• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Spasial dan Temporal SO2 dan NO2 DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Distribusi Spasial dan Temporal SO2 dan NO2 DKI Jakarta"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL SO

2

DAN NO

2

DKI JAKARTA

SYAMSUL ANWAR

G24101030

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL SO

2

DAN NO

2

DKI

JAKARTA

SYAMSUL ANWAR G24101030

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

Pada

Program Studi Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Judul

: Distribusi Spasial dan Temporal SO

2

dan NO

2

DKI Jakarta

Nama

: Syamsul Anwar

NRP

: G24101030

Menyetujui,

Dr.Ir. Imam Santosa, MS

Pembimbing I

Mengetahui,

Prof Dr. Ir. Hidayat Pawitan

Ketua Jurusan

Ir. Idung Risdiyanto, MS IT

Komisi Pendidikan

(4)

RIWAYAT HIDUP

(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga kita masih hidup sampai sekarang, dan tak lupa kita sanjungkan salawat serta salam kepada junjungan kita kepada Nabi Muhammad saw. Terima kasih kepada semua teman-teman yang telah mendukung penelitian saya yang berjudul Distribusi Spasial dan Temporal SO2 dan NO2.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing yang telah mau membimbing yaitu Bapak Dr.Ir. Imam Santosa, dan Dosen Penguji Pak Sobry, dan Pak Idung, Pak Putu,kepada Ibu Rina BPLHD, bang Andi,, Bapak Iwan BMG, Pak Winarno, dan juga kepada Erwin dan Kokom yang telah membantu dalam pembuatan SIG. Anak- anak GFM 38, Kos Kemuning, Hamid, Sahrul, anak galih, Hery Wijaya , nadar, oza, dian, merri, lintang, iqbal, jae, maedi, anto, haries, fikri Pak Djun, Pak Supono, aa wahyu, iskandar, pak rizal dan semuanya yang berjasa mudah-mudahan Allah yang membalasnya.

Ucapan spesial yang ditunjukkan kepada Ibu Hj. Naseha (alm) dan Bapak H.Asmari (alm), kepada kakakku Nurhayati dan Kak Riri, Samsuri, Nasrulloh, Kamal, Nani, Lilah, Gofur serta Adikku Yuli dan Yuyun.

Ucapan yang setulus -tulusnya kepada seorang yang berarti dalam hidupku An-an Mustika, serta Bapak Dadang, Ibu Lilis, Teteh Nenden, A Teten, oceng.

Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat.

(6)

SYAMSUL ANWAR. Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 DKI Jakarta Tahun 2003 Dibimbing oleh

Dr.Ir. Imam Santosa, MS .

Penelitian ini secara umum ditujukkan untuk melihat keadaan pencemar SO2 dan NO2 di Jakarta

pada tahun 2003, yang lebih banyak keberadaan konsentrasinya dipengaruhi oleh kegiatan aktivitas masyarakat Jakarta, apalagi pada tahun 2003 kepadatan penduduk yang mencapai kurang lebih 10 juta penduduk. Aktivitas yang sangat mempengaruhi adalah penggunaan alat transportasi darat yaitu kendaraan bermotor yang mengemisikan sumber pencemar SO2 dan NO2

Pengukuran yang ada di Jakarta berjumlah 15 lokasi pengukuran yang terdiri dari metode kontinyu dan metode sesaat pengukuran serta pengukuran dari BMG Kemayoran. Pada bulan pengukuran yaitu bulan Juli, Agustus, Oktober dan November keadaan pencemar NO2 yang tertinggi

berada pada bulan Juli dimana nilainya melebihi baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu 0.05 ppm, sedangkan untuk pencemar SO2 keberadaannya belum melewati baku mutu karena pada

bulan-bulan pengukuran SO2 masih dibawah 0.1 ppm.

Penelitian ini didasarkan atas lokasi peruntukan pada masing-masing tempat yaitu permukiman, perkantoran, olahraga, industri dan campuran antara permukiman, olahraga dan perkantoran serta industri, dimana pada lokasi permukiman pada bulan-bulan pengukuran konsentrasi SO2 dan NO2

tinggi, lokasi perkantoran BPLHD di bulan pengukuran hanya bulan Juli, lokasi industri pada bulan Juli dan November juga tinggi. Pada lokasi olahraga (Senayan) masih dibawah baku mutu pemerintah pada bulan-bulan pengukuran, untuk daerah parawisata Dufan selalu tinggi nilai NO2nya bahkan pada

bulan Juli dan November melewati baku mutu.

Keadaan curah hujan juga berpengaruh pada pencucian polutan SO2 dan NO2 tersebut, untuk

Jakarta pola iklim lebih dipengaruhi oleh Moonsun yaitu musim hujan yang berada pada bulan Desember, Januari, Februari dimana keadaan konsentrasi SO2 dan NO2 masih dalam kisaran normal

antara 8,78 µ g/m3 sampai 161µ g/m3 untuk SO2 dan 8,2 µ g/m3 sampai 70,72µ g/m3 sehingga belum

(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ………... ...

DAFTAR GAMBAR ………...

DAFTAR LAMPIRAN……… …………...

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……….

1.2 Tujuan penelitian………...

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposisi Atmosfer………

2.2 Polusi Udara ……… …………

2.3 Hujan Asam dan Proses Pembentukannya………...

2.3.1 Produksi Asam Nitrat di Atmosfer………

2.3.2 Produksi Asam Sulfat di Atmosfer………

2.4 Keadaan Umum Provinsi DKI Jakarta……….

2.4.1 Luas dan Letak Geografis ………..

2.4.2 Keadaan Penduduk DKI Jakarta ………...

2.4.3 Keadaan Topografi………...

2.4.4 Formasi Geologis dan Tanah………... ...

2.4.5 Transportasi………

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian……….. ...

3.2 Bahan dan Alat……….

3.3 Metode Penelitian……….

3.3.1 Studi Pustaka………

3.3.2 Metode Analisis Data………...

3.3.2.1 Distribusi Spasial dan Temporal Konsentrasi SO2 dan NO2…….

3.3.3 Analisis Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Lokasi Peruntukan…….

3.3.4 Analisa Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Curah Hujan Jakarta……

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Metode Distribusi konsentrasi SO2 dan NO2 DKI Jakarta……… …

4.1.1 Analisa Peta Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Lokasi

Peruntukan………. 4.1.2 Analisa Peta Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Bulan

Pengukuran……… 4.1.3 Pengaruh Curah Hujan terhadap Konsentrasi Pencemar SO2 dan NO2………

V. KESIMPULAN DAN SARAN………...

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN……… i

ii

ii

ii

1 1

1 1 2 3 4 5 5 5 5 6 6

8 8 8 8 8 8 9 9

9

10

13 13

19

20

(8)

ii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kandungan Sulfur Dalam Bahan Bakar Minyak (BBM)... 2. Kontribusi Sektoral Emisi Pencemaran Udara di DKI Jakarta tahun 1991/1992... 3. Lokasi Pemantauan Kualitas Udara ambien... 4. Metode Analisa Kualitas Udara...

4 8 10 10

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Proses Kandungan Kimia dari Sumber Emisi dan Hujan Asam...

2. Proses Umum Siklus Nitrogen……….

3. Proses Umum Siklus Sulfur………... ... 4. Hubungan Antara Kecepatan kendaraan dan emisi NO2...

5. Curah Hujan (Mm) DKI Jakarta... 6. Konsentrasi SO2 (µ g/m3) DKI Jakarta tahun 2003………..

7. Konsentrasi NO2 (µ g/m3) DKI Jakarta tahun 2003………...

8. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Juli...

9. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Agustus ...

10. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Oktober...

11. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan November...

12. Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Juli...

13. Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Agustus...

14. Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Oktober...

15. Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan November...

7 7 7 8 14 14 15 16 16 17 17 18 18 19 19

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Kualitas Udara 15 Stasiun Pengamatan di DKI Jakarta 2. Baku Mutu SO2 dan NO2 serta Tabel Konversi

3. Sistem Pencemaran Udara 4. Data Curah Hujan

5. Data Konsentrasi SO2 dan NO2 Tahun 2003

(9)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

DKI Jakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk cukup tinggi di Indonesia, hampir semua kegiatan dan aktivitas berlangsung sepanjang hari, sehingga keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya banyak masalah.

Salah satu masalahnya adalah kualitas lingkungan yang semakin menurun. Masalah lingkungan yang sangat penting adalah masalah kualitas udara yang menurun dari tahun ke tahun. Pencemar NO2 dan SO2 merupakan salah

satu jenis gas yang mempengaruhi keadaan kualitas udara tersebut, adapun sumber terbesar untuk kota Jakarta berasal dari aktivitas kegiatan manusia/ antropogen made yaitu dalam penggunaan kendaraan bermotor di DKI Jakarta, hal ini berdasarkan seringnya terjadi kemacetan ruas-ruas jalan di Jakarta akibat banyaknya kendaraan yang beroperasi setiap harinya.

Menurut Dephub (2003) kendaraan bermotor yang beroperasi di DKI Jakarta mengalami peningkatan 8 % per tahunnya.

Salah satu jenis gas pencemar yang di emisikan oleh kendaraan bermotor adalah NO2

dan SO2. Bila keadaan SO2 dan NO2 tinggi

menyebabkan hujan asam, dimana zat yang terdapat pada hujan asam tersebut yaitu sulfat dan nitrat merupakan asam kuat bila konsentrasinya tinggi dapat membahayakan kesehatan penduduk pada saluran pernafasan Jakarta.

1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kondisi pencemaran udara berdasarkan konsentrasi SO2 dan NO2

pada bulan-bulan pengukuran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposisi Atmosfer

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah atmosfer yang berada disekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida (CO2) untuk

proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet (Winarso,

1991).

Komposisi untuk udara tersusun dari : Nitrogen : 78,09 %

Oksigen : 21,49 % Argon : 0,93 % Karbodioksida : 0,032 %

Beberapa di antara gas-gas di atas permukaan bumi tersebut mempunyai konsentrasi yang sama (Permanen Gases) sedangkan sebagian lagi konsentrasinya berbeda menurut waktu dan tempat berada (Variabel Gases) perubahan konsentrasi gas -gas ini terjadi karena penggunaannya oleh makhluk hidup atau karena perubahan kondisi alam ( Hamonangan, 2004).

Meningkatnya kegiatan disuatu tempat akan mengakibatkan perubahan kandungan udara dalam jumlah yang besar sehingga ada zat-zat yang tidak sempat dinetralkan oleh alam. Bila hal ini berlangsung terus maka jumlah zat-zat yang tidak ternetralisasikan ini bertambah dan akibatnya komposisi udara akan berubah (Winarso, 1991).

2.2 Polusi Udara

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 ayat (12) disebut : “Pencemaran Lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun

ke tingkat tertentu yang menyebabkan

lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.

Sutamihardja (1981) mengelompokkan sumber pencemar udara ke dalam tiga golongan yaitu : sumber titik, sumber area dan sumber bergerak. Sumber titik dan sumber area dapat dikelompokkan ke dalam satu kelompok bersama yaitu sumber tak bergerak (stasioner) seperti yang berasal dari rumah tangga, industri, letusan gunung berapi dan pembakaran sampah.

Sedangkan sumber emisi bergerak berasal dari kendaraan bermotor dan alat transportasi lainnya. Sumber pencemar tidak bergerak (stasioner) seperti industri dan pemukiman dapat menghasilkan unsur-unsur polutan ke atmosfer sebagai berikut : kabut asam, oksida nitrogen, karbon monoksida, partikel-partikel padat, hidrogen sulfida (H2S), metil merkaptan

(CH3SH), amonia, gas klorin, hidrogen klorida,

flour, timah hitam, gas -gas asam, seng, kadmium, arsen, dan asap.

(10)

2

sulfur oksida, oksida nitrogen, hidrokarbon dan partikel-partikel padat (Anonimous, 1987).

Menurut Santosa (2005) proses pemanasan meliputi loncatan listrik, pembakaran bahan bakar minyak dapat menghasilkan gas pencemar SO2 dan NO2. Pemanasan berupa loncatan listrik

dengan suhu tinggi dapat menghasilkan gas NO2,

sedangkan pembakaran bahan bakar minyak (BBM) terutama menghasilkan gas SO2 dan

hanya sedikit sebagai SO3.

Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari

proses pembakaran bahan bakar fosil (batu bara dan minyak bumi) dan oksida nitrogen (NOx) hasil buangan kendaraan bermotor dapat menimbulkan gangguan bau, gangguan dalam sistem pernafasan manusia dan menghambat pertumbuhan tanaman. Pada keadaan kelembaban tinggi SO2 dapat membentuk asam

sulfat yang sifatnya sangat korosif pada berbagai benda –benda logam. Gas-gas polutan ini dapat bereaksi dengan uap air maupun air hujan dan menghasilkan asam sulfat dan asam nitrat (Sutamihardja, 1986).

2.3 Hujan Asam dan Proses Pembentukannya.

Environmental Resources Limited (1983) mengatakan hujan asam adalah bentuk presipitasi yang mengandung pencemar SO2, SO3, NO2,

dan HNO3, yang larut dalam awan dan

butir-butir air sehingga membentuk asam sulfat dan asam nitrat dalam air hujan sehingga menjadikan pH air hujan lebih kecil dari 5,6. Sedangkan pH air hujan pada kondisi alami memiliki nilai 5,6 atau lebih tetapi tidak lebih besar dari 7.00 (Lier,

1980 dalam Harmantyo, 1988). Proses

pembentukan hujan asam ini dapat dijelaskan pada gambar 1.

Hujan asam merupakan fenomena pencemaran udara yang banyak dikaitkan dengan aktivitas energi yang mengemisikan unsur-unsur prekursor utamanya yaitu SO2 dan NOx.

Aktivitas ini adalah aktivitas antropogenik yang paling utama, terutama dalam konversi dan penggunaan akhir energi.

Hujan asam adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang akan terjadi apabila pencemar-pencemar yang bersifat asam di atmosfer turun kepermukaan bumi kita. Deposisi asam dapat terjadi dalam dua cara yaitu: Sebagai hujan asam apabila bahan-bahan yang bersifat asam di atmosfer terbawa dan larut dalam air hujan atau dan sebagai deposit kering apabila bahan-bahan yang bersifat asam dalam bentuk butiran padat yang halus turun

kepermu kaan bumi sebagai akibat gaya tarik bumi.

Anonimous (1983) menjelaskan bahwa pencemaran udara memberi dampak long term effect dan long term poisioning kepada kesehatan manusia maupun kelestarian lingkungan, acid deposition merupakan salah satunya yang terbentuk melalui proses yang panjang serta memakan waktu yang lama dan akan turun ke bumi sebagai dry acid deposition ( dalam bentuk aerosol) dan wet acid deposition (hujan asam) .

Deposit kering adalah peristiwa terkenanya permukaan suatu benda atau makhluk hidup oleh asam yang berada di udara atau dengan kata lain deposit kering adalah transfer secara langsung dari gas-gas asam yang ada di udara. Keadaan ini biasanya terjadi dekat sumber pencemar misalnya daerah industri yang dekat dengan permukiman dan daerah padat lalu lintas yang dekat dengan pejalan kaki dan tumbuhan yang dekat dengan jalan karena pengaruh angin (Naibaho dan Kumalawati, 1998).

Jenis gas sulfur yang diendapkan adalah SO2

dan dari nitrogen adalah NO2 hiperoksiasetil

nitrat (PAN). Karena NOx lebih cepat dioksidasi nitrat daripada SO2 menjadi sulfit, maka SO2

lebih penting sebagai komponen deposit kering yang diendapkan dalam jumlah besar (Anonimous, 1983).

Sedangkan menurut Naibaho dan Kumalawati (1998) deposit basah adalah turunnya hujan disertai dengan turunnya asam yang mengenai benda atau makhluk hidup di sekitarnya. Ada dua proses yang disebut dengan deposit basah menurut Winarso (1991) yaitu:

Rain out, yaitu reaksi kimia yang berlangsung saat proses pembentukan butiran air dan partikel udara hasil limbah industri pada awan (proses kondensasi). Dalam hal ini, aerosol sulfat dan nitrat berlaku sebagai sebagai inti kondensasi. Gas SO2 diabsorbsi air di dalam

awan kemudian dioksidasi menjadi sulfat sebelum dipindahkan oleh hujan. Mekanisme ini terjadi untuk wilayah yang jauh dari sumber pencemar.

Wash out yaitu reaksi kimia yang berlangsung saat air hujan turun dari awan yang dalam perjalanannya turun ke bumi bereaksi dengan partikel hasil limbah industri dan transportasi. Proses ini dipacu oleh ukuran tetesan air hujan, pH air hujan dan luas bagian yang terisi oleh SO2. Sebagai contoh, butiran air hujan yang

besar sedikit kurang efektif pada penangkapan dan pelarutan SO2 di atmosfer dari pada

(11)

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL SO

2

DAN NO

2

DKI JAKARTA

SYAMSUL ANWAR

G24101030

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL SO

2

DAN NO

2

DKI

JAKARTA

SYAMSUL ANWAR G24101030

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

Pada

Program Studi Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

Judul

: Distribusi Spasial dan Temporal SO

2

dan NO

2

DKI Jakarta

Nama

: Syamsul Anwar

NRP

: G24101030

Menyetujui,

Dr.Ir. Imam Santosa, MS

Pembimbing I

Mengetahui,

Prof Dr. Ir. Hidayat Pawitan

Ketua Jurusan

Ir. Idung Risdiyanto, MS IT

Komisi Pendidikan

(14)

RIWAYAT HIDUP

(15)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga kita masih hidup sampai sekarang, dan tak lupa kita sanjungkan salawat serta salam kepada junjungan kita kepada Nabi Muhammad saw. Terima kasih kepada semua teman-teman yang telah mendukung penelitian saya yang berjudul Distribusi Spasial dan Temporal SO2 dan NO2.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing yang telah mau membimbing yaitu Bapak Dr.Ir. Imam Santosa, dan Dosen Penguji Pak Sobry, dan Pak Idung, Pak Putu,kepada Ibu Rina BPLHD, bang Andi,, Bapak Iwan BMG, Pak Winarno, dan juga kepada Erwin dan Kokom yang telah membantu dalam pembuatan SIG. Anak- anak GFM 38, Kos Kemuning, Hamid, Sahrul, anak galih, Hery Wijaya , nadar, oza, dian, merri, lintang, iqbal, jae, maedi, anto, haries, fikri Pak Djun, Pak Supono, aa wahyu, iskandar, pak rizal dan semuanya yang berjasa mudah-mudahan Allah yang membalasnya.

Ucapan spesial yang ditunjukkan kepada Ibu Hj. Naseha (alm) dan Bapak H.Asmari (alm), kepada kakakku Nurhayati dan Kak Riri, Samsuri, Nasrulloh, Kamal, Nani, Lilah, Gofur serta Adikku Yuli dan Yuyun.

Ucapan yang setulus -tulusnya kepada seorang yang berarti dalam hidupku An-an Mustika, serta Bapak Dadang, Ibu Lilis, Teteh Nenden, A Teten, oceng.

Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat.

(16)

SYAMSUL ANWAR. Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 DKI Jakarta Tahun 2003 Dibimbing oleh

Dr.Ir. Imam Santosa, MS .

Penelitian ini secara umum ditujukkan untuk melihat keadaan pencemar SO2 dan NO2 di Jakarta

pada tahun 2003, yang lebih banyak keberadaan konsentrasinya dipengaruhi oleh kegiatan aktivitas masyarakat Jakarta, apalagi pada tahun 2003 kepadatan penduduk yang mencapai kurang lebih 10 juta penduduk. Aktivitas yang sangat mempengaruhi adalah penggunaan alat transportasi darat yaitu kendaraan bermotor yang mengemisikan sumber pencemar SO2 dan NO2

Pengukuran yang ada di Jakarta berjumlah 15 lokasi pengukuran yang terdiri dari metode kontinyu dan metode sesaat pengukuran serta pengukuran dari BMG Kemayoran. Pada bulan pengukuran yaitu bulan Juli, Agustus, Oktober dan November keadaan pencemar NO2 yang tertinggi

berada pada bulan Juli dimana nilainya melebihi baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu 0.05 ppm, sedangkan untuk pencemar SO2 keberadaannya belum melewati baku mutu karena pada

bulan-bulan pengukuran SO2 masih dibawah 0.1 ppm.

Penelitian ini didasarkan atas lokasi peruntukan pada masing-masing tempat yaitu permukiman, perkantoran, olahraga, industri dan campuran antara permukiman, olahraga dan perkantoran serta industri, dimana pada lokasi permukiman pada bulan-bulan pengukuran konsentrasi SO2 dan NO2

tinggi, lokasi perkantoran BPLHD di bulan pengukuran hanya bulan Juli, lokasi industri pada bulan Juli dan November juga tinggi. Pada lokasi olahraga (Senayan) masih dibawah baku mutu pemerintah pada bulan-bulan pengukuran, untuk daerah parawisata Dufan selalu tinggi nilai NO2nya bahkan pada

bulan Juli dan November melewati baku mutu.

Keadaan curah hujan juga berpengaruh pada pencucian polutan SO2 dan NO2 tersebut, untuk

Jakarta pola iklim lebih dipengaruhi oleh Moonsun yaitu musim hujan yang berada pada bulan Desember, Januari, Februari dimana keadaan konsentrasi SO2 dan NO2 masih dalam kisaran normal

antara 8,78 µ g/m3 sampai 161µ g/m3 untuk SO2 dan 8,2 µ g/m3 sampai 70,72µ g/m3 sehingga belum

(17)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ………... ...

DAFTAR GAMBAR ………...

DAFTAR LAMPIRAN……… …………...

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……….

1.2 Tujuan penelitian………...

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposisi Atmosfer………

2.2 Polusi Udara ……… …………

2.3 Hujan Asam dan Proses Pembentukannya………...

2.3.1 Produksi Asam Nitrat di Atmosfer………

2.3.2 Produksi Asam Sulfat di Atmosfer………

2.4 Keadaan Umum Provinsi DKI Jakarta……….

2.4.1 Luas dan Letak Geografis ………..

2.4.2 Keadaan Penduduk DKI Jakarta ………...

2.4.3 Keadaan Topografi………...

2.4.4 Formasi Geologis dan Tanah………... ...

2.4.5 Transportasi………

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian……….. ...

3.2 Bahan dan Alat……….

3.3 Metode Penelitian……….

3.3.1 Studi Pustaka………

3.3.2 Metode Analisis Data………...

3.3.2.1 Distribusi Spasial dan Temporal Konsentrasi SO2 dan NO2…….

3.3.3 Analisis Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Lokasi Peruntukan…….

3.3.4 Analisa Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Curah Hujan Jakarta……

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Metode Distribusi konsentrasi SO2 dan NO2 DKI Jakarta……… …

4.1.1 Analisa Peta Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Lokasi

Peruntukan………. 4.1.2 Analisa Peta Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Bulan

Pengukuran……… 4.1.3 Pengaruh Curah Hujan terhadap Konsentrasi Pencemar SO2 dan NO2………

V. KESIMPULAN DAN SARAN………...

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN……… i

ii

ii

ii

1 1

1 1 2 3 4 5 5 5 5 6 6

8 8 8 8 8 8 9 9

9

10

13 13

19

20

(18)

ii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kandungan Sulfur Dalam Bahan Bakar Minyak (BBM)... 2. Kontribusi Sektoral Emisi Pencemaran Udara di DKI Jakarta tahun 1991/1992... 3. Lokasi Pemantauan Kualitas Udara ambien... 4. Metode Analisa Kualitas Udara...

4 8 10 10

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Proses Kandungan Kimia dari Sumber Emisi dan Hujan Asam...

2. Proses Umum Siklus Nitrogen……….

3. Proses Umum Siklus Sulfur………... ... 4. Hubungan Antara Kecepatan kendaraan dan emisi NO2...

5. Curah Hujan (Mm) DKI Jakarta... 6. Konsentrasi SO2 (µ g/m3) DKI Jakarta tahun 2003………..

7. Konsentrasi NO2 (µ g/m3) DKI Jakarta tahun 2003………...

8. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Juli...

9. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Agustus ...

10. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Oktober...

11. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan November...

12. Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Juli...

13. Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Agustus...

14. Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Oktober...

15. Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan November...

7 7 7 8 14 14 15 16 16 17 17 18 18 19 19

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Kualitas Udara 15 Stasiun Pengamatan di DKI Jakarta 2. Baku Mutu SO2 dan NO2 serta Tabel Konversi

3. Sistem Pencemaran Udara 4. Data Curah Hujan

5. Data Konsentrasi SO2 dan NO2 Tahun 2003

(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

DKI Jakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk cukup tinggi di Indonesia, hampir semua kegiatan dan aktivitas berlangsung sepanjang hari, sehingga keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya banyak masalah.

Salah satu masalahnya adalah kualitas lingkungan yang semakin menurun. Masalah lingkungan yang sangat penting adalah masalah kualitas udara yang menurun dari tahun ke tahun. Pencemar NO2 dan SO2 merupakan salah

satu jenis gas yang mempengaruhi keadaan kualitas udara tersebut, adapun sumber terbesar untuk kota Jakarta berasal dari aktivitas kegiatan manusia/ antropogen made yaitu dalam penggunaan kendaraan bermotor di DKI Jakarta, hal ini berdasarkan seringnya terjadi kemacetan ruas-ruas jalan di Jakarta akibat banyaknya kendaraan yang beroperasi setiap harinya.

Menurut Dephub (2003) kendaraan bermotor yang beroperasi di DKI Jakarta mengalami peningkatan 8 % per tahunnya.

Salah satu jenis gas pencemar yang di emisikan oleh kendaraan bermotor adalah NO2

dan SO2. Bila keadaan SO2 dan NO2 tinggi

menyebabkan hujan asam, dimana zat yang terdapat pada hujan asam tersebut yaitu sulfat dan nitrat merupakan asam kuat bila konsentrasinya tinggi dapat membahayakan kesehatan penduduk pada saluran pernafasan Jakarta.

1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kondisi pencemaran udara berdasarkan konsentrasi SO2 dan NO2

pada bulan-bulan pengukuran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposisi Atmosfer

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah atmosfer yang berada disekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida (CO2) untuk

proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet (Winarso,

1991).

Komposisi untuk udara tersusun dari : Nitrogen : 78,09 %

Oksigen : 21,49 % Argon : 0,93 % Karbodioksida : 0,032 %

Beberapa di antara gas-gas di atas permukaan bumi tersebut mempunyai konsentrasi yang sama (Permanen Gases) sedangkan sebagian lagi konsentrasinya berbeda menurut waktu dan tempat berada (Variabel Gases) perubahan konsentrasi gas -gas ini terjadi karena penggunaannya oleh makhluk hidup atau karena perubahan kondisi alam ( Hamonangan, 2004).

Meningkatnya kegiatan disuatu tempat akan mengakibatkan perubahan kandungan udara dalam jumlah yang besar sehingga ada zat-zat yang tidak sempat dinetralkan oleh alam. Bila hal ini berlangsung terus maka jumlah zat-zat yang tidak ternetralisasikan ini bertambah dan akibatnya komposisi udara akan berubah (Winarso, 1991).

2.2 Polusi Udara

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 ayat (12) disebut : “Pencemaran Lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun

ke tingkat tertentu yang menyebabkan

lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.

Sutamihardja (1981) mengelompokkan sumber pencemar udara ke dalam tiga golongan yaitu : sumber titik, sumber area dan sumber bergerak. Sumber titik dan sumber area dapat dikelompokkan ke dalam satu kelompok bersama yaitu sumber tak bergerak (stasioner) seperti yang berasal dari rumah tangga, industri, letusan gunung berapi dan pembakaran sampah.

Sedangkan sumber emisi bergerak berasal dari kendaraan bermotor dan alat transportasi lainnya. Sumber pencemar tidak bergerak (stasioner) seperti industri dan pemukiman dapat menghasilkan unsur-unsur polutan ke atmosfer sebagai berikut : kabut asam, oksida nitrogen, karbon monoksida, partikel-partikel padat, hidrogen sulfida (H2S), metil merkaptan

(CH3SH), amonia, gas klorin, hidrogen klorida,

flour, timah hitam, gas -gas asam, seng, kadmium, arsen, dan asap.

(20)

2

sulfur oksida, oksida nitrogen, hidrokarbon dan partikel-partikel padat (Anonimous, 1987).

Menurut Santosa (2005) proses pemanasan meliputi loncatan listrik, pembakaran bahan bakar minyak dapat menghasilkan gas pencemar SO2 dan NO2. Pemanasan berupa loncatan listrik

dengan suhu tinggi dapat menghasilkan gas NO2,

sedangkan pembakaran bahan bakar minyak (BBM) terutama menghasilkan gas SO2 dan

hanya sedikit sebagai SO3.

Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari

proses pembakaran bahan bakar fosil (batu bara dan minyak bumi) dan oksida nitrogen (NOx) hasil buangan kendaraan bermotor dapat menimbulkan gangguan bau, gangguan dalam sistem pernafasan manusia dan menghambat pertumbuhan tanaman. Pada keadaan kelembaban tinggi SO2 dapat membentuk asam

sulfat yang sifatnya sangat korosif pada berbagai benda –benda logam. Gas-gas polutan ini dapat bereaksi dengan uap air maupun air hujan dan menghasilkan asam sulfat dan asam nitrat (Sutamihardja, 1986).

2.3 Hujan Asam dan Proses Pembentukannya.

Environmental Resources Limited (1983) mengatakan hujan asam adalah bentuk presipitasi yang mengandung pencemar SO2, SO3, NO2,

dan HNO3, yang larut dalam awan dan

butir-butir air sehingga membentuk asam sulfat dan asam nitrat dalam air hujan sehingga menjadikan pH air hujan lebih kecil dari 5,6. Sedangkan pH air hujan pada kondisi alami memiliki nilai 5,6 atau lebih tetapi tidak lebih besar dari 7.00 (Lier,

1980 dalam Harmantyo, 1988). Proses

pembentukan hujan asam ini dapat dijelaskan pada gambar 1.

Hujan asam merupakan fenomena pencemaran udara yang banyak dikaitkan dengan aktivitas energi yang mengemisikan unsur-unsur prekursor utamanya yaitu SO2 dan NOx.

Aktivitas ini adalah aktivitas antropogenik yang paling utama, terutama dalam konversi dan penggunaan akhir energi.

Hujan asam adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang akan terjadi apabila pencemar-pencemar yang bersifat asam di atmosfer turun kepermukaan bumi kita. Deposisi asam dapat terjadi dalam dua cara yaitu: Sebagai hujan asam apabila bahan-bahan yang bersifat asam di atmosfer terbawa dan larut dalam air hujan atau dan sebagai deposit kering apabila bahan-bahan yang bersifat asam dalam bentuk butiran padat yang halus turun

kepermu kaan bumi sebagai akibat gaya tarik bumi.

Anonimous (1983) menjelaskan bahwa pencemaran udara memberi dampak long term effect dan long term poisioning kepada kesehatan manusia maupun kelestarian lingkungan, acid deposition merupakan salah satunya yang terbentuk melalui proses yang panjang serta memakan waktu yang lama dan akan turun ke bumi sebagai dry acid deposition ( dalam bentuk aerosol) dan wet acid deposition (hujan asam) .

Deposit kering adalah peristiwa terkenanya permukaan suatu benda atau makhluk hidup oleh asam yang berada di udara atau dengan kata lain deposit kering adalah transfer secara langsung dari gas-gas asam yang ada di udara. Keadaan ini biasanya terjadi dekat sumber pencemar misalnya daerah industri yang dekat dengan permukiman dan daerah padat lalu lintas yang dekat dengan pejalan kaki dan tumbuhan yang dekat dengan jalan karena pengaruh angin (Naibaho dan Kumalawati, 1998).

Jenis gas sulfur yang diendapkan adalah SO2

dan dari nitrogen adalah NO2 hiperoksiasetil

nitrat (PAN). Karena NOx lebih cepat dioksidasi nitrat daripada SO2 menjadi sulfit, maka SO2

lebih penting sebagai komponen deposit kering yang diendapkan dalam jumlah besar (Anonimous, 1983).

Sedangkan menurut Naibaho dan Kumalawati (1998) deposit basah adalah turunnya hujan disertai dengan turunnya asam yang mengenai benda atau makhluk hidup di sekitarnya. Ada dua proses yang disebut dengan deposit basah menurut Winarso (1991) yaitu:

Rain out, yaitu reaksi kimia yang berlangsung saat proses pembentukan butiran air dan partikel udara hasil limbah industri pada awan (proses kondensasi). Dalam hal ini, aerosol sulfat dan nitrat berlaku sebagai sebagai inti kondensasi. Gas SO2 diabsorbsi air di dalam

awan kemudian dioksidasi menjadi sulfat sebelum dipindahkan oleh hujan. Mekanisme ini terjadi untuk wilayah yang jauh dari sumber pencemar.

Wash out yaitu reaksi kimia yang berlangsung saat air hujan turun dari awan yang dalam perjalanannya turun ke bumi bereaksi dengan partikel hasil limbah industri dan transportasi. Proses ini dipacu oleh ukuran tetesan air hujan, pH air hujan dan luas bagian yang terisi oleh SO2. Sebagai contoh, butiran air hujan yang

besar sedikit kurang efektif pada penangkapan dan pelarutan SO2 di atmosfer dari pada

(21)

3

dicirikan dengan butiran air hujan yang besar cenderung memiliki konsentrasi SO2 yang

lebih rendah dari pada hujan rintik-rintik pada atmosfer yang sama. Mekanisme ini lebih sering terjadi di wilayah dekat dengan sumber pencemar. Kedua proses tersebut untuk penambahan butiran sulfat dan nitrat yang terjadi melalui proses tumbukan, intersepsi, dan difusi Brownian.

2.3.1 Produksi Asam Nitrat di Atmosfer

Turk (1980) dalam Nababan, B (1989) mengatakan nitrogen biasanya terdapat dalam jaringan kehidupan, minyak bumi dan batu bara. Sumber nitrogen lainnya adalah dari proses denitrifikasi heterotropik, penguapan amonia ke atmosfer dan senyawa nitrogen plutonik dari litosfer (Kennedy, 1986).

Pada suhu tinggi, gas nitrogen di atmosfer akan bereaksi dengan gas oks igen dan menghasilkan gas nitrogen oksida (Sutamihardja, 1981 dalam Nababan, B 1989).

N2 + O2 2 NO

Sumber lain yang paling banyak sebagai penghasil gas polutan nitrogen oksida (NO) adalah pembakaran minyak bumi dalam ruang pembakaran kendaraan bermotor (Santosa 2005).

Di udara terbuka, gas nitrogen oksida oleh gas oksigen akan dioksidasi menjadi gas nitrogen dioksida (NO2) dalam waktu sekitar tiga

hari (Sutamihardja, 1981).

2NO + O2 2 NO2

Kennedy (1986) menambahkan reaksi nitrogen oksida dalam atmosfer yang kompleks dengan menggunakan katalis dan kehadiran ozon akan menghasilkan gas nitrogen dioksida (NO2).

NO + O3 NO2 + O2

NO + O + x NO2 + x

x adalah permukaan katalis. Kadar gas nitrogen dioksida di atmosfer akan semakin meningkat dengan meningkatnya pembakaran minyak bumi terutama hasil buangan gas kendaraan bermotor. Adanya unsur oksigen hasil dissosiasi dari ozon akan bereaksi dengan gas NO2 dengan bantuan

katalis dan menghasilkan gas nitrogen trioksida (NO3). Kemudian nitrogen trioksida ini akan

bereaksi dengan gas NO2 dan menghasilkan gas

nitrogen pentoksida (N2O5).

O3 hv O2 + O

NO2 + O + x NO3 + x

NO2 + NO3 N2O5

x adalah permukaan katalis. Gas NO2 dan N2O5

akan bereaksi dengan uap air yang kemudian bersatu menjadi inti kondensasi dalam awan atau bereaksi langsung dengan air hujan membentuk asam nitrat.

3 NO2 + H2O 2 HNO3 + NO

2 NO2 + H2O HNO3 + HNO2

N2O5 + H2O 2HNO3

(McEwan dan Phillips, 1975; Kennedy, 1986).

Nababan, B (1989) perbedaan musim memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kandungan sulfat air hujan pada musim kemarau relatif lebih tinggi dibandingkan dengan musim penghujan. Hal ini disebabkan pada musim kemarau frekuensi kejadian hujan relatif kecil sehingga udara relatif lebih kotor dibandingkan dengan musim penghujan dan sifat dari polutan SO2 dan SO3 yang cepat bereaksi dengan uap air.

Sedangkan kandungan nitrat air hujan secara umum pada musim penghujan lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau.

Sebagian besar nitrogen dalam ekosistem adalah dalam bentuk bio -organik, bahan organik tanah, dan organisme hidup. Sedangkan sebagian kecil dalam bentuk inorganik yang dapat digunakan oleh bakteri dan tanaman. Nitrogen inorganik sebagai polutan dari pembakaran minyak bumi juga penting dalam siklus N, yang menyebabkan terjadinya hujan asam (lihat Gambar 2). Tahapan dari siklus N di atas adalah:

1. Fiksasi nitrogen secara biologik 2. Amonifikasi dari nitrogen organik 3. Nitrifikasi autotropik amonia menjadi

nitrat

4. Absorbsi nitrogen oleh tanaman dan mikro-organisme

5. Denitrifikasi heterotropik nitrat menjadi N2

(22)

4

Fiksasi adalah pengikatan senyawa kimia yang berbeda dan digunakan oleh tanaman atau hewan. Nitrogen dibentuk melalui mikroorganisme tanah dan laut kemudian dipergunakan oleh tanaman dalam proses asimilasi sehingga menjadi protein. Pada proses kebalikannya (ammonifikasi) yang terjadi selama proses selama proses dekomposisi secara biologi dari penguraian tanaman dan hewan, nitrogen yang terbentuk dilepaskan dalam bentuk

ammonium. Ion NH4+ dioksidasi oleh

mikroorganisme menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat. Proses ini disebut “nitrifikasi”. Nitrat yang ditahan di dalam tanah selanjutnya dicuci di bawah oleh air tanah (Hafsari, A. 2000).

2.3.2 Produksi Asam Sulfat di Atmosfer

Belerang masuk ke atmosfer sebagai hasil dari aktivitas manusia dan pembusukan bahan-bahan organik. Belerang di atmosfer akan teroksidasi menjadi SO2. kemudian melalui

proses biologik pembusukan bahan organik menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) yang

mempunyai kandungan racun pada manusia. Gas hidrogen sulfida ini sangat cepat teroksidasi menjadi SO2 (Kennedy, 1986).

S + O2 SO2

2H2S + O2 2 SO2 + 2 H2O

Tolgyessy, (1993) menyatakan polutan SO2

di atmosfer berasal dari pembakaran batu-bara, pembakaran batu arang dan pembakaran minyak

bumi. Kemudian Kennedy (1986)

menambahkan, sumb er lain gas SO2 di atmosfer

adalah letusan gunung berapi, pembuangan sisa industri, pembakaran hutan dan buangan gas bermotor. Belerang yang terdapat dalam pyrite (FeS2) akan teroksidasi dengan cepat dan

menghasilkan gas SO2.

4 FeS2 + 11 O2 2 Fe2O3 + 8SO2

Sutamihardja (1981) mengatakan dengan bantuan energi surya gas SO2 di atmosfer akan

cepat teroksidasi membentuk gas SO3. Pada

kelembaban yang tinggi gas SO3 ini dapat

membentuk asam sulfat (H2SO4). Ali dan Faust

(1981) menyatakan gas SO2 akan bereaksi

dengan uap air atau butir-butir hujan dan menghasilkan asam sulfit (H2SO3) yang

kemudian teroksidasi menjadi asam sulfat.

2SO2 + O2 katalis 2 SO3

SO3 + H2O H2SO4

SO2 + H2O H2SO3

2 H2SO3 + O2 katalis 2H2SO4

Selanjutnya Kennedy (1986) menambahkan, adanya asam nitrat dan SO2 bersama-sama

dengan NO2 akan menghasilkan asam sulfat.

2HNO3+H2O+2SO2 H2SO4+NO +NO2

SO2 + H2O + NO2 H2SO4 + NO

Sulfur merupakan unsur utama dari zat bio-organik yang merupakan suatu siklus oksidasi dari siklus sulfur. Oksidasi sulfur dari minyak bumi selama proses pembakaran dapat menyebabkan terjadinya hujan asam (lihat Gambar 3). Tahapan dari siklus sulfur ini adalah:

1. Siklus autotropik

2. Oksidasi heterotropik menghasilkan sulfat

3. Absorbsi oleh tanaman dan

mikroorganisme

4. Penguapan hidrogen sulfida dari bahan organik

5. Sulfur dari letusan gunung berapi (Kennedy, 1986)

Nababan, B (1989) perbedaan musim memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kandungan sulfat air hujan pada musim kemarau yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan musim penghujan. Hal ini disebabkan pada musim kemarau frekuensi kejadian hujan relatif kecil sehingga udara relatif lebih kotor dibandingkan dengan musim penghujan dan sifat dari polutan SO2 dan SO3 yang cepat bereaksi

dengan uap air.

Menurut Santosa (2005) gas SO2 yang

dihasilkan dari pembakaran BBM, tergantung pada kandungan sulfur dalam tiap jenis BBM. Kandungan sulfur umum dalam tiap jenis BBM yang disajikan dalam tabel 1. Solar lebih tinggi kandungan sulfurnya dibandingkan premium, sehingga pada kendaraan berbahan bakar solar lebih tinggi mengemisikan SO2 dibandingkan

kendaraan berbahan bakar premium.

Tabel 1. Kandungan sulfur dalam bahan bakar minyak (BBM).

No Jenis Bahan Bakar Kandungan

Sulfur (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Avtur Premium Minyak tanah Solar

Industrial Diesel Fuel (IDF) Industrial Fuel Oil (IFO)

(23)

5

Strauss dan Mainwaring (1984) untuk rata-rata emisi gas (g/km) yaitu NO2 pada bensin 2.20

g/km dan solar 0.68 – 1.02 g/km, sedangkan pada SO2 pada bensin 0.22 g/km dan solar 1.28

g/km.

2.3.3 Pengaruh yang ditimbulkan oleh Pencemar SO2 dan NO2

Anonimous (1983) kemampuan indera penciuman manusia dalam mendeteksi NOx adalah pada konsentrasi 0.12 ppm, toksitas NO2

adalah kira -kira empat kali lebih tinggi daripada NO. Senyawa ini dapat melukai daun-daunan (akut) serta menurunkan produksinya. Pada konsentrasi di bawah 0.05 ppm, oksida nitrogen tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi kesehatan. Paparan konsentrasi di atas ambang ini akan menyebabkan kejadian gangguan pernafasan akut pada tingkat konsentrasi yang melampaui konsentrasi yang umum terdapat di atmosfer (0.05 ppm) nitrogen dioksida akan menjadi toksik.

Penentuan dampak lingkungan NOx, diukur dengan melihat perubahan pada konsentrasi NOx yang akan terjadi akibat kegiatan yang berjalan. Bila perubahan tersebut kecil dan tidak merubah derajat tingkat konsentrasi yang ada (misalnya masih tetap berada dalam rentang lingkungan berkualitas tinggi), dampaknya tidak berarti (insignificant). Bila kualitasnya turun menjadi sedang (moderate), dampaknya dianggap sedang pula. Namun bila perubahan yang timbul merubah kualitas kualitas lingkungan yang tinggi menjadi rendah, dampaknya dianggap penting (significant).

Sedangkan untuk pengaruh pencemaran akibat oksida-oksida sulfur adalah meningkatnya tingkat morbiditas, insedensi penyakit pernafasan, seperti bronchitis, emphyesma dan penurunan kesehatan umum. Oksida-oksida sulfur juga akan menimbulkan kerugian material, akibat pengaratan logam, penurunan panen, dsb-nya. Efek sinergistik partikulat, ozon dan oksida-oksida nitrogen menimbulkan kerugian kesehatan dan material yang lebih besar. Sedangkan hal yang lain menimbulkan peningkatan yang tinggi dalam ke matian akibat bronchitis dan kanker paru-paru.

Miller (1992) pada konsentrasi minimum SOx dapat menimbulkan kerugian terhadap tanaman adalah 0.03 ppm. Pada konsentrasi kurang dari 0.03 ppm, lingkungan udara masih dianggap aman. Kerugian akan meningkatnya konsentrasi ambien adalah visibilitas akan terpengaruh.

2.3 Keadaan Umum Provinsi DKI Jakarta 2.3.1 Luas dan Letak Geografis

Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai luas wilayah 661.52 km2 termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk Jakarta.

Secara geografis wilayah DKI Jakarta terletak antara 106 22’ 42" BT sampai 106 58’ 18" BT dan -5 19’ 12" LS sampai -6 23’ 54" LS.

Batas-batas wilayah DKI Jakarta adalah : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Berdasarkan Pasal 6 UU No. 5/1974 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1978 wilayah DKI Jakarta dibagi habis dalam 5 wilayah kota yang setingkat dengan Kota Madya Daerah Tingkat II dan berada langsung di bawah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terdiri dari 30 kecamatan dan 236 Kelurahan (http://www.bkkbn.go.id).

2.3.2 Keadaan Penduduk DKI Jakarta

Menurut Kompas (2005), dengan jumlah penduduk 8.743.110 jiwa dan luas wilayah 661.52 km2. Keadaan penduduk ini ditambah dengan penduduk Bogor, Tangerang, dan Bekasi yang beraktivitas di Jakarta pada siang hari, maka jumlah penduduk pada siang hari lebih tinggi.

Berdasarkan Study on Integrated

Transportation Master Plan (2000), jumlah perjalanan di Jabotabek sebanyak 29,2 juta perjalanan/hari. Adapun persentase angkutan yang digunakan : sepeda motor 14,2 persen, mobil pribadi 30,8 persen, bus 52,7 persen, dan kereta api 2 persen maka wajar untuk persentase tersebut daerah-daerah disekitar pengukuran juga tinggi untuk konsentrasi NO2 .

Selama kurun waktu tersebut kepadatan penduduk DKI Jakarta diperkirakan naik menjadi lebih dari tiga kali lipat. Dari lima kotamadya di DKI Jakarta, Jakarta Pusat merupakan wilayah kotamadya yang paling padat penduduknya, kemudian diikuti oleh Jakarta Barat, dan Jakarta selatan.

(24)

6

2.3.3 Keadaan Topografi

Dilihat keadaan topografinya wilayah DKI Jakarta dikatagorikan sebagai daerah datar dan landai, ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0 m sampai 10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling Selatan dari wilayah DKI antara 5 m samp ai 50 m di atas permukaan laut Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m. Sungai-sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta antara lain : S. Grogol, S. Krukut, S. Angke, S. Pasanggrahan dan S. Sunter. (http://www.bkkbn.go.id).

2.3.4 Formasi Geologis dan Tanah

Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri dari endapan aluvial pada jaman Pleistocent setebal ± 50 m. Bagian Selatan terdiri dari lapisan aluvial yang memanjang dari Timur ke Barat pada jarak 10 km sebelah Selatan pantai. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama dengan pencapaian lapisan keras di wilayah bagian utara pada kedalaman 10 m - 25 m. Makin ke Selatan permukaan keras semakin dangkal yaitu antara 8 m - 15 m (http://www.bkkbn.go.id).

2.3.5 Transportasi

Sektor transportasi merupakan aktivitas yang sangat penting menggerakkan roda perekonomian/aktivitas manusia di kota-kota seluruh dunia. Walaupun bukan satu-satunya penyumbang polusi pada pencemaran udara di kota-kota besar, seharusnya dikendalikan sedini mungkin. Sektor transportasi merupakan penyumbang utama polusi pada pencemaran kualitas udara untuk kota Jakarta. Transportasi darat yang paling tinggi menyumbang polusi adalah kendaraan bermotor.

Kendaraan bermotor mengemisikan gas buang yang terdiri dari CO2, CO, NO2, H2,

hidrokarbon, dan SO2. makin tinggi kecepatan

kendaraan, emisi NO2 makin meningkat,

sementara emisi CO makin rendah ( Santosa, I

2005 ). Hubungan antara kecepatan dan emisi NO2 dapat dilihat pada Gambar 4. Banyaknya

kendaraan di perkotaan menyebabkan gas SO2,

NO2, CO merupakan gas diantara pencemar

(25)

7

Gambar 1. Proses, Kandungan Kimia dari Sumber Emisi dan Hujan Asam (Environmental Resources Limited, 1983)

Gambar 2. Proses Umum Siklus Nitrogen

(26)

8

Gambar 4. Hubungan antara kecepatan

kendaraan dan emisi NO2.

(Sumber : Dit LLAJR Ditjen Hubdar, 1998 dalam Santosa, I 2005).

Menurut Adel (1995) dalam Santosa, I (2005) jumlah pencemar udara yang diemisikan di Jakarta dari sektor transportasi per tahun sebanyak 373.662 ton CO, 15.388 ton NO2 dan

7.476 ton SO2. Ternyata NO2 per tahun tersebut

telah melewati baku mutu udara ambien.

Pada pencemar SO2 keberadaan

konsentrasinya masih berada pada batas yang belum mengkhawatirkan karena keadaan untuk kota Jakarta yang lebih mempengaruhi adalah kendaraan bermotor. Menurut penelitian LPM ITB dan Bapedal Jakarta sumber terbesar untuk NO2 berasal dari sektor transportasi sedangkan

untuk SO2 lebih besar dari sektor industri.

Tabel 2. Kontribusi Sektoral Emisi Pencemaran Udara di DKI Jakarta Tahun 1991/1992

Polutan Industri Transportasi Sampah

CO 0.1% 98.8% 1%

HC 1.2% 88.9% 7.7%

NO2 15.9% 73.4% 1.1%

TSP 14.6% 47.9% 8.4%

SO2 62.7% 26.5% 0.2%

Sumber : Bapedal dan LPM ITB (1991/1992). Menurut Hadi (1998), pencemar udara di kota sebagian besar bersumber dari emisi kendaraan bermotor yaitu 60 % sampai 70 %. Hal tersebut terutama terjadi di kota-kota besar seperti kota Jakarta.

Hasil pemantauan kualitas udara pada tahun1994/1995 menurut Rax (1995/1996) kandungan SO2 di tepi jalan raya berkisar dari

0.046 sampai 0.083 ppm, sementara NO2

berkisar dari 0.046 sampai 0.083 ppm. Untuk SO2 masih di bawah baku mutu sedangkan NO2

telah berada di atas baku mutu (lihat lampiran 2).

Menurut laporan dari Dephub (2003), pada tahun 2003 total jumlah kendaraan di DKI

Jakarta, sudah mencapai sekitar 3.500.000 kendaraan. dimana kendaraan bermotor di Indonesia adalah 90 % buatan Jepang yang 70 % beroperasi di Jakarta.Dengan jalan sepanjang 8.487 km pada tahun 1998 dan jumlah kendaraan sebanyak 3.021.138 kendaraan, menyebabkan tingkat kemacetan di jalan-jalan negara/protokol semakin parah. Kemacetan yang semakin parah ini tidak hanya menyebabkan kerugian sosial ekonomi secara umum, tetapi juga menyebabkan pemborosan bahan bakar yang pada gilirannya meningkatkan polusi udara.

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan April sampai dengan Juni 2005.

Adapun tempat penelitian adalah di kantor BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup) Laboratorium Kualitas Udara DKI Jakarta.

3.2 Bahan dan Alat

1. Data Kualitas Udara Ambien (SO2 dan NO2)

DKI Jakarta tahun 2003 pada empat belas titik pengamatan di Jakarta (sumber : BPLHD Jakarta)

2. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Udara DKI Jakarta (sumber : BPLHD Jakarta)

3. Data Meteorologi (curah hujan) DKI Jakarta tahun 2003 (sumber : BMG Kemayoran) 4. Peta Jalan dan Peta Dasar Propinsi DKI

Jakarta (sumber : Departemen Perhubungan Jakarta)

Sedangkan untuk analisis data menggunakan alat berupa :

• Microsoft Office dan Excel

Software Arc View 3.1

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Studi Pustaka

Studi ini dilakukan untuk mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan kegiatan penelitian, baik studi lapang langsung ke instansi maupun studi pustaka buku.

3.3.2 Metode Analisis Data

3.3.2.1 Distribusi Spasial dan Temporal Konsentrasi SO2 dan NO2.

(27)

9

dalam penelitian ini.

Komputer akan mengukur jarak suatu titik pengamatan dengan titik yang diamati. Nilai Z untuk setiap titik umumnya kemudian akan diboboti dengan kuadrat jarak sehingga nilai yang dekat secara spasial akan cenderung mempengaruhi nilai pada titik yang diamati. Teknik ini dikenal dengan teknik Inverse Distance Weighting (IDW). Rumus umum untuk IDW adalah sebagai berikut :

= =

=

n i i n i i i o

w

z

w

z

1 1

ˆ

dimana zo merupakan nilai yang diduga dan zi

merupakan sekumpulan nilai penduga. Nilai pembobot dalam teknik IDW umumnya dihitung dengan rumus umum berikut :

2 10

1

d

w

i

=

dimana dio merupakan jarak antara titik

pengamatan i dengan titik yang diduga. Pembobotan nilai dengan melibatkan kuadrat jarak bukanlah ketetapan yang mutlak. Beberapa varian dari penetapan nilai pembobot ini antara lain dengan teknik eksponensial dan teknik decay.

3.3.3 Analisis Konsentrasi SO2 dan NO2

Berdasarkan Lokasi Peruntukan

Lokasi peruntukkan pada masing-msaing wilayah pengukuran akan dibahas secara metode deskripsi sederhana. Dengan membahas kondisi pencemar tersebut pada masing-masing wilayah dihubungkan dengan keadaan lokasi peruntukkannya serta keadaan yang mempengaruhinya.

3.3.4 Analisis Konsentrasi SO2 Dan NO2

Berdasarkan Keadaan Curah Hujan Di Jakarta.

Pengaruh curah hujan untuk daerah Jakarta dihubungkan dengan keadaan pencemar SO2 dan

NO2 pada keadaan curah hujan tertinggi dan

pada keadaan musim kemarau.

3.3.5 Analisis Konsentrasi SO2 Dan NO2

Berdasarkan Distribusi Temporal.

Keadaan pencemar pada bulan-bulan pengukuran yaitu bulan Juli, Agustus, Oktober, dan November dibandingkan berdasarkan bulan-bulan tersebut dan membahas perbedaan konsentrasinya pada bulan pengukuran tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Metode Distribusi Konsentrasi SO2 dan

NO2 DKI Jakarta.

Metode yang dilakukan dalam pendistribusian kedua pencemar ini adalah dengan menggunakan Arc View 3.3 melalui pendekatan empiris interpolasi non linier metode IDW. Hal ini dimaksudkan untuk melihat gambaran secara umum tentang distribusi SO2

dan NO2 dengan menggunakan asumsi-asumsi,

dimana keadaan topografi Jakarta tidak berpengaruh.

Bentuk interpolasi dilakukan pada bulan-bulan tertentu, hal ini karena ketersedian data yang lebih lengkap. Adapun bulan untuk interpolasinya yaitu interpolasi untuk musim kemarau adalah bulan Juli, Agustus, dan Oktober, November yang masuk pada bulan peralihan musim hujan pada tahun 2003.

Masing-masing wilayah DKI Jakarta mempunyai beberapa titik lokasi pengukuran yaitu Jakarta selatan berjumlah 4 titik pengukuran, Jakarta Utara 4 titik pengukuran, Jakarta timur 3 titik pengukuran, Jakarta pusat dan Jakarta barat masing-masing 2 titik pengukuran.

Hasil dari interpolasi konsentrasi SO2 dan

NO2 akan di overlay dengan peta jalan yang ada

di Jakarta untuk dapat melihat pengaruh jalan terhadap konsentrasi SO2 dan NO2 tersebut,

konsentrasi kisaran pencemar pada peta untuk NO2 berdasarkan atas kisaran aman (normal),

mendekati baku mutu, dan melewati baku mutu, sedangkan untuk SO2 hanya berdasarkan kisaran

aman, dan mendekati baku mutu. Untuk penggunaan warna pada kisaran tersebut yaitu warna yang semakin tebal berarti kisarannya semakin tinggi.

Metode yang digunakan adalah model pembobotan, model ini memakai asumsi yaitu :

1). Keadaan topografi DKI tidak mempengaruhi karena hanya melihat gambaran secara umum pada peta.

2). Kecepatan dan arah angin konstan. 3). Sumber pencemar merupakan daerah yang

paling tinggi konsentrasinya dan dominannya berasal dari kendaraan bermotor.

Untuk distribusi konsentrasi SO2 dan NO2

DKI Jakarta pada 15 titik pengukuran menggunakan metode interpolasi non linier karena keadaan topografi Jakarta yang merupakan daerah datar dan landai sehingga dapat didekati dengan metode IDW.

(28)

10

Sumber : BPLHD Provinsi DKI Jakarta (2004)

nilai berdasarkan jarak-jarak yang semakin dekat antara titik tersebut lebih mempengaruhi nilai yang diduga. Pada jarak-jarak lokasi yang semakin jauh kurang mempengaruhi nilai yang diduga sehingga kisaran nilai yang diduga juga lebih kecil.

Adapun lokasi tersebut berdasarkan peruntukannya dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3. Lokasi Pemantauan Kualitas Udara Ambien di Provinsi DKI Jakarta

No Nama

Lokasi Wilayah

Peruntuka n Ketin ggian (m) Metode Sesaat

1. Lubang Buaya Pondok Gede Permukim an 3.0

2. Masjid Al- Firdaus Pegadung an Permukim an 6.0

3. Masjid Istiqlal

Gambir Perkantor

an

6.0

4. Dufan-TIJA

Ancol Rekreasi 3.0

5. Kantor Kecamata n Cilincing

Cilincing Campuran 3.0

6. PT JIEP Rawa

Terate

Industri 3.0

7. Kantor Kelurahan Tebet Tebet Barat Pemukima n 3.0

8. Kantor BPLHD DKI

Kuningan Perkantor an

12.

9. Dinas Pertamana n

Cipedak Pemukima

n

3.0

Metode Kontinyu

1. Walikota

madya Jakarta Timur Penggilin gan Permukim an 3.0 (JAF-1)

2. Kemayora n (JAF-2) Kemayora n Permukim an 3.0

3. Masjid Pondok Indah (JAF-3)

Pondok Indah

Campuran 3.0

4. Walikota

madya Jakarta Barat (JAF-4) Kembang an Perkantor an 3.0

5. Gel. Senayan (JAF-5)

Senayan Sarana Olahraga

3.0

6 Stasiun Kemayora n Kemayora n Permukim an 3.0

Tabel 4. Metode Analisa Kualitas Udara

No Parameter Metode

Analisa

Peralatan Sampling

Metode Sesaat (manual)

1. Sulfur dioksida (SO2)

Pararosanili n

5 Gas Sampler

2. Nitrogen dioksida (NO2)

Saltzmann 5 Gas

Sampler

Metode Kontinyu (otomatis)

1. Sulfur dioksida (SO2)

UV Fluorescent

SO2

analyzer

2. Nitrogen dioksida (NO2)

Chemilumi nescent

NO2

analyzer

(29)

11

4.1.1 Analisis Peta Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Lokasi

Peruntukan.

Untuk lokasi penguku ran berdasarkan tata guna lahannya diwakili oleh daerah permukiman, daerah perkantoran, daerah industri, dan daerah campuran, daerah tersebut dianggap telah mewakili masing-masing keadaan peruntukannya untuk daerah DKI Jakarta (tabel 3). Lokasi-lokasi pengukuran ini adalah untuk mengukur SO2, NO2 serta pencemar-pencemar yang lain.

Penelitian ini didasarkan atas spasialnya yaitu menurut masing-masing lokasi peruntukkannya, sedangkan menurut temporalnya hanya berdasarkan atas penguku ran yang telah ada. Keadaan konsentrasi kedua pencemar berdasarkan peruntukkannya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Nitrogen dioksida (NO2)

Permukiman

Lokasi permukiman diwakili oleh daerah, Lubang Buaya, Masjid Firdaus, Tebet, Dinas

Pertamanan, Walikota Jakarta Timur,

Kemayoran, dan Kemayoran BMG ( tabel 3). Untuk konsentrasi pada bulan Juli keadaan lokasi-lokasi tersebut hampir semuanya melewati baku mutu karena kisarannya sekitar 0.05 ppm sampai 0.462 ppm, kecuali daerah BMG dan daerah Kemayoran berada pada kisaran 0.02 ppm sampai 0.049 ppm, keadaan yang tinggi tersebut karena pada daerah-daerah ini pencemar NO2

yang dihasilkan tidak hanya dari sektor penggunaan kendaraan bermotor tetapi juga berasal dari tingginya kegiatan rumah tangga seperti pembakaran sampah rumah tangga, dan penggunaan minyak tanah dalam rumah tangga pada bulan tersebut dan pengaruh musim kemarau ( tabel 2).

Pada bulan Agustus keadaannya sama dengan bulan Juli, diduga faktor penyebabnya sama. Kisaran pada bulan Oktober untuk lokasi permukiman tidak ada yang melewati baku mutu, hal ini karena adanya proses pencucian saat hujan terjadi. Kisaran yang tertinggi yaitu 0.02 ppm sampai 0.049 ppm terjadi pada lokasi BMG, Masjid Firdaus, Tebet Barat, Lubang Buaya, tingginya lokasi tersebut karena penggunaan

kendaraan pribadi pada lokasi ini tinggi (Gambar 7), keadaan tersebut dilihat berdasarkan

jalan utama yang ada di daerah tersebut, sedangkan untuk Masjid Firdaus karena ada pengaruh sumber kegiatan rumah tangga.

Bulan November keadaan konsentrasi tertinggi terjadi pada BMG, Masjid Firdaus, Tebet Barat, Lubang Buaya, berkisar antara 0.02

ppm sampai 0.049 ppm, sedangkan lokasi Kemayoran, Lubang Buaya, dan Walikota Jakarta Timur masih dalam kisaran normal antara 0 sampai 0.019 ppm. Tingginya keadaan pada empat lokasi tersebut ada kecenderungan hampir sama dengan bulan Oktober.

Keadaan konsentrasi NO2 yang tinggi

bahkan sampai melewati baku mutu pada lokasi permukiman bulan Juli dan Agustus menunjukkan keadaan kualitas udaranya tidak sehat, sangat mengkhawatirkan sebab daerah ini merupakan daerah tempat tinggal. Paparan konsentrasi di bawah baku mutu tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi paparan konsentrasi di atas 0.5 ppm dapat menyebabkan gangguan pernafasan akut dan dapat menjadi toksik. Lokasi-lokasi ini berpeluang terhadap penyakit gangguan pernafasan.

Perkantoran

Lokasi perkantoran diwakili oleh lokasi pengukuran Masjid Istiqlal, Kantor BPLHD, dan Walikota Jakarta Barat (lihat tabel 3). Bulan Juli keadaan lokasi Masjid Istiqlal dan Kantor BPLHD konsentrasi pencemar NO2 berada pada

kisaran 0.05 ppm sampai 0.462 ppm, kecuali Walikota Jakarta Barat kisarannya berada pada kisaran aman, keadaan yang tinggi pada dua lokasi tersebut lebih disebabkan karena kecenderungan penggunaan kendaraan pribadi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan umum, serta pengaruh kemacetan setiap harinya dimana kedua lokasi ini merupakan daerah padat lalulintas. Menurut Dephub (2003) daerah Jakarta merupakan daerah rawan macet dan salah satunya adalah daerah kawasan Thamrin dan kawasan Pintu air /lokasi Masjid Istiqlal.

Keadaan konsentrasi NO2 pada bulan

Agustus tidak berbeda jauh dengan keadaan pada bulan Juli, kecuali lokasi Walikota Jakarta Barat yang rendah. diduga penyebab tingginya kedua lokasi tersebut karena tingginya penggunaan kendaraan bermotor pada bulan Agustus yang mengalami akumulasi dan pengaruh angin setiap harinya dimana bulan Agustus bukan musim hujan.

Pada bulan Oktober keadaannya masih aman karena kisarannya masih dibawah baku mutu, yaitu antara 0.02 ppm sampai 0.049 ppm, hal ini karena pada bulan tersebut merupakan masa peralihan ke musim hujan, diduga telah terjadi proses pencucian oleh hujan pada saat terjadi hujan.

(30)

12

ambang baku mutu, yaitu 0.02 ppm sampai 0.049 ppm, keadaan ini nampaknya lebih karena terjadinya proses pencucian oleh air hujan pada saat terjadi hujan.

Keadaan konsentrasi NO2 pada bulan Juli

dan Agustus menunjukkan kualitas lingkungan yang tidak sehat yaitu pada lokasi Kantor BPLHD dan Masjid Istiqlal, keadaan ini mempengaruhi aktivitas bekerja seseorang pada bulan-bulan tersebut.

Rekreasi

Lokasi parawisata/rekreasi diwakili oleh Dufan. Konsentrasi NO2 di lokasi pengukuran

Dufan pada bulan Juli melewati baku mutu berkisar antara 0.05 ppm sampai 0.462 ppm, bulan Agustus keadaan konsentrasi NO2

melewati baku mutu berkisar antara 0.05 ppm sampai 0.254 ppm. Bulan Oktober kisarannya antara 0.02 ppm sampai 0.049 ppm. Bulan November berkisar antara 0.05 ppm sampai 0.103 ppm, keadaan yang selalu tinggi tersebut pada setiap bulan pengukurannya kecuali bulan Oktober, lebih disebabkan karena tujuan wisata ke lokasi tersebut meningkat dengan menggunakan kendaraan bermotor, apalagi pada hari-hari libur sekolah dan kerja, karena letaknya yang berdekatan dengan pantai Ancol, telah terjadi pengaruh dari aktivitas alam yaitu proses mikroorganisme laut dalam pembentukan protein melalui proses asimilasi.

Keadaan yang tidak sehat ini mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan lokasi peruntukannya sebagai tujuan wisata.

Sarana Olahraga

Sarana olahraga diwakili oleh lokasi Senayan. Kisaran NO2 pada bulan Juli, Agustus,

Oktober, dan November di lokasi pengukuran Senayan keadaan konsentrasinya tidak melewati baku mutu, kisaran konsentrasinya antara 0 sampai 0.019 ppm, hal ini berarti aktivitas penggunaan kendaraan yang melewati lokasi Senayan pada bulan-bulan pengukuran tidak terlalu tinggi. Keadaan kualitas udara yang masih dalam batas aman ini, sesuai dengan lokasi peruntukannya sebagai sarana olahraga.

Industri

Lokasi pengukuran yang mewakili daerah Industri adalah lokasi PT. JIEP. Dimana keadaan konsentrasi NO2 pada bulan Juli menunjukkan

kisaran 0.05 sampai 0.462 ppm, bulan Agustus berkisar antara 0.05 sampai 0.254 ppm, pada bulan Oktober 0.02 sampai 0.049 ppm, dan bulan November 0.05 sampai 0.103 ppm.

Setiap bulan-bulan pengukuran di lokasi tersebut selalu tinggi dan melewati baku mutu 0.05 ppm, kecuali pada bulan Oktober. Tingginya konsentrasi tersebut pada tiga bulan pengukuran disebabkan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang melewati lokasi ini, dan juga pengaruh dari emisi industri tersebut, tidak tingginya konsentrasi NO2 pada bulan

Oktober lebih disebabkan karena pengaruh proses pencucian oleh air hujan pada saat terjadi hujan.

Campuran

Lokasi yang mewakili daerah ini adalah Kecamatan Cilincing, dan Masjid Pondok Indah. Keadaan konsentrasi NO2 pada bulan Juli

menunjukkan kisaran melewati baku mutu, yaitu 0.05 ppm sampai 0.462 ppm, sedangkan untuk Masjid pondok Indah berkisar antara 0 sampai 0.019 ppm kisaran ini masih aman, konsentrasi yang tinggi pada lokasi Kecamatan Cilincing ini lebih disebabkan jumlah kendaraan bermotor pada ruas -ruas jalan utama, dan padatnya arus kendaraan bermotor pada daerah tersebut, dan juga pengaruh dari sumber rumah tangga seperti pembakaran sampah, dan penggunaan bahan bakar minyak tanah pada aktivitas rumah tangga. Sedangkan keadaan yang rendah terjadi pada lokasi Masjid Pondok Indah yang disebabkan oleh sedikitnya aktivitas penggunaan kendaraan berbahan bakar premium dan solar dan juga rendahnya kegiatan dari sektor rumah tangga.

Pada bulan Agustus lokasi Masjid Pondok Indah masih kisaran aman, berbeda dengan Kecamatan Cilincing yang kisaran NO2

mencapai 0.05 ppm sampai 0.254 ppm, nampaknya kisaran yang tinggi ini disebabkan tingginya jumlah kendaraan berbahan bakar minyak premium dan kepadatan kendaraan.

Kecamatan Cilincing pada bulan Oktober kisaran NO2nya mencapai 0.02 ppm sampai 0.

049 ppm, kisaran ini mulai mendekati baku mutu, keadaan ini lebih rendah dibandingkan pada bulan Juli dan Agustus, hal ini disebabkan adanya proses pencucian pada saat terjadinya hujan karena bulan Oktober adalah bulan peralihan kehujan. Kisaran untuk lokasi Masjid Pondok Indah sama dengan bulan-bulan pengukuran sebelumnya diduga penyebabnya juga sama.

(31)

13

b. Sulfur dioksida (SO2)

Permukiman

Pengukuran SO2 berdasarkan tata guna lahan

dapat dilihat pada tabel 3. Pada bulan Juli, Agustus, Oktober keadaan konsentrasi SO2 pada

semua lokasi pengukuran untuk permukiman berkisar antara 0 sampai 0.04 ppm. Keadaan tersebut masih dalam kis aran aman tetapi berpengaruh terhadap tanaman, diduga sumber SO2 berasal dari tingginya penggunaan

kendaraan berbahan bakar solar (lihat tabel 1) karena kandungan sulfurnya lebih tinggi dibandingkan premium.

Sedangkan pada bulan November daerah permukiman yang berkisar antara 0.004 ppm sampai 0.013 ppm adalah lokasi BMG dan daerah sekitar Lubang Buaya, sedangkan lokasi permukiman yang lain masih berada di bawah kisaran tersebut. Tingginya lokasi BMG dan lokasi Lubang Buaya disebabkan karena tingginya kendaraan yang menggunakan solar, juga dari sampah rumah tangga.

Perkantoran

Pada bulan Juli, Agustus, dan Oktober kisaran untuk SO2 antara 0 sampai 0.04 ppm,

keadaan SO2 masih dalam tahap aman, hal ini

disebabkan karena rendahnya kendaraan yang melewati jalan di lokasi ini dan kendaraan lebih banyak menggunakan bahan bakar premium dibandingkan solar. Pada bulan November lokasi Masjid istiqlal dan Kantor BPLHD kisarannya naik antara 0.004 ppm sampai 0.013 ppm, naiknya keadaan ini mengindikasikan tingginya kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar melewati jalan di lokasi ini. Perbedaan terjadi pada lokasi Walikota Jakarta Barat dimana pada bulan Juli, Agustus, dan Oktober kisarannya antara 0.041ppm sampai 0.043 ppm, kisaran ini menunjukkan jenis kendaraan yang melewati lokasi ini jenis kendaraan berbahan bakar solar. Pada bulan November keadaannya menunjukkan kisaran yang aman.

Rekreasi

Kisaran konsentrasi SO2 pada bulan Juli,

Agustus, dan Oktober masih dalam tahap aman yaitu antara 0 sampai 0.04 ppm, kecuali bulan November kisarannya mengalami kenaikan antara 0.004 ppm sampai 0.013 ppm, keadaan ini disebabkan penggunaan kendaraan berbahan bakar solar yang melewati lokasi dan dari sumber alami yaitu evaporasi dari aerosol percikan air laut.

Sarana Olahraga

Lokasi Senayan kisaran konsentrasi SO2nya

pada bulan Juli, Agustus, dan Oktober masih

dalam tahap aman yaitu antara 0 sampai 0.04 ppm. Bulan November kisarannya mengalami kenaikan antara 0.004 ppm sampai 0.013 ppm, tingginya konsentrasi SO2 pada bulan ini

menunjukkan tingginya penggunaan kendaraan berbahan bakar solar untuk lokasi ini..

Industri

Lokasi yang mewakili daerah ini adalah PT. JIEP dimana kisaran yang terjadi pada bulan Juli, Agustus, Oktober, dan November antara 0 sampai 0.04 ppm , keadaan ini menunjukkan kisaran aman. Kisaran ini menunjukkan bahwa rendahnya penggunaan kendaraan berbahan bakar solar pada daerah ini.

Campuran

Lokasi peruntukan campuran, keadaan konsentrasi SO2 pada bulan Juli, Agustus,

Oktober, dan November masih dalam kisaran aman yaitu antara 0 sampai 0.043 ppm, keadaan ini berarti rendahnya aktivitas kendaraan berbahan bakar solar untuk lokasi ini.

4.1.2 Analisis Peta Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Bulan

Pengukuran.

Analisis ini dilakukan untuk melihat keadaan kualitas udara wilayah Jakarta berdasarkan kondisi pencemar SO2 dan NO2

secara umum, dan membahas faktor yang mempengaruhinya pada bulan pengukuran tersebut.

Penjelasan secara umum tentang keadaan pencemar pada bulan pengukuran adalah sebagai berikut :

a. Nitrogen dioksida (NO2)

Musim Kemarau

Musim kemarau diwakili oleh bulan Juli dan Agustus menunjukkan secara keseluruhan keadaan konsentrasinya berada pada kisaran yang tidak aman, pada bulan ini menunjukkan aktivitas penggunaan kendaraan sangat tinggi serta adanya kecenderungan akumulasi pencemar NO2 dari tempat lain akibat pengaruh angin,

karena besarnya angin pada musim kemarau berpengaruh dalam membawa gas pencemar ke tempat lain dibandingkan musim peralihan hujan.Sedangkan pada bulan Agustus keadaannya juga hampir sama, diduga sumber pencemarnya juga sama.

Keadaan ini menunjukkan pada bulan-bulan tersebut kualitas udara kota Jakarta kurang sehat, keadaan ini dapat menimbulkan masalah pada kesehatan saluran pernafasan dan menjadi racun bagi penduduk Jakarta.

(32)

14

Bulan yang termasuk musim peralihan hujan pada saat pengukuran adalah bulan Oktober dan November, dari lima belas lokasi pengukuran ternyata ada tujuh daerah lokasi pengukuran yang tinggi konsentrasi NO2 tetapi tidak

melewati baku mutu (Gambar 7). Bulan November konsentrasi secara umum masih dalam tahap aman. Turunnya konsentrasi NO2

dibandingkan pada bulan musim kemarau karena adanya proses pencucian pencemar ini saat terjadinya hujan.

b. Sulfur dioksida (SO2)

Musim Kemarau

Keadaan kisaran konsentrasi SO2 pada bulan

Juli dan Agustus untuk kota Jakarta masih di bawah nilai 0.043 ppm, kisaran ini masih dalam batas aman. Konsentrasi yang rendah ini menunjukkan bahwa rendahnya penggunaan kendaraan solar untuk kota Jakarta.

Musim Peralihan Hujan

Konsentrasi pada bulan Oktober pada titik lokasi Walikota Jakarta Barat lebih tinggi dibandingkan bulan Juli dan Agustus hal ini nampak adanya akumulasi pencemar SO2 dari

bulan-bulan sebelumnya dan umumnya terjadi hujan lebat . Tetapi secara umum untuk wilayah Jakarta pada bulan Oktober dan November keadaan SO2 masih dibawah baku mutu, diduga

penyebabnya karena rendahnya penggunaan kendaraan yang menggunakan solar dan curah hujan yang terjadi umumnya hujan rintik-rintik, serta kelembaban udara yang lebih tinggi pada bulan peralihan hujan ini, sehingg

Gambar

Gambar 2). Tahapan dari siklus N di atas adalah:
Tabel 1.  Kandungan sulfur dalam bahan bakar
Gambar 2. Proses Umum Siklus Nitrogen
Gambar 4. Hubungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran SALS jenis Critical Incident dan Prediction Guide memiliki dampak positif dalam

Penerapan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan

Jika memang keunggulan dicerminkan dari skala pencapaian nilai UNnya, maka SMP Al Qolam Muhammadiyah Gemolong merupakan salah satu sekolah yang memang didesain

meminum air susu, sehingga susu tidak jatuh ke dalam rumen. Bila ada pakan pada Bila ada pakan pada baik baik konsentrat atau rumput, saluran tersebut akan tetap membuka,

Pemberian ramuan jamu probiotik dan tanaman herbal (probiotik lengkap) pada air minum dapat meningkatkan berat dan kualitas karkas ayam broiler melalui zat aditif

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya serta penyusunan

Alasan digunakannya teori ini pada penelitian yang dilakukan peneliti adalah karena Situational Crisis Communication Theory merupakan satu-satunya teori yang mempelajari

tawa waf f ka ka'a 'aba bah h ha hati ti, , me meng nguc ucap ap di di da dala lam m ha hati ti na nama ma T Tuh uhan an ya yang ng ke kedu dua- a- ALLAH, nama