PENGARUH PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP PELAYANAN PUBLIK
(Studi Pada Kantor Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana
Departemen Ilmu Administrasi Negara
Disusun Oleh: LIA VERONIKA BARUS
090921035
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Lembar Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Lia Veronika Barus
Nim : 090921035
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul :Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo).
Medan , Maret 2011 Pembimbing Ketua Departemen
Siswati Saragih,Sos,Msp
NIP.196401081991021001
Drs.M.Husni Thamrin Nasution, M.Si
Dekan
ABSTRAK
PENGARUH PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR KECAMATAN BARUSJAHE
KABUPATEN KARO
NAMA : LIA VERONIKA BARUS
NIM : 090921035
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA PEMBIMBING : SISWATI SARAGI,S.Sos,MSP
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pelaksanaan
good governance terhadap pelayanan publik. Penelitian ini dilakukan di Kantor
Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik, yaitu semakin tinggi pelaksanaan good governance maka semakin berkualitas pelayanan publik di Kantor Kecamatan Barusjahe.
Metode yang digunakan adalah analisa kuantitatif, dan tehnik analisanya adalah analisa koefesien korelasi product moment, koefesien determinasi, dan uji signifikan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada pengaruh pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik. Nilai rxy= 0,96 nilai r ini positif dan berada pada interval 0,80-1,00 menunjukkan pelaksanaan good governance yang sudah diterapkan di Kantor Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo pengaruhnya sangat tinggi terhadap pelayanan publik.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karna atas berkah rahmat dari-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Pelayanan Publik Di Kantor Kecmatan Barusjahe”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai kekurangan, baik dari tata bahasa maupun bobot lainnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaannya, sehingga skripsi ini berguna bagi pihak yang membutuhkannya.
Pada kesempatan ini saya berterimakasih kepada berbagai pihak yang sudah turut membantu selama penulis menempuh studi dan selama penulisan skripsi ini baik dengan material dan spiritual, secara khusus saya sampaikan kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs.M.Husni Thamrin,M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Kakak Siswati Saragi selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Kariono, yang sudah bersedia mengajarkan SPSS.
5. Bapak/Ibu Dosen pengajar di Departemen Ilmu Administrasi Negar di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
6. Staf dan Pegawai kak mega, kak dian, yang telah membantu dalam pengurusan administrasi.
8. Keluarga yang sangat aku sayangi teristimewa kedua orang tua bapak dan ibu yang telah memberikan kasih sayang dan pengorbanan yang tidak henti-henti. 9. Abang dan kakak ipar, adik-adik, Sari, dan Jeni yang sudah memberikan
semangat dan masukan kepada penulis
10.Kedua adik kembar saya Romy dan Rany yang memotivasi untuk menjadi teladan yang baik.
11.Rekan-rekan mahasiswa di Departemen Ilmu Administrasi Negara ( Ekstensi) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
12.Untuk rekan seperjuangan yang selalu mendukung dan memberikan motivasi skripsi ini. Rusak-rusak comunity ( bg wong, aad, fitra, siska, tyqa, brian, ando).Semoga kita semua sukses!!!
Akhir kata penulis mengharapkan agar skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin YA RABBAL ALAMIN.
Medan maret 2010
Penulis
090921035
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
BAB II.METODE PENELITIAN ... 29
A.Metode Penelitian ... 29
BAB III.DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 36
C.Jawaban Variabel Y (Pelayanan Publik) ... 52
BAB V.ANALISA DATA ... 59
A.Good Governance... 59
B.Pelayanan Publik ... 61
C.Tehnik Analisa Data ... 63
1.Koefesien Korelasi Product Moment ... 63
2.Uji Signifikan ... 66
3.Koefesien Determinan ... 67
BAB VI.PENUTUP ... 69
A.Kesimpulan ... 69
B.Saran ... 69 Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Penentuan Skor... 32 2. Tabel 2 Interval Jawaban Untuk Menentukan Kategori Jawaban Responden32 3. Tabel 3 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefesien Korelasi ... 34 4. Tabel 4 Disribusi Jawaban Responden Berdasarkan Usia Responden ... 44 5. Tabel 5 Disribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 45 6. Tabel 6 Disribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan Responden45 7. Tabel 7 Distribusi jawaban Responden Berdasarkan Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Pengambilan Keputusan... 46 8. Tabel 8 Disribusi jawaban responden berdasarkan Kualitas penerapan
hukum yang ada ... 47 9. Tabel 9 Disribusi jawaban responden berdasarkan transparans dalam
rangka kebebasan aliran informasi ... 47 10. Tabel 10. Disribusi jawaban responden berdasarkan pengarahan
kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan sumber daya yeng tersedia secara
efektif dan efesien ... 47 11. Tabel 11. Disribusi jawaban responden berdasarkan Bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai
konsensus ... 48 12. Tabel 12. Disribusi jawaban responden berdasarkan memberikan
pelayanan secara adil tanpa memandang suku, agama, dan ras (SARA) ... 49 13. Tabel 13. Disribusi jawaban responden berdasarkan visi strategis
untuk membangun masyarakat ... 50 14. Tabel 14. Disribusi jawaban responden berdasarkan memberikan
15. Tabel 15. Disribusi jawaban responden berdasarkan pelayanan yang diberikan pemerintah kecamatan secara sederhana dan tidak
berbelit-belit ... 51 16. Tabel 16. Disribusi jawaban responden berdasarkan pelayanan
yang diberikan pemerintah kecamatan cepat dan tepat ... 52 17. Tabel 17 Disribusi jawaban responden berdasarkan pemerintah kecamatan memberikan kejelasan biaya dan tarif ... 53 18. Tabel 18 Disribusi jawaban responden berdasarkan pemerintah kecamatan memberikan kejelasan prosedur dan tata cara umum pelayanan ... 53 19. Tabel 19 Disribusi jawaban responden berdasarkan pemerintah kecamatan memberikan kepastian waktu daam pelayanan administrasi kepada
masyarakat ... 54 20. Tabel 20 Disribusi jawaban responden berdasarkan pemerintah kecamatan memberikan pelayanan yang mudah diakses oleh masyarakat ... 56 21. Tabel 21 Disribusi jawaban responden berdasarkan pemerintah
kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat bersikap
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 5 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran 6 : Surat Undangan Usulan Seminar Proposal Lampiran 7 : Berita Acara Seminar Proposal
ABSTRAK
PENGARUH PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR KECAMATAN BARUSJAHE
KABUPATEN KARO
NAMA : LIA VERONIKA BARUS
NIM : 090921035
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA PEMBIMBING : SISWATI SARAGI,S.Sos,MSP
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pelaksanaan
good governance terhadap pelayanan publik. Penelitian ini dilakukan di Kantor
Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik, yaitu semakin tinggi pelaksanaan good governance maka semakin berkualitas pelayanan publik di Kantor Kecamatan Barusjahe.
Metode yang digunakan adalah analisa kuantitatif, dan tehnik analisanya adalah analisa koefesien korelasi product moment, koefesien determinasi, dan uji signifikan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada pengaruh pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik. Nilai rxy= 0,96 nilai r ini positif dan berada pada interval 0,80-1,00 menunjukkan pelaksanaan good governance yang sudah diterapkan di Kantor Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo pengaruhnya sangat tinggi terhadap pelayanan publik.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kita menyaksikan beberapa tahun belakangan ini muncul wacana dalam ilmu administrasi Negara yaitu good governance. Konsep good governance ini munculnya karna adanya ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai penyelengggara urusan publik. Pendekatan penyelenggaraan urusan publik yang bersifat sentralis, non partisifatif serta tidak akomodatif terhadap kepentingan publik pada rezim-rezim terdahulu, harus diakui telah menumbuhkan rasa tidak percaya dan bahkan antipati pada rezim yang berkuasa. Menurut Edelman, hal seperti ini merupakan era anti birokrasi, era anti pemerintah, serta era anti institusi. Implikasi nyata dari fenomena semakin rendahnya kepercayaan publik pada pemerintah ini, berujung pada posisi administrasi publik yang sulit serta tidak menguntungkan. (Edelman dalam Wibowo 2004:5).
Good governance sudah lama menjadi mimpi bagi banyak orang di Indonesia.
Kendati pemahaman mereka mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian besar dari mereka setidaknya membayangkan bahwa dengan good
governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik.
Banyak diantara mereka yang membayangkan bahwa dengan memiliki praktik good
governance maka kualitas pelayanan publik menjadi semakin baik, angka korupsi
Mengingat pengembangan good governance memiliki kompleksitas yang tinggi dan kendala yang besar maka diperlukan sebuah langkah yang strategis untuk memulai praktik good governance. Agus Dwiyanto menyarankan praktik governance sebaiknya dimulai dari sektor pelayanan publik (Dwiyanto 2005:3). Pelayanan publik dipilih sebagai penggerak utama karna upaya mewujudkan nilai-nilai yang selama ini mencirikan praktik governance yang baik dalam pelayanan publik dapat dilakukan lebih nyata dan mudah. Nilai-nilai seperti efesiensi, partisipasi dan akuntabilitas dapat diterjemahkan secara relatif lebih mudah dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Pelayanan publik sebagai penggerak utama juga dianggap penting oleh semua aktor dari unsur good governance. Para pejabat publik, unsur-unsur dalam masyarakat sipil dan dunia usaha sama-sama memiliki kepentingan terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik. Ada tiga alasan penting yang melatar-belakangi bahwa pembaharuan pelayanan publik dapat mendorong praktik good governance di Indonesia. Pertama, perbaikan kinerja pelayanan publik dinilai penting oleh
stakeholders, yaitu pemerintah , warga, dan sektor usaha. Kedua, pelayanan publik
adalah ranah dari ketiga unsur governance melakukan interaksi yang sangat intensif. Ketiga, nilai-nilai yang selama ini mencirikan praktik good governance diterjemahkan secara lebih mudah dan nyata melalui pelayanan publik.
pelayanan dalam hal ini birokrasi sehingga masyarakat mencari jalan alternatif untuk mendapatkan pelayanan melalui cara tertentu yaitu dengan memberikan biaya tambahan. Dalam pemberian pelayanan publik, disamping permasalahan diatas, juga tentang cara pelayanan yang diterima oleh masyarakat yang sering melecehkan martabatnya sebagai warga Negara. Masyarakat ditempatkan sebagai klien yang membutuhkan bantuan pejabat birokrasi, sehingga harus tunduk pada ketentuan birokrasi dan kemauan dari para pejabatnya. Hal ini terjadi karna budaya yang berkembang dalam birokrasi selama ini bukan budaya pelayanan, tetapi lebih mengarah kepada budaya kekuasaan.
Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik yang berkesinambungan demi mewujudkan pelayanan publik yang prima sebab pelayanan publik merupakan fungsi utama pemerintah yang wajib diberikan sebaik-baiknya oleh pejabat publik. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan melakukan penerapan prinsip-prinsip Good
Governance, yang diharapkan dapat memenuhi pelayanan yang prima terhadap
masyarakat. Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas merupakan salah satu ciri Good Governance. Untuk itu, aparatur Negara diharapkan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efesien. Diharapkan dengan penerapan
Good Governance dapat mengembalikan dan membangun kembali kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah.
KTP, masyarakat enggan untuk melengkapi syarat-syarat administrasi yang telah ditetapkan oleh pihak kecamatan melalui pemerintah desa. Hal inilah yang menyebabkan proses pelayanan publik menjadi lamban. Dilain pihak, masyarakat mengeluhkan kurangnya keramahan pegawai dalam pengurusan berbagai keperluan administrasi membuat masyarakat merasa tidak dilayani dengan baik. Disamping itu pengurusan surat-surat seperti KTP dan KK yang seharusnya gratis dan selesai dalam jangka waktu seminggu, tidak terlaksana dengan baik. Kurangnya transparansi dalam hal biaya administrasi, prosedur pelayanan yang berbelit-belit, terbatasnya sarana dan prasarana sehingga tidak menjamin kepastian (hukum, waktu, dan biaya). Pejabat birokrasi sering kali tidak menginformasikan bentuk pertanggung-jawaban atas kinerja mereka pada masyarakat. Sehingga masyarakat tidak mengetahui program kerja dari instansi tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul dalam penelitian ini yaitu : Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo).
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Bagaimana pengaruh pelaksanaan good governance di Kantor Kecamatan
Barusjahe Kabupaten Karo.
2. Apa saja kendala dalam pelaksanaan good governance di Kantor Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Secara Ilmiah
Penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang penulis terima di Departemen Ilmu Administrasi Negara Ekstensi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
b. Manfaat Secara Praktis
Penelitain ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pemerintah Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.
c. Manfaat Secara Akademis
E. Kerangka Teori
1. Good Governance
Arti good dalam istilah good governance mengandung dua pengertian: pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efesien dalam pelaksanan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, kepemerintahan yang baik berorientasi pada dua hal yaitu:
1. Orientasi ideal Negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional 2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efesien
melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. (Suhady 2005:49).
Lembaga Administrasi Negara (2000) memberikan pengertian Good
governance yaitu penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan bertanggung
jawab, serta efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat
pada fungsi yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga aktor-aktor lain yaitu civil society, dan pasar atau sektor privat. Governance merupakan sebuah bentuk mekanisme, proses, hubungan dan jaringan institusi yang kompleks, dimana warga Negara dan kelompok-kelompok yang ada mengartikulasikan kepentingannya. Hal ini mempunyai implikasi bahwa hampir semua organisasi, asosiasi, atau lembaga dalam masyarakat mempunyai pengaruh dan juga dipengaruhi oleh fungsi-fungsi
governance.
Governance menurut defenisi dari World Bank adalah “the way state power is
used in managing economic and social resources for devolepment and society”.
Suatu cara digunakan didalam mengatur sumber daya sosial dan ekonomi untuk pembangunan dan masyarakat". Sementara UNDP ( united nation development
program) mendefenisikannya sebagai “the exercise of political, economic, and
administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Latihan dari
politis, ekonomi, dan otoritas administratif untuk mengatur suatu urusan bangsa pada semua tingkat". Berdasarkan defenisi terakhir, governance mempunyai tiga kaki, yaitu:
1. Economic governance (Penguasaan ekonomi) meliputi proses pembuatan
keputusan yang memfasilitasi terhadap equity (Kekayaan), proverty (properti), dan quality of live ( Kualitas hidup).
2. Political governance (Penguasaan politik) adalah proses keputusan untuk
3. Administrative governance (Penguasaan administrasi) adalah sistem
implementasi proses kebijakan (Sedarmayanti 2003:4-5).
Oleh karena itu, institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state (Negara atau pemerintah), private sector (Sektor swasta), dan society (Masyarakat) yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing. State berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, private sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi, politik, termasuk mengajak kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik.
Menurut sedarmayanti (2003:5) hubungan antar sektor dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1Hubungan antar sektor
Selain itu, OECD (Organization for economic coorporated development) yaitu organisasi untuk kerjasama ekonomi pembangunan dan World Bank mensinonimkan
state
bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efesien, penghindaran korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frameworks (undang-undang dan kerangka politik) bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan (Sedarmayanti 2003:7).
Good governance menurut UNDP didefenisikan sebagai hubungan yang
sinergis dan konstruktif di antara Negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Berdasarkan defenisi tersebut, UNDP kemudian mengajukan karakteristik good
governance yang saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri. Adapun
prinsip-prinsip tersebut adalah partisipasi, supremasi hukum, transparansi, cepat tanggap, membangun konsensus, kesetaraan, efektif dan efesien, bertanggung jawab dan visi yang strategik (Suhady 2005:50).
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merumuskan pengertian kepemerintahan yang baik yaitu kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efesiensi, efektifitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Sedangkan dalam modul sosialisasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAN & BPKP, 2000) dikemukakan bahwa “ proses penyelenggaraan kekuasaan Negara alam melaksanakan penyediaan public goods and services disebut
governance, sedang praktik terbaiknya disebut good governance ( kepemerintahan
menuntut adanya alignment (koordinasi) yang baik dan integritas, profesionalisme, serta etos kerja dan moral yang tinggi.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik terdiri dari:
1. Profesionalitas, meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau.
2. Akuntabilitas, meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
3. Transparansi, menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
4. Pelayanan prima, penyelenggaraan pelayanan publik yang mencakup prosedur yang baik, kejelasan tarif, kepastian waktu, kemudahan akses, kelengkapan sarana dan prasarana serta pelayanan yang ramah dan disiplin.
6. Efisiensi dan Efektifitas, menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.
7. Supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat, mewujudkan adanya penegakkan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Karakteristik atau prinsip-prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) dikemukakan oleh UNDP (1997) yaitu meliput i:
1. Partisipasi (Participation): Setiap orang atau warga masyarakat, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sesuai
dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing
2. Akuntabilitas (Accountability): Para pengambil keputusan dalam sektor publik, swasta dan masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik, sebagaimana halnya kepada stakeholders. 3. Aturan hukum (Rule of law): Kerangka aturan hukum dan
4. Transparansi (Transparency): Transparansi harus dibangun dalam rangka kebebasan aliran informasi. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.
5. Daya tangkap (Responsiveness): Setiap intuisi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
6. Berorientasi konsensus (consensus Orientation): Pemerintah yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesempatan yang terbaik bagi kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesempatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.
7. Berkeadilan (Equity): Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan yang baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
8. Efektifitas dan Efisiensi (Effectifitas and Effeciency): Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan berbagai sumber yang tersedia.
pemerintah yang baik dan pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.
Sedangkan dalam praktek penyelenggaran pemerintahan di Indonesia pasca gerakan reformasi nasional, prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik tercermin dalam ketetapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang memuat asas-asas umum pemerintah yang mencakup:
1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara.
2. Asas tertib penyelenggaraan negara, adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.
3. Asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif.
5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pelayanan Publik
2.1. Pengertian Pelayanan Publik
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan (Sampara dalam sinambela 2006:5). Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayana sebagai hal, cara atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah menyuguhi (orang dengan makanan atau minuman; menyediakan keperluan orang; mengiyakan, menerima; menggunakan).
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara publik.
Sementara itu istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa Indonesia baku menjadi publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Padanan kata yang tepat digunakan adalah praja yang sebenarnya bermakna rakyat sehingga lahir istilah pamong praja yang berarti pemerintah yang melayani kepentingan seluruh rakyat.
Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik (Inu dalam Sinambela 2006:5).
2.2 Kualitas Pelayanan Publik
Tujuan pelayanan publik adalah memuaskan dan bisa sesuai dengan keinginan masyarakat atau pelayanan pada umumnya. Untuk mencapai hal ini diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 62 tahun 2003 tentang penyelenggaraan pelayanan publik setidaknya mengandung sendi-sendi :
1. Kesederhanaan, dalam arti prosedur atau tata cara pelayanan diselenggarakan secara cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan yang mencakup :
- Rincian biaya atau tarif pelayanan publik.
- Prosedur/tata cara umum, baik teknis maupun administratif.
3. Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik harus dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Kemudahan akses, yaitu bahwa tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
6. Kelengkapan sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika.
Kualitas pelayanan berhasil dibangun apabila yang diberikan kepada masyarakat atau pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani. Pengakuan ini bukan dari aparatur tetapi dari masyarakat/pelanggan. Dengan adanya tata cara pelayanan yang jelas dan terbuka, maka masyarakat dalam pengurusan kepentingan dapat dengan mudah mengetahui prosedur ataupun tata cara pelayanan yang harus dilalui. Sehingga pelayanan itu sendiri akan dapat memuaskan masyarakat.
Pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pada para pelanggan sekurang-kurangnya mengandung tiga unsur pokok yaitu :
1. Terdapatnya pelayanan yang merata dan sama
Yaitu dalam pelaksanaannya tidak ada diskriminasi yang diberikan oleh aparat pemerintah terhadap masyarakat. Pelayanan tidak menganaktirikan dan menganakemaskan keluarga, pangkat, suku, agama dan tanpa memandang status ekonomi. Hal ini membutuhkan kejujuran dan tenggang rasa para pemberi pelayanan tersebut.
2. Pelayanan yang diberikan harus tepat pada waktunya
segera dilayani. Lagipula jika mereka mengulur waktu tentunya merupakan beban untuk tahap selanjutnya karena berbarengan dengan semakin banyaknya tugas yang harus diselesaikan.
3. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan
Dalam hal ini aparat pemerintah harus selalu siap untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan pelayanan.
Meminjam model dari Valerie A. Zeithaml dkk (2000:45) maka ada beberapa dimensi yang sangat penting diperhatikan dalam mengukur pelayanan yang bekualitas yaitu:
1. Tangibility
Dapat berupa tampilan fisik, peralatan, dan penggunaan alat Bantu yang dimiliki pemberi pelayanan. Hal ini sangat penting sekali mengingat masyarakat akan merasalebih nyaman berada dalam sarana fisik yang bersih, rapi dan nyaman serta mudah dalam mengidentifikasikan antara pembeli pelayanan dengan orang lain.
2. Reability
3. Responsiveness
Kemampuan dalam pemberian pelayanan secara tepat dan cepat. Pemberi pelayanan harus bertanggung jawab dalam memberikan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi masyarakat atau pelanggan.
4. Assurance
Keahlian yang diperlukan dalam memberikan pelayanan sehingga pelanggan atau masyarakat merasa terbebas dari resiko atau kerugian karena gagalnya pelayanan.
5. Empathy
Adanya kedekatan dan pemahaman baik antara pemberi pelayanan dengan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memuat akses komunikasi yang dapat memudahkan komunikasi antara pemberi pelayanan dapat mengenal masyarakat/pelanggannya dengan baik dan keinginan masyarakat dalam proses pelayanan dapat dimengerti.
2.3. Bentuk-Bentuk Pelayanan
Menurut Moenir (2002:160-166) bentuk pelayanan ada tiga macam yaitu : 1. Pelayanan dengan lisan
Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas-petugas bidang hubungan masyarakat (humas), bidang layanan informasi dan bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia.
Agar pelayanan lisan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu :
- Memahami benar masalah-masalah yang termasuk kedalam bidang tugasnya.
- Mampu memberikan penjelasan apa-apa saja yang perlu dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.
- Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.
- Harus dalam keadaan sepi, tidak berbincang dan berbicara dengan sesama pegawai, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas. 2. Pelayanan dengan tulisan
Pelayanan dalam bentuk tulisan terdiri dari dua macam, yaitu :
- Layanan yang berupa petunjuk, informasi yang sejenis yang ditujukan kepada
orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan
dengan instansi atau lembaga.
- Pelayanan yang berupa reaksi tertulis atau permohonan, laporan, keluhan, pemberitahuan dan sebagainya.
3. Pelayanan bentuk perbuatan
Layanan dalam betuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan atau penjelasan secara lisan. Dalam keputuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 63 Tahun 2003, pelayanan publik dibagi atas tiga kelompok yaitu :
a. Kelompok pelayanan administratif, yaitu bentuk pelayanan menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang diperlukan oleh masyarakat atau publik.
Misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan lain-lain. Dokumen ini antara lain KTP, akte kelahiran, buku pemilik kendaraan bermotor, surat tanda nomor kendaraan.
c. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik. Misalnya pendidikan, pelayanan kesehatan, penyelenggaraan transportasi.
2.4. Standar Pelayanan Publik
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus mempunyai standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima layanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang pedoman umim penyelenggaraan pelayanan publik, standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :
a. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan yang diberlakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.
b. Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyesuaian pelayanan termasuk pengaduan.
c. Biaya Pelayanan
d. Produk Pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
e. Sarana dan Prasarana
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggaraan pelayanan publik.
f. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan Publik
Kompetensi petugas pemberi layanan harus ditetapkan dengan tepat sesuai berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dalam hal ini penulis mengetengahkan suatu hipotesis didalam skripsi ini yaitu :
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pelaksanaan good
governance terhadap pelayanan publik.
2. Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pelaksanaan good
G. Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan :
1. Good Governance
Good governance yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan dari
prinsip-prinsip good governance dalam pemberian pelayanan publik pada masyarakat di kantor Barusjahe Kabupaten Karo.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik dalam penelitian ini adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Barusjahe.
H. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel melalui indikator-indikatornya.
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah good governance dengan indikatornya sebagai berikut:
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing.
- Aturan hukum (rule of law), kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh terutama aturan hukum tentang hak asasi manusia.
- Transparansi, transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran
informasi
- Berorientasi konsensus (consensus orientation), pemerintah yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai consensus atau kesepakatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan jika dimungkinkan juga dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.
- Berkeadilan ( equity ), pemerintahan yang baik akan memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki dan perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya. - Efektifitas dan efisiensi (effectiveness and efficiency), setiap proses
kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan sesuai kebutuhan melalui pemanfatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang tersedia.
- Akuntabilitas (accountability), para pengambil keputusan (decision
memiliki penanggung jawaban kepada publik sebagaimana halnya kepada para pemilik.
- Bervisi strategis (strategic vision), para pimpinan dan masyarakat memiliki presfektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik ( good governance) dan pembangunan manusia ( human development), bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk membangun masyarakat tersebut.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pelayanan publik dengan indikatornya sebagai berikut:
- Kesederhanaan, dalam arti prosedur atau tata cara pelayanan diselenggarakan secara tepat, tidak berbelit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
- Kejelasan yang mencakup biaya dan prosedur atau tata cara umum baik teknis ataupun administratif.
- Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik harus dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
I. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian. Manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumetasi yang akan dianalisis
BAB V ANALISA DATA
Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.
BAB VI PENUTUP
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan maksud mencari pengaruh antara variabel independent (variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat). Dengan metode ini diharapkan dapat menggambarkan dan menerangkan fenomena yang ada berdasarkan data dan informasi yang diperoleh.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Camat Barusjahe Kabupaten Karo jl. Gotong royong no 1 Barusjahe.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah keseluruhan dari populasi yang diambil dengan menggunakan data terentu. Mengutip dari pendapat dari Arikunto yang menyatakan bahwa apabila populasi kurang dari 100 orang maka sampel diambil secara keseluruhan, sedangkan populasi di atas 100 maka sampel diambil 10%-15% atau 20%-25% dari populasi. Maka sampel dalam penelitian ini adalah 37 orang terdiri dari 17 pegawai dan 20 masyarakat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : a. teknik pengumpulan data primer, yaitu :
- Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan Tanya jawab secara langsung kepada informan.
- Kuesioner
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responder untuk dijawabnya (Sugiono, 2005:162).
Yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian. Pada penelitian ini, penulis mengamati bagaimana pelayanan administrasi di Kantor Kecamatan Barusjahe. Penulis mengamati selama beberapa hari pengurusan administrasi seperti pembuatan KTP dan KK ramai dilakukan masyarakat pada pukul 11.00 karna pada saat itu para pegawai sudah hadir.
b. Teknik pengumpulan data skunder, yaitu
- Studi kepustakaan
Yakni dengan mengumpulkan data-data yang relevan dengan permasalahan dari buku dan referensi serta naskah lainnya yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
- Dokumentasi
Yakni pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
E. Teknik Penentuan Skor
Tabel 1 Penentuan skor
NO Alternatif jawaban Skor
1. 2. 3. 4. 5.
A b c d e
5 4 3 2 1
Kemudian unuk menetukan alternatif jawaban responden terhadap masing-masing alternatif jawaban apakah sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Terlebih dahulu menentukan interval dengan cara berikut ini :
Maka diperoleh :
Sehingga dengan demikian dapat ditentukan kategori jawaban responden masing-masing variabel, yaitu :
NO SKOR KATEGORI
Untuk menentukan jawaban responden tersebut tergolong kategori yang mana, maka dari jumlah skor variabel yang akan ditentukan rata-ratanya dengan membagi jumlah pertanyaan.
F. Teknik Analisa Data
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisa kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
1. Koefesien Korelasi Product Moment
Adapun statistik yang digunakan adalah koefisien Product Moment, cara ini dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiono, 2006:212)
rxy =
( )( )
∑
x : jumlah seluruh skor x∑
y : jumlah skor y∑
xy : jumlah hasil kali antar skor x dan skor yUntuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. nilai r yang positif menunjukkan kedua variabel yang yang positif, artinya kenaikan nilai yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.
2. nilai r yang negatif menunjukkan kedua variabel negatif, artinnya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti oleh meningkatnya nilai variabel yang lain. 3. nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai
hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah. Untuk mengetahui adanya hubungan yang tertinggi atau terendah antar kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006:214) yaitu :
Tabel 3
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan
Dengan nilai r yang kita peroleh kita dapat secara langsung menilai melalui tabel korelasi yang menguji apakah nilai r yang diperoleh tersebut berarti atau tidak. Tabel kortelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan 5%. Bila nilai r tersebut signifikan artinya hipotesa alternatif dapat diterima. Contoh : jika nilai r adalah 0,6 jika dihubungkan melalui tabel 2.1 maka hasilnya adalah tinggi.
2. Uji Signifikan
Uji signifikan adalah uji yang dilakukan untuk menentukan apakah hipotesa diterima
atau ditolak. Uji signifikan ini dilakukan terhadap hipotesa nilai Ho, yaitu”tidak ada korelasi
antara variabel X dengan variabel Y”. Ho ditolak apabila t hitung lebih besar dari t tabel (t
hitung> t tabel), dengan rumus sebagai berikut :
: Nilai Dari Uji Signifikan
r : Indeks Koefesien Korelasi Product Moment
n : Jumlah Responden
3. Koefesien Determinasi
Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai koefesien korelasi dan dikaitkan dengan 100%
Keterangan:
D : koefisien determinan
(rxy)2 : koefisien product moment antara x dan y
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kecamatan Barusjahe
Sebelum pemerintahan Belanda berkuasa di Tanah Karo, Kecamatan Barusjahe masih berbentuk Kerajaan Barusjahe. Kerajaan ini mempunyai kepala pemerintahan (FZELF Bestuurder), artinya kepala pemerintahan kerajaan selain sebagai Kepala Pemerintahan juga sebagai Kepala Adat dan Ketua Kerapaten (Pengadilan) yang paling tinggi di kerajaaan.
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Merek dan Kabupaten Simalungun.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun.
Kecamatan Barusjahe memiliki luas wilayah 128 Km² yang terdiri dari sembilan belas desa yaitu :
1. Rumamis 11. Serdang 2. Semangat 12. Penampen 3. Sinaman 13. Sarimanis 4. Talimbaru 14. Tangkidik 5. Pertumbuken 15. Paribun 6. Bulan julu 16. Persadanta 7. Bulan jahe 17. Sikap
8. Sukanalu 18. Tanjung Barus 9. Sukajulu 19. Barusjulu 10.Barusjahe
B. Kependudukan
sebagai petani 96%,Peternak 2 % dan PNS. Hasil utama Pertanian adalah : padi, jagung, tomat,cabai, sayur mayur, dan hasil perkebunannya adalah kopi dan jeruk. Keadaan penduduk yang berada di Kecamatan Barusjahe adalah mayoritas etnis karo, dan etnis jawa dan toba. Dari segi pemeluk agama mayoritas masyarakat Kecamatan Barusjahe menganut Agama kristen sebagian lagi beragama islam.
C. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pemerintah Kecamatan Barusjahe adalah satu unit kantor dengan kondisi bangunan yang baik, selain itu kantor kecamatan memiliki 1 unit genset, 3 set komputer, 1 unit notebook, 4 unit printer,1 unit scanner,1 mesin tik unit, 2 unit laminating dan satu ruangan aula. Aula kantor camat ini selain digunakan oleh pemerintah Kecamatan Barusjahe, juga dapat digunakan oleh organisasi kemasyarakatan yang ada di kecamatan ini.
Dalam bidang kesehatan Kecamatan Barusjahe memiliki 4 Puskesmas, 15 BKIA, 7 BPU,5 Polindes, 25 Posyandu. Tenaga medis yang ada yaitu 5 Dokter, 31 Perawat. Dalam bidang keagamaan Kecamatan Barusjahe memiiki berbagai tempat ibadah bagi masyarakat. Bagi umat islam telah memiliki 7 mesjid, bagi umat kristen telah memiliki 54 Gereja. Dalam bidang Pendidikan Kecamatan Barusjahe telah memiliki fasilitas pendidikan mulai dari TK 5 buah, SD 21 buah, SMP 4 buah dan SMA 1 buah.
Pemerintah kecamatan Barusjahe merupakan Lembaga Perangkat Daerah Kabupaten Karo yang mempunyai unsur penunjang bagi Pemerintah Kabupaten Karo. Susunan Organisasi Kecamatan terdiri dari :
a. Camat
Mempunyai tugas:
- Memimpin, merencanakan, mengatur, membina , mengkoodinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan Tugas pokok kecamatan.
- Menetapkan, melaksanakan visi dan misi kecamatan untuk mendukung visi dan
misi daerah.
- Menyusun dan menetapkan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Kecamatan yang berkoordinasi dengan instansi terkait.
- Menyelenggarakan koordinasi dan kerja sama dengan satuan kerja perangkat
daerah terkait.
- Menyelenggarakan tugas-tugas kedinasan, memberikan petunjuk dan
bimbingan teknis serta pengawasan kepada bawahan.
- Bertindak sebagai Pengguna Anggaran serta menyusun laporan
pertanggungjawaban tugas-tugas kecamatan termasuk laporan keuangan dan
kinerja kecamatan kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah
- Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
b. Sekertaris Kecamatan:
- Menyusun rencana dan program, pengendalian dan evaluasi serta pelaporan
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan kecamatan.
- Melaksanakan pembinaan dan pelayanan teknis administrasi kepegawaian,
perlengkapan dan keuangan.
- Memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh satuan organisasi
pemerintahan kecamatan.
- Melaksanakan tugas dan fungsi camat apabila camat berhalangan.
c. Kasubbag Umum
Mempunyai tugas:
- Mengumpulkan bahan, mengolah data dalam rangka penyusunan laporan atas
program kerja.
- Menghimpun dan mempersiapkan bahan peraturan perundang-undangan,
naskah dinas, penyiapan administrasi perjalanan dinas, penyiapan rapat-rapat
dinas serta pengelolaan perpustakaan.
d. Kasubbag Keuangan
Mempunyai tugas :
- Mempelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan.
- Menyusun rencana anggaran Pembangaunan kecamatan serta Rencana
Anggaran Kecamatan sesuai rencana kerja kecamatan.
- Menyiapkan dan menyampaikan usulan SPD SKPD
e. Seksi pemerintahan dan kependudukan
Mempunyai tugas:
- Menyusun rencana kerja seksi pemerintahan dalam rangka koordinasi
penyelenggaraan kegiatan pemerintah tingkat kecamatan
- Melakuakan koordinasi perencanaan dengan sauan kerja perangkat daerah
- Melaksanakan pembinaan dan bimbingan serta pengawasan tertib administrasi
terhadap pemerintahan.
f. Seksi ketentraman dan Seksi Ketertiban Umum
Mempunyai tugas:
- Melakukan koordinasi dengan instansi terkait mengenai program
penyelenggaran ketentraman dan ketertiban umum di lingkungan
pemerintahan Kecamatan Barusjahe.
- Memfasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan serta
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di lingkungan
pemerintahan Kecamatan Barusjahe.
- Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam ranka pengendalian dan
penanggulangan wabah/bencana yang terjadi di tingkat kecamatan.
g. Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa
Mempunyai tugas:
- Mendorong partisipasi masyarakat atau lembaga kemasyarakatan lainnya
- Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit kerja pemerintah
maupun swasta yang mempunyai program kerja dan kegiatan pemberdayaan
masyarakat di wilayah kecamatan.
- Memfasilitasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa serta
memfasilitasi pelaksanaan tugas kepala desa dan perangkat desa.
h. Seksi Kesejahteraan Sosial dan Lingkungan Hidup
Mempunyai tugas:
- Melakukan pembinanan di bidang perekonomian dalam rangka meningkatkan
pendapatan masyarakat.
- Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengolahan hutan dan
lingkungan hidup.
- Memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban lembaga
kemasyarakatan di lingkungan pemerintah desa.
- Memfasilitasi pengembangan dan koordinasi unit kerja kecamatan dalam
pengembangan lembaga kemasyarakatan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kecamatan Barusjahe didukung oleh
sebanyak 21 orang pegawai dengan komponen sebagai berikut :
1. Status Kepegawaian
- PNS : 17 orang
- Tenaga Honorer : 4 orang
2. Pendidikan PNS/CPNS
- Sarjana Muda : 6 orang
- SMU : 6 orang
- SMP : 1 orang
3. Jabatan Struktural
- Eselon III/a : 1 orang
- Eselon III/b : 1 orang
- Eselon IV/a : 4 orang
- Eselon IV/b : 2 orang
E. VISI DAN MISI
Visi dan misi kecamatan Barusjahe berhubungan langsung dengan RKA/DPA setiap satuan kerja perangkat daerah di daerahnya masing-masing. Begitu juga dengan SKPD Kecamatan Barusjahe, yang berhubungan lagsung dengan Kabupaten Karo. Visi dan misi jangka menengah Kabupaten Karo adalah sebagai berikut :
- Visi : “ Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Karo yang maju, demokratis,
beriman dan sejahtera dalam suasana kekerabatan Karo”.
- Misi :
1. Melaksanakan tugas pokok dan fungsi kecamatan sebaik-baiknya untuk
mendukung kebijakan pembangunan pemerintah kabupaten, propinsi dan
pusat.
2. Meningkatkan kualitas kerja melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan propesionalisme aparatur dalam melaksanakan tugas dalam
3. Meningkatkan tertib administrasi.
4. Meningkatkan pembinaan administrasi, kepemerintahan dan pembangunan
terhadap pemerintah desa.
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurus dan memiliki
dokumen kependudukan.
6. Meningkatkan koordinasi dengan instansi/SKPD
BAB IV PENYAJIAN DATA
Sebagaimana kita ketahui diatas bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan good governance dan pelaksnaan pelayanan publik serta pengaruh pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik di Kantor Kecamatan Barusjahe. Responden dalam penelitian ini adalah Camat serta aparatur kecamatan sebanyak 17 orang, serta dari masyarakat sebanyak 20 orang.
A. Identitas Responden
1. Usia
Dalam suatu organisasi umur sangat menentukan dalam cara berfikir seseorang dan
kinerja yang dimiliki orang tersebut. Umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Usia responden
No Keterangan Frekuensi Persentase
1
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat data yang diperoleh dari tingkat usia, maka dikelompokkan menjadi lima tingkatan usia. Responden yang berusia 20-27 tahun berjumlah 9 orang (24,3%), yang berusia 28-35 tahun berjumlah 9 orang (24,3%), usia 36-43 tahun berjumlah 10 orang (27%), usia 44-51 berjumlah 5 orang (13,5%), dan yang berusia > 51(lebih besar dari 51 tahun) tahun berjumlah 4 orang (10,8%)
2. Jenis kelamin responden
Tabel 5
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Keterangan Frekuensi Persentase
1
Sumber kuesioner 2011
persentase 56,8 %, dan 16 orang adalah pegawai wanita dengan jumlah persentase 43,2 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah responden di kecamatan barusjahe lebih besar laki-laki
3. Pendidikan Responden
Tabel 6
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan
No Keterangan Frekuensi Persentase
1
Sumber kuesioner 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 4 responden (10,8%) berpendidikan SLTP, 14 responden (37,8%) berpendidikan SLTA, 11 responden (29,7%) berpendidikan DIPLOMA, dan 8 responden ( 21,6%) berpendidikan SARJANA.
B. Jawaban Variabel X (Good Governance)
Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan maka diperoleh jawaban responden
untuk variabel X sebagai berikut:
Tabel 7
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
3
Sumber kuesioner 2011
Berdasarkan tabel diatas dari 37 responden (29,7 %) menjawab selalu terlibat dalam proses pengambilan keputusan, 15 responden (40,5%) menjawab sering, 11 responden (29,7%) menjawab kadang-kadang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.
Tabel 8
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kualitas penerapan aturan hukum yang ada
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
1
Sumber kuesioner 2011
menjawab sering, 9 responden (24,3%) menjawab kadang-kadang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah menerapkan aturan hukum yang ada.
Tabel 9
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Transparansi dalam rangka kebebasan aliran informasi
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
1
Sumber kuesioner 2011
Berdasarkan tabel diatas dari 7 responden (18,9 %) menjawab pemerintah Kecamatan selalu terbuka dalam memberikan informasi, 11 responden (29,7%) menjawab sering, 13 responden (35,1%) menjawab kadang-kadang, 6 responden (16,2%) menjawab jarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah membangun transparnsi dalam rangka kebebasan aliran informasi.
Tabel 10
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Setiap proses kegiatan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan melalui
pemanfaan sumber daya yang tersedia secara efesien dan efektif
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
4
Sumber kuesioner 2011
Berdasarkan tabel diatas dari 29 responden (78,4%) menjawab pemerintah Kecamatan selalu mengarahkan proses kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efesien, 8 responden (21,6%) menjawab sering. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah bertindak secara efektif dan efesien.
Tabel 11
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pemerintah kecamatan telah bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang bebeda untuk
mencapai consensus ( kesepakatan) dalam masyarakat
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
Total 37 100
Sumber kuesioner 2011
Berdasarkan tabel diatas dari 8 responden (21,6 %) menjawab pemerintah kecamatan selalu bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang bebeda untuk mencapai konsensus (kesepakatan) dalam masyarakat, 16 responden (43,2%) menjawab sering, 5 responden (13,5%) menjawab kadang-kadang, 8 responden (21,6%) menjawab jarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah bertindak sebagai penengah bagi kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus (kesepakatan) dalam masyarakat.
Tabel 12
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pemerintah kecamatan telah memberikan pelayanan dan informasi secara adil tanpa memandang suku,
agama, dan ras (SARA)
2
Sumber kuesioner 2011
Berdasarkan tabel diatas dari 4 responden (10,8 %) menjawab Pemerintah kecamatan selalu memberikan pelayanan dan informasi secara adil tanpa memandang suku, agama, dan ras (SARA), 21 responden (56,8%) menjawab sering, 9 responden (24,3%) menjawab kadang-kadang, 3 responden (8,1%) menjawab jarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah memberikan pelayanan dan informasi secara adil tanpa memandang suku, agama, dan ras (SARA).
Tabel 13
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pemerintah kecamatan sudah memiliki visi strategis untuk membangun masyarakat
1
Berdasarkan tabel diatas dari 11 responden (29,7%) menjawab Pemerintah kecamatan selalu memiliki visi strategis untuk membangun masyarakat, 12 responden (32,4%) menjawab sering, 10 responden (32,4%) menjawab kadang-kadang, 4 responden (10,8%) menjawab jarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah memiliki visi yang strategis untuk membangun masyarakat.
Tabel 14
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Memberikan pertanggung jawaban ( Akuntabilitas) kepada masyarakat
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
1
Berdasarkan tabel diatas dari 12 responden (32,4 %) menjawab pemerintah Kecamatan selalu Memberikan pertanggung jawaban ( Akuntabilitas) kepada masyarakat , 11 responden (29,7%) menjawab sering, 8 responden (21,6%) menjawab kadang-kadang, 6 responden (16,2%) menjawab jarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah memberikan pertanggung jawaban kepada masyarakat.
C. Jawaban Variabel Y ( Pelayanan Publik)
Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan maka diperoleh jawaban responden untuk variabel Y sebagai berikut :
Tabel 15
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan yang diberikan pemerintah kecamatan sederhana dan tidak berbelit- belit
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
1
Sumber kuesioner 2011
kadang-kadang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah memberikan pelayanan dan informasi secara sederhana dan tidak berbelit-belit.
Tabel 16
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah Kecamatan dilaksanakan dengan cepat dan tepat
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
1
Sumber kuesioner 2011
Berdasarkan tabel diatas dari 4 responden (10,8 %) menjawab Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah Kecamatan selalu dilaksanakan dengan cepat dan tepat, 10 responden (27%) menjawab sering, 5 responden (13,5%) menjawab kadang-kadang, 6 responden (16,2%) menjawab jarang, 6 responden (16,2%) menjawab tidak sama sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah memberikan pelayan administrasi kepada masyarakat secara tepat dan cepat.
Tabel 17
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pemerintah kecamatan memberikan kejelasan biaya/tarif pelayanan
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
2
Sumber kuesioner 2011
Berdasarkan tabel diatas dari 14 responden (37,8 %) menjawab Pemerintah kecamatan selalu memberikan kejelasan biaya/tarif pelayanan , 10 responden (27%) menjawab sering, 6 responden (16,2%) menjawab kadang-kadang, 7 responden (18,9%) menjawab jarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah memberikan kejelasan mengenai tarif biaya pelayanan.
Tabel 18
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pemerintah kecamatan memberikan kejelasan prosedur dan tata cara umum pelayanan
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
1
Sumber kuesioner 2011
kadang-kadang, 7 responden (18,9%) menjawab jarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah memberikan kejelasan prosedur dan tata cara umum pelayanan.
Tabel 19
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pemerintah kecamatan memberikan kepastian waktu dalam pelayanan administrasi kepada
masyarakat
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
1
Tabel 20
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pemerintah kecamatan memberikan pelayanan yang mudah diakses oleh masyarakat
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
1
Sumber kuesioner 2011
Tabel 21
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pemerintah kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat bersikap disiplin, ramah dan sopan
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
1
Sumber kuesioner 2011
disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat talah bersikap disiplin, ramah dan sopan.
Tabel 22
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kelengkapan sarana dan prasarana kerja yang dimiliki oleh pemerintah kecamatan telah memadai
No Jawaban responden Frekuensi Persentase
1
Sumber kuesioner 2011
kadang-kadang, 6 responden (16,2%) menjawab jarang, 3 responden (8,1%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai.
BAB V ANALISA DATA
A. Analisa Data
kadang, 6 responden (16,2%) menjawab jarang, 3 responden (8,1%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan telah memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai.
BAB V ANALISA DATA
A. Analisa Data
1. Good governance (X)
Berdasarkan hasil penyajian data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden selama melakukan penelitian dikantor Kecamatan Barusjahe kabupaten Karo. Penulis mengetahui dan mengukur pelaksanaan good governance pada kantor Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Dengan menganalisa indikator-indikator seperti partisipasi, aturan hukum, transparansi, berorientasi konsensus, berkeadilan, efektifitas dan efesiensi, akuntabilitas, dan bervisi strategis yaitu sebagai berikut :
Pada indikator partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan berdasarkan distribusi jawaban responden maka dapat dilihat pemerintah Kecamatan sudah sering melibatkan masyarakat, ini dibuktikan dari 40, 5 % (15) responden menjawab sering dan 29,7 % (11) responden menjawab selalu.
Pada indikator kualitas penerapan aturan hukum yang ada berdasarkan distribusi jawaban reponden maka dapat dilihat pemerintah Kecamatan Barusjahe sudah sering menerapkan aturan hukum yang ada. Hal ini dapat dibuktikan dari 51,4% (19) responden menjawab sering, 24,3 % (9) responden menjawab selalu.
Pada indikator pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efesien berdasarkan distribusi jawaban reponden maka dapat dilihat pemerintah Kecamatan Barusjahe sudah memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efesien sehingga pelayanan dapat maksimal . Hal ini dapat dibuktikan dari 78,4% (29) responden menjawab selalu, 21,6 % (8) responden menjawab sering.
Pada indikator berorientasi konsensus berdasarkan distribusi jawaban reponden maka dapat dilihat pemerintah Kecamatan Barusjahe sudah bertindak sebagai penengah terhadap kepentingan yang berbeda dalam masyarakat . Hal ini dapat dibuktikan dari 21,6% (8) responden menjawab selalu, 43,2 % (16) responden menjawab sering.
Pada indikator berorientasi berkeadilan berdasarkan distribusi jawaban reponden maka dapat dilihat pemerintah Kecamatan Barusjahe telah memberikan pelayanan secara adil tanpa memandang SARA . Hal ini dapat dibuktikan dari 10,8% (4) responden menjawab selalu, 56,8 % (21) responden menjawab sering.
Pada indikator visi strategis berdasarkan distribusi jawaban reponden maka dapat dilihat pemerintah Kecamatan Barusjahe sudah memiliki visi strategis untuk membangun masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dari 29,7% (11) responden menjawab selalu, 32,4 % (12) responden menjawab sering.