• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SEBAB-SEBAB TERJADINYA KESESATAN

B. Sebab-sebab Kesesatan

B.2. Pengaruh Eksternal dari Lingkungan Sosial

Sebab lain dari kesesatan mereka adalah sebab lingkungan sosial baik ikatan

pada tradisi yang diyakini secara buta maupun hubungan sosial politik dengan para

pemimpin suku atau bangsanya yang tidak membebaskan. Seperti dicontohkan pada

masyarakat Arab klasik menjelang datangnya Islam, struktur masyarakatnya adalah

masyarakat kesukuan. Semua anggota suku dianggap satu saudara yang tunduk

kepada satu kekuasaan yang dipegang oleh seorang kepala suku. Hak milik

perseorangan hanyalah atas kemah dan perabot rumah tangga yang digunakan dalam

keseharian mereka. Air, padang rumput dan tanah adalah kepunyaan bersama dari

suatu suku. Dengan struktur sosial kesukuan di atas, maka suatu kecelakaan besar

yang menimpa diri sesorang, jika ia dipecat sebagai anggota suatu suku. Tiap orang

yang berada di luar kesatuan suatu suku pada hakekatnya telah kehilangan segala

haknya termasuk hak mendapatkan perlindungan keamanan dari suku tersebut.

63

Ketakutan menentang aturan suatu suku apalagi menentang tradisi yang

berlaku yang dapat berakibat fatal dengan dipecatnya seseorang dari anggota suku,

membuat sebagian masyarakat Arab menolak kehadiran agama baru yang dibawa

Muhammad SAW. sebagaimana disinggung dalam surat al-Baqarah ayat 170 bahwa

alasan mereka menolak petunjuk dari Allah adalah keteguhan mereka untuk

berpegang kepada tradisi nenek moyangnya:

63 Philip K. Hitti, Dunia Arab, Penerjemah: Usuludin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing (Bandung:

ﻭﹶﻟﻭَﺃ

ﺎﹶﻨﺀﺎﺒﺍﺀ

ِﻪﻴﹶﻠﻋ

ﺎﹶﻨﻴﹶﻔﹾﻟَﺃ

ﺎﻤ

ﻊِﺒﱠﺘﹶﻨ

ْلﺒ

ﺍﻭﹸﻟﺎﹶﻗ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

َلﺯﹾﻨَﺃ

ﺎﻤ

ﺍﻭﻌِﺒﱠﺘﺍ

ﻡﻬﹶﻟ

َلﻴِﻗ

ﺍﹶﺫِﺇﻭ

ﹶﻜ

ﻥﻭﺩﹶﺘﻬﻴ

ﺎﹶﻟﻭ

ﺎًﺌﻴﹶﺸ

ﻥﻭﹸﻠِﻘﻌﻴ

ﺎﹶﻟ

ﻡﻫُﺅﺎﺒﺍﺀ

ﻥﺎ

Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan

Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang

telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka

akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui

suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (al-Baqarah, 2 :170)

Dalam suatu komunitas yang begitu kental dimana hubungan antar individu

berada dalam saling ketergantungan yang kuat seperti masyarakat kesukuan Arab

pada masa awal Islam menentang pada tradisi merupakan pilihan yang beresiko

tinggi. Salah-salah mereka akan diusir dari sukunya dan tidak diakui sebagai anggota

suku tersebut yang berarti kehilangan segala haknya sebagai anggota suku.

Sebagaimana dialami oleh Nabi Muhammad SAW. sendiri. Sepeninggal Abu Thalib,

paman nabi yang gigih membela nabi meskipun beliau tidak mau masuk Islam, Abu

Lahab yang juga paman nabi beserta pemimpin kaum Quraisy membuat keputusan

untuk menarik perlindungannya kepada Muhammad dengan alasan bahwa

Muhammad telah kehilangan hak perlindungan karena penegasan Muhammad bahwa

nenek moyang kaum Quraisy akan masuk neraka.

64

Kegigihan Nabi Muhammad dan kaumnya untuk terus menentang tradisi dan

merintis jalan baru yang tidak sesat disemangati oleh turunnya ayat-ayat al-Qur ̀an

yang berisi kisah nabi-nabi terdahulu yang juga mendapat tantangan dari penganut

64 W. Montgomery Watt, Pengantar Stud; Al-Qur an , Penerjemah: Taufiq Adnan Ama (Jakarta: PT

tradisi masyarakat. Sebagaimana dialami oleh Ibrahim yang diancam oleh kaumnya

karena menentang tradisi yang dipegang ayah dan keluarganya dalam surat al-An’âm,

80-81 berikut ini:

ِﻪِﺒ

ﻥﻭﹸﻜِﺭﹾﺸﹸﺘ

ﺎﻤ

ﹸﻑﺎﹶﺨَﺃ

ﺎﹶﻟﻭ

ِﻥﺍﺩﻫ

ﺩﹶﻗﻭ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻲِﻓ

ﻲﱢﻨﻭﺠﺎﺤﹸﺘَﺃ

َلﺎﹶﻗ

ﻪﻤﻭﹶﻗ

ﻪﺠﺎﺤﻭ

ﱠلﹸﻜ

ﻲﺒﺭ

ﻊِﺴﻭ

ﺎًﺌﻴﹶﺸ

ﻲﺒﺭ

ﺀﺎﹶﺸﻴ

ﻥَﺃ

ﺎﱠﻟِﺇ

ﻑﻴﹶﻜﻭ

ﻥﻭﺭﱠﻜﹶﺫﹶﺘﹶﺘ

ﺎﹶﻠﹶﻓَﺃ

ﺎﻤﹾﻠِﻋ

ٍﺀﻲﹶﺸ

ﻡﹸﻜﻴﹶﻠﻋ

ِﻪِﺒ

ْلﺯﹶﻨﻴ

ﻡﹶﻟ

ﺎﻤ

ِﻪﱠﻠﻟﺎِﺒ

ﻡﹸﺘﹾﻜﺭﹾﺸَﺃ

ﻡﹸﻜﱠﻨَﺃ

ﻥﻭﹸﻓﺎﹶﺨﹶﺘ

ﺎﹶﻟﻭ

ﻡﹸﺘﹾﻜﺭﹾﺸَﺃ

ﺎﻤ

ﹸﻑﺎﹶﺨَﺃ

ﻥﻭﻤﹶﻠﻌﹶﺘ

ﻡﹸﺘﹾﻨﹸﻜ

ﻥِﺇ

ِﻥﻤَﺄﹾﻟﺎِﺒ

ﱡﻕﺤَﺃ

ِﻥﻴﹶﻘﻴِﺭﹶﻔﹾﻟﺍ

ﻱَﺄﹶﻓ

ﺎﹰﻨﺎﹶﻁﹾﻠﺴ

Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata:

“Apakah kamu hendak

membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi

petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-

sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku

menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi

segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran

(daripadanya)? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang

kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut

mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri

tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka

manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan

(dari malapetaka), jika kamu mengetahui?” (al-An’âm, 6:80-81)

Selain dari komunitas masyarakat sendiri, al-Qur ̀an juga menuturkan adanya

kesesatan yang disebabkan oleh upaya sistematis dari para ahl al-kitâb untuk saling

menyesatkan sebagaimana diterangkan dalam Surat al-Mâ ̀idah ayat 77, al-Nisâ ̀ ayat

60, dan Surat Nûh ayat 24.

ﺩﹶﻗ

ٍﻡﻭﹶﻗ

ﺀﺍﻭﻫَﺃ

ﺍﻭﻌِﺒﱠﺘﹶﺘ

ﺎﹶﻟﻭ

ﱢﻕﺤﹾﻟﺍ

ﺭﻴﹶﻏ

ﻡﹸﻜِﻨﻴِﺩ

ﻲِﻓ

ﺍﻭﹸﻠﹾﻐﹶﺘ

ﺎﹶﻟ

ِﺏﺎﹶﺘِﻜﹾﻟﺍ

َلﻫَﺃﺎﻴ

ْلﹸﻗ

ِلﻴِﺒﺴﻟﺍ

ِﺀﺍﻭﺴ

ﻥﻋ

ﺍﻭﱡﻠﻀﻭ

ﺍﺭﻴِﺜﹶﻜ

ﺍﻭﱡﻠﻀَﺃﻭ

ُلﺒﹶﻗ

ﻥِﻤ

ﺍﻭﱡﻠﻀ

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-Iebihan (melampaui

batas) dengan eara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu

mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum

kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan

(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (al-Mâ ̀idah, 5:77)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa para ahl al-Kitâb sengaja menyimpangkan

kebenaran yaitu dengan menghormati Isa, as. secara berlebihan. Isa adalah manusia

biasa yang diangkat oleh Allah sebagai rasul-Nya dan Allah tidak memerintahkan

mereka untuk mentaati Isa tidak lebih dari seorang Rasul, namun para ahl al-Kitâb

telah merekayasa kebenaran tersebut dan menghormati Isa as. sebagai Tuhan.

65

Pada kisah Nabi Nuh juga disebutkan usaha pemimpin-pemimpin kafir

dengan kesombongannya untuk terus menyesatkan manusia dari generasi kegenarasi.

ﺎﹶﻟﻭ

ﺎﻋﺍﻭﺴ

ﺎﹶﻟﻭ

ﺍﺩﻭ

ﻥﺭﹶﺫﹶﺘ

ﺎﹶﻟﻭ

ﻡﹸﻜﹶﺘﻬِﻟﺍﺀ

ﻥﺭﹶﺫﹶﺘ

ﺎﹶﻟ

ﺍﻭﹸﻟﺎﹶﻗﻭ

ﺍﺭﺎﺒﹸﻜ

ﺍﺭﹾﻜﻤ

ﺍﻭﺭﹶﻜﻤﻭ

ِﻟﺎﱠﻅﻟﺍ

ِﺩِﺯﹶﺘ

ﺎﹶﻟﻭ

ﺍﺭﻴِﺜﹶﻜ

ﺍﻭﱡﻠﻀَﺃ

ﺩﹶﻗﻭ

ﺍﺭﺴﹶﻨﻭ

ﹶﻕﻭﻌﻴﻭ

ﹶﺙﻭﹸﻐﻴ

ﺎﻤِﻤ

ﺎﹰﻟﺎﹶﻠﻀ

ﺎﱠﻟِﺇ

ﻥﻴِﻤ

َلﺎﹶﻗﻭ

ﺍﺭﺎﺼﹾﻨَﺃ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ِﻥﻭﺩ

ﻥِﻤ

ﻡﻬﹶﻟ

ﺍﻭﺩِﺠﻴ

ﻡﹶﻠﹶﻓ

ﺍﺭﺎﹶﻨ

ﺍﻭﹸﻠِﺨﺩُﺄﹶﻓ

ﺍﻭﹸﻗِﺭﹾﻏُﺃ

ﻡِﻬِﺘﺎَﺌﻴِﻁﹶﺨ

ﺍﻭﱡﻠِﻀﻴ

ﻡﻫﺭﹶﺫﹶﺘ

ﻥِﺇ

ﻙﱠﻨِﺇ

ﺍﺭﺎﻴﺩ

ﻥﻴِﺭِﻓﺎﹶﻜﹾﻟﺍ

ﻥِﻤ

ِﺽﺭَﺄﹾﻟﺍ

ﻰﹶﻠﻋ

ﺭﹶﺫﹶﺘ

ﺎﹶﻟ

ﺏﺭ

ﺡﻭﹸﻨ

ﻴ

ﺎﹶﻟﻭ

ﻙﺩﺎﺒِﻋ

ﺍﺭﺎﱠﻔﹶﻜ

ﺍﺭِﺠﺎﹶﻓ

ﺎﱠﻟِﺇ

ﺍﻭﺩِﻠ

dan melakukan tipu-daya yang amat besar”. Dan mereka berkata: “Jangan

sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan

jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wood, dan

jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. Dan sesudahnya mereka telah

menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi

orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-

kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka

mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.

Nub berkata: ”Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara

orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau

biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-

Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma’ siat

lagi sangat kafir. (Nûh, 71: 22-27)

Pemimpin-pemimpin mereka orang-orang kafir telah melakukan rekadaya

untuk menentang kebenaran dengan sekeras-kerasnya. Mereka memerintahkan

kepada masyarakatnya agar jangan sekali-kali tergoda oleh dakwah Nuh dan

meninggalkan sesembahan mereka yaitu kepada berhala-hala. Dalam ayat di atas

disebutkan berhala yang terkenal dikalangan mereka yaitu wâd, suwâ, yaghûts, ya

ûq

dan nasr.

Pada ayat 24, Allah menegaskan bahwa pemimpin mereka telah

menyesatkan makhluk dan manusia yang sangat banyak, dan dengan pernyataan

mereka agar masyarakat tidak meninggalkan berhala-berhala mereka, maka Nabi Nuh

berdo'a kepada Allah agar tidak ditambahkan bagi orang-orang yang zhâlim itu selain

kesesatan.

Pada ayat 26 dan 27 nabi Nuh juga memohon agar Tuhan tidak membiarkan

seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi, karena jika mereka

dibiarkan tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba Allah dan mereka

tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat masiat lagi sangat kafir. Do'a ini

dimohonkan karena Nabi Nuh yang telah tinggal bersama mereka ribuan tahun

mengetahui betul adat kebiasaan mereka. Ayah dari anak-anak mereka senantiasa

berwasiat agar tidak mengikuti Nuh karena ia pembohong, maka ketika ayahnya

meninggal, tumbuh anak tersebut dan memegang apa yang diwasiatkan ayahnya,

begitu juga mereka nanti akan mewasiatkan kepada anaknya.

66

Dokumen terkait