• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keterjangkauan Ibu terhadap Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar

HASIL PENELITIAN

5.3 Pengaruh Keterjangkauan Ibu terhadap Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar

Salah satu desa tempat penelitian yaitu desa balung, desa ini merupakan desa yang sangat terpencil diantara desa-desa yang ada di Puskesmas XIII Koto Kampar. Yang mana letak geografis nya lebih kurang 30 km dengan jarak tempuh 1,5 jam dan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat dan Riau. Dengan kondisi badan jalan berbatu yang belum bagus (tanah merah), dan pada saat hujan sering ditutupi lumpur dan licin sehingga susah dilewati. Untuk penyebrangan sungai hanya menggunakan jembatan darurat panjangnya ± 25 meter yang dilalui oleh kenderaan roda dua saja. Dengan jarak tempuh 15 km tidak satupun terdapat rumah penduduk tapi disekelilinggnya hanya terdapat hutan belantara. Daerahnya terdapat perbukitan dan sarana transportasi masih kurang yang mempersulit ibu untuk menuju pusat pelayanan kesehatan.

Keterjangkauan jarak ke tempat pelayanan kesehatan merupakan penghambat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tertentu seperti sarana transportasi, keadaan geografis dan waktu tempuh untuk menuju tempat pelayanan kesehatan. waktu tempuh yang di maksud disini adalah waktu tempuh dari tempat tinggal menuju tempat pelayanan kesehatan, waktu tempuh yang lama seringkali menjadi kendala bagi masyarakat dalam upaya pencarian pelayanan kesehatan. Pada umumnya ibu akan mencari tempat pelayanan kesehatan yang berlokasi dekat tempat tinggal mereka.

Berdasarkan hasil penelitian ini, di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar diperoleh 52,1% yang tidak terjangkau dan 47,9% yang terjangkau. Bahwasanya ibu lebih banyak mengatakan tempat tinggal ibu jauh dari lokasi pelayanan kesehatan (puskesmas) (54,9%) dan terdapat 53,5% yang ada petugas kesehatan di lingkungan tempat tinggal ibu, ini berarti bahwa variabel jarak atau keterjangkauan sarana signifikan mempengaruhi ibu untuk memlih penolong persalinan. Sebagian besar responden yang tidak terjangkau aksesnya memilih dukun bayi untuk menolong persalinannya. Responden yang memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi umumnya merupakan masyarakat yang jarak rumahnya menuju tempat dukun bayi lebih dekat sedangkan responden yang memilih pertolongan persalinan oleh bidan.

Yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan karena jaraknya yang lebih jauh. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi merupakan salah satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat pelayanan kesehatan. Bila ibu hamil merasakan adanya ancaman keselamatan terhadap dirinya dan bayinya maka ibu akan mencari petugas kesehatan untuk menolong persalinannya.

Pemilihan penolong persalinan sebagai sarana pelayanan kesehatan prioritas tidak dapat terlepas dari pengaruh faktor pemilihan sarana pelayanan kesehatan lain, yakni dengan adanya pilihan puskesmas, praktek bidan yang biaya pengobatannya juga masih dapat dijangkau oleh masyarakat dengan mutu pelayanan yang baik.

Terdapat hubungan yang signifikan antara keterjangkauan dengan pemilihan penolong persalinan. Ibu yang memiliki keterjangkauan lebih banyak yang memilih penolong persalinan tenaga kesehatan dibanding yang tidak terjangkau, namun dilihat dari yang memilih penolong persalinan oleh dukun bayi lebih banyak yang tidak terjangkau. Ketersediaan dan kemudahan menjangakau tempat pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan trasportasi merupakan salah satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ridwan Amiruddin (2006) yang menyatakan bahwa keterjangkauan, sarana pelayanan kesehatan dengan pemilihan tenaga kesehatan dalam penolong persalinan.

Penelitian yang dilakukan oleh Girma, dkk (2011), mengatakan bahwa faktor terkait lainnya dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain biaya transportasi, jarak ke pusat kesehatan terdekat atau rumah sakit, dan biaya pengobatan yang dirasakan. Selain itu, akses fisik juga menjadi penentu signifikan dalam pengambilan keputusan tentang kunjungan rawat jalan seseorang. Sama halnya dengan masyarakat di wilayah kerja puskesmas XIII Koto Kampar I diketahui sebagian besar ibu yang memanfaatkan puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan prioritas tetapi masih ditemukannya yang ke dukun bayi.

Ada pengaruh keterjangkauan terhadap pemilihan penolong persalinan. Jika tidak terjangkau maka kemungkinan untuk memilih penolong persalinan dukun bayi 15 kali lebih besar dibanding dengan yang terjangkau. Penelitian Musadad dkk (1999) menyimpulkan bahwa pemilihan tenaga penolong persalinan dipengaruhi oleh

tingkat keterjangkauan (akses) terhadap pelayanan persalinan yang tersedia, jumlah dan jenis penolong persalinan yang ada serta keterjangkauan penolong persalinan. Penelitian ini menemukan bahwa sebesar 94,0% persalinan di pedesaan dilakukan di rumah penduduk karena kurangnya sarana pelayanan persalinan. Penelitian Amilda (2010) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan, status ekonomi, dan keterjangkauan sarana kesehatan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Amilda (2010) didapatkan bahwa 55,6% responden terjangkau aksesnya menuju sarana kesehatan terdekat (bidan). Sedangkan 44,4% akses menuju sarana kesehatan terdekat tidak terjangkau. Sebagian besar keterjangkau menuju sarana kesehatan memilih bidan untuk menolong persalinan. Sebagian besar yang tidak terjangkau memilih dukun bayi untuk menolong persalinannya. Pemilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi umumnya merupakan masyarakat yang jarak rumahnya menuju tempat dukun bayi lebih dekat sedangkan pemilih pertolongan persalinan oleh bidan membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan karena jaraknya yang lebih jauh. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi merupakan salah satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat pelayanan kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2010), rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, balai pengobatan, dan sebagainya tidak hanya

jauh, tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor masyarakat itu sendiri, diantaranya persepsi atau konsep dari masyarakat. Perilaku petugas kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan mencakup dua hal penting yang menyangkut kemampuan dan perilaku mereka, yaitu kemampuan manajerial dan kemampuan pelaksana teknis dan fungsional. Proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi (Notoatmodjo, 2007). Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objek yang diamati sama.

5.4 Pengaruh Dukungan Keluarga Ibu terhadap Pemilihan Penolong

Dokumen terkait