ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS XIII KOTO
KAMPAR I KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2013
TESIS
Oleh NURHAPIPA 117032199/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS XIII KOTO
KAMPAR I KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2013
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh NURHAPIPA 117032199/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KSEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS XIII KOTO KAMPAR I KABUPATEN
KAMPAR TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Nurhapipa
Nomor Induk Mahasiswa : 117032199
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes)
Ketua Anggota
(Asfriyati, S.K.M, M.Kes)
Dekan
Telah Diuji
pada Tanggal : 25 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes
PERNYATAAN
ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS XIII KOTO
KAMPAR I KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2013
ABSTRAK
Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan target yang diharapkan. Pemilihan penolong persalinan merupakan faktor yang menentukan terlaksananya proses persalinan yang aman. Determinan pemilihan penolong persalinan meliputi faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, status ekonomi, keterjangkauan, dan dukungan keluarga oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor determinan yang memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar tahun 2013. Jenis penelitian menggunakan survei dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh ibu yang sudah melahirkan bayi hidup atau mati dalam 6 bulan terakhir dari bulan Oktober-Desember 2012 sampai bulan Januari-Maret 2013 di wilayah kerja puskesmas XIII koto Kampar I sebanyak 71 ibu dan seluruh populasi dijadikan sampel. Semua variabel menggunakan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sikap (p=0,011), keterjangkauan (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,042) berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan adalah keterjangkauan dengan nilai koefisien regresi 2,702.
Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar melalui Puskesmas XIII Koto Kampar I memberikan kemitraan kepada dukun bayi tentang pertolongan persalinan. Menambah tenaga kesehatan terutama bidan di seluruh wilayah Kecamatan Kampar khususnya desa terpencil. Diharapkan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh ibu bersalin guna memudahkan akses informasi khususnya informasi kesehatan, yang terisolir dapat menerima tenaga medis dan memanfaatkannya dalam segala tindakan medis termasuk penolong persalinan. Serta meningkatkan dukungan keluarga terutama suami menjadi suami yang siap siaga dalam proses persalinan.
ABSTRACT
The utilization of birth assistance by a professional health worker (midwife) in the community is very low compared to the target expected. Choosing birth attendant is the factor determining the implementation of safe delivery process. The determinants of choosing birth attendant include the factors of education, knowledge, attitude, economic status, affordability, and support from family, health worker and traditional birth attendant.
The purpose of this survey study with cross-sectional approach was to analyze the factor of determinant influencing the mothers in choosing birth attendant at Puskesmas (Community Health Center) XIII Koto Kampar I, Kampar Subdistrict, Riau in 2013. The population of this study was all of the 71 mothers who gave birth (born alive or stillborn) in the past 6 (six) months from October 2012 to March 2013 in the working area of Puskesmas XIII Koto Kampar I and all of the mothers were selected to be the samples for this study. All of the variables were analyzed through Multiple Logistic Regression tests.
The result of this study showed that the factors of attitude (p = 0.011), affordability (p = 0.001), and family support (p = 0.042) had influence on choosing birth attendant. Affordability was the most dominant variable influencing the process of choosing birth attendant with regression coefficient of 2.702.
To the District Health Office through the Puskesmas (Community Health Center) XIII Koto Kampar Kampar I gave birth attendants about the partnership to help labor. Add to health workers, especially midwives throughout the District of Kampar particularly remote villages. It is expected that health care be affordable by women giving birth in order to facilitate access to information, especially medical information, which can receive medical personnel isolated and used in all medical procedures including birth attendants. As well as increasing support for the husband's family, especially her husband who stand ready in the delivery process.
KATA PENGANTAR
Puju dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Analisis Faktor Determinan yang Memengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013.”
Penulis menyadari ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada Pembimbing yaitu: Dr. Ir. Zulhaida Lubus,M. Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Asfriyati , SKM. Kes, selaku Pembimbing kedua, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya Tesis ini. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMT&H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M. Kes, selaku Pembantu Dekan I Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. dr. Yusniwarti Yusad. M.Si dan dr. Heldy B.Z, M.P.H, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.
6. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi, dukungan, do’a pada penulis dalam penyusunan tesis ini.
8. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan, saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.
Medan, Juni 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nurhapipa berumur 26 tahun dilahirkan di Batu - Bersurat Kecamatan XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Propinsi Riau pada tanggal 09 April 1987 beragama Islam, penulis anak pertama dari empat bersaudara dengan status belum menikah dan anak dari pasangan Almunar dan Nuraida.
DAFTAR ISI
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 36
3.5.1 Variabel Dependen ... 36
3.5.2 Variabel Independen ... 36
3.6 Metode Pengukuran ... 37
3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 37
3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen ... 37
3.7 Metode Analisis Data ... 39
4.2.1 Karakteristik Responden ... 42
4.2.2 Keterjangkauan dalam Memilih Penolong Persalinanan ... 44
4.2.3 Pengetahuan Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan.. ... 45
4.2.4 Sikap Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan ... 47
4.2.5 Dukungan Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan ... 49
4.2.6 Penolong Persalinan ... 50
4.3 Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen ... 50
4.4 Hubungan Sikap Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan . 55 4.5 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan ... 52
4.6 Hubungan Status Ekonomi Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan ... 53
4.7 Hubungan Keterjangkauan dengan Pemilihan Penolong Persalinan ... 53
4.8 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Penolong Persalinan ... 54
4.9 Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Status Ekonomi, Keterjangkauan dan Dukungan Keluarga terhadap Pemilihan Penolong Persalinan ... 55
BAB 5. PEMBAHASAN ... 57
5.1 Pemilihan Penolong Persalinan ... 57
5.2 Pengaruh Sikap Ibu terhadap Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar ... 59
5.4 Pengaruh Dukungan Keluarga Ibu terhadap Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I
Kecamatan Kampar ... 65
5.5 Keterbatasan Penelitian ... 67
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
6.1 Kesimpulan ... 68
6.2 Saran ... 69
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33
3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 34
3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35
3.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35
3.5 Aspek Pengukuran Variabel Bebas dan Terikat... 39
4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 43
4.2 Distribusi Kategori Keterjangkauan dalam di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 44
4.3 Distribusi Kategori Keterjangkauan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 45
4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Jawaban dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 45
4.5 Distribusi Kategori Pengetahuan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 47
4.6 Distribusi Frekuensi Sikap dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 47
4.7 Distribusi Kategori Sikap dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 49
4.8 Distribusi Frekuensi Sikap dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 49
4.9 Distribusi Kategori Dukungan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 50
4.11 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 51 4.12 Hubungan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII
Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 52 4.13 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 52 4.14 Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 53 4.15 Hubungan Keterjangkauan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 54 4.16 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 54 4.17 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Variabel
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Kuesioner ... 73
2 Data Penelitian ... 74
3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 76
4 Hasil Uji Statistik ... 77
5 Surat Izin Survei Pendahuluan ... 81
6 Surat Izin Penelitian ... 82
ABSTRAK
Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan target yang diharapkan. Pemilihan penolong persalinan merupakan faktor yang menentukan terlaksananya proses persalinan yang aman. Determinan pemilihan penolong persalinan meliputi faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, status ekonomi, keterjangkauan, dan dukungan keluarga oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor determinan yang memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar tahun 2013. Jenis penelitian menggunakan survei dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh ibu yang sudah melahirkan bayi hidup atau mati dalam 6 bulan terakhir dari bulan Oktober-Desember 2012 sampai bulan Januari-Maret 2013 di wilayah kerja puskesmas XIII koto Kampar I sebanyak 71 ibu dan seluruh populasi dijadikan sampel. Semua variabel menggunakan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sikap (p=0,011), keterjangkauan (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,042) berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan adalah keterjangkauan dengan nilai koefisien regresi 2,702.
Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar melalui Puskesmas XIII Koto Kampar I memberikan kemitraan kepada dukun bayi tentang pertolongan persalinan. Menambah tenaga kesehatan terutama bidan di seluruh wilayah Kecamatan Kampar khususnya desa terpencil. Diharapkan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh ibu bersalin guna memudahkan akses informasi khususnya informasi kesehatan, yang terisolir dapat menerima tenaga medis dan memanfaatkannya dalam segala tindakan medis termasuk penolong persalinan. Serta meningkatkan dukungan keluarga terutama suami menjadi suami yang siap siaga dalam proses persalinan.
ABSTRACT
The utilization of birth assistance by a professional health worker (midwife) in the community is very low compared to the target expected. Choosing birth attendant is the factor determining the implementation of safe delivery process. The determinants of choosing birth attendant include the factors of education, knowledge, attitude, economic status, affordability, and support from family, health worker and traditional birth attendant.
The purpose of this survey study with cross-sectional approach was to analyze the factor of determinant influencing the mothers in choosing birth attendant at Puskesmas (Community Health Center) XIII Koto Kampar I, Kampar Subdistrict, Riau in 2013. The population of this study was all of the 71 mothers who gave birth (born alive or stillborn) in the past 6 (six) months from October 2012 to March 2013 in the working area of Puskesmas XIII Koto Kampar I and all of the mothers were selected to be the samples for this study. All of the variables were analyzed through Multiple Logistic Regression tests.
The result of this study showed that the factors of attitude (p = 0.011), affordability (p = 0.001), and family support (p = 0.042) had influence on choosing birth attendant. Affordability was the most dominant variable influencing the process of choosing birth attendant with regression coefficient of 2.702.
To the District Health Office through the Puskesmas (Community Health Center) XIII Koto Kampar Kampar I gave birth attendants about the partnership to help labor. Add to health workers, especially midwives throughout the District of Kampar particularly remote villages. It is expected that health care be affordable by women giving birth in order to facilitate access to information, especially medical information, which can receive medical personnel isolated and used in all medical procedures including birth attendants. As well as increasing support for the husband's family, especially her husband who stand ready in the delivery process.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia antara lain meningkatkan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan kesehatan dengan mutu yang baik serta menjangkau semua kelompok sasaran, meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional secara berangsur, meningkatkan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dan melaksanankan sistem rujukan serta meningkatkan pelayanan neonatal dengan mutu yang baik. Tujuan akhir dari program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007).
Salah satu faktor yang memengaruhi AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) adalah tenaga penolong Persalinan, setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinannya. Dengan kata lain, 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan (WHO, 2005). Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan semakin rendah risiko terjadinya kematian. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dari tahun 2000-2005, penolong persalinan yang dilakukan oleh dukun mencapai 26,28% (BPS, 2006). Penolong persalinan di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh Bidan (58%) dan dukun bersalin (25,31%), sedangkan menurut tipe daerah di perkotaan maupun di pedesaan penolong persalinan yang terbanyak dilakukan oleh bidan, masing-masing 65,81% dan 52,22% (BPS, 2008).
dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya (BAPPENAS, 2008).
Berdasarkan laporan kegiatan Audit Maternal Perinatal Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2012 terdapat 45 kasus kematian ibu dari 11055 kelahiran hidup. Penyebab kematian didominasi oleh perdarahan (25%) dan pre/eklampsi (25%). Jumlah ini relatif lebih kecil dibandingkan angka nasional (228/100000 kelahiran hidup). Peningkatan cakupan K1 dan K4 (98,22% dan 95,33%) untuk menjamin pelayanan asuhan kehamilan termasuk pemberian imunisasi TT dan tablet Fe.
Berdasarkan laporan dari tiga Puskesmas di Kecamatan XIII Koto Kampar pada tahun 2012 ditemukan pelayanan antenatal masih rendah, yaitu kunjungan pertama (K1) ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan hanya mencapai 77,9% dan kunjungan ke-4 (K4) hanya 65,8%. Seharusnya pencapaian K1 90% dan K4 80%, untuk Kabupaten Kampar, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar (50,10%). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Pada tahun 2012 jumlah persalinan diwilayah kerja puskesmas XIII Koto Kampar I adalah 128 orang (15,42%), dari jumlah tersebut 31 (20%) ditolong oleh dukun dan 97 (80%) ditolong oleh tenaga kesehatan.
bahwa di Indonesia masih membutuhkan tenaga profesional dalam memberikan pertolongan persalinan bagi ibu bersalin (Depkes RI, 2005).
Salah satu penyebab adalah karena masih banyaknya ibu tidak mampu yang persalinannya tidak dilayani oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang baik karena terkendala biaya.Untuk mempercepat pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi, tahun 2010 Kementerian Kesehatan meluncurkan Program Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) (Kemkes, 2010).
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) (2008), penolong kelahiran terakhir di pedesaan antara lain, ditolong bidan 46,34%, ditolong dukun bayi 42,75%, ditolong oleh dokter 6,11%, ditolong oleh famili 3,86%, ditolong Nakes 0,61% dan lainnya sebesar 0,33%. Di pedesaan, bidan dan dukun sama-sama diminati oleh ibu bersalin sebagai penolong persalinannya.
bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan (BAPPENAS, 2007).
Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas, dibutuhkan tenaga kesehatan yang terampil juga didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu upayanya yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan berdasarkan konsep asuhan persalinan normal. Asuhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya komplikasi, terutama perdarahan pascapersalinan. Program ini, diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan keterampilannya sehingga dapat meningkatkan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Yunarti, 2003).
Salah satu tenaga kesehatan yang terlibat langsung terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah bidan. Bidan mempunyai tugas penting dalam memberikan bimbingan, asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan anak, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan medik (Depkes RI, 2005).
ekonomi perempuan, terbatasnya kesempatan memperoleh informasi dan pengetahuan baru, hambatan membuat keputusan, terbatasnya akses memperoleh pendidikan memadai dan kelangkaan pelayanan kesehatan yang peka terhadap kebutuhan perempuan juga berperan terhadap situasi ini. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan masih banyak masyarakat Indonesia berorientasi pada pertolongan persalinan oleh dukun dengan segala keterbatasannya (Sarwono 2004).
Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan target yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh faktor ibu seperti pengetahuan, sikap terhadap pemilihan penolong persalinan, untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan, serta jangkauan ke pelayanan kesehatan, sedangkan menurut Kamil (2006), perubahan pola pencarian pelayanan kesehatan lebih didominasi oleh tingkat keparahan penyakit yang dideritanya, persepsi minimnya fasilitas kesehatan yang modern di Indonesia, tenaga kesehatan yang tidak berkualitas, dan perilaku tenaga kesehatan yang tidak ramah, dan cenderung memilih-milih (Juliwanto, 2009).
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu adalah dengan mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap Ibu yang membutuhkan. Untuk itu sejak tahun 1990 telah ditempatkan bidan di desa dengan polindesnya. Dengan penempatan bidan di desa ini diharapkan peranan dukun makin berkurang sejalan dengan makin tingginya pendidikan dan pengetahuan masyarakat dan tersedianya fasilitas kesehatan, namun pada kenyataannya masih banyak persalinan yang tidak ditolong oleh bidan melainkan oleh dukun. Departemen kesehatan RI memperkirakan bahwa pertolongan persalinan oleh dukun masih mendominasi terutama didaerah pedesaan yaitu mencapai 75% sampai 80% (Julianto, 2009).
Menurut Sarwono (2004) yang mengutip pendapat Andersen dengan teorinya
komponen predisposisi terdiri dari demografi, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan, (2) komponen enabling (pendukung) terdiri dari sumber daya keluarga (penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan), dan sumber daya masyarakat (jumlah sarana pelayanankesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dan tenaga kesehatan, lokasi sarana kesehatan).
Masih banyaknya pengguna jasa dukun disebabkan beberapa faktor yaitu lebih mudahnya pelayanan dukun bayi, terjangkau oleh masyarakat baik dalam jangkauan jarak, ekonomi atau lebih dekat secara psikologi, bersedia membantu keluarga dalam berbagai pekerjaan rumah tangga serta berperan sebagai penasehat dalam melaksanakan berbagai upacara selamatan (Manuaba, 2001).
Menurut Permata (2002) bahwa mereka yang mempunyai pendidikan yang tinggi yaitu setingkat SLTA ke atas dan pengetahuan kategori baik cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional, karena faktor pendidikan dan pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan terhadap pemilihan pertolongan persalinan.
dokter membutuhkan biaya yang besar dibandingkan dengan pertolongan persalinan oleh dukun bayi.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor determinan yang memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor determinan yang memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013.
1.4 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh faktor determinan (pendidikan ibu, status ekonomi, keterjangkauan, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan dukungan keluarga) dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I tahun 2013.
1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas
sebagai penolong persalinan yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi ibu bersalin dalm memilih penolong persalinan dan dapat mengaplikasikan ilmu riset yang telah dipelajari.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan (Partus)
Persalinan adalah proses membukaan dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan adalah serangkaian kejadian pada ibu hamil yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh si ibu (Prawirohardjo, 2009). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Mochtar, 2007).
2.2 Fisiologi Persalinan
Persalinan normal berlangsung dalam 4 kala yaitu pada kala I servik membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm yang dinamakan kala pembukaan, kala 2 disebut kala pengeluaran, karena berkat kekuatan his dan tenaga mengedan ibu serta dorongan janin didorong keluar sampai lahir. Kala 3 disebut kala uri dimana plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala 4 mulai dari plasenta lahir sampai 2 jam post partum (Prawirohardjo, 2009).
ketika janin, plasenta, dan membran dikeluarkan melalui jalan lahir tetapi tentu saja persalinan bukan sekadar peristiwa fisik murni. Apa yang terjadi selama persalinan dapat mepengaruhi hubungan antara ibu dan bayi, serta persalinan di masa yang akan datang (Prawirohardjo, 2007).
Persalinan normal terjadi antara usia gestasi 37 dan 42 minggu, tetapi tidak seperti mamalia lain, manusia tidak mempunyai periode gestasi yang sangat tepat. Gestasi manusia dikatakan sekitar 280 hari, ditambah atau berkurang 10 hari. WHO (1997) mendefinisikan persalinan normal sebagai persalinan berisiko rendah, dengan awitan spontan dan presenttasi fetus verteks, dan dengan hasil akhir ibu dan bayinya berada dalam kondisi yang baik setelah melahirkan. Semua definisi persalinan tampaknya murni fisiologis dan tidak mencakup kesejahteraan psikologis orang tua (Suhari, 2003).
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut. Persalinan dapat terjadi karena adanya kekuatan yang mendorong janin.
Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :
ritmik, kala satu aktif ini akan selesai jika serviks sudah mengalami dilatasi penuh (10 cm).
2. Kala dua adalah saat keluarnya janin. Dimulai saat serviks sudah berdilatasi penuh dan ibu merasakan dorongan untuk mengejan untuk mengeluarkan bayinya. Kala ini berakhir saat bayi lahir.
3. Kala tiga adalah pemisahan dan keluarnya plasenta dan membran, pada kala tiga ini, juga dilakukan pengendalian perdarahan. Kala ini berlangsung dari lahirnya bayi samppai plasenta dan membran dikeluarkan.
4. Kala IV, dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama setelah persalinan.
2.3 Pertolongan Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan (setelah 37 minggu) atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atu tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2004). Pertolongan persalinan merupakan salah satu bagian dari pelayanan antenatal care. Persalinan bersih dan aman dan meningkatan pelayanan obstetric esensial dan darurat yang merupakan pelayanan kesehatan primer. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong Persalinan mempunyai ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Syafrudin, 2009).
2.4 Tenaga Penolong Persalinan
Yang dimaksud dengan tenaga penolong persalinan adalah orang-orang yang biasamemeriksa wanita hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan nifas. Tenagayang dapat memberikan pertolongan selama persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitutenaga kesehatan (mereka yang mendapatkan pendidikan formal seperti dokter spesialis,dokter umum, bidan dan perawat bidan) dan bukan tenaga kesehatan, yaitu dukun bayi yangterlatih dan tidak terlatih (Prawirihardjo, 2009). 2.4.1 Tenaga Kesehatan
Menurut Supartini (2004) diharapkan setiap ibu hamil memanfaatkan petugas kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat dalam pertolongan persalinan. Dengan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, ibu akan mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan prinsip bebas kuman dan prosedur standar pelayanan. Jika ditemui adanya komplikasi dalam persalinan, ibu akan mendapatkan pertolongan yang tepat (Supartini, 2004).
2.5 Bukan Tenaga Kesehatan (Dukun Beranak)
Hasil studi yang dilakukan Balitbang Kes (2006) menyatakan bahwa kemampuantenaga non profesional atau dukun bayi masih kurang, khususnya yang berkaitan dengan tanda-tanda bahaya, resiko kehamilan dan persalinan serta rujukannya. Menurut Suprapto, dkk (2003), kurangnya pengetahuan dukun bayi dalam mengenal komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan dan penanganan komplikasi yang tidak tepat akan meningkatkan resiko kematian pada ibu bersalin. Sedangkan dari hasil penelitian Zalbawi (2006) dikatakan bahwa alasan ibu memilih dukun bayi dalam persalinan karena pelayanan yang diberikan lebih sesuai dengan sistem sosial budaya yang ada, mereka sudah dikenal lama karena berasal dari daerah sekitarnya dan pembayaran biaya persalinan dapat diberikan dalam bentuk barang (Zalbawi, 2006).
2.6 Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir (Soepardan, 2008).
kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan (Soepardan, 2008).
Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang – Undang maupun peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan secara internasional diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM), FIGO dan WHO (Soepardan, 2008).
2.7 Dukun Bayi
Menurut Depkes RI (2005) jenis tenaga yang melakukan pertolongan persalinan pada masyarakat ada dua yaitu :
2. Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu, anak sesuai kebutuhan masyarakat (Depkes RI, 2005). Dukun bayi terdiri dari :
(a). Dukun terlatih adalah dukun yang telah mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. (b). Dukun tidak terlatih adalah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. Peranan dukun beranak sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat dan tenaga terlatih yang masih belum mencukupi. Dukun beranak masih dapat dimanfaatkan untuk ikut serta memberikan pertolongan persalinan (Manuaba, 2001).
Peran dukun dalam pertolongan persalinan dalam Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun (2009) adalah sebagai berikut : (a) Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan (b) Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan atau memanggil bidan (c) Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti : (1). Air bersih (2). Kain bersih (d) Mendampingi ibu pada saat persalinan (e) Membantu Bidan pada saat proses persalinan (f) Melakukan ritual keagamaan atau tradisional yang sehat yang sesuai tradisi setempat (g) Membantu bidan dalam perawatan bayi baru lahir (h) Membantu ibu dalam inisiasi menyusui dini kurang dari 1 jam (i) Memotivasi rujukan jika diperlukan, Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan.
dilakukan selama 40 hari, biaya rumah dan jasanya dapat dipakai untuk melakukan bantuan tugas – tugas rumah bila diperlukan.
Menurut Depkes RI (2005) ada beberapa hambatan dalam penempatan bidan di desa antara lain : 1). Usia bidan relatif muda dan berasal dari luar desa (2). Kesulitan penyesuain dengan faktor budaya masyarakat (3). Bidan bukan Pegawai Negeri, tidak mempunyai penghasilan tetap (4). Kemampuan desa untuk membangun polindes masih terbatas (5). Perkawinan bidan desa ke luar desa membuat bidan desa pindah dan meninggalkan desa asal. (6). Karena usia relatif muda bidan kurang mendapat kepercayaan untuk melakukan pertolongan persalinan. Keuntungan yang diperoleh oleh bidan desa yaitu :
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Ibu Bersalin dalam Memilih Penolong Persalinan
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial (bertingkat) dengan tingkat kesehatan, semakin tinggi pendidikan maka individu lebih mudah menerima konsep tentang kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Permata (2002) bahwa mereka yang berpendidikan tinggi yaitu SLTA ke atas cenderung mmamfaatkan tenaga profesional seperti bidan sebagai penolong persalinan. Karena dalam pengambilan keputusan faktor pendidikan dan pengetahuan sangat mempengaruhi ibu hamil terhadap peilihan penolong persalinan.
2. Status Ekonomi
Aspek sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan kondisi sosial dan perekonomian keluarga. Beberapa indikator sosial ekonomi antara lain pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan dalam keluarga, dukungan keluarga, dan masyarakat. Faktor sosial ekonomi cenderung berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk memilih pelayanan kesehatan dalam hal ini keputusan memilih pertolongan persalinan, faktor tersebut antara lain rendahnya pendapatan keluarga, di mana masyarakat yang tidak mempunyai uang yang cukup untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan berkualitas.
Meskipun hal itu menyangkut keselamatan dan kesejahteraan dirinya sendiri. 3. Pengetahuan (Knowledge)
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan adalah merupakan segala upaya yang diketahui manusia tentang objek tertentu. Pengetahuan merupakan hasil belajar dan mengetahui sesuatu. Hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera pengetahuan, penglihatan dan tindakan manusia yang didasari pengetahuan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng diterima dari pada tanpa ilmu pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman orang lain atau melihat lansung melalui sarana komunikasi lain seperti televisi, radio, majalah dan surat kabar.
4. Sikap (Attitude)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003). Menurut Natoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Allport (1954), bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
Hal yang sama Suryabrata (2005), mengatakan sikap (attitude) berhubungan dengan sesuatu objek. Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek yang dihadapi.
Sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tindakan individu terhadap beberapa objek, pribadi dan peristiwa. Keadaan internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka dapatkan (Gagne, 1974).
5. Aksesibilitas/ Keterjangkauan
Depkes RI dan UNFP (2002) menyatakan akses yang rendah ke fasilitas kesehatan reproduksi yang meliputi jarak yang jauh, biaya yang tidak terjangkau, tidak tahu adanya atau kemampuan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses budaya).
baik dari segi jumlah, kualitas dan persebarannya, terutama bida petugas kesehatan di DTPK sering kali tidak memperoleh pelatihan yang memadai.
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan AKI ini dengan memperkuat fungsi bidan desa, termasuk kemitraan dengan tenaga kesehatan swasta dan dukun bayi serta memperkuat layanan kesehatan berbasis masyarakat antara lain melalui posyandu dan poskesdes, memperkuat sistem rujukan, untuk mengatasi masalah tiga terlambat dan menyelamatkan nyawa ibu ketika terjadi komplikasi melalui perawatan yang memadai tepat pada waktunya. Meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan, baik jumlah, kualitas dan persebarannya (dokter umum, spesialis, bidan, tenaga paramedis) (Bappenas, 2010).
Ada tiga fase terlambat yang berkaitan erat dengan angka kematian ibu hamil dan bersalin, yaitu: (1) terlambat untuk mengambil keputusan mencari pertolongan ke pelayanan kesehatan terdekat atau merujuk dari pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan lainnya; (2) terlambat untuk sampai atau tiba di pelayanan kesehatan; (3) terlambat menerima asuhan atau sampai di pelayanan kesehatan.
6. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan.
Menurut McKinley dalam Graeff (1996) individu sangat kuat dipengaruhi oleh reaksi-reaksi negatif dan positif dari orang-orang dalam kerangka kerja sosial, keluarga dekat, tetangga, dan tokoh masyarakat.
Menurut Friedman dan Sarwono dalam Purba (2008), ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/istri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan iterpersonal keduanya baik. Di dalam masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan, suamilah yang berperan sebagai penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, sedangkan istri hanya memberikan sumbang saran.
suami isteri di perkotaan umumnya merupakan keluarga inti yang mandiri sehingga suami cukup menonjol dalam mengambil keputusan, termasuk dalam menentukan penolong persalinan (Musadad, dkk., 1999).
Suami dam keluarga memiliki peranan penting dalam memilih penolong selama kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang relatife muda usianya sehingga kemampuan mengambil keputusan secara mandiri masih rendah. Mereka berpendapat bahwa pilihan orang yang lebih tua adalah yang terbaik karena orang tua lebih berpengalaman daripada mereka. Selain itu, kalau mereka mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk, maka seluruh keluarga dan terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun ataupun sebaliknya. Hal ini agak berbeda dengan perempuan yang lebih dewasa usianya.
2.9 Landasan Teori
Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu :
a. Faktor perilaku (behavioral causes)
b. Faktor diluar perilaku (non behavioral causes)
Selanjutnya faktor perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yaitu :
a. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat, misalnya : pemeriksaan kesehatan pertumbuhan dan perkembangan bayi diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu.
b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan bahan pangan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta dan sebagainya.
Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil. Fasilitas ini biasanya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin. c. Faktor-faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Gambar 2.1 Landasan Teori Lawrence Green (1980) Faktor Predisposing :
- Pengetahuan - Sikap
- Nilai
- Kepercayaan V i b l D fi
Faktor Reinforcing : - Dukungan Keluarga - Dukungan Tenaga
Kesehatan - Dukungan Tokoh
Masyarakat
Perilaku Kesehatan Faktor Enabling :
2.10 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas, maka dapat diketahui variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan, status ekonomi, keterjangkauan, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan dukungan keluarga. Sedangkan variabel dependen yaitu pemilihan penolong persalinan.
Pemilihan Penolong Persalinan Faktor Predisposing :
- Pengetahuan - Sikap
- Pendidikan
S Ek i
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan potong lintang (cross sectional), yang bertujuan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ibu bersalin dalam memilih penolong persalinan, dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai Juli 2013.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang sudah melahirkan bayi hidup atau mati dalam 6 bulan terakhir tercatat pada laporan puskesmas dari bulan Oktober 2012 dan tercatat pada pada laporan bidan pada bulan Maret 2013 di wilayah kerja puskesmas XIII koto Kampar I sebanyak 71 ibu.
3.3.2 Sampel
di wilayah kerja puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar sebanyak 71 ibu. Seluruh populasi dijadikan sampel.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada responden dengan berpedoman kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu, yaitu observasi untuk memperoleh data tentang kondisi obyektif dari subyek penelitian. Wawancara untuk mendapatkan data tentang profil dari ibu, diambil langsung dari responden melalui kuesioner.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang tercatat di puskesmas XIII Koto kampar I Kabupaten Kampar.
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah untuk data primer melalui wawancara langsung berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan. Kuesioner yang telah dibuat kemudian dilakukan pengujian terhadap 30 responden di wilayah kerja Puskesmas XIII Koto Kampar II untuk melihat reabilitas dan validitas alat ukur.
total correlation, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel (0,361) deangan alpha 5% dan df 28, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.
Sedangkan reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dapat dipercaya dan tepat dengan menggunakan metode
Cronbach's Alpha, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > 0,60, maka dinyatakan relialibel (Hidayat, 2010).
Uji validitas dan realibilitas dilakukan pada 30 responden di wilayah kerja Puskesmas XIII Koto Kampar II. Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel : Pengetahuan
Pertanyaan N Corrected item-Total correlation Hasil Uji
1 30 0,485 Valid
Cronbach’s Alpha = 0,870
Tabel 3.1 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation
menunjukkan bahwa semua pertanyaan pengetahuan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel : Sikap
Pertanyaan N Corrected item-Total correlation
Cronbach’s Alpha = 0,886
Tabel 3.2 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation
lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya sepuluh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel sikap semuanya valid.. Memerhatikan nilai
Cronbach’s Alpha sebesar 0,886 dan lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan sikap ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel : Keterjangkauan
Pertanyaan n Corrected item-Total correlation
Hasil Uji
1 30 0,624 Valid
2 30 0,625 Valid
3 30 0,494 Valid
Tabel 3.3 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation
lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya tiga pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel keterjangkauan semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,750 dan lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan keterjangkauan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel : Dukungan
Pertanyaan n Corrected item-Total correlation Hasil Uji
1 30 0,623 Valid
2 30 0,552 Valid
3 30 0,412 Valid
4 30 0,773 Valid
5 30 0,499 Valid
Cronbach’s Alpha = 0,786
Tabel 3.4 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation
lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya lima pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan semuanya valid.. Memerhatikan nilai
Cronbach’s Alpha sebesar 0,786 dan lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan dukungan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Dependen
3.5.2 Variabel Independen
1. Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai berdasarkan ijazah.
2. Status ekonomi adalah besarnya pengeluaran biaya hidup keluarga dihitung per hari atau perbulan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan dan kelangsungan hidup keluarga. Hal ini tergantung dari jumlah pendapatan yang diterima keluarga yang yang diukur berdasarkan upah minimum perkapita.
3. Keterjangkauan adalah kemudahan pelayanan kesehatan yang dijangkau oleh responden.
4. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang penolong persalinan untuk pelayanan persalinan yang sehat.
5. Sikap ibu adalah pendapat atau pandangan ibu terhadap penolong persalinan yang sehat.
6. Dukungan keluarga adalah adanya dukungan dan anjuran kepada suami istri agar melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
3.6 Metode Pengukuran
3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen
Pengukuran variabel pemilihan penolong persalinan menggunakan skala ukur ordinal dengan kategori:
b. Dukun bayi, jika responden memilih persalinannya dengan dukun bayi. 3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen
1. Pendidikan, berdasarkan program pendidikan wajib belajar 9 tahun dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:
a. Tinggi, jika ijazah terakhir SMA, D3 dan S1/S2 b. Rendah, jika ijazah terakhir SD dan SMP Skala : Ordinal
2. Status ekonomi, pengukuran variabel pendapatan berdasarkan upah minimum Provinsi RIAU tahun 2012, ada 2 kategori yaitu:
a. Tinggi, jika responden mempunyai pendapatan ≥Rp. 1.400.000,- b. Rendah, jika responden mempunyai pendapatan <Rp. 1.400.000,- Skala : Ordinal
3. Keterjangkauan, Keterjangkauan pelayanan kesehatan dikategorikan menjadi 2 berdasarkan Terjangkau dan tidak Terjangkau dari 3 pertanyaan yang diajukan menggunakan skala Guttman dengan skor sebagai berikut:
Kategori : 0 = Terjangkau, jika responden memperoleh skor ≥ 50%
1 = Tidak Terjangkau , jika responden memperoleh skor < 50% Skala : Ordinal
4. Pengetahuan,
jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Berdasarkan total skor jawaban, pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :
a. Baik, jika total skor jawaban responden ≥50% (skor 5-10) b. Kurang, jika total skor jawaban responden <50% (skor 0-4) Skala : Ordinal
5. Sikap
Variabel sikap terdiri dari 10 pertanyaan, dengan pilihan jawaban Tidak Setuju (TS) di beri nilai 0, dan Setuju (S) di beri nilai 1, maka diperoleh skor terendah 0 dan skor tertinggi 10. Pengkategorian untuk pengukuran variabel sikap yaitu :
a. Baik, jika total skor jawaban responden ≥50% (skor 5-10) b. Kurang, jika total skor jawaban responden <50% (skor 0-4) Skala : Ordinal
6. Dukungan Keluarga, variabel dukungan keluarga berdasarkan skala Guttman ada 5 item pernyataan yang diajukan. Pernyataan disusun oleh peneliti berupa pernyataan dengan alternatif jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Berdasarkan total skor jawabandukungan keluarga dikategorikan sebagai berikut :
0= Mendukung : bila memperoleh skor jawaban ≥ 50%
1= Tidak Mendukung : bila memperoleh skor jawaban <50%
Tabel 3.5 Aspek Pengukuran Variabel Bebas dan Terikat
No Variabel Kategori Skala
Ukur 1. Pemilihan Penolong
persalinan
1 = Rendah (<Rp. 1.400.000)
Ordinal 4. Keterjangkauan 0 = Terjangkau (skor ≥ 50%)
1 = Tidak Terjangkau (skor < 50%)
Ordinal
Data dikumpulkan melalui tahapan editing, coding dan tabulating, dan data dianalisis secara bertahap menggunakan :
1. Analisis univariat yaitu analisis untuk mendeskripsikan masing – masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
3. Analisis multivariat yaitu untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pengetahuan dan sikap) terhadap variabel terikat (pemilihan penolong persalinsan). Statistik uji yang dipakai adalah regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95% dengan persamaan ;
Logit P(x) = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 Keterangan ;
P = Probabilitas
b1 = Koefisien regresi pendidikan ibu b2 = Koefisien regresi status ekonomi b3 = Koefisien regresi keterjangkauan b4 = Koefisien regresi pengetahuan b5 = Koefisien regresi sikap
b6 = Koefisien regresi Dukungan keluarga X1 = Variabel Pendidikan Ibu
X2 = Variabel Status Ekonomi X3 = Variabel Keterjangkauan X4 = Variabel Pengetahuan
X5 = Variabel Sikap
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas XIII Koto Kampar I berada di Kecamatan XIII Koto Kampar dimana pada Kecamatan XIII Koto Kampar terdiri dari 3 Puskesmas induk Puskesmas XIII Koto Kampar I terletak di Kelurahan Batu Bersurat dan merupakan salah satu Puskesmas dengan kriteria terpencil yang ada di Kabupaten Kampar. Wilayah kerja Puskesmas terdiri dari 1 kelurahan dan 3 Desa diantaranya :
a. Kelurahan Batu Bersurat dengan luas wilayah 32.20 Km2 b. Desa Tanjung Alai dengan luas wilayah 12.48 Km2 c. Desa Balung dengan luas wilayah 60.0 Km2
d. Desa Binamang dengan luas wilayah 10.30 Km2
Desa Balung merupakan desa dengan kriteria sangat terpencil dan daerah perbatasan dengan Propinsi Sumatra Barat.
4.1.2 Kependudukan
4.1.3 Sarana Kesehatan
Sarana pelayanan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas :
a. Puskesmas Induk : Pelayanan rawat jalan dan Perkantoran Pelayanan rawat inap
b. Puskesmas Pembantu : 2 unit c. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) : 3 unit d. Puskesmas Keliling : 1 unit
e. Ambulan : 0
f. Praktek dokter swasta : 0 g. Praktek bidan swasta : 3
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 24 orang (33,8%) dan paling sedikit sebagai PNS yaitu 9 orang (12,7%). Tingkat pendidikan ibu paling banyak berpendidikan tinggi (SMA, DIII, S1) yaitu sebanyak 42 orang (59,2%) dan yang paling sedikit berpendidikan rendah (SD, SMP) yaitu sebanyak 29 orang (40,8%). Sedangkan ibu yang status ekonomi tinggi lebih banyak (54,9%) dari pada yang status ekonomi rendah (45,1%).
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas XIII Kota Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013
No Variabel Individu n %
3 Riwayat persalinan
Tidak ada 57 80,3
Ada 14 19,7
4 Pekerjaan
PNS 9 12,7
Wiraswasta/Pegawai swasta 22 31,0
Buruh/Petani 16 22,5
Berdasarkan 3 pernyataan yang dibuat untuk mengukur keterjangkauan ditemukan lebih dari separuh tidak baik. Secara lebih jelas keterjangkauan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keterjangkauan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013
No Keterjangkauan Ya Tidak
n % n %
1. Ada petugas kesehatan di lingkungan tempat tinggal ibu
33 46,5 38 53,5 2. Ibu memiliki transportasi sediri menuju
pelayanan kesehatan (Puskesmas)
38 53,5 33 46,5 3. Jarak tempat tinggal ibu jauh dari lokasi
pelayanan kesehatan (Puskesmas)
39 54,9 32 45,1
Keterjangkauan ibu dalam memilih penolong persalinan yang paling banyak menjawab ya adalah pernyataan nomor 3 yaitu tempat tinggal anda jauh dari lokasi pelayanan kesehatan sebanyak 39 orang (54,9%). Dan yang paling banyak menjawab tidak adalah pernyataan nomor 1 yaitu terdapat petugas kesehatan disekitar anda sebanyak 38 orang (53,5%).
Distribusi responden berdasarkan keterjangkauan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau sebahagian besar (52,1%) tidak baik dan sebesar (47,9%) baik seperti terlihat pada Tabel 4.3 berikut :
No Keterjangkauan Jumlah
n %
1 Terjangkau 34 47,9
2 Tidak terjangkau 37 52,1
Jumlah 71 100,0
4.2.3 Pengetahuan Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan
Pengetahuan ibu dalam memilih penolong persalinan terdapat 10 pernyataan. Dari seluruh pernyataan yang berisi pengetahuan tentang penolong persalinan separuh ibu tahu mengenai persalinan, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013
No Pernyataan Ya Tidak
n % n %
1. Persalinan adalah dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu
47 66,2 24 33,8
2. Pemeriksaan kehamilan 4 kali selama masa kehamilan
41 57,7 30 42,3 3. Persalinan yang sehat dan normal
adalah persalinan yang tidak terjadi komplikasi saat dan sesudah melahirkan
40 56,3 31 43,7
4. Persalinan yang dilakukan oleh ibu di tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit
41 57,7 30 42,3
5. Persalinan aman adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang trampil seperti bidan dan dokter
42 59,2 29 40,8
Tabel 4.4 (Lanjutan)
n % n % 6. Tindakan yang tidak boleh dilakukan
oleh dukun bayi adalah memotong tali pusat dengan menggunakan sembilu
39 54,9 32 45,1
7. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan seorang bidan adalah melakukan persalinan secara operasi (caesar)
47 66,2 24 33,8
8. Ibu yang melahirkan yang ditolong oleh tenaga dukun berisiko terhadap
persalinan tidak sehat
45 63,4 26 36,6
9. Manfaat periksa kehamilan ke
pelayanan kesehatan adalah agar bayi yang dilahirkan sehat
50 70,4 21 29,6
10. Timbang berat badan adalah salah satu jenis pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu hamil saat periksa kehamilan
40 56,3 31 43,7
Pengetahuan ibu dalam memilih penolong persalinan yang paling banyak menjawab ya adalah pernyataan nomor 9 yaitu manfaat periksa kehamilan ke pelayanan kesehatan adalah agar bayi yang dilahirkan sehat sebanyak 50 orang (70,4%). Dan yang paling banyak menjawab tidak adalah pernyataan nomor 6 yaitu tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh dukun bayi adalah memotong tali pusat dengan menggunakan sembilu sebanyak 32 orang (45,1%).
Tabel 4.5 Distribusi Kategori Pengetahuan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013
No Pengetahuan Jumlah
n %
1 Baik 44 62,0
2 Kurang 27 38,0
Jumlah 71 100,0
4.2.4 Sikap Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan
Berdasarkan 10 pernyataan untuk mengukur sikap ibu dalam memilih penolong persalinan ditemukan lebih dari separuh ibu bersikap kurang dalam memilih persalinan. Secara lebih jelas sikap dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013
No Pernyataan Setuju Tidak setuju
n % n %
1. Persalinan yang aman adalah persalinan yang dilakukan di rumah dengan ditolong oleh dukun bayi yang ahli atau handal
40 56,3 31 43,7 2. Penolong persalinan sebaiknya dilakukan
oleh tenaga yang profesional dan terlatih 33 46,5 38 53,5 3. Persalinan yang sehat dan normal adalah
persalinan yang tidak terjadi
komplikasi saat dan sesudah melahirkan
33 46,5 38 53,5 4. Seorang ibu hamil perlu menjaga kesehatan
guna mempermudah persalinan 36 50,7 35 49,3 5. Persiapan proses persalinan salah satunya
adalah persiapan transportasi 40 56,3 31 43,7 6. Sebaiknya seorang ibu hamil sudah
Tabel 4.6 (Lanjutan)
No Pernyataan Setuju Tidak setuju
n % n %
7. Saya merasa khawatir jika persalinan oleh tenaga kesehatan dipungut biaya yang sangat mahal
40 56,3 31 43,7 8. Tugas seorang dukun sebenarnya hanya
sekedar merawat ibu dan bayi setelah melahirkan
37 52,1 34 47,9 9. Merasa mules seperti ingin buang air besar
dan sakit kepala merupakan hal yang biasa dalam kehamilan terutama pada kehamilan usia tua
42 59,2 29 40,8 10. Mempersiapkan proses persalinan sejak dini
merupakan hal yang penting 32 45,1 39 54,9 Sikap ibu dalam memilih penolong persalinan yang paling banyak ibu ketahui adalah merasa mules seperti ingin buang air besar dan sakit kepala merupakan hal yang biasa dalam kehamilan terutama pada kehamilan usia tua (pernyataan nomor 9) sebanyak 42 orang (59,2%) yang dijawab setuju, sedangkan yang paling banyak tidak diketahui ibu adalah persalinan yang aman adalah persalinan yang dilakukan di rumah dengan ditolong oleh dukun bayi yang ahli atau handal (pernyataan nomor 1) dan saya merasa khawatir jika persalinan oleh tenaga kesehatan dipungut biaya yang sangat mahal (pernyataan nomor 7) sebanyak 40 orang (56,3%) yang dijawab setuju.
Tabel 4.7 Distribusi Kategori Sikap dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013
4.2.5 Dukungan Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan
Dukungan ibu dalam memilih penolong persalinan tersebar 5 pertanyaan. Dari seluruh pertanyaan ditemukan sebagian besar dukungan kurang baik dalam memilih penolong persalinan, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sikap dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013
No Pernyataan Setuju Tidak setuju
n % n %
1. Keluarga mengizinkan ibu untuk ditolong
oleh tenaga kesehatan dalam persalinan 34 47,9 37 52,1 2. Keluarga tidak memberi kesempatan kepada
ibu untuk memilih penolong persalinan 35 49,3 36 50,7 3. Keluarga tidak mau menyediakan dana
untuk ibu dalam persalinannya 50 70,4 21 29,6 4. Keluarga mau menyediakan waktu untuk
mendampingi ibu dalam persalinan 26 36,6 45 63,4 5. Keluarga selalu memperhatikan kesehatan
(63,4%) dan yang menjawab setuju pada pertanyaan nomor 3 yaitu keluarga tidak mau menyediakan dana untuk ibu dalam persalinannya sebanyak 50 orang (70,4%).
Distribusi frekuensi dukungan ibu dalam memilih penolong persalinan ditemukan sebahagian besar tidak mendukung (53,5%) sedangkan yang mendukung baik (46,5%) seperti terlihat pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Kategori Dukungan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013
No Dukungan Jumlah
n %
1 Mendukung 33 46,5
2 Tidak mendukung 38 53,5
Jumlah 71 100,0
4.2.6 Penolong Persalinan
Penolong persalinan lebih banyak pada tenaga kesehatan sebanyak 40 orang (56,3%) dan dukun bayi sebanyak 31 orang (43,7%), dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.10 Distribusi Kategori Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013
No Penolong Persalinan n Persentase (%)
1. Tenaga kesehatan 40 56,3
2. Dukun bayi 31 43,7
Jumlah 71 100,0
4.3 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan
penolong persalinan diperoleh data bahwa dari 44 ibu yang berpengetahuan baik ditemukan ibu yang memilih penolong persalinan tenaga kesehatan sebesar 61,4% dan 38,6% ibu yang memilih dukun bayi. Sedangkan dari 27 ibu berpengetahuan kurang dengan pemilihan penolong persalinan tenaga kesehatan sebesar 48,1% dan sebesar 51,9% ibu yang memilih dukun bayi. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,276 (p > 0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan, dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini :
Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013
4.4 Hubungan Sikap Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil analisis hubungan sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan didapat hasil sikap baik ada 35 ibu yaitu yang memilih penolong persalinan tenaga kesehatan sebanyak 26 ibu (74,3%) dan yang memilih dukun bayi sebanyak 9 ibu (25,7%). Ibu yang memiliki sikap kurang sebanyak 36 orang yaitu yang memilih tenaga kesehatan sebanyak 14 ibu (38,9%) dan yang memilih dukun bayi sebanyak 22 bidan (61,1%). Hasil uji statistik dengan uji chi square