• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

5.1. Pengaruh Karakteristik Perawat Terhadap Keinginan Pindah

Karakteristik perawat dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin dan status perkawinan. Dalam pembahasan ini akan disajikan pengaruh variabel karakteristik perawat tersebut terhadap keinginan pindah kerja perawat di rumah sakit swasta di Kota Medan Tahun 2009.

5.1.1 Pengaruh Umur Terhadap Keinginan Pindah Kerja Perawat

Berdasarkan uji bivariat antara variabel umur dengan keinginan pindah perawat diperoleh nilai probabilitasnya p (0,008). Nilai ini lebih kecil dari nilai α

(0,05). Artinya, terdapat hubungan variabel umur dengan keinginan pindah kerja perawat. Pada pengujian regresi logistik juga diperoleh nilai probabilitasnya p (0,000), yang bermakna adanya pengaruh yang signifikan antara umur dengan keinginan pindah kerja pada perawat.

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Umur dapat didefiniskan sebagai jumlah waktu kehidupan yang telah dijalani oleh seseorang. Umur sering dihubungkan dengan kematangan pola pikir dalam menentukan keputusan. Semakin tua seseorang maka semakin matang dalam memutuskan sesuatu. Pertimbangan atas berbagai hal sebelum memutuskan sesuatu sering dilakukan, seperti kesempatan, peluang dan berbagai faktor lainnya (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Tai, Barne dan Robbin (1998) dalam Adi dan Kristiani (2006), keinginan pindah tenaga kesehatan dipengaruhi oleh karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan), lama kerja, pelatihan kerja, profesionalisme, pengungkapan kebutuhan pribadi, jarak tempat kerja, keinginan dan dinyatakan untuk tinggal di organisasi. Variabel lain yaitu variabel organisasi kerja meliputi: kompensasi yang diberikan organisasi, kesempatan promosi karier dan komitmen organisasi.

Berdasarkan teori tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawat untuk memutuskan pindah kerja di suatu rumah sakit tidak terlepas dari faktor yang bersifat internal (umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendapatan) dan eksternal (lingkungan kerja).

Maier (1971) mengemukakan pekerja muda memiliki tingkat perpindahan yang lebih tinggi dari pekerja yang usianya relatif lebih tua. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia dan keinginan pindah. Artinya semakin tinggi usia seseorang semakin rendah keinginan pindahnya. Karyawan yang lebih muda memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk berpindah. Hal ini diesebabkan pekerja yang lebih tua enggan untuk melakukan perpindahan kerja karena berbagai alasan seperti tanggung jawab keluarga, mobilitas yang menurun, tidak mau repot pindah kerja dan memulai pekerjaan di tempat baru, atau karena energi yang berkurang, dan senioritas di tempat kerja belum tentu di dapatkan meskipun gaji dan fasilitas lebih baik (Mobley, 1986).

Namun, dalam penelitian ini, umur merupakan faktor yang mempengaruhi peluang pindah kerja pada perawat. Semakin tinggi umur seorang perawat, maka semakin banyak pula pengalaman kerjanya. Hal ini menjadi modal untuk memperoleh pekerjaan di rumah sakit, sehingga peluang mereka untuk berpindah tempat kerja semakin tinggi.

Adanya perbedaan hasil penelitian Maier (1971) dengan hasil penelitian ini terletak pada tempat penelitian. Maier menggunakan perusahaan sebagai tempat penelitian yang memiliki perbedaan karakteristik pekerja dengan rumah sakit. Perusahaan cenderung mempertimbangkan ketrampilan, sedangkan rumah sakit selain mempertimbangkan ketrampilan juga sangat mempertimbangkan senioritas dalam rekrutment tenaga perawat. Hal ini sangat penting dipertimbangkan dalam penentuan kedudukan sebagai kepala perawat.

5.1.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Keinginan Pindah Kerja Perawat Berdasarkan uji bivariat antara variabel tingkat pendidikan dengan keinginan pindah perawat diperoleh nilai probabilitasnya p (0,000). Nilai ini lebih kecil dari nilai α (0,05). Artinya, terdapat hubungan variabel tingkat pendidikan dengan keinginan pindah kerja perawat. Pada pengujian regresi logistik juga diperoleh nilai probabilitasnya p (0,000), yang bermakna adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan keinginan pindah kerja pada perawat.

Menurut Robbin (1998) tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap tindakan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang selektif dalam

memutuskan sesuatu. Demikian juga dalam tindakan pemilihan kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak unsur yang dipertimbangkan seperti: gaji, fasilitas, jenjang karier dan berbagai hal lain. Tingginya pendidikan seseorang menjadi daya tawar tersendiri dalam menentukan tempat kerja yang akan dipilih seseorang.

Menurut Tai, Barne dan Robbin (1998) dalam Adi dan Kristiani (2006), keinginan pindah tenaga kesehatan dipengaruhi oleh pendidikan. Secara umum perpindahan perawat di Indonesia cenderung didominasi oleh pendidikan yang lebih tinggi karena memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh kesempatan untuk bekerja di tempat yang dianggap lebih baik. Selain itu, jumlah perawat yang memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi lebih sedikit, sehingga memiliki tingkat persaingan yang lebih rendah dalam memperoleh pekerjaan.

5.1.3 Pengaruh Status Perkawinan Terhadap Keinginan Pindah Kerja Perawat Berdasarkan uji bivariat antara variabel status perkawinan dengan keinginan pindah perawat diperoleh nilai probabilitasnya p (0,000). Nilai ini lebih kecil dari nilai α (0,05). Artinya, terdapat hubungan variabel status perkawinan dengan keinginan pindah kerja perawat. Pada pengujian regresi logistik status perkawinan dikeluarkan dari pemodelan pada tahap dua, karena memiliki probabilitas yang lebih besar dari α (0,05), artinya tidak terdapat pengaruh status perkawinan terhadap keinginan pindah kerja perawat.

Menurut Anderson yang dikutip Notoatmodjo (2003), status perkawinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang. Status perkawinan merupakan bagian dari karakteristik predisposisi (predisposing characteristics). Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan melakukan sesuatu sesuai dengan status perkawinanya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa karakteristik individu berhubungan dengan keinginan pindah tenaga kerja suatu organisasi, baik organisasi privat maupun publik. Penelitian Ali dan Kristiani (2006) bahwa ada hubungan antara status perkawinan dengan keinginan pindah kerja pada tenaga kesehatan. Dilihat dari status perkawinan, tenaga kesehatan yang tidak kawin mempunyai peluang 2,4 kali lebih besar ingin pindah kerja dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang berstatus kawin. Menurut Mobley (1982:77), determinan turnover karyawan, termasuk perawat, dipengaruhi oleh karakteristik individu, seperti, status perkawinan.

Dalam penelitian ini juga diperoleh hubungan antara status perkawinan dengan kemungkinan perawat untuk berpindah tempat, namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian Ali dan Kristiani (2006) dapat dilihat dari lokasi penitian. Penelitian Ali dan Kristiani mengambil konteks penelitian pedesaan, dimana tenaga kesehatan yang ada sebagian besar merupakan hasil program Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang didistribusikan dari daerah perkotaan. Hal ini menjelaskan bahwa keluarga tenaga kesehatan yang

ditempatkan ke pedesaan berada di kota, sehingga status perkawinan sangat menentukan keputusan tenaga kesehatan untuk berpindah atau tidak.

5.2. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Keinginan Pindah Kerja Perawat

Dokumen terkait