• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.3 Pengaruh Faktor Situasional terhadap Komunikasi Terapeutik

Medan

Berdasarkan hasil uji statistik secara univariat menunjukkan bahwa faktor situasional (faktor yang timbul dari luar diri individu) dengan indikator (daya tarik fisik, ganjaran, kedekatan dan kemampuan), sebanyak 42 orang (49,4%) pada kategori kurang baik. Hasil penelitian ini memberikan gambaran secara faktor situasional perawat pelaksana belum sepenuhnya berkomunikasi dengan baik dengan pasien, hal ini menguatkan temuan masih adanya komunikasi interpersonal yang rendah pada perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.

Secara multivariat dengan menggunakan uji regresi berganda diketahui bahwa variabel faktor situasional berpengaruh signifikan terhadap komunikasi terapeutik antara perawat pelaksana dengan pasien di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan (p<0,05), artinya semakin baik faktor situasional perawat pelaksana berkomunikasi secara interpersonal, maka komunikasi terapeutik antara perawat pelaksana dengan pasien semakin efektif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukan Devito dalam Rakhmat (2003), menyatakan bahwa hubungan antar individu dalam atraksi

interpersonal dipengaruhi oleh faktor situasional (faktor yang timbul dari luar diri individu). Adapun pembahasan indikator faktor situasional sebagai berikut:

a. Indikator Daya Tarik Fisik

Berdasarkan hasil penelitian tentang indiaktor daya tarik fisik, diketahui bahwa sebanyak sebanyak 37 orang (53,5%) responden menyatakan sangat sering menjalin komunikasi dengan setiap pasien tanpa memandang penampilannya, sebanyak 34 orang (40,0%) responden menyatakan sangat sering berpenampilan menarik di depan pasien, sebanyak 30 orang (35,3%) responden menyatakan sangat sering berupaya berpakaian rapi saat pergi bekerja ke rumah sakit, dan sebanyak 32 orang (37,6%) responden menyatakan sering memperhatikan kesesuaian warna pakaian dengan sepatu yang digunakan serta sebanyak 32 orang (37,6%) responden menyatakan kadang-kadang lebih memilih berinteraksi dengan pasien yang penampilannya rapi dan bersih

Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat pelaksana menyadari bahwa memiliki daya tarik fisik tinggi cenderung lebih disukai orang lain dan lebih muda mendapatkan simpati serta penghargaan. Perawat yang mampu menunjukkan penampilan yang simpati akan lebih disukai pasien dalam komunikasi interpersonal.

Berdasarkan skor penilaian responden tentang indikator daya tarik fisik, terendah sebesar 9 dan tertinggi sebesar 25. Hal ini menunjukkan bahwa perawat pelaksana, belum sepenuhnya berpenampilan baik dalam berkomunikasi interpersonal, sehingga komunikasi terapeutik tidak berjalan dengan efektif.

Hasil wawancara kepada perawat pelaksana maupun kordinator perawat, diketahui bahwa mereka mengetahui penampilan dengan baik memiliki daya tarik dan pasien menjadi senang, namun karena kesibukan sehari-hari dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, sehingga tidak sempat melaksanakan komunikasi terapeutik secara rutin.

Menurut Devito dalam Rakhmat (2003), daya tarik fisik merupakan hal yang sangat menentukan dalam atraksi interpersonal. Orang yang memiliki daya tarik fisik tinggi cenderung lebih disukai orang lain dan lebih muda mendapatkan simpati serta penghargaan.

b. Indikator Ganjaran

Berdasarkan hasil penelitian tentang indiaktor ganjaran, diketahui sebanyak 26 orang (30,68%) responden menyatakan kadang-kadang melakukan interaksi secara lebih intens kepada pasien yang menghargai pekerjaan saya sebagai perawat, dan sebanyak 32 orang (37,6%) responden menyatakan kadang-kadang menyapa pasien dengan sikap yang ramah apabila pasien tersebut memuji hasil kerja saya serta sebanyak 33 orang (38,8%) responden menyatakan kadang-kadang menghindar dari pasien yang pernah membuat saya tersinggung.

Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat pelaksana belum mampu memberikan penghargaan kepada pasien dalam komunikasi terapeutik. Perawat yang mampu memberikan penghargaan berupa pujian, bantuan, dorongan moril akan lebih di senangi oleh pasien.

Berdasarkan skor penilaian responden tentang ganjaran, terendah sebesar 11 dan tertinggi sebesar 25. Hal ini menunjukkan bahwa perawat pelaksana, belum mampu menghargai pasien dalam berkomunikasi interpersonal yang efektif melaui komunikasi terapeutik Untuk mendapat tanggapan yang positif dari pasien, maka seorang perawat harus mampu membuat pasien tertarik dan saling menghargai dalam menjalin hubungan interpersonal.

Hasil wawancara kepada perawat pelaksana maupun koordinator perawat, diketahui bahwa mereka mengetahui komunikasi terapeutik perlu dilakukan ”helping relationship” memiliki prinsip-prinsip/karakteristik dalam menerapkan komunikasi terapeutik kepada pasien, namun pengimplementasiannya belum sepenuhnya diberikan kepada pasien.

Menurut Devito dalam Rakhmat (2003), orang yang memberikan penghargaan kepada orang lain akan lebih didekati dari pada orang yang tidak pernah memberikan penghargaan. Penghargaan dalam hal ini dapat berupa pujian, bantuan, dorongan moril, atau hal-hal lain yang meningkatkan harga diri. Dalam teori pertukaran sosial, seseorang akan melanjutkan hubungan dengan orang lain, bila keuntungan yang diperoleh lebih banyak.

c. Indikator Kedekatan

Berdasarkan hasil penelitian tentang indikator kedekatan, diketahui sebanyak 27 orang (31,8%) responden menyatakan kadang-kadang lebih memilih untuk berkomunikasi dengan pasien yang saya kenal dan mempunyai tempat tinggal/asal yang sama dengan saya, sebanyak 36 orang (42,4%) responden menyatakan

kadang-kadang lebih memilih untuk berkomunikasi dengan pasien yang anggota keluarganya ada hubungan kekeluargaan, dan sebanyak 38 orang (44,7%) responden menyatakan kadang-kadang lebih memilih untuk berkomunikasi dengan pasien yang pekerjaannya juga di rumah sakit serta sebanyak 48 orang (56,5%) responden menyatakan kadang-kadang lebih memilih untuk berkomunikasi dengan pasien yang latar belakang keluarganya sama.

Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat pelaksana cenderung menyenangi orang lain yang tinggal berdekatan jaraknya dengan dirinya, sehingga seringkali terjalin persahabatan antara orang yang bertempat tinggal saling berdekatan termasuk juga adanya faktor familiarity, dimana seseorang dapat menerima orang lain dengan baik apabila telah mengenal orang tersebut secara dekat.

Berdasarkan skor penilaian responden tentang kedekatan, terendah sebesar 12 dan tertinggi sebesar 25. Hal ini menunjukkan bahwa perawat pelaksana, belum mampu menghilangkan faktor diskriminasi dalam berkomunikasi interpersonal yang efektif melaui komunikasi terapeutik Untuk mendapat tanggapan yang positif dari pasien dan merasa lebih dekat dengan perawat maka seorang perawat harus mampu memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan cara diskriminasi bukan tindakan yang terapeutik dalam menjalin hubungan interpersonal.

Hasil wawancara kepada perawat pelaksana maupun koordinator perawat, diketahui bahwa mereka mengakui indikator kedekatan belum sepenuhnya diterapkan kepada pasien, kejenuhan dan kebosanan perawat diruang rawat inap, serta belum ada SOP yang baku tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik, sehingga pelaksanaan

komunikasi terapeutik di rumah sakit juga terhambat. Dari hasil penelitian didapatkan pada tahap perkenalan perawat ada yang melakukan dan juga ada yang tidak melakukan, kecenderungan perawat hanya menanyakan identitas pasien, akan tetapi tidak memperkenalkan diri ke pasien.

Sifat yang tidak empati masih terlihat pada sosok seorang perawat. Seharusnya tugas perawat dalam tahapan ini adalah memberikan salam dan tersenyum pada pasien, memperkenalkan diri dan menanyakan nama pasien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif) pada pertemuan selanjutnya, menentukan mengapa pasien mencari pertolongan, menyediakan kepercayaan, penerimaan, dan komunikasi terbuka. Membuat kontrak timbal balik, mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan. Selanjutnya mengidentifikasi masalah pasien, mendefinisikan tujuan dengan pasien, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan menjelaskan kerahasiaan (Mundakir, 2006).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Devito dalam Rakhmat (2003), yang menyatakan bahwa orang cenderung menyenangi orang lain yang tinggal berdekatan jaraknya dengan dirinya, sehingga seringkali terjalin persahabatan antara orang yang bertempat tinggal saling berdekatan.

d. Indikator Kemampuan

Berdasarkan hasil penelitian tentang indikator kemampuan, diketahui sebanyak 28 orang (32,9%) responden menyatakan kadang-kadang berkomunikasi dengan setiap pasien tanpa memandang status pasien tersebut, sebanyak 29 orang (34,1%) responden menyatakan kadang-kadang tidak membedakan pangkat atau

kedudukan pasien untuk berkomunikasi, sebanyak 36 orang (42,4%) responden menyatakan kadang-kadang berupaya berkomunikasi dengan pasien secara baik di setiap unit kerja, dan sebanyak 36 orang (42,4%) responden menyatakan sering lebih memilih untuk berkomunikasi dengan pasien yang jenjang pekerjaannya lebih tinggi serta sebanyak 41 orang (48,2%) responden menyatakan sering lebih memilih untuk berkomunikasi dengan pasien yang dirawat di ruang VIP.

Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat pelaksana belum memiliki kemampuan pada suatu bidang professional atau non professional, sehingga sulit mendapatkan simpati dari orang lain. Berdasarkan skor penilaian responden tentang kemampuan, terendah sebesar 10 dan tertinggi sebesar 25. Hal ini menunjukkan bahwa perawat pelaksana belum memiliki kemampuan dalam komunikasi terapeutik untuk menjalin hubungan interpersonal.

Hasil wawancara kepada perawat pelaksana maupun koordinator perawat, diketahui mereka mengakui bahwa belum mampu melaksanakan komunikasi terapeutik secara menyeluruh kepada pasien. Sesuai dengan pendapat Cooper (2001), mengatakan bahwa dalam menghadapi pasien yang mengalami gangguan kesehatan diperlukan sikap empati dan seorang perawat harus mampu merefleksikan, yaitu mampu memahami secara empati ke dalam kualitas asuhan keperawatan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Devito dalam Rakhmat (2003), yang menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki kemampuan pada suatu bidang (professional atau non professional) lebih mudah mendapatkan simpati dari orang lain.

Dokumen terkait