• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Infeksi JAP Terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Dan Diameter Batang

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Pengaruh Infeksi JAP Terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Dan Diameter Batang

Infeksi patogen di akar tanaman akan mengakibatkan terhambatnya fungsi jaringan xilem. Jaringan xilem pada tanaman mempunyai fungsi yang sangat vital yaitu sebagai jalur masuknya unsur hara dan air menuju ke bagian daun. Gambar 4.4.2 Penampakan leher akar, daun, dan akar bibit tanaman karet perlakuan

Terhambatnya jaringan xilem ini, membuat tanaman menjadi kekurangan bahan makanan dan air sedangkan proses fotosintesis dan transpirasi pada tanaman terus- menerus terjadi, akibatnya tanaman lama-kelamaan menjadi layu dan mati (Amiruddin et al. 2012). Hal ini akan berpengaruh terhadap tinggi, diameter batang dan jumlah daun pada tanaman uji.

Tinggi rata-rata bibit karet setelah 60 hari masa pengamatan disajikan pada Gambar 4.5.1 berikut ini.

Pertambahan tertinggi pada aplikasi 30 hari dan satu hari setelah inokulasi patogen ditunjukkan oleh perlakuan dengan Enterobacter sp. PB17 dengan nilai masing-masing 12,46 cm dan 17,4 cm. Pertambahan tinggi tanaman untuk isolat PB08 dengan aplikasi 30 hari setelah inokulasi patogen sebesar 11,2 dan 13,1 cm pada aplikasi satu hari setelah inokulasi patogen. Tanaman yang diaplikasikan isolat Bacillus sp. BK17 menunjukkan perawakan yang lebih pendek jika dibandingkan dengan perlakuan dua isolat lainnya, yaitu sebesar 12 cm dengan aplikasi pada aplikasi satu hari setelah inokulasi patogen dan 8.2 cm dengan aplikasi satu bulan setelah inokulasi patogen. Kontrol positif menunjukkan pertambahan tinggi terendah yaitu 3,6 cm, pertambahan tinggi tanaman pada perlakuan kontrol negatif yaitu 14,24 cm dan tidak lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman yang diaplikasikan Enterobacter sp. PB17.

Tinggi tanaman karet pada masing-masing perlakuan bervariasi. Hal ini Gambar 4.5.1 Pertambahan tinggi rata-rata tanaman setelah 60 hari masa perlakuan

Kontrol positif

Bacillus sp. BK17 Kontrol negatif

Enterobacter sp. PB17 PB08

air dan nutrisi yang mengganggu pertumbuhan bibit karet (Ayu et al. 2012). Jamur patogen yang merusak bagian akar tanaman atau menyumbat xilem atau floem, sangat mengganggu penyerapan air dan nutrisi anorganik dan organik di dalam tanaman. Terganggunya penyerapan air dan nutrisi dapat menyebabkan tanaman yang terserang jamur patogen akan mati (Agrios 2004).

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa perlakuan dengan penambahan Enterobacter sp. PB 17 menunjukkan nilai tinggi tanaman yang lebih besar dibandingkan kontrol negatif yang akarnya sehat tanpa ada infeksi patogen. Hal ini mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang disumbangkan oleh isolat bakteri kitinolitik yang menunjang pertumbuhan tanaman. Isolat bakteri kitinolitik yang disiram ke permukaan tanah akan masuk ke bagian akar tanaman, dan hidup di sekitar daerah perakaran tanaman atau dapat kita sebut sebagai rizobakteria. Timmusk (2003) menyebutkan rizobakteria adalah bakteri yang hidup dan berkembang di daerah sekitar perakaran tanaman. Rizobakteria dapat berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan tanaman dan sebagai agen antagonis terhadap patogen tanaman.

Rizobakteria sering digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria. Beberapa bakteri yang sering digunakan yaitu Pseudomonas sp.,Azospirillum sp., Azotobacter sp., Enterobacter sp., Bacillus sp. dan Serratia sp. (Sutariati 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rhizobakteri yang diaplikasikan ke tanaman cabai mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman secara vegetatif yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang (Taufik 2010). Timmusk & Wagner (1999) melaporkan bahwa B. polymixa (Paenibacillus polymixa) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi disebabkan oleh kemampuannya memproduksi auksin dan sitokinin. Di samping itu B. polymixa juga dapat memfiksasi nitrogen dan dapat melarutkan fosfat. Sutariati et al. (2006) melaporkan bahwa 25 isolat rizobakter yang diujikan mampu meghasilkan IAA (auksin). Auksin diketahui berperan dalam mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang. Pertambahan nilai diameter batang bibit karet dapat dilihat pada Gambar 4.5.2 berikut ini.

Pertambahan diameter batang yang dibentuk masing-masing isolat tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu jauh dengan kisaran diameter sebesar 0,1-0,22 cm. Pertambahan nilai diameter batang terbesar ditunjukkan oleh perlakuan kontrol negatif yaitu sebesar 0,23 cm. Enterobacter sp. PB17 memiliki pertambahan diameter terbesar yaitu 0,22 cm pada aplikasi isolat satu bulan setelah inokulasi patogen.

Bibit karet yang diaplikasikan Enterobacter sp. PB17 satu hari setelah inokulasi patogen memiliki pertambahan diameter yang lebih rendah jika dibandingkan aplikasi 30 hari setelah inokulasi patogen. Hal ini bisa saja disebabkan karena adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan bakteri pada perlakuan tersebut dalam menunjang pertambahan diameter batang. Misalnya suhu, pH serta kelembaban. Selain itu bisa saja terjadi kompetisi antara isolat bakteri kitiolitik dengan jamur patogen dalam hal memperebutkan makanan yang sama, sehingga berdampak pada kemampuan bakteri tersebut dalam menunjang pertambahan diameter batang. Nilai pertambahan diameter yang ditunjukkan tidak terlalu jauh sehingga mungkin diperlukan waktu pengamatan yang lebih lama untuk melihat pengaruh penambahan isolat terhadap pertambahan diameter batang.

Kontrol positif menunjukkan pertambahan nilai diameter batang terkecil yaitu Gambar 4.5.2 Pertambahan nilai diameter rata-rata batang tanaman selama masa

perlakuan PB08 Enterobacter sp. PB17 Bacillus sp. BK17 Kontrol negatif Kontrol positif

diameter terbesar ditunjukkan oleh isolat PB08 sebesar 0,16 cm. Kontrol positif menunjukkan angka terendah mungkin disebabkan karena adanya patogen yang menginfeksi bagian akar tanaman, sehingga mengganggu aktifitas akar dan menghambat pembesaran batang tanaman. Hal ini dapat dilihat dari gejala yang tampak pada tanaman dengan perlakuan kontrol positif yaitu ukuran daun kecil, berwarna hijau kusam. Beberapa helai kuning dan dipenuhi bercak kuning. Bagian ujung daun melengkung ke atas. Batang tanaman tampak layu dan kurus (Gambar 4.5.3).

Hasil penelitian menunjukkan nilai pertambahan rata-rata jumlah daun yang berbeda-beda pada setiap perlakuan. Aplikasi bakteri satu hari setelah inokulasi patogen untuk perlakuan setiap isolat tidak menunjukkan perbedaan yang jauh yaitu berkisar 8-8,4 helai. Pertambahan rata-rata daun terbanyak ditunjukkan oleh isolat Enterobacter sp. PB17 yaitu 8,2 helai. Aplikasi isolat 30 hari setelah inokulasi patogn menunjukkan isolat PB08 memiliki pertambahan daun paling banyakyaitu 23,2 helai. Untuk perlakuan dengan isolat Enterobacter sp. PB17 jumlah rata-rata daun yaitu 8,4 helai. Sedangkan perlakuan dengan Bacillus sp. BK17 sebanyak 14,2 helai. Kontrol positif tidak menunjukkan pertambahan jumlah daun. Kontrol negatif menunjukkan jumlah daun yang lebih sedikit dari perlakuan dengan isolat bakteri kitinolitik yaitu 2,0 helai. Histogram perbandingan jumlah rata-rata daun disajikan pada Gambar 4.5.4 berikut ini.

4.6 Reisolasi R. microporus dan Bakteri Kitinolitik Dari Akar Bibit Tanaman

Dokumen terkait