abel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Variabel Sumber
5.1 Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Kinerja Petugas P2P DBD 5.2.1 Pengaruh Pendidikan Terhadap Kinerja Petugas P2P DBD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil chi square
menunjukkan pendidikan mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja
petugas P2P DBD dengan nilai p-value=0,010, artinya pendidikan petugas P2P
DBD dapat menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan prestasi dan hasil
kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Keadaan ini didukung oleh persentase pendidikan petugas berdasarkan
kinerja. Secara proporsi menunjukkan mayoritas responden dengan kinerja tidak
baik terdapat pada responden dengan pendidikan tamat D-III yaitu sebesar 50,0%,
kinerja kategori sedang mayoritas (54,4%) juga terdapat pada responden dengan
pendidikan D-III, dan kinerja baik mayoritas (62,5%) terdapat pada responden
dengan tamatan S1.
Namun secara serempak berdasarkan hasil uji regresi linear berganda ternyata
pendidikan petugas P2P DBD tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kinerja P2P DBD, artinya secara bersama-sama dengan faktor lain variabel
pendidikan secara parsial tidak mempengaruhi petugas P2P DBD untuk mencapai
hasil kerja yang maksimal. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor lain yang lebih
Dampak perbedaan latar belakang pendidikan menyebabkan rendahnya
pengetahuan petugas P2P DBD, sehingga berdampak secara langsung atau tidak
langsung terhadap kinerja petugas P2P DBD. Dampak dalam jangka pendek
adalah tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas pada bidangnya dengan tepat
waktu dan dampak jangka panjang adalah hasil kerja mereka tidak ada perubahan.
Hanya mengandalkan kegiatan-kegiatan yang rutinitas dilakukan tanpa ada
trobosan baru dan memperoleh informasi terkini, misalnya mencatat hasil kerja
dengan form yang sama, menyusun laporan kegiatan yang tidak seperti layaknya
laporan pelaksanaan kegiatan yang direkomendasikan oleh Depkes. Hasil
pengamatan dilapangan sebagian besar mereka cenderung tidak menggunakan
buku pedoman pelaksanaan kegiatan pada masing-masing bidang, dimana buku
yang telah dibagikan oleh dinas kesehatan cenderung diabaikan, tidak dipelajari
tentang ketentuan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan.
Menurut pendapat Surbagus (2008) bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin tinggi pengetahuan yang dimilikinya dan semakin terampil
dalam menyikapi pekerjaannya dan menghasilkan kinerja yang diharapkan.
Sedangkan semakin rendah pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin
rendah pula pengetahuan yang dimilikinya dan semakin tidak terampil dalam
menyikapi pekerjaannya.
Menurut Maslow (1984) dalam Ilyas (2001) bahwa latar belakang
pendidikan dan masa kerja seseorang akan mempengaruhi kemampuan
pemenuhan kebutuhannya. Sesuai dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang
5.2.2. Pengaruh Masa Kerja Terhadap Kinerja Petugas P2P DBD
Berdasarkan masa kerja diketahui menurut hasil penelitian menunjukkan tidak
menunjukkan hubungan signifikan dengan kinerja petugas P2P DBD dengan nilai
p-value=0,756, artinya masa kerja petugas P2P DBD dalam penelitian ini tidak
menjadi faktor pendukung terhadap hasil kerja petugas P2P DBD dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Namun secara proporsi menunjukkan mayoritas responden dengan kinerja
tidak baik adalah sama pada responden dengan masa kerja <3 tahun dengan ≥3 tahun, kinerja kategori sedang mayoritas (54,4%) terdapat pada responden dengan
masa kerja ≥3 tahun, dan kinerja baik mayoritas (62,5%) terdapat pada responden dengan <3 tahun. Masa kerja dalam penelitian ini adalah jumlah tahun petugas
P2P bekerja sebagai PNS dan bertugas di bidang P2P DBD.
Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Helmi (2008) bahwa
masa kerja mempunyai pengaruh dengan kinerja petugas puskesmas di Kabupaten
Serdang Bedagai. Demikian juga dengan penelitian Mukhlis (2007) bahwa masa
kerja sangat berpengaruh terhadap pengetahuan petugas vaksin dan kinerja
petugas vaksin di puskesmas.
Menurut Rivai (2003) masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman
yang lebih dari seseorang dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain.
Pengalaman kerja pada awal melaksanakan tugas tidak banyak memerlukan
semakin lama akan semakin kurang berhasil guna dan berdaya guna dalam bekerja
(Sedarmayanti, 2004).
Menurut Payaman (2005) pengalaman kerja dapat memperdalam dan
memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang
sama, semakin terampil dan semakin cepat menyelesaikan pekerjaan tersebut
sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja.
5.2.3. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Petugas P2P DBD
Hasil uji chi square menunjukkan variabel pelatihan mempunyai hubungan
signifikan dengan kinerja petugas P2P DBD di Kota Lhoksumawe dengan nilai p-
value=0,017.
Pelatihan tersebut dilihat dari 5 (lima) indikator dan menunjukkan (38,7%)
menyatakan bahwa pelatihan yang diadakan menunjang program penanggulangan
KLB DBD, mayoritas petugas menyatakan kurang sesuai (45,2%) program
pelatihan yang didikuti sesuai dengan target yang diharapkan, mayoritas (58,1%)
menyatakan materi pelatihan yang diikuti sesuai dengan pelaksanaan program
KLB DBD, mayoritas (48,4%) menyatakan tidak sesuai pelatihan yang didikuti
tersebut memberikan informasi terbaru dalam upaya penanggulangan KLB DBD,
mayoritas responden menyatakan tidak sesuai (20,5%) bahwa informasi yang
diperoleh dari pelatihan dapat diterapkan dalam program penanggulangan KLB
DBD.
Berdasarkan hasil skor indikator pelatihan tersebut menunjukkan bahwa
Kesehatan Kota Lhoksumawe termasuk tidak baik yaitu sebanyak 13 orang
(41,9%), sedangkan kategori baik dan sedang adalah sama yaitu sebanyak 9
petugas (29,0%).
Keadaan ini menunjukkan bahwa peran dinas kesehatan dalam mengakomodir
pelatihan-pelatihan yang mendukung kinerja petugas P2P DBD sangat penting
diperhatikan guna meningkatkan prestasi kerja dan hasil kerja mereka.
Menurut Umar (2002) program pelatihan ditujukan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk
kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan
pegawainya untuk memangku jabatan tertentu dimasa yang akan datang.
Pengembangan bersifat lebih luas karena menyangkut banyak aspek seperti
peningkatan dalam keilmuan, pengetahuan, kemampuan, sikap dan kepribadian.
Program pelatihan dan pengembangan bertujuan antara lain untuk menutupi gap
antara kecakapan pegawai dan peminatan jabatan. Selain untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas kerja pegawai dalam mencapai sasaran kerja.
5.3Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Kinerja Petugas P2P DBD