• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Susut Berat setelah Simulasi Transportasi.

Susut berat setelah simulasi transportasi merupakan pengukuran berat kubis sebelum dilakukan penilaian kerusakan, penilaian kekerasan dan pengupasan krop kubis yang rusak (Gambar 9). Susut pada saat setelah simulasi transportasi lebih banyak disebabkan faktor metabolisme kubis yaitu respirasi. Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat respirasi kubis dalam simulasi transportasi adalah getaran mesin, gesekan antar kubis dan gesekan dengan wadah. Bahan dasar dari wadah atau kemasan sekunder yang digunakan dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada tingkat respirasi kubis.

Secara umum, semakin lama waktu simulasi transportasi akan menghasilkan susut berat yang semakin besar pada setiap kombinasi kemasan termasuk kontrol (Gambar 10). Pada kontrol, susut berat terjadi paling besar yaitu 1.39 % untuk lama simulasi 1 jam, 1.48 % untuk lama simulasi 2 jam dan 3.28 % untuk lama simulasi 5 jam. Pengaruh lama simulasi terhadap susut berat tidak berbeda nyata untuk simulasi transportasi 1 dan 2 jam, sedangkan untuk lama simulasi transportasi 5 jam pengaruhnya berbeda nyata (Tabel 8).

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 S u s u t B e ra t (% ) 1 2 5

Lama Simulasi Transportasi (jam)

Penurunan Berat Akibat Simulasi Transportasi

Keranjang+Plastik Keranjang+Daun Keranjang Kardus+Plastik

Kardus+Daun Kardus Kontrol

Gambar 10. Susut Berat Kubis Pada Berbagai Kemasan Setelah Simulasi Transportasi Gambar 10 juga menunjukkan bahwa susut berat setelah simulasi paling rendah terjadi pada kemasan dimana kubis dikemas secara individu dengan plastik film, baik yang menggunakan wadah keranjang maupun kardus. Pada keranjang dengan plastik film, susut berat yang terjadi akibat simulasi transportasi adalah 0.19 % (1 jam), 1.23 % (2 jam), dan 0.51 % (5 jam). Sedangkan pada kardus dengan plastik film, susut berat yang terjadi adalah 0.18 % (1 jam), 0.22 % (2 jam) dan 0.22 % (5 jam). Winarno (1987) menyatakan bahwa sifat permeabilitas plastik film terhadap uap air dan udara menyebabkan mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama pengangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kemasan primer (plastik film, daun kubis) dapat melindungi kubis dari gesekan antar kubis dan gesekan dengan wadah sehingga dapat menekan kerusakan yang mengakibatkan meningkatnya laju respirasi.

Penggunaan wadah atau kemasan sekunder mampu melindungi kehilangan berat kubis, terlihat bahwa susut berat kubis masih lebih rendah dibandingkan dengan

kontrol (Gambar 10). Penggunaan keranjang menghasilkan susut berat lebih besar dibandingkan dengan kardus. Hal ini disebabkan peningkatan respirasi kubis akibat gesekan kubis dengan wadah keranjang yang relatif keras dibandingkan dengan permukaan kardus. Selain itu, keranjang lebih terbuka sehingga kurang menahan kehilangan kadar air akibat transpirasi, dibandingkan dengan kardus yang hanya memiliki celah sebanyak 5% dari permukaannya sebagai ventilasi.

Tabel 8. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kemasan Dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Susut Berat Akibat Simulasi Transportasi (%)

Lama Simulasi Transportasi Kemasan

1 jam 2 jam 5 jam Keranjang+Plastik film 0.19 ± 0.12 h 0.23 ± 0.04 gh 0.51 ± 0.17 fg Keranjang+Daun 0.53 ± 0.13 fg 1.52 ± 0.40 d 2.50 ± 0.25 b Keranjang 0.68 ± 0.17 f 1.45 ± 0.19 d 2.41 ± 0.16 b Kardus+Plastik film 0.18 ± 0.10 h 0.22 ± 0.09 gh 0.22 ± 0.05 gh Kardus+Daun 0.62 ± 0.37 f 0.80 ± 0.31 f 1.99 ± 0.68 c Kardus 0.56 ± 0.23 f 1.12 ± 0.12 e 2.31 ± 0.33 b Kontrol 1.39 ± 0.13 d 1.48 ± 0.23 d 3.28 ± 0.06 a Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Hasil dari analisis ragam terhadap susut berat akibat lamanya simulasi transportasi, menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi pada tiga faktor (lama simulasi transportasi, kemasan dan tumpukan) tetapi terjadi interaksi dua faktor yaitu kemasan dan lama simulasi transportasi dengan P value <.0001.

Pada 1 jam simulasi transportasi terlihat bahwa kombinasi kemasan dengan berwadah keranjang maupun kardus menghasilkan pola yang sama. Nilai susut berat pada wadah dengan kubis dikemas dengan daun dan tanpa dikemas secara individu menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata baik dengan wadah keranjang maupun kardus. Artinya untuk transportasi sepanjang 107.588 km (setara 1 jam simulasi transportasi) kubis yang menggunakan kemasan sekunder (keranjang dan kardus) tidak memerlukan kemasan primer daun kubis karena susut beratnya tidak berbeda nyata.

Pada 2 jam simulasi transportasi, wadah keranjang baik dengan kubis dikemas daun ataupun tanpa dikemas menunjukkan susut berat yang lebih besar daripada wadah kardus. Hal ini menunjukkan bahwa kardus dapat menekan susut berat lebih baik dari pada keranjang karena kelebihan kardus adalah terbuat dari bahan yang lebih lunak, permukaannya halus sehingga kerusakan karena gesekan antar kubis dengan permukaan kemasan sekunder (wadah) dapat ditekan.

Pada 5 jam simulasi transportasi, susut berat setelah transportasi pada wadah keranjang dengan kubis dikemas daun ataupun tanpa dikemas menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Sedangkan penggunaan wadah kardus, kubis dikemas dengan daun lebih kecil dibandingkan dengan kubis tanpa dikemas secara individu, terlihat susut berat kubis berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan primer dengan daun kubis mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat susut berat kubis segar selama transportasi yang setara dengan lama simulasi transportasi 5 jam (537.940 km)

Kombinasi kemasan kardus+plastik film ataupun keranjang+plastik film dapat menekan susut berat, pada setiap lama transportasi simulasi. Pengaruh penggunaan plastik film pada kedua wadah (keranjang dan kardus) tidak berbeda nyata. Susut berat kubis dengan kombinasi keranjang+plastik film untuk 1 dan 2 jam, dan untuk 2 dan 5 jam simulasi transportasi tidak berbeda nyata, tetapi pada 1 dan 5 jam simulasi transportasi susut beratnya berbeda nyata. Kitinoya dan Gorny (1999) menyatakan bahwa pengemasan dengan plastik film pada produk segar memberikan keleluasaan bagi oksigen untuk masuk dari luar kemasan dan melepas karbondioksida dari dalam kemasan primer ruang terbatas disebut passively modified atmosphere.

Penggunaan daun kubis pada wadah keranjang akibat simulasi transportasi tidak memberikan nilai susut berat yang berbeda nyata dengan kubis tanpa kemasan primer. Perlindungan daun kubis terhadap susut berat akan berdampak nyata dengan kombinasi kardus sebagai wadah. Pengaruh kardus yang relatif tertutup mampu menahan transpirasi dan peningkatan respirasi karena kerusakan kubis. Perbedaan

nyata terlihat pada simulasi transportasi selama 2 dan 5 jam. Hal ini menunjukkan penggunaan daun kubis akan efektif menekan susut berat dengan kombinasi kardus untuk jarak transportasi yang setara dengan 2 dan 5 jam simulasi transportasi.

2. Susut berat setelah dilakukan Simulasi Transportasi dan Pengupasan.

Perhitungan susut berat ini ditujukan untuk mendapatkan berat bersih yang menjadi nilai jual kubis segar sesuai dengan persyaratan konsumen. Kriteria mutu yang dipersyaratkan adalah kubis tanpa cacat fisik. Oleh sebab itu, produsen atau pedagang melakukan pengupasan pada kubis untuk memenuhi kriteria mutu tersebut.

Secara umum, semakin lama waktu simulasi transportasi akan menghasilkan susut berat yang semakin besar pada setiap kombinasi kemasan termasuk kontrol (Gambar 11). Hal ini menunjukkan bahwa semakin jauh letak produksi dengan pasar akan mempengaruhi nilai ekonomis kubis. Pengaruh lama simulasi transportasi terhadap susut berat kubis disebabkan terjadinya kerusakan fisik pada kubis sehingga diperlukan pengupasan. Hal ini juga dapat dibuktikan dari Tabel 9, bahwa susut berat akibat simulasi transportasi dan pengupasan tidak berbeda nyata pada 1 dan 2 jam simulasi transportasi tetapi akan berbeda nyata pada 5 jam simulasi transportasi.

Dari Gambar 11, terlihat susut berat akibat simulasi transportasi dan pengupasan yang paling besar terjadi pada kontrol sedangkan susut paling rendah pada kubis yang dikemas dengan plastik film dengan wadah keranjang dan kardus. Hasil ini menunjukkan bahwa kemasan baik primer maupun sekunder dapat menghambat susut berat kubis sehingga dapat menghindari kehilangan nilai ekonomis dari kubis segar.

Mc. Gregor (1989) menyatakan selama transportasi produk dapat terkena dampak getaran mesin, penanganan kasar selama bongkar muat dan kehilangan kadar air. Faktor-faktor tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya susut atau kehilangan berat pada produk.

0 5 10 15 20 25 30 35 S u s u t B e ra t (% ) 1 2 5

Lama Simulasi Transportasi (jam)

Penurunan Berat Kubis Setelah Simulasi Transportasi dan Pengupasan

Keranjang+Plastik Keranjang+Daun Keranjang Kardus+Plastik

Kardus+Daun Kardus Kontrol

Gambar 11. Susut berat Kubis Pada Berbagai Kemasan Setelah

Simulasi Transportasi dan Pengupasan

Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terjadi interaksi pada tiga faktor (lama simulasi transportasi, kemasan dan tumpukan). Hanya terjadi 1 (satu) interaksi dua faktor yaitu kemasan dan lama simulasi transportasi. Hasil analisis ragam ini serupa dengan hasil analisis ragam pada susut berat yang disebabkan lama simulasi transportasi.

Pada kontrol, terjadi susut berat paling besar pada setiap lamanya waktu simulasi transportasi yaitu 27.05% pada simulasi transportasi setara 1 jam, 27.05% pada simulasi transportasi setara 2 jam dan 32.65% pada simulasi transportasi setara 5 jam. Meskipun demikian, nilai susut berat pada lama simulasi transportasi 1 jam dan 2 jam, tidak berbeda nyata dan nilai susut berat paling besar terjadi pada 5 jam simulasi transportasi terlihat berbeda nyata (Tabel 9). Kontrol atau kubis tanpa kemasan tidak memiliki perlindungan baik dari getaran mesin maupun gesekan antar kubis sehingga terjadi kerusakan fisik kubis paling besar. Kerusakan fisik tersebut memerlukan pengupasan krop kubis 5-7 lembar sehingga susut berat yang terjadi paling besar.

Susut berat setelah simulasi transportasi dan pengupasan (trimming) paling rendah terjadi pada kemasan dimana kubis dikemas secara individu dengan plastik film dan menggunakan wadah kardus dengan nilai 10.26% (1 jam), 11.41% (2 jam) dan 21.24% (5 jam). Pada setiap lama simulasi transportasi dimana nilai susut berat kubis yang dikemas dengan plastik film baik pada wadah kardus maupun wadah keranjang

tidak berbeda nyata kecuali pada simulasi transportasi selama 2 jam (Tabel 9). Kardus yang lebih lunak dapat menekan susut berat secara signifikan pada simulasi transportasi selama 2 jam sedangkan keranjang dapat mendekati kemampuan kardus dengan ditambahkan lapisan koran didalamnya. Penggunaan lapisan alas pada wadah yang keras dapat mengurangi kehilangan pasca panen (Kitinoya dan Gorny, 1999).

Tabel 9. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kemasan Dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Susut Berat (%) Akibat Simulasi Transportasi Dan Pengupasan

Lama Simulasi Transportasi Kemasan

1 jam 2 jam 5 jam

Keranjang+Plastik film 10.40 ± 1.59 l 13.21 ± 1.58 jk 21.75 ± 0.91 defg Keranjang+Daun 16.85 ± 2.30 i 20.98 ± 1.92 fg 25.51 ± 1.74 bc

Keranjang 18.55 ± 1.20 hi 20.46 ± 0.71 gh 23.83 ± 1.57 cd Kardus+Plastik film 10.26 ± 0.79 l 11.41 ± 1.80 l 21.24 ± 0.58 efg

Kardus+Daun 14.30 ± 2.04 j 14.77 ± 2.15 j 22.96 ± 1.48 def Kardus 14.45 ± 1.88 j 17.57 ± 1.57 i 23.32 ± 1.50 de Kontrol 27.05 ± 1.27 b 26.87 ± 2.04 b 32.65 ± 1.08 a Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Simulasi transportasi selama 1 jam menunjukkan bahwa kemasan dengan berwadah keranjang maupun kardus menghasilkan pola yang sama. Nilai susut berat kubis pada wadah (keranjang dan kardus) dikombinasi dengan daun dan wadah tanpa tambahan kemasan primer menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Susut berat pada wadah keranjang lebih besar daripada wadah kardus dan berbeda nyata. Hal ini disebabkan permukaan kardus yang lebih halus dan bahan baku kardus mampu meredam getaran dengan baik (Grace, 1998)

Pada 2 jam simulasi transportasi, susut berat kubis pada wadah keranjang menunjukkan susut berat yang lebih besar dan berbeda nyata daripada wadah kardus. Khusus pada kubis dengan wadah keranjang, nilai susut berat pada kubis yang dikemas dengan daun, tidak berbeda nyata dengan kubis yang tanpa dikemas secara individu. Oleh sebab itu, penggunaan kardus lebih baik dari pada keranjang dalam menekan kehilangan susut berat. Penggunaan wadah keranjang, dapat dikombinasi kemasan primer plastik film untuk menekan susut berat tetapi tidak memerlukan daun kubis dalam distribusi kubis oleh produsen berjarak 215.176 km.

Pada 5 jam simulasi transportasi, susut berat setelah simulasi transportasi pada wadah keranjang dan kardus baik dengan kemasan primer maupun tanpa kemasan primer menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata kecuali yang dikombinasi dengan kemasan primer daun kubis. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan kemasan primer daun kubis dapat menjaga kehilangan susut berat secara nyata dengan dikombinasi kemasan sekunder kardus.

Penggunaan wadah dapat mengurangi susut berat kubis secara nyata, terbukti pada adanya perbedaan susut berat dalam kombinasi kemasan dengan kontrol. Kitinoya dan Gorny (1999) menyatakan salah satu hal yang mempengaruhi kehilangan pasca panen adalah cara pengemasan dan bahan baku atau materi bahan kemasan. Penggunaan wadah yang dikombinasi dengan plastik film berpengaruh nyata sedangkan dengan daun kubis tidak berpengaruh nyata terhadap susut berat kubis segar.

Susut berat atau kehilangan selama transportasi disebabkan kerusakan produk baik yang disebabkan oleh penanganan yang tidak memadai maupun karena kondisi jalan selama transportasi. Hal ini tidak hanya menyebabkan terjadinya penurunan mutu produk tetapi juga kehilangan pembeli karena memperlambat ketersediaan barang sehingga berdampak langsung terhadap nilai ekonomis produk (Departemen Keuangan, 2006). Oleh sebab itu, aplikasi teknologi pasca panen ditujukan untuk mempertahankan mutu produk, melindungi keamanan pangan dan mengurangi kehilangan secara ekonomis (Kitinoya dan Kader, 2003).

Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Tingkat Kerusakan

Pantastico (1989), ketahanan kerusakan mekanik ditentukan oleh bentuk susunan sel epidermal, tipe dan luas jaringan dasarnya dan susunan sistem berkas pengangkutannya. Memar terjadi sebagai reaksi terhadap beban tekanan dari getaran mesin, gesekan antar kubis dan gesekan dengan wadah. Tekanan tersebut menyebabkan penyempitan dinding sel menyebabkan air yang berada dalam sel terdesak keluar sehingga jaringan menjadi

memar (rusak). Kitinoya dan Gorny (1999) menyatakan bahwa beberapa penyebab kehilangan pasca panen dalam transportasi adalah tekanan udara pada kendaraan atau alat angkut dan kemasan yang kurang baik akan menyebabkan kerusakan karena tekanan.

Lama simulasi transportasi akan memberikan dampak kerusakan fisik kubis sebagai akibat tekanan yang ekivalen dengan jarak perjalanan dari lahan (produsen) sampai kepada pembeli pertama (konsumen). Lama simulasi transportasi sebesar 1 jam dengan amplitudo 2.67 cm akan memberikan dampak kerusakan fisik pada kubis yang ekivalen dengan jarak perjalanan 107.588 km. Hal ini didasarkan perhitungan kondisi jalan luar kota yang amplitudonya 1.74 cm (lembaga Uji Konstruksi, 1986). Sedangkan perhitungan persentase luas memar merupakan perbandingan luas memar pada kubis yang berbentuk persegi panjang karena mengikuti bentuk tulang daun dengan luas permukaan kubis yang berbentuk bulat seperti bola (Gambar 12).

Gambar 12. Memar Pada Sisi dan Atas Kubis Yang Berupa Garis-Garis (lihat panah)

Hasil analisis ragam, menunjukkan bahwa persentase luas memar dipengaruhi oleh kemasan yang berinteraksi dengan faktor lain, yaitu :

1) Lama simulasi transportasi (P value <.0001) dan 2) Letak tumpukan wadah (P value 0.0102).

Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa faktor kemasan memberikan pengaruh yang sangat besar pada luas memar yang terjadi. Pengaruh kemasan tergantung dengan bahan atau materi bahan baku kemasan. Penggunaan kardus, jenis double wall dan tipe regular slotted container (Peleg, 1985), dan keranjang memiliki dimensi ukuran yang sama (60 x

Gregor, 1989). Hal yang membedakan adalah bahan baku keranjang yang terbuat dari plastik (keras dan kuat) dan kardus dari kertas sehingga benturan atau tekanan pada produk akan memberikan dampak yang berbeda.

Dokumen terkait