• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Pertumbuhan Bibit Acacia crassicarpa dan Acacia mangium 1 Pengaruh Inokulasi Rhizobium

4.5.2 Pengaruh Inokulasi Mikrob Pelarut Fosfat

4.5.2.1 Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Bobot Kering Tanaman Bagian Atas (BKTBA), Bobot Kering Akar (BKA), Diameter Batang dan Kekompakan Akar A. crassicarpa

Hasil uji Duncan taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan isolat mikrob pelarut fosfat berpengaruh nyata meningkatkan BKA dan diameter batang. Pengaruh isolat mikrob pelarut fosfat disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Pengaruh inokulasi isolat Mikrob Pelarut Fosfat terhadap beberapa parameter yang digunakan pada pertumbuhan A. crassicarpa 8 MST.

Perlakuan Tinggi (cm) Jumlah daun BKTBA g tan -1 BKA g tan -1 Diameter batang (mm) Kekompakan akar P07-BP1 26.62a 4.72abc 1.22abc 0.60a 3.28ab 80.00bc P07-BP3 30.03a 4.52ab 1.23abc 0.66a 3.15ab 80.00bc P07-BP4 26.51a 4.16a 1.12ab 0.76ab 3.24ab 77.20abc P08-BP1 28.42a 4.64abc 1.24abc 0.72ab 3.08ab 79.20abc P08-BP4 26.69a 4.64abc 1.11ab 0.71ab 3.11ab 74.60a P07-FP5 28.70a 4.64abc 1.02a 0.63a 3.07ab 75.40bc P08-FP5 29.43a 5.08bc 1.28bc 0.65a 3.08ab 78.80abc P08-FP6 26.90a 4.60ab 1.11ab 0.596a 2.97a 78.00abc BPF 3 28.69a 5.04bc 1.27abc 0.81ab 3.19ab 79.80bc BPF 4 28.98a 4.80abc 1.45c 0.79ab 3.35b 80.40c

FPF 4 26.84a 4.72abc 1.18ab 0.63a 3.18ab 79.00abc FRK 2 (17) 28.98a 4.64abc 1.34bc 0.68a 3.19ab 76.80abc FPF 5 26.94a 5.12bc 1.36bc 0.82ab 3.07ab 80.40c

S3 (12) 27.86a 4.52ab 1.31bc 1.09b 3.16ab 79.60bc Kontrol – P 28.49a 5.36c 1.29bc 0.44a 3.37b 78.40abc Kontrol + P 29.04a 4.96bc 1.26abc 0.67a 3.03a 79.40bc

*=angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf

α= 0.05%

Dari Tabel 17 terlihat bahwa pengaruh inokulasi isolat P07-BP3 tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, BKTBA, BKA, diameter batang dan kekompakan akar dibandingkan kontrol –P dan kontrol +P.

36 Pengaruh inokulasi mikrob pelarut fosfat tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun bahkan nilai rataan kontrol lebih tinggi daripada penggunaan isolat. Dengan demikian penggunaan isolat tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah daun. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya peningkatan bobot kering tanaman dan dapat dilihat dari semua perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol –P maupu kontrol +P. Tetapi ada peningkatan bobot kering tanaman bagian atas oleh isolat BPF4 sebesar 15% terhadap kontrol +P. Tidak terjadinya peningkatan BKTBA diduga akibat penurunan jumlah daun sehingga proses fotositesis tidak berjalan maksimal berakibat alokasi fotosintat kedalam tajuk tidak berjalan baik. Menurut Subba Rao (1994), mikrob tanah tidak selalu bersimbiosis positif dengan tanaman tetapi dapat bersifat antagonis, sehingga merugikan bagi tanaman. Selain itu, ketidakmampuan bakteri beradaptasi pada media tanam yang digunakan dapat memberikan efek negatif pada tanaman.

Perbedaan tanggap pertambahan bobot kering tanaman bagian atas relatif semai A. crassicarpa akibat inokulasi mikrob pelarut fosfat disajikan pada Gambar 3. - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 isolat BKA - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 isolat BKT BA Keterangan : 1 = P07-BP1 6 = P07-FP5 11= FPF 4 16 = Kontrol + P 2 = P07-BP3 7 = P08-FP5 12 = FRK 2 (17) 3 = P07-BP4 8 = P08-FP6 13 = FPF 5 4 = P08-BP1 9 = BPF 3 14 = S3 (12) 5 = P08-BP4 10 = BPF 4 15 = Kontrol – P

Gambar 3. Pengaruh inokulasi isolat MPF terhadap BKA dan BKTBA bibit A.

crassicarpa umur 8 MST.

Akan tetapi perlakuan isolat mikrob pelarut fosfat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan BKA akibat perlakuan isolat S3 dibandingkan kontrol –P sebesar 148%. Penggunaan S3 setara dengan penggunaan pupuk

Osmocote 0.5 kg/l dan lebih baik dari kontrol -P. Mikrob pelarut fosfat dalam fungsi metabolismenya akan menghasilkan senyawa metabolit sekunder berupa asam-asam organik seperti sitrat, malat, oksalat, suksinat, glikonat, dan glikolat (Subba Rao,1994). Asam-asam ini melepaskan ikatan P dari kompleks jerapan sehingga dapat dipergunakan oleh tanaman.

Selain itu, kekompakan akar dan diameter batang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena kekokohan akar meningkatkan kemampuan akasia dalam bertahan hidup pada saat semai dipindahkan ke lapangan. Inokulasi isolat mikrob pelarut fosfat tidak berbeda nyata terhadap peningkatan kekompakan akar baik pada kontrol –P maupun kontrol +P. Tetapi terjadi peningkatan akibat inokulasi isolat BPF4 dan FPF5 sebesar 3% terhadap kontrol –P. Begitu pula diameter batang, semakin lebar diameter suatu batang maka kemampuan akar untuk mentranslokasikan hasil fotosintat dari akar ke tajuk lebih baik. Perlakuan isolat BPF4 dan P07-BP1 meningkatkan diameter batang sebesar 11% dan 8% dibanding kontrol –P.

Penelitian Prihartini et al., (1989) pada tanaman jagung, inokulasi mikrob pelarut fosfat meningkatkan tinggi tanaman dan bobot kering pada tanah steril lebih nyata daripada pada tanah tidak steril karena pada tanah steril tidak terjadi kompetisi akan hara tanaman pada isolat yang diintroduksikan ke dalam tanah.

4.5.2.2Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Bobot Kering Tanaman Bagian Atas (BKTBA), Bobot Kering Akar (BKA), Diameter Batang dan Kekompakan Akar A. mangium

Hasil uji Duncan taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan isolat mikrob pelarut fosfat berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, BKTBA, BKA, diameter batang dan kekompakan akar. Pengaruh isolat mikrob pelarut fosfat disajikan pada Tabel 18.

Dari Tabel 18 dapat dilihat isolat yang efektif meningkatkan pertumbuhan bibit A. mangium yaitu berasal dari isolat yang diuji. Perlakuan isolat M32-BP3 berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, BKTBA, BKA, diameter batang dan kekompakan akar dibanding kontrol –P, tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol +P. Perlakuan isolat M32-BP3 dan FRK2 meningkatkan pertumbuhan

38 tinggi tanaman sebesar 361% dan 352% dibandingkan dengan kontrol –P. Isolat M32-BP3 lebih efektif dibandingkan isolat FRK2 sebesar 3%.

Tabel 18. Pengaruh inokulasi isolat Mikrob Pelarut Fosfat terhadap beberapa parameter yang digunakanpada pertumbuhan bibit A .mangium 8 MST

Perlakuan Tinggi (cm) Jumlah daun BKTBA g tan -1 BKA g tan -1 Diameter batang (mm) Kekompakan akar M31-BP1 14.46bc 1.16b 0.73bc 0.36b 2.90b 63.20b M32-BP3 17.62c 1.96bc 1.08c 0.48b 3.05b 72.80b M33-BP1 15.73bc 1.64bc 0.75bc 0.37b 3.04b 67.80b M33-BP2 16.84bc 1.48bc 0.71bc 0.32b 2.93b 62.40b M34-BP1 14.85bc 1.68bc 0.85bc 0.43b 2.97b 67.80b M32-FP5 14.61bc 1.44bc 0.61b 0.31b 3.04b 64.20b M33-FP1 16.42bc 2.20c 0.65b 0.28b 3.04b 65.80b M33-FP2 17.06bc 1.69bc 0.92bc 0.37b 3.07b 69.40b M34-FP3 13.74bc 1.60bc 0.65b 0.35b 2.90b 67.60b M35-FP1 15.84bc 1.76bc 0.66b 0.41b 2.94b 66.20b G 3-2 15.14bc 1.48bc 0.73bc 0.38b 2.92b 69.80b D 3-3 13.16b 1.56bc 0.69bc 0.35b 2.90b 66.60b FPF5 15.32bc 1.56bc 0.72bc 0.38b 2.88b 72.20b FRK2 (17) 17.26c 1.80bc 0.91bc 0.44b 3.04b 69.60b Kontrol -P 3.82a 0.00a 0.05a 0.03a 1.12a 19.20a Kontrol + P 14.83bc 1.64bc 0.67b 0.48b 3.01b 65.20b

*=angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf

α= 0.05%

Rataan tertinggi jumlah daun yaitu M33-FP1 berbeda nyata dengan kontrol –P dan tidak berbeda nyata dengan kontrol +P. Terjadi peningkatan jumlah daun sebesar 34% terhadap kontrol +P. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan bobot kering tanaman karena berkaitan erat dengan pengaruhnya dalam kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis sehingga dengan meningkatnya jumlah daun maka karbon hasil fotosintesis dapat dialokasikan untuk simbion di akar. Terlihat dari nilai rataan bobot kering tanaman tertinggi pada perlakuan isolat M32-BP3 dan FRK2 sebesar 20 kali dan 17 kali dibandingkan dengan kontrol –P.

Penelitian Elfiati pada tanaman sengon dengan inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) terjadi peningkatan terhadap bobot kering sebesar 35% dibandingkan dengan kontrol. Meskipun mampu meningkatkan ketersediaan P, namun belum mampu mempengaruhi bobot kering tanaman. Hal ini disebabkan karena P yang tersedia tidak mencukupi untuk meningkatkan bobot kering tanaman. Dibandingkan dengan penelitian Elfiati, hasil penelitian ini lebih tinggi.

Perbedaan tanggap pertambahan bobot kering tanaman semai A. mangium

- 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 isolat BKA - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 isolat BKT BA Keterangan : 1 = M31-BP1 6 = M32-FP5 11 = G 3-2 16 = Kontrol +P 2 = M32-BP3 7 = M33-FP1 12 = D 3-3 3 = M33-BP1 8 = M33-FP2 13 = FPF5 4 = M33-BP2 9 = M34-FP3 14 = FRK2 (17) 5 = M34-BP1 10 = M35-FP1 15 = Kontrol –P

Gambar 4. Pengaruh inokulasi isolat MPF terhadap BKA dan BKTBA bibit A.

mangium umur 8 MST.

Penelitian Andri (2005) pada tanaman A. crassicarpa dengan perlakuan

Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) + Rhizobium + Bakteri Pelarut Fosfat

(BPF) menghasilkan Bobot Kering Tanaman Bagian Atas (BKTBA) sebesar 236.76% terhadap kontrol relatif 100% setelah 16 MST. Dibandingkan dengan hasil yang didapatkan Andri (2005) terlihat hasil penelitian ini lebih tinggi.

Perlakuan isolat mikrob pelarut fosfat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan BKA akibat perlakuan isolat M32-BP3 dan FRK2 sebesar 15 kali dan 13 kali dibanding kontrol –P.

Meningkatnya bobot kering akar pada tanaman yang diinokulasi menunjukkan terjadinya peningkatan translokasi fotosintat ke akar yang lebih baik dibandingkan pada semai yang tidak diinokulasi (Smith dan Smith, 1995 dalam Abimanyu, 2002). Selain itu kekompakan akar dan diameter batang sangat menunjang kemampuan akasia untuk bertahan hidup terutama kemampuan semai untuk hidup di lapangan karena jumlah cadangan makanan yang disimpan dalam batang sudah memadai. Perlakuan inokulasi mikrob pelarut fosfat isolat M33-FP2 dan FRK2 memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang sebesar 174% dan 171% dibanding kontrol-N. Sedangkan inokulasi isolat M32-BP3 dan FPF5 memberikan pengaruh nyata terhadap kekompakan akar sebesar 279% dan 276% dibanding kontrol –P.

40

Dokumen terkait