• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Pengaruh Kemasan dan Letak Tumpukan Terhadap Memar

Getaran pada meja getar selama simulasi transportasi menyebabkan kemasan sekunder atau wadah dapat bergeser sehingga menyebabkan terjadi tumpukan yang miring. Kemiringan ini sebagai akibat getaran dan goncangan yang merupakan representasi dari sarana pengangkutan dan kondisi jalan selama transportasi.

0 2 4 6 8 10 12 Lu a s M e m a r ( % )

Atas Tengah Bawah

Tumpukan

Perbedaan Luas Memar Berdasarkan Kemasan dan Tumpukan

Keranjang+Plastik Keranjang+Daun Keranjang Kardus+Plastik Kardus+Daun Kardus Kontrol

Gambar 14. Persentase Luas Memar Pada Setiap Tumpukan Pada Berbagai Kemasan

Secara umum, pada Gambar 14 dapat menjelaskan persentase luas memar pada kubis yang tidak menggunakan kemasan primer dan luar (kontrol) terjadi persentase luas memar tertinggi pada setiap letak tumpukan yaitu sebesar 10.45 % (atas), 11.01% (tengah), dan 10.97% (bawah). Sedangkan penggunaan kemasan primer baik plastik film ataupun daun kubis dapat menekan persentase luas memar yang terjadi pada setiap letak tumpukan sehingga kerusakan yang terjadi sangat rendah yaitu dibawah 1%.

Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 11), kubis yang dikemas secara individu baik dengan plastik film maupun dengan daun kubis menunjukkan persentase luas memar yang paling rendah dengan kisaran nilai 0.68 ± 0.53 sampai dengan 0.72 ± 0.54 dengan nilai yang tidak berbeda nyata. Hal ini terjadi baik dengan wadah keranjang maupun wadah kardus dan pada setiap letak tumpukan.

Gambar 15. Kemiringan Tumpukan Kemasan Sekunder (Kardus) Setelah Simulasi Transpotasi

Letak tumpukan diposisi atas cenderung menunjukkan terjadi persentase luas memar yang lebih kecil dibandingkan pada letak tumpukan ditengah dan dibawah. Walaupun demikian perbedaan nilai persentase luas memar tersebut tidak berbeda nyata kecuali pada kemasan keranjang, kardus dan kontrol (Tabel 11). Pada kemasan keranjang, kardus dan kontrol, persentase luas memar paling besar terjadi pada tumpukan bawah dan tengah dan berbeda nyata dengan tumpukan atas. Ditinjau dari ukuran wadah (keranjang atau

kardus) maka peluang terjadinya kerusakan fisik pada kubis dalam setiap wadah adalah sama besar karena setiap wadah memuat kubis sekitar 18 – 23 kg/wadah dan setiap wadah hanya berisi 1 lapisan/tumpukan kubis.

Tabel 11. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kombinasi Kemasan Dan Letak Tumpukan Terhadap Persentase Luas Memar

Tumpukan Kemasan

Atas Tengah Bawah Keranjang+Plastik film 0.69 ± 0.50 f 0.71 ± 0.53 f 0.71 ± 0.55 f Keranjang+Daun 0.68 ± 0.53 f 0.72 ± 0.54 f 0.71 ± 0.54 f Keranjang 2.80 ± 1.45 e 3.04 ± 1.41 cd 3.11 ± 1.56 cd Kardus+Plastik film 0.70 ± 0.51 f 0.73 ± 0.54 f 0.75 ± 0.57 f Kardus+Daun 0.70 ± 0.54 f 0.72 ± 0.52 f 0.70 ± 0.50 f Kardus 2.88 ± 1.49 de 3.07 ± 1.38 cd 3.13 ± 1.48 c Kontrol 10.45 ± 5.69 b 11.01 ± 5.92 a 10.97 ± 5.89 a Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Penggunaan kombinasi wadah (kemasan sekunder) dengan kemasan individu (kemasan primer) menghasilkan luas memar yang tidak berbeda nyata antara tumpukan atas, tengah dan bawah. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan kemasan perimer mampu melindungi kubis dari kerusakan.

Perbedaan nyata yang terjadi pada keranjang, kardus dan kontrol pada letak tumpukan atas dengan tengah atau bawah lebih disebabkan faktor penanganan selama bongkar muat. Hal ini terjadi akibat penyusunan tumpukan secara manual sehingga dapat mempengaruhi kerusakan fisik karena memar terjadi yang disebabkan perpindahan produk didalam wadah selama penanganan dan transportasi (Mc. Gregor, 1989). Kitinoya dan Gorny (1999) menyatakan bahwa kehilangan pasca panen dapat disebabkan karena penanganan yang kasar saat bongkar muat.

Faktor penumpukan yang tinggi dapat mengakibatkan penggeseran dari wadah selama getaran atau simulasi transportasi. Pada Gambar 15 menunjukkan, pergeseran wadah tersebut dapat mengurangi kekuatan wadah (Mc. Gregor, 1989). Kekuatan kardus untuk melindungi kubis didalamnya menurun karena adanya getaran, sedangkan kekuatan keranjang dapat bertahan karena cenderung tidak terjadi pergeseran disebabkan bentuk

permukaan atas dari setiap sisi keranjang yang dapat menopang keranjang lain diatasnya. Hal ini menyebabkan luas memar pada keranjang dan kardus tidak berbeda nyata.

Berdasarkan hasil analisa dari kedua interaksi diatas, menunjukkan bahwa tingkat kerusakan kubis segar dengan lama simulasi transportasi 1 jam, 2 jam, dan 5 jam sangat dipengaruhi oleh faktor kemasan yang berinteraksi dengan lama simulasi transportasi dan juga letak posisi tumpukan wadah. Akan tetapi, persentase luas memar lebih nyata pengaruhnya dari faktor kemasan dan lama simulasi transportasi karena adanya peningkatan persentase luas memar sesuai semakin lamanya simulasi transportasi. Dengan kata lain tingkat kerusakan fisik kubis semakin meningkat nyata dengan semakin lamanya transportasi.

Kombinasi kemasan yang dapat menghasilkan persentase luas memar yang rendah adalah kubis yang diwadahi oleh keranjang ataupun kardus dan dikemas secara individu baik dengan plastik film maupun dengan daun. Kombinasi kemasan tersebut terbukti dapat menahan tingkat kerusakan kubis pada setiap lamanya waktu simulasi transportasi (1, 2 dan 5 jam). Hal ini juga ditunjukkan dari kerusakan pada kontrol dengan persentase luas memar yang paling besar dan berbeda nyata dengan kubis yang menggunakan kemasan baik dengan wadah (kemasan sekunder) saja maupun yang dikombinasi dengan kemasan primer (plastik film atau daun kubis).

Ditingkat petani yang pengangkutan kubis tidak dilakukan dengan pengemasan dapat dilakukan suatu cara penyusunan untuk mengurangi kerusakan. Meskipun demikian, hasil perhitungan menunjukkan bahwa penataan tersebut masih menghasilkan persentase luas memar yang terbesar pada kontrol dibandingkan pada kubis dengan kemasan (Gambar 16). Beban tekanan yang terjadi pada kubis tanpa kemasan lebih besar terutama karena gesekan antar kubis dan getaran mesin. Kitinoya dan Gorny (1999) menyatakan bahwa transportasi secara curah akan mengakibatkan kerusakan karena tekanan dan hal ini menjadi penyebab kehilangan pasca panen selama transportasi. Subekti (1998) menyatakan penggunaan terpal untuk penutup kendaraan pengangkut kubis ke pasar

berpotensi meningkatkan kehilangan atau susut pada kubis selama distribusi atau transportasi dalam bentuk curah.

Gambar 16. Penyusunan Kubis Pada Perlakuan Kontrol

Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Tingkat Kekerasan

Tingkat kekerasan adalah salah satu parameter yang biasa digunakan untuk menguji terjadikan perubahan mutu pada buah dan sayuran. Tingkat kekerasan yang berubah disebabkan karena komposisi dinding sel berubah (Winarno, 2002). Pengujian dengan analisis ragam didapat bahwa hanya faktor kemasan yang mempengaruhi tingkat kekerasan baik pada bagian daun maupun pada tulang daun kubis segar. Gambar 15, menunjukkan hasil uji kekerasan pada daun dan tulang daun pada kubis segar dimana pola tingkat kekerasan tersebut tidak beraturan.

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 T in g kat K e ker asa n ( k g )

Daun Tulang Daun

Tingkat Kekerasan Pada Daun dan Tulang Daun Kubis

Keranjang+Plastik Keranjang+Daun Keranjang

Kardus+Plastik Kardus+Daun Kardus

Kontrol

Gambar 17. Tingkat Kekerasan Pada Daun Dan Tulang Daun Kubis Pada Berbagai Kemasan

Hasil analisis ragam didapat bahwa kemasan memberikan pengaruh pada tingkat kekerasan dengan P value <.0001. Lama waktu simulasi transportasi sebesar 1, 2, dan 5 jam tidak memberikan pengaruh pada tingkat kekerasan kubis segar padahal faktor ini sangat memberikan pengaruh pada susut berat dan tingkat kerusakan pada kubis.

Hasil uji Duncan sebagai uji lanjut hasil analisis ragam tersebut (Tabel 12) menunjukkan secara umum, tingkat kekerasan kubis segar baik didaun maupun ditulang daun memperlihatkan pola yang tidak beraturan dengan nilai yang tidak berbeda untuk beberapa perlakuan kombinasi kemasan (Gambar 17). Pada tingkat kekerasan daun, 5 (keranjang+plastik film, kardus+plastik film, kardus+daun, kardus, kontrol) dari 7 kombinasi kemasan memiliki tingkat kekerasan yang tidak berbeda nyata termasuk kontrol dan 2 lainnya (keranjang+daun, keranjang) juga tidak berbeda nyata satu dengan yang lain. Sedangkan pada tingkat kekerasan ditulang daun, memberikan pola yang hampir serupa bahkan dari 2 kombinasi kemasan (keranjang+daun, keranjang). Salah satunya yaitu keranjang-daun menunjukkan nilai kekerasan yang tidak berbeda nyata dengan kardus+plastik film, kardus+daun dan kontrol.

Tabel 12. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kemasan Terhadap Tingkat Kekerasan

Tingkat Kekerasan Kemasan

Daun Tulang Daun Keranjang+Plastik film 1.62 ± 0.24 a 1.57 ± 0.29 a Keranjang+Daun 1.40 ± 0.25 b 1.34 ± 0.25 bc Keranjang 1.35 ± 0.22 b 1.19 ± 0.21 c Kardus+Plastik film 1.61 ± 0.27 a 1.49 ± 0.24 ab Kardus+Daun 1.63 ± 0.23 a 1.47 ± 0.23 ab Kardus 1.61 ± 0.18 a 1.59 ± 0.16 a Kontrol 1.75 ± 0.16 a 1.45 ± 0.12 ab

Keterangan : huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Nilai R-square dari masing-masing tingkat kekerasan dari daun dan tulang daun

adalah 0.59. Nilai tersebut sangat rendah (normal = 0.75) untuk suatu hasil uji statistik yang menunjukkan pengaruh faktor kemasan pada tingkat kekerasan. Hal ini dapat diartikan juga bahwa pengaruh kemasan pada tingkat kekerasan kubis sangat rendah.

Tingkat kekerasan biasanya digunakan sebagai salah satu parameter untuk pengujian mutu produk pertanian khususnya sayuran dan buah karena akan sangat berpengaruh nyata dengan lamanya penyimpanan produk. Pada penelitian ini, dengan lama simulasi transportasi sampai dengan 5 jam menunjukkan bahwa belum terjadi perubahan tingkat kekerasan yang berpengaruh nyata pada mutu kubis segar. Perhitungan dengan parameter kekerasan yang bersifat dekstruktif belum tepat digunakan untuk pengujian simulasi transportasi sampai dengan 5 jam. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan untuk pengujian tingkat kekerasan produk dengan metode non-dekstruktif.

Analisa Kelayakan Finansial Unit Usahatani Kubis Segar

Perhitungan nilai ekonomis kubis segar pada penelitian ini adalah berupa ”direct

selling” dimana produsen (petani) langsung dapat menjual kubis segar kepada konsumen (pembeli). Rantai suplai dari produsen langsung kepada konsumen ini tidak melalui tahap penyimpanan pada kegiatan produksi. Porter, et al (2004) menyatakan bahwa tidak ada keuntungan apabila dilakukan pengupasan selama penyimpanan setelah dihitung nilai ekonomi dan biaya buruh untuk pengupasan.

Pengkajian kelayakan suatu proyek (usahatani kubis segar) akan ditinjau dari nilai

B/C ≥ 1 dan pendekatan nilai untuk menunjukkan keuntungan dari unit usahatani kubis

segar ditunjukkan nilai R/C yang berada diatas 1. Usahatani kubis ini berlokasi sesuai kelipatan lama simulasi transportasi sebagai kesetaraan jarak antara produsen dan konsumen yaitu 1 jam simulasi transportasi setara dengan 107.588 km.

Pada Tabel 13, ditunjukkan hasil perhitungan rasio manfaat-biaya dan penerimaan- biaya pada introduksi kemasan untuk kubis segar yang dapat diketahui bahwa nilai B/C dan R/C usahatani kubis segar ini akan semakin kecil dengan bertambah lamanya simulasi transportasi. Hal ini terkait dengan semakin besarnya susut berat bersih kubis segar yang dapat dijual dipasaran akibat kerusakan yang disebabkan transportasi sehingga memerlukan pengupasan krop kubis untuk memenuhi kriteria mutu yang dipersyaratkan oleh konsumen atau pembeli.

Tabel 13. Hasil Perhitungan Analisa Finansial Pada Usahatani Kubis Segar*

Lama Simulasi Transportasi

1 Jam 2 jam 5 jam

Kombinasi Kemasan B/C R/C B/C R/C B/C R/C Keranjang+Plastik film 0.4545 1.455 0.4089 1.409 0.2703 1.270 Keranjang+Daun 0.5486 1.549 0.4716 1.472 0.3873 1.387 Keranjang 0.5169 1.517 0.4813 1.481 0.4186 1.419 Kardus+Plastik film 0.2337 1.234 0.2179 1.218 0.0827 1.083 Kardus+Daun 0.3721 1.372 0.3646 1.365 0.2335 1.233 Kardus 0.3697 1.370 0.3198 1.320 0.2277 1.228 Kontrol 0.4216 1.422 0.4251 1.425 0.3125 1.313

Keterangan : *modus harga jual kubis ditingkat petani Rp 1500 per kg

Simulasi transportasi selama 1 dan 2 jam adalah mewakili produsen di Jawa Barat sedangkan 5 jam adalah untuk produsen Jawa Tengah (lihat bab Metode). Oleh sebab itu, ditinjau dari R/C maka tingkat keuntungan produsen di Jawa Barat lebih besar daripada di Jawa Tengah. Hal ini dapat disebabkan 2 hal yaitu biaya transportasi yang lebih besar dan tingkat kerusakan fisik kubis yang lebih besar sehingga nilai ekonomis kubis segar semakin turun.

Penggunaan kemasan atau wadah kardus menghasilkan nilai terendah. Kombinasi kemasan kardus+plastik film memberikan nilai paling rendah baik untuk nilai B/C maupun R/C pada setiap lama simulasi transportasi walaupun dari tingkat kerusakan fisik dan susut berat kubis memberikan nilai paling rendah (Tabel 13). Hal ini disebabkan harga kardus dan plastik film yang cukup mahal sehingga meningkatkan jumlah biaya operasional. Menurut Poernomo (1979) pemakaian kemasan kotak karton gelombang atau kardus masih kurang tepat atau belum sesuai untuk pengiriman lokal oleh karena harganya masih mahal dan kurang tahan terhadap perlakuan kasar yang biasa dijumpai.

Penggunaan keranjang dengan daun menunjukkan nilai R/C terbesar pada simulasi transportasi 1 jam sebesar 1.549 dan pada 2 serta 5 jam simulasi transportasi terlihat penggunaan keranjang merupakan nilai R/C terbesar berturut-turut adalah 1.481 dan 1.419. Walaupun hasil Uji Duncan untuk susut berat akibat simulasi dan pengupasan

(Tabel 9) memperlihatkan bahwa susut berat kubis dengan keranjang+daun dan keranjang saja menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata.

Kontrol merupakan kubis tanpa kemasan sehingga struktur biaya operasional tidak memerlukan biaya untuk material pengemasan akan tetapi biaya penanganan pasca panen tetap dilakukan dan tetap menggunakan wadah keranjang bambu untuk pengumpulan kubis dari lahan. Perlakuan pengemasan tanpa kemasan sekunder (wadah) dan kemasan primer (kontrol) menunjukkan tingkat nilai B/C dan R/C bukan yang paling tinggi, karena tingkat susut berat kubis akibat transportasi dan pengupasan paling tinggi (Tabel 9) sehingga menurunkan nilai ekonomis kubis.

Perhitungan lebih lanjut didapatkan bahwa untuk usahatani kubis segar ditingkat petani dan dengan introduksi tehnik pengemasan, membutuhkan tambahan biaya. Adapun tambahan biaya untuk pengemasan keranjang+plastik film adalah Rp 154.29/kg dan pengemasan menggunakan keranjang+daun atau keranjang saja adalah Rp 35.71/kg. Sedangkan tambahan biaya untuk kemasan kardus+plastik film adalah Rp 321.43/kg dan penggunaan kardus+daun atau kardus saja adalah Rp 167.14/kg.

Berdasarkan pengamatan rantai suplai sayuran di Jawa Barat, terdapat variasi harga pada segmen pasar tertentu seperti pasar swalayan, restoran/hotel internasional, dan rumah sakit yang memberikan harga jual kubis lebih besar 20 – 40 % dari Rp 1,500/kg atau Rp 1,800 – 2,100 per kg. Perhitungan lebih lanjut (Lampiran 11) untuk introduksi

tehnik pengemasan yang dapat layak dilakukan oleh petani mendapatkan B/C ≥1 sebagai

parameter kelayakan usahatani kubis segar, dengan interval kenaikan harga sebesar Rp 50/kg sebagai nilai terkecil dalam perdagangan. Dari perhitungan tersebut dihasilkan bahwa :

1. Untuk introduksi kombinasi kemasan keranjang + daun akan layak pada tingkat harga

jual kubis Rp 1,950/kg untuk simulasi selama 1 jam (R/C 2.013). Pengaruh adanya daun kubis sebagai kemasan primer dapat mengurangi tingkat kehilangan atau susut berat kubis sehingga nilai kelayakannya pada tingkat harga yang naik hanya 8.3 %.

2. Untuk introduksi kombinasi kemasan keranjang akan layak pada tingkat harga jual kubis Rp 2,000/kg untuk simulasi selama 1 jam (R/C 2.023). Penggunaan wadah keranjang tanpa adanya kemasan primer mengakibatkan susut yang lebih besar dibandingkan dengan adanya daun kubis sebagai kemasan. Walaupun secara teknis tidak berbeda nyata susut yang terjadi tetapi secara ekonomis tingkat kelayakan investasi ini pada tingkat harga yang lebih tinggi dari kombinasi kemasan keranjang+daun.

3. Untuk introduksi kombinasi kemasan keranjang + daun dan keranjang akan layak

pada tingkat harga jual kubis Rp 2,050/kg untuk simulasi selama 2 jam dengan R/C masing-masing 2.116 dan 2.073. Tingkat harga ini menjadikan jarak yang lebih jauh (setara 2 jam simulasi transportasi) dapat layak berinvestasi usahatani kubis segar dengan kemasan keranjang baik dengan kombinasi kemasan primer (daun kubis) maupun hanya keranjang. Hal ini dijelaskan juga pada Tabel 9 bahwa susut berat keranjang+daun dengan keranjang tidak berbeda nyata.

4. Untuk introduksi kombinasi kemasan keranjang + plastik film akan layak pada

tingkat harga jual kubis Rp 2,100/kg untuk simulasi selama 1 jam dengan R/C 2.011. (Tabel 14). Penggunaan plastik film menunjukkan susut yang paling rendah pada perlakuan yang menggunakan keranjang akan tetapi karena biaya operasionalnya paling tinggi maka untuk kelayakan investasi kubis segar dengan kemasan keranjang+plastik film memerlukan tingkat harga yang paling tinggi.

Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kelayakan investasi kubis segar dengan wadah keranjang lebih tepat dilakukan oleh petani Jawa Barat (setara dengan 1 dan 2 jam simulasi transportasi) dibandingkan oleh petani Jawa Tengah. Hal ini disebabkan oleh 2 hal yaitu 1) pada tingkat harga tertinggi yang mungkin dicapai yaitu Rp 2,100/kg, nilai B/C untuk 5 jam simulasi transportasi masih < 1, 2) tingkat kerusakan kubis yang besar sehingga susut berat kubis tidak menghasilkan nilai ekonomis untuk kelayakan investasi.

Pada tingkat harga Rp 2,100/kg (Tabel 16) menjelaskan bahwa penggunaan kardus dan kontrol masih belum layak dilakukan karena B/C dibawah 1, walaupun sudah cukup

menguntungkan petani dengan R/C diatas 1 pada setiap lama simulasi transportasi. Sedangkan penggunaan keranjang cukup menguntungkan (R/C > 1) bagi petani pada setiap lama simulasi transportasi, akan tetapi baru akan layak (B/C ≥ 1) dilaksanakan pada 1 jam simulasi transportasi untuk semua kombinasi dengan keranjang dan pada 2 jam simulasi transportasi untuk kombinasi keranjang + daun atau keranjang saja.

Tabel 14. Hasil Perhitungan Analisa Finansial Pada Usahatani Kubis Segar Pada Tingkat Harga Rp 2,100/Kg

Lama Simulasi Transportasi

1 Jam 2 jam 5 jam

Kombinasi Kemasan B/C R/C B/C R/C B/C R/C Keranjang+Plastik film 1.0364 2.0364 0.9725 1.9725 0.7784 1.7784 Keranjang+Daun 1.1680 2.1680 1.0603 2.0603 0.9422 1.9422 Keranjang 1.1236 2.1236 1.0738 2.0738 0.9856 1.9860 Kardus+Plastik film 0.7271 1.7271 0.7050 1.7050 0.5158 1.5158 Kardus+Daun 0.9210 1.9210 0.9105 1.9105 0.7269 1.7269 Kardus 0.9176 1.9176 0.8477 1.8477 0.7188 1.7188 Kontrol 0.9903 1.9903 0.9952 1.9952 0.8375 1.8375

Berdasarkan perhitungan ekonomis kubis terlihat bahwa nilai keuntungan dan kelayakan penggunaan daun kubis pada wadah keranjang memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari pada penggunaan keranjang saja. Hal ini disebabkan susut berat pada keranjang tanpa kemasan primer lebih besar daripada kubis dengan kemasan keranjang+daun kubis, walaupun secara teknis, susut tersebut tidak berbeda nyata.

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa saat ini orientasi usahatani kubis masih berdasarkan keuntungan saja sehingga tidak dapat mengembangkan usahatani tersebut.

Apabila didasarkan perhitungan rasio Manfaat-Biaya (B/C ≥ 1) maka suatu investasi

usahatani kubis berada pada dapat tingkat kelayakan yang dapat menumbuhkembangkan investasi agribisnis kubis segar ini sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Dokumen terkait