksimum dan 3 polibag lainnya untuk pengamatan hingga tanaman dipanen. Masing-masing polibag ada 1 tanaman, sehingga terdapat 21 tanaman dalam setiap perlakuan. Jarak antar polibag di dalam rumah kaca adalah 80 cm x 40 cm.

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman pada pagi hari yang dilakukan setiap hari. Pengendalian gulma dan hama dilakukan secara manual.

d. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah buah jagung manis masak panen, menurut Adisarwanto dan Widyastuti (2006) kriteria masak panen jagung ditandai dengan batang, daun, dan buah berubah warna menjadi kuning, tetapi pangkal buah dan pangkal pelepahnya masih hijau. Biji jagung sudah terasa keras, bernas dan mengilap, bila ditekan dengan kuku tangan, bijinya tidak tampak bekas tekanan. Pada butiran jagung sudah terbentuk jaringan tertutup berwarna hitam.

Pengamatan Penelitian

Pengamatan dilakukan dengan mengamati parameter-paramater sebagai berikut:

1. Analisis unsur P dalam media tanam

Pengamatan dilakukan terhadap unsur P-total dan P-tersedia dalam media tanam sebelum penanaman dan akhir percobaan. Pengujian tersebut dilakukan pada Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor.

2. Daya tumbuh

Pengamatan terhadap daya tumbuh benih dilakukan pada hari ke-7. Perhitungan dilakukan terhadap tanaman yang telah tumbuh normal. Jika ada satu tanaman saja yang tumbuh dalam satu polibag, maka dianggap tumbuh. Menentukan persentase daya tumbuh digunakan rumus sebagai berikut:

DT (%)= ∑benih yang tumbuh

∑benih yang ditanam x 100% 3. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang. Pengamatan ini akan dilakukan pada akhir masa vegetatif.

4. Analisis unsur P jaringan tanaman

Analisis jaringan dilakukan untuk mengetahui serapan P-total tanaman jagung manis. Contoh tanaman untuk analisis jaringan diambil daun dewasa yang berada dibagian bawah kelobot, pada saat tanaman mulai memasuki fase generatif yang ditandai dengan keluar malai atau rambut kelobot. Rambut kelobot yang keluar masih berwarna putih (silking). Analisis jaringan tanaman lainnya dilakukan pada biji saat fase generatif maksimum. Pengujian tersebut dilakukan pada Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor. 5. Bobot kering tajuk dan akar tanaman

Penimbangan bobot kering tajuk dan akar tanaman dilakukan pada fase vegetatif maksimum yaitu dengan membagi bagian tajuk dan akarnya, kemudian ditimbang setelah dibersihkan dan dioven pada suhu 60oC selama 4 x 24 jam sampai bobot kering tanaman konstan.

6. Persentasi infeksi CMA

Perhitungan persentase infeksi CMA dilakukan dengan cara sebagai berikut: sebanyak 0.1 g akar dari hasil panen dipotong ± 1 cm dan dimasukkan ke dalam botol vial yang telah berisi larutan 10% KOH untuk membersihkan inti akar yang mengandung lignin sehingga penetrasi zat warna lebih mudah. Kemudian dibiarkan 3 hari, dan larutan KOH dibuang. Setelah itu dibilas dengan air dan direndam dengan larutan 0.1 N HCl untuk menetralkan KOH selama 10 menit. Larutan HCl dibuang, ditambahkan larutan trypan blue yang digunakan untuk mewarnai bagian-bagian CMA (0.01% dalam lactogliserol). Larutan trypan blue dibuang dan akar direndam di dalam larutan lactogliserol (berfungsi untuk mengikat larutan trypan blue)

untuk perhitungan infeksi di bawah mikroskop. Infeksi dihitung dengan metode Gridline intersect method (Giovennetti & Mouse 1980).

Pada metode ini, setiap potongan akar yang mengenai gridline dihitung sebagai infeksi jika salah satu hifa atau gabungan dari struktur arbuskula dan vesikel ditemukan. Menentukan persentase kolonisasi dan panjang akar digunakan rumus sebagai berikut:

Kolonisasi (%)= ∑infeksi

∑interseksi x 100 % Keterangan:

∑ infeksi = jumlah potongan akar yang terinfeksi

∑ interseksi = jumlah potongan akar yang diamati

7. Jumlah spora

Perhitungan jumlah spora dilakukan berdasarkan metode wet sieving

dan teknik sentrifugase (Sylvia 1998) yang dilakukan pada akhir penelitian dengan cara pengamatan pada sampel media tanam sebanyak 100 g untuk masing-masing perlakuan. Sampel media tanam dimasukkan ke dalam gelas beker 500 ml dan direndam dengan air selama 2 jam, kemudian diaduk, pasir dibiarkan mengendap, dan larutan tanah dituang ke dalam saringan (710 µm - 50 µm). Hal tersebut dilakukan sampai air bersih. Hasil saringan terkecil dipindahkan ke dalam tabung sentrifugase 50 ml, ditambahkan air dan ditimbang. Selanjutnya, hasil saringan larutan tanah terkecil kemudian distrifugase selama 5 menit pada kecepatan 5000 rpm untuk memisahkan tanah dari kotoran. Supernatan dibuang dan ditambahkan air kembali sampai setengah, ditambahkan larutan gula 75% sampai penuh. Setelah itu, ditimbang dan disentrafugase kembali pada kecepatan 6000 rpm selama 20 detik. Spora dikumpulkan dengan menuangkan supernatan ke dalam saringan 50 µ m. Spora kemudian dicuci dengan air dan dituangkan ke dalam cawan petri dan dihitung jumlah spora dibawah mikroskop. Menentukan total jumlah spora per polibag digunakan rumus sebagai berikut:

Total jumlah spora per polibag = ∑spora

100 g tanah x

8000 g tanah 100

8. Bobot tongkol dan biji per tongkol

Bobot tongkol diukur dengan menimbang tongkol yang belum dipipil dan telah dikeringkan pada suhu 60 oC selama ±24 jam. Bobot biji per tongkol diketahui dengan menimbang seluruh biji pipilan kering yang dihasilkan dalam satu tongkol jagung manis.

Dokumen terkait