• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN (Print) Carolus Journal of Nursing Tersedia online pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN (Print) Carolus Journal of Nursing Tersedia online pada"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2654-6191 (Print) Carolus Journal of Nursing

Tersedia online pada http://ejournal.stik-sintcarolus.ac.id/

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI DAN RELAKSASI AUTOGENIC TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT ANSIETAS PASIEN PRE

OPERASI DI RS KARITAS WEETEBULA NTT

Sesilia Bouka1, Ni Luh Widani2 1,2Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus

Email:widani24@gmail.com ABSTRAK

Ansietas adalah perasaan yang dialami oleh pasien sebelum pembedahan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan (PenKes) dan Relaksasi Autogenic (RA) terhadap tingkat ansietas pasien pre operasi di RS Karitas Weetebula, NTT. Pengukuran ansietas menggunakan Halminton Anxiety Scale (HAM-A). Penelitian kuantitatif desain quasi eksperimental, non equivalent control group pre test-post test, teknik simple random sampling sebanyak 175 responden. Hasil Uji Wilcoxon terdapat perubahan signifikan pada ansietas sebelum dengan sesudah intervensi PenKes dan RA p = 0,000 (< 0,05). Uji Mann-Whitney terdapat perbedaan yang signifikan ansietas pasien setelah intervensi PenKes dan RA dengan kontrol; PenKes dengan RA dengan p value < 0,05. Hasil Uji regresi logistik ordinal, terdapat pengaruh intervensi Penkes terhadap ansietas (OR = 0,015), pengaruh RA (OR = 0,023), jenis kelamin (OR = 0,242), klasifikasi operasi (OR = 0,254) terhadap ansietas dengan nilai p < 0,05; sedangkan usia (OR = 0,401), tingkat pendidikan (OR = 3,303) dengan nilai p > 0,05. Secara simultan terdapat pengaruh PenKes 48,5 % dan RA 52,4 % terhadap penurunan ansietas pasien pre operasi. Disarankan kepada perawat untuk mengajarkan RA kepada pasien dan melakukan PenKes menggunakan leaflet sebagai media pembelajaran untuk mengurangi ansietas sebelum pembedahan; bagi RS, dihimbau agar menyediakan ruangan yang kondusif sebagai tempat relaksasi atau untuk diskusi bagi pasien dan keluarga dengan petugas kesehatan.

Kata kunci: Ansietas; Pendidikan Kesehatan Pre Operasi; Relaksasi Autogenik

THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION (HE) AND RELAXATION AUTOGENIC (RA) ON PREOPERATIVE PATIENT ANXIETY LEVEL AT KARITAS WEETEBULA

HOSPITAL, NTT

ABSTRACT

Anxiety is a feeling experienced by a patient before surgery. The purpose of this study was to investigate the effect of health education (HE) and Relaxation Autogenic (RA) on

(2)

preoperative patient anxiety level at Karitas Weetebula Hospital, NTT. Measurement of anxiety level using Halminton Anxiety Scale (HAM-A). Quantitative research of quasi experimental design, non equivalent control group pre test-post test, simple random sampling

technique to 175 respondents. The Wilcoxon test found significant anxiety changes on the

anxiety scale before and after the HE and RA intervention with p = 0.000 (<0.05). In the

result of Mann-Whitney test we confind a significant difference between preoperative patient

anxiety after intervention of HE and RA with control; HE with RA with p value < 0.05.There

is influence of HE intervention to anxiety (OR = 0.015), influence of RA (OR = 0.023), sex (OR = 0.242), classification of operation (OR = 0.254) to ansietas with p value < 0.05, age

(OR = 0.401), education level (OR = 3.303) with p > 0.05 in Ordinal logistic regression test

results. Simultaneously there is influence of HE 48.5 % and RA 52.4 % to decrease of patient preoperative anxiety. It was suggested to teach RA and educate HE using leaflet to patient

and family; it was also recommended to hospital to provide a conducive space for relaxation or discussion for patient and families with health care before surgery.

Keywords: Anxiety; Preoperation Health Education; Relaxation Autogenic

PENDAHULUAN

Keperawatan perioperatif meliputi praoperatif, intraoperatif dan pascoperatif. Peran perawat pada tiga fase ini adalah memberikan tindakan baik mandiri maupun tindakan kolaboratif yang bertujuan agar pasien memperoleh hasil yang diharapkan dari proses pembedahan yang direncanakan (Kozier et al. 2010; Smeltzer, 2010). Pengkajian pada pasien pre operasi meliputi pengkajian biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Adapun tujuan dari pengkajian tersebut adalah untuk mendapatkan data dari pasien sehingga perawat mampu merencanakan intervensi yang sesuai. Salah satu pengkajian perawat pada pasien pre operasi pada masalah psikologis adalah ansietas (Smeltzer, 2010).

Ansietas adalah perasaan yang hampir dialami oleh semua pasien pre operasi (Kozier et al. 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Nigussie et al. (2014) di RS di Ethopia terhadap 239 responden yang akan menjalani pembedahan didapatkan 70,3 % pasien mengalami ansietas. Ansietas tidak hanya terjadi pada pre operasi, tapi juga dapat terjadi pada post operasi. Penelitian Adesanmi (2015) terhadap 51 pasien dewasa yang akan menjalani pembedahan di RS di Nigeria didapatkan 51 % responden mengalami ansietas pre operasi dan 15,7 % ansietas terjadi setelah operasi. Faktor yang dominan menyebabkan ansietas pre operasi adalah hasil operasi dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Dampak ansietas pada pasien pre operasi bila tidak tertangin adalah menolak operasi, marah, apatis, dan peningkatan tekanan darah (Muttaquin 2009). Untuk itu perlu adanya intervensi untuk mengatasi ansietas pada pasien pre operasi. Peran perawat pada perawatan

(3)

perioperatif adalah membantu pasien dan keluarga untuk menghadapi pembedahan, membantu memfasilitasi pencapaian hasil yang diharapkan serta membantu pasien dan keluarga mendapatkan fungsi yang optimal setelah pembedahan (Black, 2014). Pendekatan asuhan keperawatan yang mendukung agar pasien mampu beradaptasi terhadap perubahan situasi adalah Roy Adaptation Model (RAM). Aplikasi RAM perawat membantu pasien untuk beradaptasi dengan situasi yang akan terjadi baik pada tahap persiapan, selama dan setelah pembedahan. Intervensi yang dilakukan perawat baik kolaborasi maupun mandiri bertujuan untuk membantu pasien beradaptasi dengan situasi yang dialami saat ini (McEwen & Wills, 2011). Intervensi mandiri perawat untuk mengatasi ansietas pasien pre operasi antara lain dengan memberikan pendidikan kesehatan dan Relaksasi.

Pendidikan Kesehatan (PenKes) merupakan hal yang esensial, sehingga pasien dapat mengambil keputusan untuk dirinya (Bilgin, Altun, Saylam, & Erdem, 2012), Joint Commission International menggambarkan standar PPK (Pendidikan Pasien dan Keluarga) pertama adalah, rumah sakit menyediakan pendidikan untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan dan proses pelayanan (Frelita et al. 2011). PenKes telah dilakukan pada pasien rawat inap, hal ini dibuktikan oleh Kurniawan et al. (2012), pada 15 pasien hernia di RSUD Kudus, data ansietas pasien sebelum intervensi PenKes sebesar 73,3 %, setelah intervensi PenKes secara bermakna dapat menurunkan ansietas dengan nilai p = 0,000 (< 0,05).

Penanganan ansietas juga dapat dilakukan dengan relaksasi. Relaksasi akan membantu pasien untuk rileks, pendapat ini didukung dengan penelitian yang di lakukan oleh Kusmiran, 2014 pada pasien post Sectio Caesarea. Masing-masing kelompok intervensi berjumlah 21 responden. Dari hasil uji pairet t-test didapatkan rata-rata respons nyeri pada kelompok relaksasi nafas dalam sebelum intervensi adalah 5,57 dan sesudah 4,43. Terdapat penurunan respons nyeri sebesar 1,14. Pada kelompok intervensi Relaksasi Autogenic (RA) rata-rata respons nyeri sebelum intervensi 5,57 dan respons nyeri sesudah intervensi 3,67. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh RA terhadap penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah di berikan intervensi dengan p = 0,000 (< 0,05). Prosedur RA singkat tetapi memiliki pengaruh yang kuat untuk membantu pasien kembali dalam dirinya dan lebih sadar akan respons tubuhnya (Wisiak, 2010). RA memerlukan durasi waktu selama 15 menit, dari segi ekonomis, RA tidak membutuhkan biaya, mudah dilakukan dan dapat dilakukan kapan saja.

(4)

Berdasarkan informasi dari rekam medik rumah sakit Karitas Weetebula Nusa Tenggara Timur (NTT), rata-rata setiap bulan tindakan pembedahan sebanyak 130 pasien. Sampai saat ini belum ada data yang tertulis, tentang pembatalan pembedahan karena pasien ansietas dan hal ini belum diperhatikan oleh perawat. Hasil wawancara pra penelitian pada 15 pasien pre operasi, 14 pasien mengungkapkan ansietas karena kurangnya informasi yang di dapat dari dokter dan perawat terkait proses persiapan, selama dan setelah operasi. Satu pasien mengatakan ansietas berkurang karena mendapat informasi dari teman kamar yang pernah operasi hal yang sama. Pengkajian perawat terkait psikologis pasien pre operasi di RS Karitas selama ini sudah dilakukan dengan lisan oleh perawat tetapi tidak didokumentasikan sehingga tidak ada data tertulis dan penanganan ansietas pasien pre operasi belum ada, hal ini disebabkan karena perawat lebih berfokus pada kelengkapan pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan fisik serta persiapan pre operasi (informed consent, puasa, lokasi operasi). Intervensi mandiri perawat yang dipilih oleh peneliti adalah: PenKes dan RA. PenKes dengan media leaflet diyakini dapat memudahkan pasien mengakses informasi sesuai dengan materi yang dibicarakan secara verbal dan diperkuat dengan materi secara tertulis untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga (Frelita et al. 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Jawaid et al. (2007) 56 % pasien berpikir bahwa ansietas mereka akan berkurang dengan penjelasan rinci mengenai operasi dan anestesi. Hal ini mendorong peneliti menggabungkan dua intervensi, PenKes dan RA terhadap perubahan tingkat ansietas pasien pre operasi, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada “Pengaruh Penkes dan RA Terhadap Perubahan Tingkat Ansietas Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit Karitas Weetebula, NTT, Tahun 2016”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PenKes dan RA terhadap perubahan tingkat ansietas pasien pre operasi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desaian penelitian quasi eksperimental non equivalent control group pre test-post test design untuk mengetahui pengaruh intervensi PenKes dan relaksasi autogenic terhadap perubahan tingkat ansietas pasien pre operasi. Data ansietas pasien dikumpulkan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Alur pelaksanaan penelitian dapat di lihat pada skema di bawah ini:

(5)

Kelompok I: PenKes Kelompok II Relaksasi Autogenic Kelompok III Kontrol Intervensi Pre-Test Tingkat ansietas pasien pre operasi Tingkat ansietas pasien pre operasi Post-Test

Gambar 1. Skema Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pre operasi yang berkunjung di rumah sakit Karitas Weetebula dari Bulan Maret-Juni 2016 sebanyak 260 pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien pre operasi yang datang berkunjung ke poli bedah rumah sakit Karitas Weetebula yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti sebanyak 175 pasien. Perhitungan sample menggunakan rumus rules of thumbs (Susilo, 2014), diperoleh sample minimal sebanyak 90 responden. Alokasi sample secara random dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol dengan perbandingan 75 %: subjects to experimental group dan 25 % subject to control group. Sample dalam penelitian ini sebanyak 175 yang memenuhi kriteria yaitu kriteria inklusi: (1) Pasien pre operasi yang berkunjung di RS Karitas, (2) Pasien laki-laki dan perempuan berusia 15 ke atas, (3) Pasien tidak bisa membaca akan dibantu oleh peneliti, (4) Bersedia menanda tangani informed consent. Kriteria eksklusi (1) Pasien yang tidak kooperatif, (2) Pasien pre operasi emergency, (3) Pasien yang mengalami serangan jantung, (4) Pasien komplikasi DM (amputasi ektremitas bawah).

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Karitas Weetebula NTT, pada tanggal 16 Maret - 4 Juni 2016. Alat ukur yang digunakan adalah HamiltonAnxiety Scale (HAM-A). Instrumen HAM-A telah mendapat ijin dan instrumen diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 43 responden di RS Krsiten Lende Moripa Waikabubak. Skala Hamilton terdiri atas 14 pertanyaan dengan skor penilaian 0 = tidak ada ansietas, 1 = ansietas ringan, 2 = ansietas sedang, 3 = ansietas berat, 4 = ansietas sangat berat. Adapun dengan range score normal: 0-13, Ansietas ringan: 14-17, Ansietas

(6)

sedang: 18-24, Ansietas berat: ≥ 25, terdiri atas 13 pertanyaan yang dijawab responden dan 1 pertanyaan di jawab oleh peneliti.

Pelaksanaan penelitian dilakukan setelah mendapatkan ijin dari tempat penelitian dan uji etik dari STIK Sint Carolus. Sampel penelitian adalah setiap pasien yang akan menjalani pembedahan dinilai kriteria inklusi dan eksklusi, pasien yang memenuhi kriteria dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu 2 kelompok intervensi dan satu kelompok kontrol secara simple random sampling berdasarkan Rand-beetwen.

Lingkungan dalam Roy Adaptation Model (RAM) merupakan semua kondisi, keadaan yang berpengaruh di sekitar individu yang berefek pada perkembangan dan perubahan perilaku individu. Lingkungan (tempat) untuk pelaksanaan intervensi PenKes dan RA tidak dapat dilakukan di kamar pasien karena responden intervensi bergabung dengan responden umum. Peneliti melakukan intervensi pertama di ruang poli rawat jalan dan intervensi kedua di ruang persiapan untuk pasien yang akan menjalani pembedahan. Ketersediaan lingkungan yang aman, nyaman, tenang juga sangat mempengaruhi responden untuk menyimak materi dan mengikuti petunjuk relaksasi. Lingkungan yang kurang kondusif berpengaruh pada responden sehingga masih ada responden yang mengalami ansietas sedang setelah intervensi (Alligood, 2014).

Responden diberi penjelasan terkait penelitian yang akan dilakukan dan diminta untuk menandatangani persetujuan. Setelah informed consent ditandatangani responden diminta untuk mengisi kuesioner Hamilton Anxiety Scale (HAM-A). Setelah kuesioner terisi, peneliti melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu kepada semua kelompok. Intervensi pada kedua kelompok dilakukan satu hari sebelum tindakan operasi dan delapan jam sebelum operasi.

Pada kelompok intervensi Penkes, intervensi setiap pertemuan dilakukan selama 20 menit. Intervensi PenKes menggunakan alat bantu leaflet dan materi yang disajikan adalah manajemen perioperasi meliputi pre operasi, intraoperasi dan postoperasi. Akhir pertemuan kedua responden mengisi kuesioner kembali untuk menilai tingkat kecemasan pasien dengan HAM-A.

Pada kelompok intervensi Relaksasi Autogenic, intervensi setiap pertemuan dilakukan selama 15 menit dengan menggunakan alat bantu leaflet dan 30 menit setelah intervensi dilakukan evaluasi untuk menilai tingkat stress dengan HAM-A. Pada kelompok kontrol, pasien mendapat perlakuan persiapan operasi sesuai dengan kebiasaan di RS dan leaflet diberikan setelah menjalani pembedahan.

(7)

Strategi analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap, yaitu Preanalysis phase, preliminary assessment, preliminary action, pricipal analysis, interpretive phase (Polit & Beck, 2012).

Analisis univariate dalam bentuk frekuensi dan presentase. Analisis Uji Beda yang digunakan 1). Analisis bivariat dengan uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan tingkat ansietas sebelum dan sesudah diberikan intervensi (Before-after) pada kedua kelompok intervensi. 2). Uji beda independen non parametrik uji Mann-Whitney untuk menganalisis perbedaan tingkat ansietas antara kelompok yang diberikan intervensi PenKes dengan kelompok kontrol, kelompok relaksasi autogenic dengan kelompok kontrol, kelompok intervensi PenKes dengan kelompok relaksasi Autogenic dan melihat perbedaan lain (Usia, Jenis kelamin, Tingkat pendidikan, Klasifikasi operasi) terhadap tingkat ansietas pasien pre operasi.

Analisis multivariate yang digunakan adalah uji regresi logistic ordinal, yang bertujuan mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variable independen terhadap variable dependen sehingga dapat dilihat variable yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap tingkat ansietas pasien pre operasi, apakah Penkes atau relaksasi autogenic.

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Interpretasi Analisis Univariat

Analisis data menggunakan analisis univariat untuk setiap variabel independen yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan klasifikasi operasi, tingkat ansietas sebelum dan sesudah intervensi dalam bentuk frekuensi dan presentase.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Klasifikasi Operasi Responden Berdasarkan Kelompok di RS Karitas Weetebula Tahun 2016 (n = 175)

Karakteristik Responden PenKes RA Kontrol Total

n % n % n % n %

Usia

Usia Remaja (15-25 thn) Usia Dewasa (26-45 thn) Usia Lansia (46-65 thn) Usia Lansia 65 thn ke atas

24 36 13 2 32,0 48,0 17,3 2,7 26 28 13 8 34,7 37,3 17,3 10,6 6 16 1 2 24,0 64,0 4,0 8,0 56 80 27 12 32,0 45,7 15,4 6,8 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 3738 49,350,7 3639 52,048,0 1015 40,060,0 8392 47,452,5

(8)

Karakteristik Responden PenKes RA Kontrol Total n % n % n % n % Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Rendah (SD, SMP Sederajat Menengah(SMA Sederajat) Tinggi (DIII, S1, S2) 5 21 26 23 6,7 28,0 34,7 30,7 7 21 35 12 9,3 28,0 46,7 16,0 2 20 2 1 8,0 80,0 8,0 4,0 14 62 63 36 8,0 35,4 36,0 20,5 Klasifikasi Operasi Bedah Mayor Bedah Minor 669 12,088,0 1362 82,717,3 223 12,088,0 15025 14,285,7

Berdasarkan tabel 1 distribusi usia responden pada penelitian ini, menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia 26-45 tahun yaitu sebanyak 80 orang (45,7 %), Jenis kelamin perempuan 92 orang (52,5 %), Tingkat pendidikan menengah 63 orang (36 %) dan klasifikasi bedah minor 150 orang (85,7 %). Data di atas menggambarkan bahwa kaum perempuan lebih cepat mencari pelayanan kesehatan untuk mengatasi ketidaknyamanannya terkait gangguan fisik yang dialami. Berdasarkan penelitian Jawaid, Mushtaq, Mukthar, & Khan (2007) dan sesuai dengan hasil wawancara peneliti pada beberapa responden perempuan, mereka mengungkapkan bahwa mereka lebih cemas dibandingkan dengan laki-laki karena tidak mampu menahan rasa sakit yang dialami. Jumlah responden pre operasi lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki bisa jadi karena biaya pembedahan yang ditanggung BPJS (Badan Pelayanan Jaminan Sosial) juga menjadi hal yang mempermudah kaum perempuan untuk segera datang berobat ke rumah sakit Karitas karena BPJS bekerjasama dengan rumah sakit Karitas, pasien tidak membayar biaya pembedahan dan untuk kontrol satu kali setelah pembedahan di rumah sakit.

Tingkat pendidikan SMA Sederajat 63 orang (36,0 %), Banyaknya responden dengan tingkat pendidikan SMA dalam penelitian ini juga dipengaruhi, karena pada Bulan Mei dan Juni responden SMA yang berobat sudah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA. Responden yang tidak sekolah sebanyak 14 orang (8,0 %), dari data didapatkan bahwa responden yang tidak sekolah adalah mereka yang sudah berusia 46-65 tahun ke atas. Data ini memberi gambaran bahwa peran keluarga ikut mendukung untuk mengantar keluarganya yang sakit ke pelayanan kesehatan. Klasifikasi operasi bedah minor 150 orang (85,7 %). Bedah minor pada responden dalam penelitian ini meliputi:

(9)

appendictomy, insisi tumor colli, debridement, pengambilan jaringan untuk patologi anatomi, sedangkan bedah mayor meliputi: Laparatomy, Tyroidectomy, Prostaktectomy.

Mayoritas responden dengan klasifikasi bedah minor juga disebabkan karena RS Karitas hanya memiliki dokter spesial bedah umum sehingga tidak melayani bedah mayor. Rumah Sakit Karitas masih merupakan RS tipe D sehingga belum mampu menangani bedah mayor yang membutuhkan kerjasama beberapa disiplin ilmu. Penanganan bedah mayor dilakukan dengan merujuk pasien ke RS tipe A di luar Pulau Sumba.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ansietas Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi Berdasarkan Kelompok di RS Karitas Weetebula Tahun 2016. (n = 150) Tingkat

Ansietas

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Total

PenKes RA Total PenKes RA

n % n % n % n % n % n % Normal (0-13) Ringan (14-17) Sedang (18-24) Berat (> 25) 0 41 30 4 0 54,7 40,0 5,3 0 27 43 5 0 36,0 57,3 6,7 0 68 73 9 0 45,3 48,6 6,0 50 20 5 0 66,7 26,7 6,7 0 33 38 4 0 44,0 50,7 5,3 0 83 58 9 0 55,3 38,6 6,0 0

Distribusi ansietas responden sebelum intervensi dapat dilihat pada tabel 2, semua responden yang menghadapi pembedahan mengalami ansietas. Mayoritas ansietas yang dialami responden berada pada tingkat sedang (18-24) sebanyak 73 orang (48,6 %). Ada 9 responden (6,0 %) yang berada pada ansietas tingkat berat. Distribusi ansietas responden sesudah diberikan intervensi secara keseluruhan mengalami perubahan ansietas. Mayoritas responden berada pada tingkat ansietas yang normal (0-13) sebanyak 83 orang (55,3 %). Adanya perubahan ansietas responden setelah intervensi menggambarkan bahwa responden sungguh terlibat aktif dan antusias untuk mengikuti intervensi baik PenKes maupun RA. Penkes pra operasi harus mencakup informasi proses: persiapan, selama dan pasca pembedahan (Stergiopoulou, 2014). Informasi yang diberikan akan menambah pengetahuan pasien dari tidak tahu menjadi tahu sehingga dengan bertambahnya pengetahuan pasien dikondisikan untuk menciptakan respons adaptif yang membantu untuk mengurangi ansietas sehingga dapat melanjutkan pembedahan.

Mekanisme RA untuk menurunkan ansietas, peran kerja saraf simpatis akan menyiapkan tubuh untuk waspada terhadap stimulus yang akan terjadi. Reaksi fisiologi normal akan menyiapkan tubuh untuk fight or flight (Suliswati et al. 2005). Pada RA

(10)

pelatih akan membantu untuk melawan kerja fight or flight dengan mengatakan pada tubuh untuk istirahat dan mencerna (respons saraf para simpatik). RA akan merangsang tubuh untuk peningkatan kerja saraf parasimpatis yang akan menghambat kerja saraf simpatis, sehingga individu mengalami rileks pada anggota tubuhnya (Wisiak, 2010; Setyawati, 2010).

Pada kelompok intervensi PenKes masih ada 5 orang (6,7 %) dan kelompok RA 4 orang (5,3 %) masih berada pada ansietas sedang setelah mendapatkan intervensi. Kondisi tersebut menunjukkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya ansietas, seperti faktor sosial budaya. Hal ini ditunjang penelitian Suliha, Herawani, Sumiati, & Resnayati, (2002) ansietas terjadi pada responden tidak diantar pasangannya, memikirkan ternak yang ditinggal di rumah, hasil kebun yang belum selesai di panen.

B. Interpretasi Hasil Analisis Uji Beda

Tabel 3. Perbedaan Perubahan Ansietas Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi Penkes dan RA (n = 150)

Tingkat Ansietas

Pre

PenKes PenKesPost p Value Pre RA Post RA p Value

n % n % n % n % Normal Ringan Sedang Berat 0 41 30 4 0 54,7 40,0 5,3 50 20 5 0 66,7 26,7 6,7 0 0,000 0 27 43 5 0 36,0 57,3 6,7 33 38 4 0 44,0 50,7 5,3 0 0,000

Pada tabel 3 menunjukkan sebelum intervensi Penkes mayoritas ansietas ringan 41 orang (54,7 %) dan setelah intervensi mayoritas normal sebanyak 50 orang (66,7%), sedangkan sebelum intervensi RA mayoritas ansietas sedang 43 orang (57,3 %) dan setelah intervensi mayoritas ringan sebanyak 38 orang (50,7 %). Secara statistik menunjukkan ada pengaruh yang signifikan intervensi Penkes dan RA sebelum dengan sesudah intervensi dengan p = 0,00 (p < 0,05).

Penelitian ini memilih PenKes sebagai salah satu intervensi keperawatan karena dengan PenKes pengetahuan responden meningkat sehingga ansietas menurun. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian (Aydin et al. 2015) yang menjelaskan bahwa PenKes akan menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang operasi yang akan dialami dan memotivasi pasien untuk terlibat aktif sebelum, selama dan sesudah operasi.

(11)

PenKes pre operasi yang paling bermanfaat adalah program PenKes tatap muka (Aydin et al. 2015).

Dalam proses pembelajaran 3 domain yang perlu ada adalah kognitif, afektif dan psikomotor. Intervensi Penkes dalam penelitian ini mencakup ketiga domaian yang diharapkan dalam pembelajaran pada responden yang terlibat dalam penelitian (Kozier et al. 2010; Perry, 2005). Selain penjelasan terkait informasi pre operasi, peneliti juga mendemonstrasikan latihan nafas, latihan batuk, cara menahan perut, membalikkan badan dan latihan ekstrimitas pada responden.

Kombinasi antara kata-kata, tulisan lewat leaflet yang diberikan pada responden dan demonstrasi, berdasarkan kerucut Edgar Dale memiliki intensitas yang tinggi dan dapat efektif membantu responden untuk mengatasi ansietas sebelum pembedahan (Suliha, Herawani, Sumiati, & Resnayati, 2002).

Perbedaan yang signifikan ansietas pasien sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok PenKes juga dipengaruhi peran keluarga yang mengingatkan responden untuk berlatih dan menemani responden pada saat peneliti memberi intervensi, hal ini sejalan dengan harapan Joint Commission International (JCI) Standar Akreditasi Rumah Sakit yakni, Patient and family education/Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) (Frelita et al. 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kusmiran, 2014) pada ibu post Sectio Cesarea. Masing-masing kelompok intervensi berjumlah 21 responden. Dari hasil uji paired t-test didapatkan rata-rata respons nyeri pada kelompok relaksasi nafas dalam sebelum intervensi adalah 5,57 dan sesudah 4,43. Terdapat penurunan respons nyeri sebesar 1,14. Pada kelompok intervensi RA rata-rata respons nyeri sebelum intervensi 5,57 dan respons nyeri sesudah intervensi 3,67. Disimpulkan bahwa ada pengaruh RA terhadap penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah di berikan intervensi dengan p = 0,000 (< 0,05).

Intervensi RA dalam mekanisme koping menurut Roy Adaptation Model (RAM) mempengaruhi regulator klien khususnya pada bagian sistem neurotransmiter: GABA, Serotinin, Norepineprin (Isaacs, 2005). Selain itu mekanisme RA mengatasi ansietas dengan meningkatkan kerja saraf parasimpatik sehingga responden dapat rileks (Wisiak, 2010; Setyawati, 2010). Responden yang rileks akan memberikan respons adaptasi terhadap persiapan pembedahan yang akan dijalani.

(12)

Tabel 4. Analisis Perbedaan Ansietas Kelompok Intervensi Dengan Kelompok Kontrol (n = 175) Tingkat Ansietas Ansietas sesudah Intervensi p Value Ansietas sesudah Intervensi p Value

PenKes Kontrol RA Kontrol

n % n % n % n % Normal Ringan Sedang Berat 50 20 5 0 66,7 26,7 6,7 0 0 5 10 10 0 20,0 40,0 40,0 0,000 33 38 4 0 44,0 50,7 5,3 0 0 5 10 10 0 20,0 40,0 40,0 0,000

Berdasarkan tabel 4, Secara statistik disimpulkan ada perbedaan signifikan ansietas pasien sesudah intervensi PenKes dan RA dengan kelompok kontrol dengan nilai p = 0,00 (< 0,05). Hasil ini menguatkan teori Autogenic berarti sesuatu yang datang dari dalam diri sendiri. Langkah-langkahnya singkat tetapi memiliki pengaruh yang kuat untuk membantu pasien kembali dalam dirinya dan lebih sadar akan respons tubuhnya (Wisiak, 2010).

Pada kelompok PenKes juga ada perbedaan yang signifikan, dapat dipengaruhi oleh materi yang didapat responden dari peneliti berupa leaflet tentang PenKes dipahami dan diterapkan dengan baik. Intervensi Penkes dalam mekanisme koping menurut Roy Adaptation Model (RAM) mempengaruhi kognator yakni proses persepsi & informasi belajar, menilai, dan emosi. Kemampuan responden untuk meningkatkan persepsi lewat informasi yang didapat akan meningkatkan pengetahuan sehingga dapat menurunkan ansietas. Dengan ini responden memilih respons adaptif untuk menyiapkan diri menghadapi pembedahan (Alligood, 2014).

Tabel 5. Analisis Perbedaan Ansietas Kelompok Intervensi Penkes Dengan Kelompok RA (n = 150)

Tingkat Ansietas

Ansietas Sesudah Intervensi

p Value PenKes RA n % n % Normal Ringan Sedang Berat 50 20 5 0 66,7 26,7 6,7 0 33 38 4 0 44,0 50,7 5,3 0 0,013 Total 75 100 75 100

(13)

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan secara statistic ada perbedaan yang bermakna ansietas pada kelompok intervensi PenKes dibandingkan dengan intervensi RA dengan nilai p = 0,013 (p < 0,05) artinya intervensi PenKes tidak lebih baik dari pada intervensi RA dan sebaliknya. Hasil olah data ansietas sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok PenKes responden mengalami perubahan ansietas sebanyak 64 orang (85,3 %) dan pada kelompok RA mengalami perubahan ansietas 67 orang (89,3 %).

Roy Adaptation Model (RAM) memandang manusia sebagai sistem adaptif, kemampuan pasien pre operasi untuk beradaptasi dengan situasi yang terjadi akan sangat mempengaruhi respons pasien untuk mengambil sikap, RA mendukung pasien pre operasi untuk beradaptasi (Meleis, 2012). Hasil penelitian ini menggaris bawahi harapan pasien pre operasi dari penelitian yang dilakukan oleh Jawaid et al. (2007) Lima puluh enam persen pasien berpikir bahwa ansietas mereka akan berkurang dengan penjelasan rinci mengenai operasi dan anestesi (Jawaid, Mushtaq, Mukthar, & Khan, 2007). Asumsi peneliti kedua intervensi pada uji beda independen ada perbedaan yang signifikan juga didukung dengan materi yang didapat responden dari peneliti berupa leaflet RA.

C. Analisis Multivariat: Uji Parameters Estimates, Odds Ratio, Uji Pseudo R-Square Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi logistic ordinal, yang bertujuan untuk mengetahui 1) kelayakan model fit, 2) besarnya kontribusi yang diberikan oleh variable independen secara simultan terhadap ansietas, 3) besarnya pengaruh setiap variable independen secara parsial terhadap ansietas, 4) besarnya pengaruh setiap variable independen secara simultan terhadap ansietas dan 5) intervensi yang memberikan pengaruh paling besar terhadap ansietas. Hasil multivariat disajikan sebagai berikut: Tabel 6. Uji Parameters Estimates, Odds Ratio, Uji Pseudo R-Square Variabel

Independen Terhadap Ansietas Pada Intervensi Penkes dan RA

Parameter Estimates Cox and Snell

Variabel Independen Estimate Nilai p Odds Ratio (TAPos = 1,00) (TAPos = 2,00) (TAPos = 3,00) -2,334 -,197 1,859 0,214 0,915 0,312 Penkes Usia Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Klasifikasi Operasi -4,307 ,023 ,454 -,074 ,410 0,000 0,935 0,282 0,774 0,540 0,015 0,401 0,016 3,303 0,173 0,485

(14)

Parameter Estimates Cox and Snell Variabel Independen Estimate Nilai p Odds Ratio

(TAPos = 1,00) (TAPos = 2,00) (TAPos = 3,00) -6,938 -3,433 -1,409 0,000 0,054 0,419 Relaksasi Autogenic Usia Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Klasifikasi Operasi -4,635 -,386 ,829 -,107 -1,182 0,000 0,124 0,047 0,696 0,050 0,023 0,050 0,224 0,242 0,254 0,524

Pengaruh variabel independen, intervensi RA didapatkan nilai p = 0,000 (OR = 0,023), jenis kelamin p = 0,047 (OR = 0,224) dan klasifikasi operasi p = 0,050 (OR = 0,254) sedangkan variabel usia (OR = 0,050), tingkat pendidikan (OR = 0,242) nilai p > 0,05. Besarnya kontribusi variabel independen pada intervensi PenKes didapatkan nilai cox and snell sebesar 0,485 yang secara statistik berarti bahwa variabel independen (intervensi PenKes, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan klasifikasi operasi) memberikan kontribusi terhadap variabel ansietas sebesar 48,5 % sisanya 51,5 % dijelaskan oleh variabel di luar model atau variabel yang tidak diteliti. Pada kelompok intervensi RA didapatkan nilai cox and snell sebesar 0,524 yang secara statistik berarti bahwa variabel independen (intervensi RA, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan klasifikasi operasi) memberikan kontribusi sebesar 52,4 % sisanya 47,6 % dijelaskan oleh variabel di luar model atau variabel yang tidak diteliti.

Hasil penelitian ini, usia tidak signifikan dengan ansietas pasien pre operasi dapat disebabkan karena usia mempengaruhi ansietas seseorang karena setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda (Virda & Parka, 2014). Usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang masa dewasa (26-45 tahun) sebanyak 80 responden (45,7 %). Maturitas merupakan tahap fungsi dan integrasi yang maksimal, atau suatu keadaan di mana individu berkembang secara utuh (Kozier B. e., 2010). Kemampuan individu yang sudah matur adalah mampu mengambil keputusan untuk dirinya, khususnya untuk menjalani pembedahan sebagai salah satu cara untuk memperoleh kesembuhan dari penyakit yang dideritannya.

Jenis kelamin berkontribusi terhadap peningkatan ansietas pasien pre operasi. Perempuan lebih mudah merasa cemas di banding laki-laki, hal ini dibuktikan dengan

(15)

penelitian Jawaid et al. (2007) bahwa perempuan lebih cemas dibandingkan laki-laki dengan p < 0,01. Menurut asumsi peneliti jenis kelamin yang terlibat dalam penelitian ini adalah mereka yang sudah berusia di atas 25 tahun, di mana mereka sudah mampu mengambil keputusan untuk dirinya, mampu beradaptasi terhadap ansietas sehingga dapat melewati proses pembedahan dengan aman. Berdasarkan tabel 6, jenis kelamin pada kelompok intervensi RA signifikan dengan nilai p = 0,047. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh (Erawan, Opod, & Pali, 2013) di Manado sebanyak 32 responden yang diteliti, didapatkan hasil ada perbedaan kecemasan pasien pre operasi perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan nilai p = 0,024.

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuannya, menurut (Notoatmodjo, 2014). Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif seseorang termasuk Aplikasi (application), Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Menurut asumsi peneliti pada kelompok intervensi yang telah mendapatkan informasi tentang persiapan pre operasi akan membantu responden mengaplikasikan materi yang didengar dan diajarkan untuk mencegah peningkatan ansietasnya sewaktu menghadapi pembedahan. Menurut asumsi peneliti klasifikasi operasi tidak signifikan pada kelompok intervensi PenKes dipengaruhi karena mayoritas responden dalam penelitian ini baru pertama kali menjalani pembedahan.

Belum adanya pengalaman pembedahan sebelumnya akan mempengaruhi responden untuk mengikuti semua persiapan yang dianjurkan oleh dokter dan perawat, dengan adanya intervensi PenKes yang diajarkan maka responden akan merasa terbantu untuk menyiapkan diri menghadapi pembedahan.

Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan ansietas pasien pre operasi, dipengaruhi juga karena rumah sakit menyediakan informasi untuk pasien dan keluarga berupa leaflet tentang 10 besar penyakit di rumah sakit Karitas, peneliti melihat antusias dari beberapa responden sedang membaca leaflet untuk menunjang informasi yang mereka dengar dari dokter dan petugas kesehatan lainnya. Responden yang tidak sekolah dibantu oleh keluarga yang membacakan dan menerjemahkan dalam bahasa daerah sehingga responden yang tidak sekolah pun mendapatkan informasi kesehatan yang sama selama berada di rumah sakit.

(16)

Wisiak (2010) menyatakan bahwa manfaat relaksasi autogenic adalah membantu orang beralih dari stres, mengurangi/menghilangkan ansietas dan serangan panik, meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri, meningkatkan kualitas tidur, mengurangi kejadian ringan sampai depresi sedang, mengendalikan perasaan agar lebih tenang, meningkatkan konsentrasi dan fokus. Menurut asumsi peneliti responden pada kelompok intervensi relaksasi autogenic antusias mengikuti petunjuk pelaksanaan relaksasi dari leaflet yang dibagikan. Berdasarkan penjelasan peneliti dan dengan membaca dari leaflet tentang manfaat relaksasi autogenic yang tidak hanya mengurangi ansietas tetapi juga mampu mengatasi kesulitan tidur, serangan panik dan mampu mengendalikan emosi. Selain manfaat, waktu yang diperlukan hanya 15 menit, dapat dilakukan secara mandiri dan tidak mengeluarkan biaya. Beberapa responden mengungkapkan bahwa setelah berlatih RA selama dua kali pertemuan mengungkapkan bahwa perasaan nyaman dan semakin lebih siap untuk menjalani pembedahan dengan lebih tenang. Asumsi peneliti didukung dengan pendapat dari National Safety Council (2004), tujuan dari relaksasi autogenic adalah: memberikan perasaan nyaman, mengurangi stress ringan, memberikan ketenangan dan mengurangi kecemasan.

SIMPULAN

Hasil Uji regresi logistik ordinal, terdapat pengaruh intervensi Penkes terhadap ansietas (OR = 0,015), pengaruh RA (OR = 0,023), jenis kelamin (OR = 0,242), klasifikasi operasi (OR = 0,254) terhadap ansietas dengan nilai p < 0,05; sedangkan usia (OR = 0,401), tingkat pendidikan (OR = 3,303) dengan nilai p > 0,05. Secara simultan terdapat pengaruh PenKes 48,5 % dan RA 52,4 % terhadap penurunan ansietas pasien pre operasi, sisanya adalah variable lain yang tidak diteliti. Disarankan kepada perawat untuk mengajarkan RA kepada pasien dan melakukan PenKes menggunakan leaflet sebagai media pembelajaran untuk mengurangi ansietas sebelum pembedahan; bagi rumah sakit, dihimbau agar dapat menyediakan ruangan yang kondusif sebagai tempat relaksasi atau untuk diskusi bagi pasien dan keluarga dengan petugas kesehatan.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Adesanmi Akinsulure, A. M. (2015). Assessment Of Preoperative And Postoperative Anxiety Among Elective Major Surgery Patient In A Tertiary Hospital In Nigeria. Anxiety among Nigerian Surgical Patients, 235-240.

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists And Their Work (8th ed.). St. Louis: Elsevier Mosby.

Bilgin, T., Altun, T., Saylam, B., & Erdem, E. (2012). Effects Of Perioperatif Information Team On Postoperative Pain And Patient Satisfaction. Turkish Journal of Urology, 91-94.

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Edisi 8 Buku 3. Singapore: Elsevier.

Data Rekam Medik Rumah Sakit Karitas Weetebula dari tahun 2011-2015.

Data Rekam Medik Ruang Operasi Rumah Sakit Karitas Weetebula dari bulan Maret-Juni 2016.

Erawan, W., Opod, H., & Pali, C. (2013). Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pasien Laki-Laki dan Perempuan Pada Pre Operasi Laparatomi di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik, 642-645.

Frelita, G., Situmorang, T., Silitonga, D. S., Oeswandi, J., Tahjoo, A., Tandiono, E., & Sutoto. (2011). Join Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit. Edisi ke-4. Jakarta: PT Gramedia.

Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisa Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hamilton, M. (1959). The assessment of anxiety states by rating. Br. J. Med Psychol. 32:50-55). diakses 21 Januari 2016. pkl. 07.00 WIB.

Isaacs, A. (2005). Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Jawaid, M., Mushtaq, A., Mukthar, Ss., & Khan, Z. K. (2007). Preoperative Anxiety Before Elective Surgery. Neurosciences, 148.

Kozier, B. e. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & praktik. edisi 7. Volume 2. Jakarta: EGC.

(18)

Kurniawan, A., Yunie, A., & Astuti, R. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre Operasi Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Hernia Di RSUD Kudus. Skripsi, 1-12.

Kusmiran, E. & (2014). Relaksasi Nafas Dalam dan Relaksasi Autogenic Terhadap Respons Skala Nyeri Pada Ibu Post Seksio Sesarea. Jurnal Pendidikan dan Praktik Keperawatan Indonesia, 40-44.

McEwen, M., & Wills, E. M. (2011). Theoritical Basis For Nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins.

Meleis, A. I. (2012). Theoritical Nursing: Development And Progress (5th ed.). Philadelphia: Wolter Kluwer Lippincott Williams & Wilkins.

Murti, B. (2010). Desaian dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Edisi 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research. Ed 9. Philadelphia: Lippincott: Williams & Wilkins.

Setyawati, A. (2010). Pengaruh Relaksasi Terhadap Kadar Gula Darah Dan Tekanan Darah Pada Klien DM Tipe II Di Instalasi RANAP RS DIY Dan Jawa Tengah. Thesis, 1-156. Smeltzer, S. C. (2010). Textbook Medical Surgical Nursing Brunner & Suddart. Edisi 13 th.

China: Lisa McAllister.

Stergiopoulou, A. (2014). Preoperative Effect Of Information And Nurse’s Role On Postoperative Patient Recovery In Laparoscopic Cholecystectomy . RESEARCH ARTICL, 17-21.

Sujarweni, V. W. (2014). Panduan Penelitian Keperawatan dengan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Suliha, U., Herawani, Sumiati, & Resnayati, Y. (2002). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Susilo, W. H. (2014). Biostatistik Lanjut Dan Aplikasi Riset. Jakarta: Trans Info Media. Virda, E., & Parka, P. A. (2014). Pengaruh Health Education dengan Metode Liflet Terhadap

Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Prof Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto. Skripsi, 1-8.

Gambar

Gambar 1. Skema Penelitian
Tabel 1.  Distribusi Frekuensi Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Klasifikasi  Operasi Responden Berdasarkan Kelompok di RS Karitas Weetebula Tahun  2016 (n = 175)
Tabel 2.  Distribusi Frekuensi Ansietas Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi  Berdasarkan Kelompok di RS Karitas Weetebula Tahun 2016
Tabel 3.  Perbedaan Perubahan Ansietas Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi  Penkes dan RA (n = 150)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data tersebut larutan daun sirih 80% dapat digunakan sebagai bahan desinfektan untuk bahan cetak alginat dengan metode penyemprotan, karena perubahan

Penelitian terapan ini mempunyai nilai yang sama dengan riset dasar karena peneliti harus mempunyai pengetahuan dalam mengolah data secara statistik (Hasibuan, 2007). Peneletian

Pembagian pengujian tersebut untuk melihat apakah hasil yang diperoleh sama antara pengujian yang dilakukan pada masing-masing subyek dengan pengujian dengan cara

Diagnosa yang dapat ditegakkan di kelurahan A pada remajanya adalah peruubahan pemeliharaan kesehatan pada remaja di kelurahan A berhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja

Pada tahun 2011, rasio pajak daerah dan retribusi daerah per PDrB Provinsi Bali memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan rasio secara nasional.. Kondisi Keuangan Daerah

Dalam rangka melakukan pemindahan ibu kota ini berbagai langkah dan tahapan sesuai peraturan perundang-undanga terkait sudah dilalui seperti keluarnya Peraturan

Gambaran lama pemakaian alat kontrasepsi hormonal menunjukkan sebagian besar responden menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada rentang waktu 13-19 tahun yaitu

Pengaruh gabungan perlakuan inokulasi, rendam atau siram dan antagonis terhadap komponen penyakit Perlakuan Masa inkubasi (hsi) Intensitas Penyakit (%) Populasi akhir F... Pengaruh