• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.5. Pengaruh Dukungan Keluarga Penderita DM dengan Pola Makan

Dukungan keluarga dalam penelitian ini adalah bentuk interaksi dari anggota keluarga dalam mendukung penderita DM untuk mengkonsumsi makanan sesuai dengan anjuran pengobatan DM. Dukungan keluarga secara nyata merupakan bentuk kepedulian keluarga untuk memberikan stimulan, penyediaan makanan, mengingatkan maupun membantu penderita DM untuk berobat secara rutin ke sarana pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan 57,3% penderita DM rawat jalan di RSUD Deli Serdang mempunyai dukungan keluarga yang baik (tabel 4.5). Secara proporsi pun menunjukkan penderita DM dengan pola makan yang sesuai 100% mempunyai

dukungan keluarga yang baik (tabel 4.16). Hal ini mencerminkan bahwa dukungan keluarga dalam proses pengobatan sangat penting diperhatikan.

Bentuk dukungan keluarga dalam penelitian ini adalah berupa dukungan moril yaitu memberikan dorongan dan semangat untuk mengikuti keseluruhan anjuran pola makan seimbang bagi penderita DM, dukungan instrumental yaitu dukungan yang diaplikasikan dalam bentuk nyata seperti menyediakan makanan sesuai dengan porsinya dan jadwal yang ditentukan, serta dukungan keluarga lainnya seperti tidak mengucilkan dan merawatnya dengan baik.

Dukungan keluarga dapat dilihat dari kesiapan dan kesigapan anggota keluarga untuk menyediakan makanan yang sesuai dengan pogram diet baik dari aspek jenis, jadwal dan kebutuhan energi dari makanan yang disajikan, serta penerimaan secara sosial terhadap penderita DM dalam keluarga. Hasil tersebut diperoleh dari jawaban responden terhadap 10 pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner penelitian, dan umumnya responden memberikan jawaban “Ya” pada pertanyaan: apakah anggota keluarga menyediakan makanan untuk sarapan pagi sesuai dengan anjuran program diet DM, apakah anggota keluarga tidak mengucilkan penderita DM, Dan memberikan jawaban “kadang-kadang” pada pertanyaan: apakah anggota keluarga memberikan semangat kepada penderita DM untuk selalu menjaga pola makan bebas kolesterol meskipun tanpa diawasi, apakah anggota keluarga memantau pemeriksaan kadar gula darah selama proses pengobatan penderita, apakah anggota keluarga menyediakan makanan yang kurang kadar kolesterol.

Secara statistik dengan uji Fisher’s Exact Test menunjukkan, variabel dukungan keluarga mempunyai hubungan signifikan dengan pola makan penderita DM dengan nilai p=0,008, artinya semakin baik dukungan keluarga maka kemungkinan besar penderita DM akan mempunyai pola makan seimbang (baik) sesuai anjuran pengobatan penyakit DM. Meskipun demikian melalui uji regresi logistik secara serempak dengan variabel lainnya menunjukkan variabel dukungan keluarga tidak mempunyai pengaruh terhadap pola makan penderita DM.

Meskipun dengan uji Fisher’s Exact Test variabel dukungan keluarga terdapat hubungan signifikan terhadap pola makan penderita DM, namun secara serempak dengan uji regresi logistik ternyata variabel dukungan keluarga tidak menjadi faktor yang mempengaruhi pola makan, namun memberikan kontribusi terhadap faktor motivasi diri penderita DM untuk mengkonsumsi makanan sesuai anjuran program diet. Hal ini dapat dilihat dari nilai p=0,093, artinya pengaruh variabel dukungan keluarga sudah mendekati angka signifikansi p<0,05. Meskipun demikian secara konsep dukungan keluarga dapat dipastikan menjadi faktor pendukung untuk meningkatkan motivasi diri penderita DM untuk mengikuti pola makan sesuai anjuran.

Dukungan keluarga yang baik akan meningkatkan respon positif bagi penderita DM untuk mematuhi keseluruhan anjuran program diet bagi penderita DM, dan akan termotivasi untuk sembuh dari penyakit DM serta merasa percaya diri bahwa penyakit DM dapat disembuhkan dan dalam keluarga masih menjadi bagian dari anggota keluarga lainnya, serta mempunyai semangat hidup.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Barbara, dkk (2009) di United Stated bahwa dukungan sosial dan keluarga secara parsial berpengaruh terhadap kepercayaan pengobatan diabetes mellitus, dan secara statistik menunjukkan pada taraf kepercayaan 95% dengan uji korelasi product moment variabel dukungan keluarga berkorelasi positif terhadap perubahan pola makan penderita DM, dan dampak negatif dari rendahnya dukungan keluarga adalah terjadi depresi bagi penderita DM, sehingga secara permanen akan menyebabkan kecacatan bagi penderita DM karena tidak mengikuti anjuran pengobatan penyakit DM khususnya dalam mengikuti pola diet yang seimbang.

Keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pola makan yang sesuai anjuran bagi penderita DM dalam penelitian ini dipengaruhi oleh faktor motivasi diri, persepsi, dan dukungan keluarga. Variabel paling dominan mempengaruhi pola makan adalah variabel motivasi diri dan diikuti oleh dukungan keluarga, artinya jika responden termotivasi untuk mengkonsumsi makanan sesuai dengan anjuran dalam program diet dan akan semakin baik bila ada dukungan keluarga dalam memfasilitasi dan memotivasi penderita DM untuk pola makan yang sesuai program diet penderita DM. Namun secara umum menunjukkan dari seluruh responden yang pola makan kategori sesuai masih sangat kurang (Tabel 4.12). Hal ini disebabkan oleh adanya sikap yang belum baik tentang konsep maupun tindakan nyata untuk mengkonsumsi makanan yang sesuai peruntukkan nya bagi penderita DM.

Keadaan ini sesuai dengan teori perilaku yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein (1991), tentang perilaku terencana yang mengarah pada kepatuhan untuk melakukan sesuatu anjuran. ada 3 (tiga) konsep yang saling berkaitan sebagai determinan dari kepatuhan atau keinginan. Pertama adalah sikap terhadap perilaku

(attitude toward the behavior), yang dimaksud pada penelitian ini adalah merujuk pada tingkatan yang dimiliki oleh individu dalam membuat evaluasi yang sifatnya

favorabel atau unfavorabel terhadap suatu perilaku pola makan. Tingkatan dalam membuat evaluasi ini erat kaitannya dengan motivasi dan persepsi responden. Responden yang mempunyai motivasi dan persepsi yang baik maka evaluasi yang dilakukannya akan semakin baik pula. Determinan kedua adalah norma subyekif

(subjective norm), yang dimaksud pada penelitian ini adalah merujuk pada tekanan sosial yang dihadapi individu untuk dapat menampilkan perilaku pola makan ataupun tidak menampilkannya. Tekanan sosial ini erat kaitannya dengan sosial budaya, kebiasaan serta pantangan-pantangan di lingkungan masyarakat sekitar responden.

Determinan ketiga dari intensi adalah tingkatan atas kontrol perilaku yang dihayati (the degree of perceived behavioral control), yang dimaksud pada penelitian iniadalah merujuk pada kemudahan atau kesulitan untuk menampilkan perilaku pola makan sesuai anjuran diet serta asumsi yang dibuat oleh individu yang mencerminkan pengalaman masa lalu sebagai bahan antisipasi dalam menghadapi rintangan. Kesulitan menampilkan perilaku pola makan ini erat kaitannya dengan kepercayaan diri dan dukungan keluarga responden, karena bila kepercayaan diri kurang ditambah lagi keluarga tidak memberikan dukungan dalam hal penyediaan makanan yang

sesuai maka responden akan kesulitan menampilkan pola makan yang sesuai anjuran diet, membuat responden depresi dan pada akhirnya pola makan menjadi tidak sesuai. Sebagai aturan umum, semakin favorabel suatu sikap dan norma subyektif terhadap perilaku, serta semakin besar kontrol terhadap perilaku yang diterima, maka akan semakin besar intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku pola makan. Sejauh mana pentingnya sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku dalam membuat prediksi tentang intensi adalah tergantung pada perilaku dan situasi yang dihadapi (Ajzen dan Fishbein, 1991).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan nyata dari penderita DM untuk mengkonsumi makanan sesuai anjuran terlebih dahulu ditentukan oleh sikap dan keyakinannya untuk berperilaku. Sikap tersebut terwujud dari pemahaman dan pengetahuan penderita DM tentang pola makan yang sesuai, kemudian melahirkan sikap yang nyata, sedangkan keyakinan ini dapat berasal dari pengalaman dengan perilaku penderita DM di masa lalu. Informasi tak langsung mengenai perilaku itu misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya, dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat mengurangi atau menambah kesan kesukaran untuk melakukan perbuatan pola makan Penderita DM.

Dokumen terkait