NO 2 DKI Jakarta
4.1.2 Analisis Peta Distribusi Konsentrasi SO 2 dan NO2 Berdasarkan Bulan
Pengukuran.
Analisis ini dilakukan untuk melihat keadaan kualitas udara wilayah Jakarta berdasarkan kondisi pencemar SO2 dan NO2 secara umum, dan membahas faktor yang mempengaruhinya pada bulan pengukuran tersebut.
Penjelasan secara umum tentang keadaan pencemar pada bulan pengukuran adalah sebagai berikut :
a. Nitrogen dioksida (NO2) Musim Kemarau
Musim kemarau diwakili oleh bulan Juli dan Agustus menunjukkan secara keseluruhan keadaan konsentrasinya berada pada kisaran yang tidak aman, pada bulan ini menunjukkan aktivitas penggunaan kendaraan sangat tinggi serta adanya kecenderungan akumulasi pencemar NO2 dari tempat lain akibat pengaruh angin, karena besarnya angin pada musim kemarau berpengaruh dalam membawa gas pencemar ke tempat lain dibandingkan musim peralihan hujan.Sedangkan pada bulan Agustus keadaannya juga hampir sama, diduga sumber pencemarnya juga sama.
Keadaan ini menunjukkan pada bulan-bulan tersebut kualitas udara kota Jakarta kurang sehat, keadaan ini dapat menimbulkan masalah pada kesehatan saluran pernafasan dan menjadi racun bagi penduduk Jakarta.
14
Bulan yang termasuk musim peralihan hujan pada saat pengukuran adalah bulan Oktober dan November, dari lima belas lokasi pengukuran ternyata ada tujuh daerah lokasi pengukuran yang tinggi konsentrasi NO2 tetapi tidak melewati baku mutu (Gambar 7). Bulan November konsentrasi secara umum masih dalam tahap aman. Turunnya konsentrasi NO2
dibandingkan pada bulan musim kemarau karena adanya proses pencucian pencemar ini saat terjadinya hujan.
b. Sulfur dioksida (SO2) Musim Kemarau
Keadaan kisaran konsentrasi SO2 pada bulan Juli dan Agustus untuk kota Jakarta masih di bawah nilai 0.043 ppm, kisaran ini masih dalam batas aman. Konsentrasi yang rendah ini menunjukkan bahwa rendahnya penggunaan kendaraan solar untuk kota Jakarta.
Musim Peralihan Hujan
Konsentrasi pada bulan Oktober pada titik lokasi Walikota Jakarta Barat lebih tinggi dibandingkan bulan Juli dan Agustus hal ini nampak adanya akumulasi pencemar SO2 dari bulan-bulan sebelumnya dan umumnya terjadi hujan lebat . Tetapi secara umum untuk wilayah Jakarta pada bulan Oktober dan November keadaan SO2 masih dibawah baku mutu, diduga penyebabnya karena rendahnya penggunaan kendaraan yang menggunakan solar dan curah hujan yang terjadi umumnya hujan rintik-rintik, serta kelembaban udara yang lebih tinggi pada bulan peralihan hujan ini, sehingga SO2 banyak yang berubah menjadi H2SO3.
4.1.3 Pengaruh Curah Hujan terhadap Konsentrasi Pencemar SO2 dan NO2.
Hujan dapat berfungsi sebagai pembersih polutan di atmosfer karena saat hujan turun, hujan dapat menangkap dan mengendapkan zat-zat pencemar seperti gas SO2 dan NO2 dan bereaksi langsung dengan gas pencemar tersebut. Sehingga pada musim kemarau biasanya lebih tinggi konsentrasi pencemar SO2 dan NO2.
Dalam Nababan, B (1989) proses pembersihan polutan yang paling penting adalah dalam pembentukan butiran hujan, ketika terjadi hujan maka butiran hujan akan membersihkan beberapa partikel besar dalam lintasannya pada saat proses penyatuan (Coalescene).
Hujan untuk wilayah Jakarta lebih dipengaruhi oleh angin Monsoon (Oldeman, 1975). Monsoon Timur akan melewati daerah Jakarta pada bulan Juni sampai September yang berasal dari daratan Australia dan membawa
udara kering serta bersifat konvergen sehingga sedikit menghasilkan hujan terutama pada bulan Juli dan Agustus.
Suharsono (1982) menjelaskan hujan yang terjadi pada periode Juni sampai September dihasilkan oleh kenaikan udara lembab yang berasal dari laut jawa dan konveksi di daratan (lembah) ke arah pegunungan.
Menurut Darmawati, M (2005) Monsoon dicirikan sebagai bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan) selama tiga bulan curah hujan relatif tinggi yang biasa disebut musim hujan Desember, Januari, Februari (DJF). Dan tiga bulan curah hujan rendah bisa disebut musim kemarau periode Juni, Juli, dan Agustus (JJA). Sedangkan enam bulan peralihan (tiga bulan peralihan kemarau ke hujan, dan tiga bulan peralihan hujan ke kemarau).
bulan peralihan musim kemarau yaitu bulan Maret, April, dan Mei, sedangkan September, Oktober, dan November peralihan musim hujan (Gambar 13).
Jakarta memasuki musim penghujan pada bulan Januari sampai Maret. Hal tersebut ditandai dengan intensitas curah hujan yang tinggi (Aldrian, 2000).
Di bawah ini adalah grafik keadaan curah hujan bulanan rata-rata DKI Jakarta dari stasiun-stasiun meteorologi yang ada di Jakarta.
CH Rata-rata 5 Stasiun Pengukuran
0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan CH (mm) KEMAYORAN CENGKARENG TANJUNG PRIOK HALIM PERDANA K PONDOK BETUNG
Gambar 13: Curah Hujan (mm) DKI Jakarta tahun 2003.
Curah hujan pada tahun 2003 di Jakarta berkisar antara 3 mm sampai 563 mm, terendah terjadi pada stasiun Halim Perdana Kusuma sebesar 3 mm pada bulan Juni (musim kemarau), sedangkan tertinggi terjadi pada bulan Februari (musim hujan) 563 mm di stasiun Tanjung Priok. Pada bulan Juni, Juli, Agustus, September curah hujan sangat sedikit untuk daerah-daerah di Jakarta karena terjadinya peralihan musim yaitu peralihan musim kemarau.
15
SO2 tahun 2003 0 50 100 150 200 250 300 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan SO 2 (mikrogram/m^3) JAF 1 JAF 2 JAF 3 JAF 4 JAF 5 BAKU MUTUGambar 14: Konsentrasi SO2 (µ g/m3) DKI Jakarta tahun 2003.
Konsentrasi SO2 bulanan pada tahun 2003 pada stasiun metode kontinyu (24) jam dengan outputnya 1/2 jam kisaran untuk keseluruhan stasiun antara 8,78 µ g/m3 sampai 161 µ g/m3. Terendah terjadi pada stasiun Jaf 3 sebesar 8,78 µ g/m3 bulan Januari dan tertinggi pada stasiun Jaf 4 sebesar 161 µ g/m3 bulan Oktober. Keadaan pada stasiun Jaf 4 untuk setiap bulannya mengalami kenaikan konsentrasinya dan puncaknya pada bulan Oktober, hal ini namp ak adanya akumulasi pencemar SO2 setiap bulannya, karena tidak adanya proses pencucian oleh air hujan. Kalau melihat baku mutu untuk SO2 sebesar 260 µ g/m3 maka untuk daerah DKI Jakarta secara umum belum melewati baku mutu.
Pada bulan musim hujan yaitu pada bulan Desember, Januari, Februari keadaan konsentrasi SO2 masih dalam kisaran normal, pada bulan Desember 25.15 µ g/m3 sampai 25.44 µ g/m3, bulan Januari berkisar 8.78 µ g/m3 sampai 79.91 µ g/m3 , dan 11.99 µg / m3 sampai 86.08 µ g/m3 bulan Februari. Keadaan konsentrasi yang mengalami penurunan pada bulan musim hujan diduga pengaruh proses pencucian oleh hujan.
Puncak hujan yaitu bulan Februari kisaran konsentrasi SO2 rendah, diduga karena intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan tercucinya pencemar ini.
Pada bulan musim kemarau yaitu Juni, Juli, Agustus (JJA) kisaran SO2 masih dibawah batas baku mutu (Gamb ar 14) tertinggi konsentrasi SO2 pada bulan Agustus 125 µ g/m3 stasiun Jaf 4 (metode kontinyu), hal ini karena daerah ini merupakan lokasi perkantoran sehingga pengaruh terbesar berasal dari aktivitas pekerja pada bulan tersebut yang tinggi. Terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 24.57 µ g/m3 di stasiun Jaf 5, diduga karena lokasi tersebut merupakan lokasi sarana olahraga sehingga kegiatan masyarakat yang telah berlangsung lebih kepada aktivitas dan kegiatan olahraga.
NO2 tahun 2003 0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan NO 2 (mikrogram/m^3) NO2 JAF1 NO2 JAF2 NO2 JAF3 NO2 JAF4 NO2 JAF5 BAKU MUTU
Gambar 15: Konsentrasi NO2 (µ g/m3) DKI Jakarta tahun 2003.
Konsentrasi pencemar NO2 di Jakarta belum melewati baku mutu 92.5 µ g/m3 karena konsentrasi NO2 berkisar antara 8,2 µ g/m3sampai 70,72 µ g/m3 , terendah terjadi pada stasiun Jaf 1 sebesar 8,2 µ g/m3 pada bulan Oktober yang merupakan bulan peralihan musim hujan, diduga karena pengaruh pencucian oleh hujan. Keadaan tertinggi di stasiun Jaf 4 sebesar 70,72µ g/m3 pada bulan April yang merupakan bulan peralihan musim kemarau, nampaknya pada bulan April telah terjadi akumulasi pencemar akibat pengaruh angin yang membawa pencemar NO2 dari tempat lain.
Bulan musim hujan yaitu pada bulan Desember, Januari, Februari keadaan konsentrasi NO2 masih dalam kisaran normal (Gambar 15) yaitu bulan Desember berkisar antara 9.85 µ g/m3 sampai 45.45 µ g/m3, bulan Januari berkisar antara 14.5 µ g/m3 sampai 54.5 µ g/m3, dan 4.94 µ g/m3 sampai 49.8 µg/ m3 pada bulan Februari. Pada bulan Maret dan April konsentrasi NO2
pada Jaf 4 (Walikota Jakarta Barat) mengalami kenaikan, hal ini diduga karena bulan Maret dan April merupakan peralihan ke musim kemarau sehingga adanya akumulasi pencemar akibat tidak terjadi hujan.
Puncak hujan yaitu bulan Februari kisaran konsentrasi NO2 rendah, hal tersebut karena NO2 pada bulan Februari diduga mengalami proses pencucian oleh air hujan sehingga konsentrasi NO2nya berkurang. Pada bulan musim kemarau yaitu Juni, Juli, Agustus (JJA) untuk kisaran NO2 masih dibawah batas baku mutu, terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 8.75 µ g/m3 hal ini karena rendahnya aktivitas masyarakat di bulan Agustus, tertinggi konsentrasi NO2 pada bulan Juli sebesar 60.97 µ g/m3 stasiun Jaf 4 (metode kontinyu), hal ini diduga karena pada daerah pengukuran Jaf 4 merupakan lokasi perkantoran, dan hal ini menunjukkan aktivitas pekerja yang
16
menggunakan kendaraan bermotor pada bulan tersebut tinggi.
17
Gambar 6. Distribusi konsentrasi NO2 bulan Agustus tahun 2003.
18
Gambar 8. Distribusi konsentrasi NO2 bulan November tahun 2003.
19
Gambar 10. Distribusi konsentrasi SO2 bulan Agustus tahun 2003.
20
Gambar 12. Distribusi konsentrasi SO2 bulan Novemb er tahun 2003.
V. KESIMPULAN DAN SARAN