• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Laut Arafura merupakan bagian paparan sahul dan termasuk kedalam wilayah Provinsi Papua dan Maluku serta termasuk wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) yang berhubungan dengan Laut Timor dan Laut Banda. Luas perairan Arafura sekitar 150.000 km2 dengan daerah penangkapan udang secara intensif seluas 73.500 km2. Perairan ini memiliki kedalaman berkisar antara 5 – 60 meter dengan rata-rata 30 meter. Hampir 70% luas wilayah perairan Laut Arafura memilki lapisan dasar berupa lumpur dan sedikit pasir (Sadhotomo et al. 2003).

Kegiatan penangkapan udang dilakukan terutama pada kedalaman antara 10-50 m. Daerah penangkapan ikan yang menggunakan pukat udang telah diatur dalam Keputusan Presiden No. 85 Tahun 1982 tentang penggunaan pukat udang. Keputusan Presiden tersebut membatasi penggunaan pukat udang hanya di perairan Kepulauan Kei, Tanimbar, Aru, Irian Jaya dan Laut Arafura, kecuali di perairan pantai dari masing-masing kepulauan tersebut dengan isobath sepuluh (10) meter.

Perairan Arafura adalah daerah utama operasi kapal-kapal trawl di perairan Indonesia Timur dengan jumlah udang yang besar. Jenis udang yang tertangkap umumnya dari genus Penaeus dan Metapenaeus. Secara umum ada 3 kelompok jenis udang yang biasa tertangkap yaitu; kelompok udang Jerbung (Penaeus merguensis, Penaeus indicus, Penaeus orientalis), kelompok udang Windu (Penaeus monodon, Penaeus semisulcatus, Penaeus latisulcatus) dan kelompok udang Dogol (Metapenaeus ensis, Metapenaeus lysianssa, Metapenaeus elegans). Udang-udang tersebut tersebar mulai dari perairan dangkal sampai perairan laut yang lebih dalam.

Daur hidup udang meliputi beberapa tahapan yang membutuhkan habitat yang berbeda pada setiap tahapan. Udang melakukan pemijahan di perairan yang relatif dalam. Setelah menetas, larva yang bersifat planktonis terapung-apung dibawa arus, kemudian berenang mencari air dengan salinitas rendah disekitar pantai atau muara sungai. Larva udang tersebut kemudian berkembang hingga menjelang dewasa. Menjelang dewasa, udang tersebut beruaya kembali ke perairan yang lebih dalam dan memiliki tingkat salinitas yang lebih tinggi untuk memijah. Tahapan-tahapan tersebut berulang untuk membentuk siklus hidup. Udang penaeidae dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami beberapa fase, yaitu nauplius, zoea, mysis, post larva, juvenile (udang muda), dan udang dewasa (Fast dan Laster 1992). Lebih jelas siklus hidup udang penaeidae dapat dilihat pada Gambar 9.

(http://www.ucmp.berkeley.edu/arthropoda/crustacea/crustaceamorphamm.html) Gambar 9 Siklus hidup udang penaeidae

Gambar 9 menunjukkan bahwa dalam siklus hidupnya udang penaeidae pernah hidup pada kedalaman yang berbeda-beda. Pada stadia post larva dan juvenile mereka hidup pada perairan yang lebih dangkal. Setelah dewasa, udang penaeidae akan menuju perairan yang lebih dalam untuk kawin dan bertelur setelah itu mengalami kematian.

Setiap target tangkapan, memiliki kriteria habitat yang disenangi begitu juga udang. Salah satu kriteria tersebut adalah kedalaman perairan. Kedalaman perairan yang berbeda memiliki sifat fisik dan kimia perairan yang juga berbeda, misalnya suhu, intensitas cahaya, tekanan, salinitas, nutrien dan lain-lain.

Menurut Purnomo (1997) salah satu faktor yang berkaitan erat dengan habitat udang yakni selang kedalaman suatu perairan. Udang menyukai selang kedalaman tertentu sebagai habitat hidupnya. Informasi mengenai selang kedalaman yang banyak terdapat udang dapat meningkatkan efektivitas operasi pukat udang. Kedalaman perairan dapat dengan mudah diamati oleh nelayan karena pada tiap kapal terdapat echosounder.

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kisaran kedalaman perairan dengan laju tangkap udang yang lebih tinggi

2. Mengetahui kisaran kedalaman dimana jenis udang dominan lebih banyak tertangkap

Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan masukan selang kedalaman perairan yang banyak terdapat udang 2. Memberikan informasi bagi akademisi dan peneliti mengenai pengaruh

kedalaman perairan terhadap jumlah dan jenis udang yang tertangkap Metodologi

Metode pengambilan data primer pada penelitian ini adalah observasi, yakni dengan mengikuti langsung kegiatan operasi penangkapan pukat udang di laut Arafura selama satu bulan pada bulan Juli 2013. Data primer didapatkan dari jurnal penangkapan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Data primer dan data sekunder kemudian digabungkan untuk mendapatkan hasil analisis yang dapat diterapkan pada waktu dan daerah yang berbeda. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif komparatif.

Seluruh data hasil tangkapan dikelompokkan ke dalam kisaran kedalaman tertentu. Selang kedalaman pada penelitian ini dikelompokkan tiap 10 m yang dimulai dari 10-20 m, 21-30 m, dan 31-40 m. Perairan yang diperbolehkan untuk pukat udang melakukan operasi penangkapan adalah lebih dari 10 m.

Data yang dikumpulkan ada 792 sampel yang diuji normalitasnya dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Apabila data terdistribusi normal maka digunakan uji statistik parametrik ANOVA.

Adapun hipotesis yang diuji pada analisis ini adalah:

1. Ho : kedalaman perairan tidak berpengaruh terhadap laju tangkap pukat

udang;

2. H1 : minimal ada satu kisaran kedalaman yang berpengaruh terhadap laju

tangkap pukat udang.

Kesimpulan yang diperoleh adalah bila Fhitung > Ftabel, maka tolak Ho. Namun

apabila Fhitung < Ftabel maka gagal terima Ho. Fhitung diperoleh dari tabel sidik

ragam ANOVA yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Sidik ragam ANOVA

Sumber keragaman Derajat bebas (DB) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F - hitung Ulangan sama r1 = r2 = …= rt = r Perlakuan t - 1 JKP KTP KTP / KTG Galat t (r – 1) JKG KTG Total tr - 1 JKT

Ulangan tidak sama r1 ≠ r2 ≠ …≠ rtr

Perlakuan t – 1 JKP KTP KTP / KTG

Galat Σ(rt – 1) JKG KTG

Total (Σrt ) – 1 JKT

Mattjik dan Sumertajaya (2006) menyatakan jika data tidak menyebar normal, maka digunakan.uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis dengan rumus :

� = 1 �2�� ���2 − � (�+ 1)2 4 � �

�2 = 1 � −1�� � ��� 2 � � −�(�+ 1)2 4 � Keterangan :

r1 = banyaknya ulangan pada perlakuan ke-i N = jumlah pengamatan

R1 = jumlah peringkat (rank) dari perlakuan ke-1

Selanjutnya, apabila kesimpulan yang diperoleh menunjukkan hasil tangkapan pada setiap kisaran kedalaman berbeda nyata (F hitung > F tabel atau nilai

signifikasi < 0.05; atau tolak Ho) maka digunakan uji lanjut Games-Howell.

Pengujian ini dilakukan untuk melihat kisaran kedalaman yang paling berpengaruh terhadap hasil pengujian.

Hasil dan Pembahasan

Kedalaman perairan yang memiliki laju tangkap udang tertinggi terdapat pada kisaran 11-20 m yakni 19.5 ± 10.3 kg/jam (Gambar 10). Jumlah tangkapan kedua terbesar ada pada kisaran 31-40 m yakni 16.7 ± 7.8 kg/jam, dan yang terkecil ada pada kisaran 21-30 m yakni 15.8 ± 7.9 kg/jam (Tabel 5). Berdasarkan hasil uji Kruskall-Wallis menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah tangkapan udang berdasarkan kedalaman perairan yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi kurang dari 0.05, maka dapat disimpulkan tolak H0. Laju tangkap tiap jenis udang

berdasarkan kedalaman perairan yang berbeda dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil tangkapan pukat udang dengan kedalaman perairan yang berbeda Jenis

udang

Hasil tangkapan (kg) Total Laju tangkap (kg/jam) 11-20 21-30 31-40 11-20 21-30 31-40

(m) (m) (m) (m) (m) (m)

Tiger 1730.4 4795.4 439.9 6965.6 8.97a 8.78a 8.30a Banana 6.6 149.5 37.0 193.2 0.03a 0.27b 0.70c Ende pink 418.1 911.5 173.2 1502.8 2.17a 1.67b 3.27a Ende blue 984.8 1035.2 58.1 2078.0 5.10a 1.90b 1.10b Uchiwa 139.9 121.3 8.0 269.3 0.73a 0.22b 0.15b King 60.7 65.2 18.1 144.0 0.31a 0.12b 0.34a Kiji 269.2 1060.6 106.9 1436.7 1.39a 1.94b 2.02b Kerosok 138.3 492.8 35.8 666.9 0.72a 0.90a 0.68a Red 22.3 32.2 5.7 60.1 0.12a 0.06a 0.11a B. tiger 0.0 0.0 1.0 1.0 0.00a 0.00a 0.02a Total 3770.23 8663.71 883.71 13317.7 19.53a 15.87b 16.67b

n setting 193 546 53 792

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Kruskal-Wallis dengan taraf uji 5 %. Data diolah dari Susanto (2011), Hamran (2012), Septiawan (2012) dan data observasi lapangan (2013)

Hasil uji lanjut Games-Howell menunjukkan bahwa jumlah udang penaeidae yang signifikan hanya pada kedalaman 11-20 m. Berdasarkan Gambar 10, udang lebih banyak tertangkap pada kisaran kedalaman 11-20 m. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Gunaisah (2008) melakukan penelitian di Arafura dengan menggunakan trammel net, dan didapatkan jumlah tangkapan udang penaeidae tertinggi terdapat pada kedalaman 10 hingga 20 m. Laju tangkap udang total dengan kedalaman perairan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Laju tangkap udang berdasarkan kedalaman perairan yang berbeda Laju tangkap udang Tiger (Penaeus semisulcatus) tidak berbeda nyata dengan perbedaan kedalaman, yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi pada uji Kruskall-Wallis yakni 0.45, lebih besar dari 0.05. Laju tangkap udang Tiger (Penaeus semisulcatus) hampir sama yakni 8.97 kg/jam, 8.78 kg/jam dan 8.30 kg/jam pada selang kedalaman 11-20 m, 21-30 m dan 31-40 m. Hasil tersebut menunjukkan udang Tiger (Penaeus semisulcatus) tersebar hampir merata pada kedalaman 11 hingga 40 m di perairan Arafura.

Laju tangkap udang Ende blue (Metapenaeus endeavouri) berbeda nyata dengan perbedaan kedalaman dengan nilai signifikansi pada uji Kruskal Wallis yakni 0.00. Dari uji lanjut Games-Howell dan perbandingan rata-rata menunjukkan bahwa udang Ende blue (Metapenaeus endeavouri) lebih banyak tertangkap pada kisaran kedalaman 11-20 m dengan laju tangkap sebesar 5.1 kg/jam.

Laju tangkap udang Ende pink (Metapenaeus monoceros) juga berbeda nyata dengan perbedaan kedalaman dengan nilai signifikansi pada uji Kruskal- Wallis yakni 0.00, lebih kecil dari 0.05. Hasil uji Games-Howell menunjukkan bahwa masing-masing selang kedalaman memiliki jumlah udang Ende pink (Metapenaeus monoceros) yang berbeda nyata. Udang Ende pink (Metapenaeus monoceros) lebih banyak terdapat pada selang kedalaman kedalaman 31-40 m dengan laju tangkap 3.27 kg/jam.

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis jenis udang dengan laju tangkap yang signifikan terhadap perbedaan kedalaman adalah udang Banana (Penaeus

0 5 10 15 20 25 30 35 11-20 21-30 31-40 L aj u t an gk ap ( k g/ jam ) Kedalaman perairan (m)

merguiensis), Ende pink (Metapenaeus monoceros), Ende blue (Metapenaeus endeavouri), Uchiwa (Thenus orientalis), King (Penaeus lattisulcatus), Kiji (Metapeneopsis eboracensis). Sedangkan jenis udang lainnya diperoleh hasil yang tidak signifikan Perbedaan laju tangkap tiap jenis udang dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 11.

Gambar 11 Laju tangkap tiap jenis udang berdasarkan perbedaan kedalaman Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju tangkap udang penaeidae pada tiap selang kedalaman berbeda nyata dan laju tangkap tertinggi didapat pada kedalaman 11-20 m. Hasil penelitian Batista et al. (2012) juga sesuai dengan hasil penelitian ini yakni udang lebih banyak tertangkap pada kisaran kedalaman 11-20 m. Can et al. (2004) juga melakukan penelitian mengenai jumlah udang penaeidae dengan perbedaan selang kedalaman yakni 0-20 m dan lebih dari 20 m dengan hasil berbeda nyata. Perbedaan tersebut diduga dikarenakan perbedaan faktor lingkungan seperti kadar salinitas perairan. Dimana perairan yang lebih dangkal mempunyai kadar salinitas yang lebih rendah dibandingkan dengan perairan yang lebih dalam. Udang penaeidae menyukai perairan dengan salinitas 15-25 ppt (Lovshin 2012).

Udang termasuk golongan omnivora ataupun pemakan segalanya antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polichaeta, larva kerang dan lumut (Fast dan Laster 1992). Keberadaan dan kelimpahan pakan udang tersebut juga dipengaruhi oleh kandungan nutrien suatu perairan. Kandungan nutrien lebih besar pada kedalaman kurang dari 20 m karena dipengaruhi oleh mangrove dan muara (Sudarmono 2005). Oleh karena itu, pada kisaran kedalaman 11-20 m kandungan nutrien lebih tinggi yang menyebabkan makanan dari udang melimpah sehingga udang lebih banyak tertangkap pada perairan tersebut.

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 Tiger Banana Ende pink Ende blue Uchiwa King Kiji Kerosok Red B. tiger

Laju tangkap (kg/jam)

31-40 (m) 21-30 (m) 11-20 (m)

Kesimpulan

1) Udang Tiger (Penaeus semisulcatus) tersebar hampir merata pada kedalaman 11 hingga 40 m. Udang Ende blue (Metapenaeus endeavouri) lebih banyak tertangkap pada kisaran kedalaman 11-20 m dengan laju tangkap sebesar 5.1 kg/jam. Sedangkan udang Ende pink (Metapenaeus monoceros) lebih banyak tertangkap pada kisaran kedalaman 31-40 m;

2) Kedalaman perairan dengan laju tangkap udang tertinggi terdapat pada kisaran kedalaman 11-20 m.

Dokumen terkait