PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK
(
STUDI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR CAMAT MEDAN BARU)SKRIPSI
DISUSUN DAN DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA SOSIAL (S-1) PADA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh :
ELSI INTANI PANE
070903036
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:
Nama : Elsi Intani Pane
NIM : 070903036
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik
(Sudi Pelayanan Publik di Kantor Camat Medan Baru)
Medan , 07 Juni 2011
PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN
Dra. Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D. Drs. M. Husni Thamrin NST, M.S.
NIP. 196401261988032002 NIP. 196401081991021001
DEKAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syuhkur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan KasihNya
dan pertolonganNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penerapan
Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik di Kantor Camat
Medan Baru). ”
Dalam penyelesaian skripsi ini Penulis juga mengucapkan banyak trimakasih kepada beberapa
pihak yang telah membantu Penulis, baik dalam hal materi maupun moril. Untuk itu Penulis
Mengucapkan trimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orangtua Penulis yang mengasihi Penulis, membiayai kuliah dan yang terus mendukung Penulis
dalam kehidupan ini.
2. Saudara-saudara Penulis, Abang, Kakak, dan Adek yang terus berdoa dan mendukung Penulis
dalam segala hal.
3. Semua dosen yang telah membekali Penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang akan
bermanfaat bagi Penulis dan juga bagi orang lain. Trimakasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya Penulis sampaikan buat semua Dosen yang mengajar di Departemen Ilmu Administrasi
Negara.
4. Trimakasih kepada Ibu Asimayanti Siahaan, M. A., Ph. D. yang telah membimbing dan
memotivasi Penulis dalam proses penyelesaian laporan Skripsi ini. Penulis bangga Tuhan
Memberi kesempatan bagi Penulis untuk dibimbing oleh Dosen yang baik dan berkualitas seperti
Ibu. Trimakasih banyak dan Semoga Tuhan memberkati kehidupan Ibu.
5. Trimakasih yang sebesar-besarnya Penulis sampaikan kepada ketua jurusan Departemen Ilmu
Administrasi, Bapak Drs. Husni Thamrin NST, M.S.
6. Trimakasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah mmeperlengkapi
7. Trmakasih buat kak Mega yang mau mengurus dan memperlengkapi berkas-berkas administrasi
yang Penuli perlukan dalam Penyelesaian Skripsi ini.
8. Trimakasih buat kak Dian yang mau mengurus dan memperlengkapi berkas-berkas administrasi
yang Penuli perlukan dalam Penyelesaian Skripsi ini dan juga trimaksih buat dukungan kakak.
9. Trimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya Penulis sampaikan kepada Camat Medan
baru dan juga semua pegawai yang membantu Penuli dalam menyelesaikan sripsi ini.
10.Trimakasih buat semua informan yang bersedia memberi data, meluangkan waktu dan membantu
Penulis menyelesaikan skripsi ini.
11.Trimakasih buat sahabat-sahabat Penulis yang selalu mendukung dan mendoakan Penulis.
12.Trimakasih buat teman-teman yang tergabung di Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia
(LPMI), khususnya Campus Ministry-Student Influencer yang menjadi sahabat terbaik buat
Penulis. Trimakasih buat hari-hari yang telah kita lalui bersama dengan melakukan
pekerjaanNya.
13.Trimakasih kepada BCA Finance yang telah memberi kesempatan kepada Penulis untuk
mendapatkan beasiswa dan membantu biaya kuliah dan juga biaya hidup Penulis selama Penulis
menjadi mahasiswa. Semoga BCA Finance semakin sukses.
Penuli s menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu Penulis minta maaf
buat segala kekurangan Skripsi ini. Penulis juga mengharapkan saran, kritik dan juga pendapat dari
pihak yang membaca skripsi ini.
Akhir kata penulis ucapkan trimakasih banyak.
Medan, Juni 2011
DAFTAR ISI
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Fokus Penelitian ... 5
1.3Rumusan Masalah ... 7
1.4Tujuan Penelitian ... 7
1.5Manfaat Hasil Penelitian ... 8
1.6Defenisi Konsep ... 8
1.7Sistematika Penulisan ... 10
BAB II. STUDI KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Good Governance... 13
2.2 Pengertian Pelayanan Publik ... 22
2.2.1 Makna dan Tujuan Pelayanan ... 23
2.2.2 Indikator Pelayanan Publik ... 26
2.2.3 Bentuk-bentuk Pelayanan Publik ... 27
2.2.4 Asas Pelayanan Publik ... 29
2.3 Implementasi Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik ... 30
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Alasan Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif... 32
3.2 Lokasi Penelitian ... 33
3.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian ... 33
3.4 Instrumen Penelitian ... 35
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35
3.6 Teknik Analisa Data ... 36
3.7 Pengujian Keabsahan Data ... 38
3.8 Jadwal Waktu dan Tahap Pelaksanaan penelitian ... 38
3.9 Implementasi Metode Penelitian ... 39
BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis ... 44
4.2 Karakteristik Kecamatan Medan Baru ... 44
4.3 Visi dan Misi Kecamatan Medan Baru ... 45
4.4 Dasar Hukum ... 46
4.5 Kedudukan dan Tugas Pemerintahan Kecamatan Medan Baru ... 47
BAB V. PENYAJIAN DATA
5.1 Klasifikasi Informan ... 55 5.2 Hasil Wawancara ... 60 5.2.1 Pemahaman Tentang Prinsip-prinsip Good Governance dalam
Pelayanan Publik ... 60 5.2.2 Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik
Di Kantor Camat Medan Baru ... 63 5.2.3 Upaya Camat Medan Baru Untuk Mewujudkan Good Governance
Dalam Pelayan Publik ... 67
BAB VI.PEMBAHASAN
6.1 Pemahaman Informan Tentang Prinsip-Prinsip Good Governance ... 71 6.2 Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance Dalam pelayanan Publik
Di Kantor Camat Medan Baru ... 74 6.3 Upaya Camat Medan Baru Untuk Mewujudkan Good Governance
Dalam Pelayanan Publik ... 79
BAB VII. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ... 82 6.2 Saran ... 83
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55
Tabel 5.1.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Pekerjaan ... 56
Tabel 5.1.3 Klasifikasi Informan Berdasarkan Pendidikan ... 57
DAFTAR BAGAN
ABSTRAKSI
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik Di Kantor Camat Medan Baru)
The Implementation Of Good Governance Principles In Public Service (The Study Of Public Service At District Office Of Medan Baru)
Skripsi ini disusun oleh :
Nama : Elsi Intani Pane
NIM : 070903036
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Asima Yanty S.Siahaan, MA, PhD
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good
Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Baru. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan metode kualitatif murni yaitu suatu metode yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan yang mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku, karya ilmiah, dan dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan, yang diperoleh melalui: (a) Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan (b) Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara mewawancarai informan. Teknik analisa data dilakukan melalui tiga aktivitas, yaitu Data
Reduction/reduksi data, Data display/penyajian data, dan Conclusion/verification.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di kantor Camat Medan Baru belum maksimal, masih banyak yang perlu untuk dibenahi. Dari delapan prinsip-prinsip Good Governance menurut United Nations Development Public (UNDP), yaitu tranparansi, partisipasi, akuntabel, daya tanggap, keadilan, kepastian hukum, efesiensi dan efektifitas, dan berorientasi konsensus masih lima prinsip, yakni akuntabel, keadilaan, kepastian hukum, berorientasi konsensus dan partisipasi yang sudah diterapkan, sementara prinsip daya tanggap, efesiensi dan efektifitas dan transparansi belum diterapkan secara maksimal. Dalam penelitian ini juga peneliti memperoleh pemahaman baru bahwa dalam pemerintahan yang Good Governance sebuah program yang mendukung kesejahteraan dan berdampak positif bagi masyarakat merupakan pelayanan publik yang baik. Good Governance tidak hanya peduli pada kebutuhan umum masyarakat sebagai warga negara, tetapi juga perlu memperhatikan dan peduli pada kelestarian lingkungan hidup.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Reformasi tahun 1998 menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia yang berhasil mendorong
perubahan tata pemerintahan di negeri ini. Gerakan reformasi berhasil melakukan perubahan dengan
jalan menumbangkan rezim Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun lebih. Reformasi menuntut
perubahan di berbagai lini kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik, hukum termasuk dalam konteks
pemerintahan.
Reformasi 1998 juga membawa konsekuensi untuk melakukan reformasi pada birokrasi. Ini
tidak bisa dilepaskan dari kondisi birokrasi pemerintahan yang mengalami penyakit bureaumania yang
ditandai dengan kecenderungan inefisiensi, penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi dan nepotisme
serta dijadikan alat oleh pemerintahan Orde Baru untuk mempertahankan kekuasaan yang ada. Dari
model yang diutarakan di atas dapat dikatakan bahwa birokrasi yang berkembang di Indonesia adalah
birokrasi yang berbelit-belit, tidak efisein dan mempunyai pegawai birokrat yang makin membengkak.
Selain birokrasi masih menempatkan dirinya sebagai penguasa daripada menjadi pelayan masyarakat.
Birokrasi di zaman orde baru juga ditandai dengan beberapa ciri-ciri seperti pegawai negeri yang
menjadi pengurus partai selain Golkar, maka dia akan tersingkirkan dari jajaran birokrasi. Selain itu,
orang atau sekelompok orang yang tidak berpihak pada Golkar, maka bisa dipastikan akan mendapat
perlakuan diskriminatif dalam birokrasi. Keberpihakan birokrasi terhadap suatu partai, tentu saja dalam
hal ini Golkar, akan mengurangi profesionalisme dari birokrasi tersebut.
Persoalan yang menghinggapi birokrasi membuat reformasi birokrasi menjadi isu yang sangat
kencang untuk direalisasikan. Pasalnya birokrasi pemerintah telah memberikan sumbangan yang tidak
sedikit terhadap keterpurukan bangsa, penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada praktik
bersifat sentralistis, non-partisipatif serta tidak akomodatif terhadap kepentingan publik, telah
menumbuhkan rasa tidak percaya dan bahkan antipati kepada rezim pemerintahan yang ada. Masyarakat
tidak puas dengan kinerja pemerintah yng selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik.
Beragam kekecewaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tersebut pada akhirnya melahirkan
tuntutan untuk mengembalikan fungsi-fungsi pemerintahan yang ideal. Sehingga reformasi dalam
bidang pemerintahan perlu dilakukan.
Reformasi merupakan upaya-upaya untuk melakukan perbaikan terhadap kondisi buruknya
birokrasi Indonesia sebagai bagian dari usaha perbaikan kehidupan bangsa. Kemudian setelah
dilakukakannya berbagai perbaikan-perbaikan munculah istilah baru, yaitu Good Governance, yaitu
penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang mempunyai tujuan utama memberikan pelayanan yang
lebih baik/prima kepada masyarakat (excellent services for civil society). Good Governance tampil
sebagai upaya untuk memuaskan dahaga publik atas kinerja birokrasi yang sesungguhnya.
Good governance diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan publik yang buruk di mata
masyarakat. Beberapa masalah pelayanan publik adalah seperti maraknya tindakan Korupsi Kolusi dan
Nepotisme (KKN) di setiap instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, birokrasi yang lamban dan
berbelit-belit, pegawai pemerintah yang tidak ramah, tertutupnya informasi kepada mayarakat,
pemborosan anggaran pada hal-hal yang tidak mendukung kesejahteraan rakyat, ketidakbebasan
mengeluarkan pendapat, kritikan maupun saran, serta masalah diskriminasi pelayanan yang sering
melihat suku, agama, jabatan, status sosial masyarakat serta hubungan kekeluargaan. Masalah-masalah
diatas telah menyebabkan kekecewaan masyarakat dan hilangnya kepercayaan kepada pemerintah.
Menghadapi masalah diatas pemerintah berupaya memperbaiki citra pelayanan publik dengan
berusaha mewujudkan prinsip-prinsip Good Governanve dalam pelayanan publik, Good Governance
diharapkan bisa mengobati penyakit pemerintah dalam melayani masyarakat. Melalui penerapan
berorienatsi konsesus, kepastian hukum, daya tanggap dan keadilan dalam pelayanan publik diharapkan
kualitas pelayanan publik bisa lebih maksimal lagi dan bisa mendapat tanggapan positif dari masyarakat
sehingga masyarakat puas dan percaya pada pemerintah. Kedelapan prinsip Good Governance
merupakan suatu kesatuan dan tidak bisa berdiri sendiri. Dalam pelayanan publik jika kedelapan prinsip
ini diterapkan akan tercipta pemerintahan yang Good Governance
Kantor Camat Medan Baru yang beralamat di Jalan Rebab No.34 Pasar 2, Padang Bulan,
Provinsi Sumatera Utara merupakan instansi pemerintah yang bertugas untuk melayani kebutuhan
masyarakat Kecamatan Medan Baru. Berbagai kepentingan publik dikerjakan dan diurus di kantor
camat ini. Kantor Camat ini mengurus berbagai kebutuhan masyarakat, seperti urusan kependudukan,
pendidikan, perhubungan, kesehatan, dan berbagai kebutuhan publik lainnya. Sebagai instansi
pemerintahan kantor camat ini juga pernah mengalami masalah dari beberapa corak pemerintah yang
buruk, seperti relasi antara pemerintah dan rakyat yang masih kuat berpola serba negara, kultur
pemerintahan sebagai tuan dan bukan pelayan, patologi pemerintahan dan Hubungan antara atasan
dengan bawahan dalam birokrasi, maupun aparat birokrasi yang menganggap dirinya atasan dan
masyarakat bawahannya, dan masih adanya diskriminasi pelayanan publik berdasarkan diskriminasi
suku, agama, jabatan, dan juga status sosial dalam masyarkat.
Prinsip- prinsip Good Governance seharusnya sudah diketahui, dipahami dan diterapkan oleh
semua instansi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat maupun di daerah. Karena itu, Kantor Camat
Medan Baru sebagai kantor pemerintahan sedang berusaha untuk memperbaiki citra pelayanan publik
di mata masyarakat. Saat ini pemerintahan Kantor Camat Medan Baru sedang berupaya menerapkan
paradigma Good Governance dalam pemerintahannya. Setiap kantor pemerintahan pasti memiliki cara
tersendiri untuk mewujudkna good governance dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pelayan publik.
Begitu juga dengan Kantor Camat Baru Medan Baru. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
Medan Baru dan upaya apa yang dilakukan pemerintahan Camat Medan Baru dalam upaya
mewujudkan Good Governance.
1.2. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi fokus penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mencari
tahu bagaimana pemahaman Pegawai Kantor Camat Medan Baru tentang prinsip-prinsip Good
Governance, bagaimana penerapan prinsip- prinsip Good Governance di dalam Kantor Camat Medan
Baru, serta apa upaya Camat Medan Baru untuk mewujudkan Good Governance dalam pelayananan
publik di Kantor Camat Medan Baru. Oleh sebab itu peneliti dalam hal ini sudah melakukan penelitian
dengan mengobservasi dan mewawancarai informan yaitu camat dan pegawai Kantor Camat Medan
Baru serta beberapa anggota masyarakat yang pernah berurusan dengan Kantor Camat Medan Baru.
Camat dan pegawai Kantor Camat Medan Baru sudah dimintai pendapat atau tanggapan
mengenai prinsip-prinsip Good Governance, penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam
pelayanan publik serta program dan tindakan apa saja yang sudah dan sedang dilakukan untuk
mengembangkan pemerintahan yang Good Governance di Kantor Camat Medan Baru. Beberapa
anggota masyarakat tersebut juga sudah diminta pendapat atau tanggapan tentang pelayanan, program
dan tindakan yang telah dilaksanakan oleh camat dan pegawai Kantor Camat Medan Baru, yaitu apakah
mereka puas dengan pelayanan yang diberikan
Pembahasan (temuan) lain yang berkaitan dengan masalah ini kemungkinan besar muncul saat
melakukan wawancara di lapangan yaitu dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan. Sehingga
dengan melakukan observasi dan wawancara yang mendalam (in-dept interview) dalam penelitian ini
semakin menyempurnakan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan defenisi dan
prinsip-prinsip Good Governance menurut United Nations Development Programme (UNDP). Alasan
Governance dipergunakan oleh UNDP, dan Good Governance yang diterapkan di Indonesia merupakan
perluasan atau pengembangan teori “Good Governance” dari UNDP (Thohaf, 2003:62). Penulis
memilih membatasi konsep dan prinsip-prinsip Good Governance dalam penelitian ini karena
banyaknya teori, konsep dan defenisi-defenisi Good Governance lain diluar defenisi dari UNDP. Hal ini
disebabkan cepatnya perkembangan dunia ilmu pengetahuan sehingga dari saat ke saat defenisi atau
teori ” ilmu” berkembang dengan berbagai persepsi. Karena itu penting sekali untuk membatasi teori
yang penulis jadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah penelitian ini adalah
1. Bagaimana pemahaman pegawai Kantor Camat Medan Baru tentang prinsip-prinsip Good
Governance?
2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor
Camat Medan Baru?
3. Apa program kerja Camat Medan Baru dalam mewujudkan Good Governance dalam pelayanan
publik di Kecamatan Medan Baru ?
1.4 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang :
1. Pemahaman pegawai Kantor Camat Medan Baru tentang prinsip-prinsip Good Governance
2. Penerapan prinsip- prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan
3. Program Camat Medan Baru dalam mewujudkan Good Governance dalam pelayanan publik di
kecamatan medan baru
1.5 Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis sendiri bertujuan untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam
meningkatkan kemampuan berpikir.
2. Sebagai acuan terhadap teori- teori yang sudah ada, dan dapat sebagai bahan pertimbangan bagi
penelitian lanjutan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Kantor Camat Medan Baru didalam
peningkatan pelayanan publik.
1.6 Defenisi Konsep
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang penulis cantumkan dan untuk menghindari makna
ganda berikut penulis memberikan defenisi dan penjelasan konsep yang penulis gunakan dalam
penelitian ini:
1. Good Governance yaitu pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang baik merupakan
pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dalam aktivitas setiap
kegiatan pemerintahan, yakni transparansi, akuntabel, partisipasi, keadilan, kepastian hukum,
efisiensi dan efektifitas, beorientasi konsensus, dan daya tanggap. Pemerintahan yang baik
berarti pemerintahan yang mampu melayani masyarakat dengan mengutamakan kepentingan
rakyat dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintahan
2. Public service yaitu pelayanan publik, yaitu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat. Pelayanan publik merupakan pelayanaan yang harus diberikan dengan ramah dan
sesuai kebutuhan masyarakat. Pelayaanan publik harus diberikan dengan cepat, tanggap, cepat
prosesnya dan ramah pada masyarakat.
3. Government yaitu pemerintahan yang mengutamakan pemerintah. Pemerintahan yang
government berarti semua serba negara, dimana kegiatan atau kebijakan yang ditetapkan selalu
menguntungkan para penguasa negara. Pemerintahan yang bermental government berarti
pemerintahan yang kaku dan tidak peduli pada kebutuhan masyarakat.
4. Bad governance yaitu sistem pemerintahan yang buruk. System pemerintahan yang buruk
merupakan sistem pemerintahan yang tidak melayani masyarakat, tapi lebih cenderung
memperkaya para pemimpin-pemimpin negara. Bad governance selalu diwaranai oleh Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme yang membudaya di setiap instansi pemerintah, baik dari pusat maupun
daerah. Dalam bad governance masyarakat mendapat pelayanan yang buruk, seperti proses
birokrasi yang lamban, berbelit-belit, mahal, pilih kasih, dan juga sikap yang tidak ramah.
1.7 Sistematika Penulisan
Setelah data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka penulisan ini dibuat ke dalam
beberapa bab dalam subbab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar belakang, Fokus penelitian, Rumusan masalah, Tujuan, Manfaat
Bab II STUDI KEPUSTAKAAN
Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian. Teori- teori disini
tidak berfungsi untuk membangun kerangka berpikir, tetapi lebih berfungsi sebagai bekal
peneliti untuk memahami situasi sosial yang diteliti.
Bab III METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari subbab alasan menggunakan metode penelitian kualitatif, lokasi penelitian,
teknik pengambilan sumber informan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, dan rencana pengujian keabsahan data.
Bab IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa visi
dan misi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi.
Bab V PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi tentang hasil pengumpulan data dilapangan. Dalam bab ini akan dipaparkan atau
dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan atau dari lokasi penelitian selama proses
penelitian. Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel, bagan, dan juga cerita naratif.
Bab VI PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip pendapat-
pendapat dari informan yang dianggap kredibel, selanjutya membandingkan dengan hasil
Bab VII PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1. Pengertian Good Governance
Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu Gubernare yang diserap
oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan), direct
(mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to
rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan (Djohan, 2007:131)
Sebenarnya jika lebih ditelusuri lagi tentang perkembangan istilah “governance” maka konsep
“Good Governance” bukanlah konsep baru. Konsep governance sama tuanya dengan peradaban
manusia. Salah satu tulisan tentang Good Governance bisa ditelusuri dari tulisan J.S Endralin (1997).
Governance merupakan suatu terminologi menggantikan istilah government, yang menunjukkan
penggunaan kekuasaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah
kenegaraan. Istilah ini secara khusus menggambarkan perubahan peranan pemerintahan dari pemberi
pelayanan (provider) kepada enabler atau facilitator, dan perubahan kepemilikan dari milik negara
menjadi milik rakyat. Pusat perhatian utama dari Governance adalah perbaikan kinerja atau perbaikan
kualitas (Salam, 2005:224-226).
Pengertian Good Governance menurut (Mardiasmo, 2002:18) adalah suatu konsep pendekatan
yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintah yang baik. Good Governance
dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan
dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi investasi yang langka, dan
penghindaran korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal and political frameworks bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan (Sedermayanti,
Berkaitan dengan Good Governance, Mardiasmo (Tangkilisan, 2005:114) mengemukakan
bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan Good Governance, dimana
pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu
penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi,
efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administrasi. Tuntutan reformasi yang
berkaitan dengan aparatur negara adalah perlunya mewujudkan administrasi negara yang mampu
mendukung kelancaran dan perpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan berdasarkan prinsip Good Governance.
Sedangkan Lembaga Administrasi Negara (LAN) mendefenisikan good governance sebagai
penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif
dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta
dan masyarakat (Kurniawan, 2005:16).
Organization of Economic Corporation and Development (OECD) dan World Bank
mensinonimkan Good Governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab, sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisiean, penghindaran salah alokasi, dana
investasi yang langka, pencegahan korupsi, baik secara politk maupun administratif. Secara teoritis,
good governance sendiri dapat diberi arti sebagai suatu proses yang mengorientasikan pemerintahan
pada distribusi kekuatan dan kewenangan yang merata dalam seluruh elemen masyarakat untuk dapat
mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan publik berserta seluruh upaya
pembangunan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka dalam sistem pemerintahan
(Sedarmayanti,2003:7).
Sementara UNDP (United Nations Development Programme) mendefenisikan governance
all levels of society” (pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola
masalah bangsa). Karena itu menurut UNDP, ada tiga model Good Governance, yaitu :
a. Kepemerintahan politik (political Governance) yang mengacu pada proses-proses
pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan kebijakan (politicaly/strategy
formulation)
b. Kepemerintahan Ekonomi (economic Governance) yang mengacu pada proses
pembuatan keputusan (decision making processes) yang memfasilitasi kegiatan ekonomi
di dalam negeri dan berinteraksi diantara penyelenggara ekonomi. Kepemerintahan
ekonomi memiliki implikasi terhadap masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan
peningkatan kualitas hidup.
c. Kepemerintahan Administratif (Administrative Governance) yang mengacu pada sistem
implementasi kebijakan
Sesuai dengan defenisi menurut UNDP bahwa good governance menyangkut tiga aspek yaitu
pemerintah yang baik dalam bidang politik, ekonomi, dan administrasi atau pembuatan
kebijakan-kebijakan. Governance juga bisa diartikan sebagai mekanisme-mekanisme, proses-proses, dan
institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan mereka, memediasi
perbedaan-perbedaan serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka. Governance memiliki
hakikat ensensial yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi dengan pengakuan hak
berlandaskan pada pemerintahan hukum (Salam, 2004:224)
Tujuan Good Governance diterapkan dalam pemerintahan adalah untuk mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif
dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta
Kata baik (good ) dalam istilah Good Governance mengandung dua arti. Pertama, nilai-nilai
yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapai tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan
berkeadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut (Salam, 2005:226)
Munculnya konsep Good Governance untuk dilaksanakan di dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara dilatarbelakangi oleh banyak faktor. Namun demikian, salah satu faktor
terbesar adalah ketidakberdayaan pemerintah negara-negara berkembang dalam menghadapi era
globalisasi yang penuh dengan hiperkompetisi. Pemerintah tidak lagi menjadi pemain tunggal, tetapi
mengharapkan peran lebih besar dari sektor swasta dan masyarakat sipil.
Secara umum kualitas Good Governance dapat tercapai apabila pemerintah dan instansi publik
lainnya secara keseluruhan mampu bersikap terbuka terhadap ide dan gagasan baru dan responsif
terhadap kepentingan masyarakat. Responsivitas akan meningkat jika masyarakat memiliki informasi
yang lengkap mengenai proses dan implementasi kebijakan pemerintahan dan pembangunan (Sinambela,
2008:51)
2.1.1 Prinsip-prinsip Good Governance
Menurut United Nation Development Program (UNDP) mengemukakan bahwa karakteristik
atau prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam pemerintah yang baik (Good Governance) adalah
sebagai berikut:
1. Partisipasi (Participation)
Setiap orang atau setiap warga negara baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki hak
suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga
dibangun dalam suatu tatanan kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk
berpartisipasi secara konstruktif.
Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan
aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah
menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi
ini meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis.
Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk
menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisifatif dan
mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.
2. Aturan Hukum (Rule Of Law)
Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan, ditegakkan, dan dipatuhi
secara utuh (impartially), terutama tentang aturan hukum dan tentang hak asasi manusia.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai proses,
kelembagaan dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh mereka yang membutuhkannya, dan
informasi harus dapat disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan
sebagai alat monitoring dan evaluasi.
Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap
tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah daerah perlu
mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti malalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran,
radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara
msyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan, lama waktu
mendapatkan informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada masyarakat.
4. Daya Tanggap (Responsiveness)
Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagi pihak yang
berkepentingan (stake holders). Pemerintah daerah perlu membangun jalur komunikasi untuk
menampung aspirasi masyarakat dalam hal penyusunan kebijakan. Ini dapat berupa forum masyarakat,
talk show, layanan hotline, prosedur komplain. Sebagai fungsi pelayan masyarakat, pemerintah daerah
akan mengoptimalkan pendekatan kemasyarakatan dan secara periodik mengumpulkan pendapat
masyarakat.
5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)
Pemerintahan yang baik (Good Governance) akan berindak sebagai penengah (mediator) bagi
berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesepakatan yang terbaik bagi
kepentingan masing-masing pihak, dan jika mungkin juga dapat diberlakukan terhadap berbagai
kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.
6. Berkeadilan (Equity)
Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun
perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.
Tujuan dari prinsip ini adalah untuk menjamin agar kepentingan pihak-pihak yang kurang
beruntung, seperti mereka yang miskin dan lemah, tetap terakomodasi dalam proses pengambilan
keputusan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada kaum minoritas agar mereka tidak tersingkir.
Selanjutnya kebijakan khusus akan disusun untuk menjamin adanya kesetaraan terhadap wanita dan
7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and efficiency)
Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang
tersedia.
Pelayanan masyarakat harus mengutamakan keputusan masyarakat, dan didukung mekanisme
penganggaran serta pengawasan yang rasional dan transparan. Lembaga-lembaga yang bergerak
dibidang jasa pelayanan umum harus menginformasikan tentang biaya dan jenis pelayanannya. Untuk
menciptakan efisiensi harus digunakan teknik manajemen modern untuk administrasi kecamatan dan
perlu ada desentralisasi kewenangan layanan masyarakat sampai tingkat kelurahan/desa.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Pengambil keputusan (decision maker) dalam organisasi sektor pelayanan dan warga negara
madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik sebagaimana halnya kepada para
pemilik (stakeholders). Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda, bergantung kepada jenis keputusan
organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal.
Seluruh pembuat kebijakan pada semua tingkatan harus memahami bahwa mereka harus
mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada masyarakat. Untuk mengukur kinerja mereka secara
obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus
dipublikasikan, dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.
2.2. Pengertian Pelayanan Publik
Dalam memahami arti kata pelayanan, maka terlebih dahulu harus dipahami defenisi dari
pelayanan itu sendiri. Menurut Gronroos yang dikutip dari Ratminto (2005:2), pelayanan adalah suatu
aktivitas atau serangkaian serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang
disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan
konsumen atau pelanggan.
Sedangkan menurut Moenir (2002: 7):
“Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses, sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.”
Menurut Kotler dalam Lijan Poltak (2006:4) pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya
tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya menurut Sampara dalam Lijan Poltak (2006:5)
pelayanan adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang
lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan
Menurut Soetopo (Napitupulu, 2007:64) pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu
menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa
pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan
kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003: 10).
Berdasarkan dari uraian diatas, maka pengertian pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai
kegiatan yang dilakukan suatu organisasi yang ditujukan kepada konsumen atau masyarakat umum yang
dapat berbentuk barang ataupun jasa yang memberikan kepuasan bagi yang menerima layanan.
2.2.1 Makna dan Tujuan Pelayanan
Pelayanan publik merupakan segala bentuk pelayanan, baik dalam bentuk barang maupun jasa
yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat,
didaerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
Pelayanan publik merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai
dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik.
Adapun penyelenggara pelayanan publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik baik pemerintah
daerah maupun badan usaha milik daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. Sedangkan
penerima pelayanan publik adalah orang perseorang dan atau kelompok orang dan atau badan hukum
yang memiliki hak, dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik (Ahmad, 2008:3).
Berdasarkan undang-undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Menurut Ratminto (2005:5) pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan, baik dalam
bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD, dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sementara menurut menurut Kurniawan (2005:4) pelayanan publik adalah pemberian layanan
(melayani) keperluan orang atau masyrakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai
dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Sianipar (2001:6) pelayanan publik adalah suatu cara melayani, membantu,
menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau sekelompok orang. Artinya
obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan dan organisasi.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah
organisasi instansi untuk memenuhi kebutuhan penerima pelayanan publik/masyarakat dan penerima
pelayanan/masyarakat itu merasakan kepuasan.
Menurut Albert dan Zemke (Dwiyanto, 2005:144) kualitas pelayanan publik merupakan hasil
dari berbagai interaksi dari berbagai asspek, yaitu sistem pelayanan, sumber daya manusia pemberi
layanan, strategi, dan pelanggan. Sistem pelayanan yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan
yang baik pula. Suatu sistem pelayanan yang baik akan memberikan prosedur pelayanan terstandar dan
memberikan mekanisme control di dalam dirinya sehingga segala bentuk penyimpangan akan mudah
diketahui, serta sistem pelayanan yang baik akan mengerti kebutuhan publik.
Dalam kaitannya dengan sumberdaya manusia dibutuhkan pelayan publik yang mampu
memahami tuntutan zaman dan memiliki kompetensi sesuai kemajuan teknogi. Sifat dan jenis
masyarakat yang membutuhkan pelayanan memiliki perbedaan sehingga setiap pelayan publik harus
mampu menciptakan strategi pelayanan yang berbeda dan mampu mengenal pelanggan atau orang yang
akan dilayani dengan baik sebelum memberikan pelayanan.
2.2.2 Indikator Pelayanan Publik
1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan,
keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.
2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa jauh proses
pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai prinsip atau prosedur administrasi atau
oganisasi yang benar dan telah di tetapkan.
3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses
penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang
Pada dasarnya, pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan
konsumen/masyarakat (whatever custumer satisfaction). Dukungan kepada pelanggan/masyarakat dapat
bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan yang memberikan kepuasan bagi masyarakat, selalu dekat
dengan pelanggannya, sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa di ingat oleh para penerima
pelayanan publik. Selain itu, membangun kesan yang dapat memberikan citra positif dimata masyarakat
karena jasa pelayanan yang diberikan dengan biaya yang terkendali atau terjangkau bagi masyarakat
sehingga membuat masyarakat terdorong atau termotivasi untuk bekerja sama dan dapat berperan aktif
dalam pelaksanaan pelayanan yang prima (Dwiyanto, 2005:67-68)
2.2.3 Bentuk- bentuk pelayanan publik
Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagi masyarakat. Adapun didalam
pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa bentuk. Menurut Moenir (2002:190), bentuk
pelayanan ini terdiri dari :
1. Pelayanan dengan lisan
Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan masyarakat, dibidang
layanan informasi dan bidang lain yang tugasnya memberikan keterang dan penjelaa kepada siapa pun
yang memerlukan. Agar supaya pelayanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat –
syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu:
a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.
b. Memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancer, singkat tetapi cukup jelas sehingga
memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.
c. Bertingkah laku sopan dan ramah. Meski dalam keadaan sepi,tidak berbincang dan bercanda
dengan teman, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.
2. Pelayanan dengan tulisan
Pelayanan dengan bentuk tulisan merupakan jenis pelayanan dengan memberikan penjelasan melalui
tulisan didalam pengolahan masalah masyarakat. Pelayanan dalam bentuk tulisan ini terdiri dari dua
jenis yakni:
a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang-orang yang
berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.
b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberian/penyerahan,
pemberitahuan dan lain sebagainya.
3. Pelayanan berbentuk perbuatan
Pelayanan berbentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dengan bentuk gabungan dari
pelayanan berbentuk tulisan dan lisan.
2.2.4 Asas Pelayanan Publik
Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggara
pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut (Ratminto, 2005:19) :
1. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai.
2. Akuntabilitas
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh
pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
4. Paritisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan
5. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status
ekonomi.
6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
2.3 Implementasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik
Implementasi penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik ialah
pelaksanaan prinsip- prinsip Good Governance yaitu partisipasi, aturan hukum, transparansi, daya
tanggap, berorientasi konsensus, berkeadilan, efektifitas dan efisiensi, dan akuntablitas dalam upaya
penyelenggaraan pelayanan publik bagi masyarakat.
Dalam penelitian ini, Penerapan prinsip- prinsip Good Governance dalam pelayanan publik
dapat kita lihat dengan beberapa indikator berikut :
1. Partisipasi yaitu bermaksud untuk melibatkan pegawai dalam pembuatan kebijakan di Kantor
Camat Medan Baru
2. Aturan hukum yaitu dalam menjalankan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan
tanpa memandang status , ditegakkan dan dipatuhi secara secara utuh, terutama tentang aturan
hukum hak asasi manusia dalam mendapat pelayanan publik
3. Transparansi yaitu keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakaan instansi pemerintah melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam mendapatkan informasi yang akurat
dan memadai terutama dalam bidang pelayanan pubik
4. Daya Tanggap yaiu setiap instansi danprosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani
5. Berorientasi Konsensus yaitu pemerintah yang baik harus bertindak sebagai penengah untuk
kepentingan yang berbeda-beda agar mencapai kesepakatan dan kepentingan masing-masing
msyarakat
6. Berkeadilan yaitu adanya kesempatan yang sama antar laki –laki dan perempuan untuk
meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya
7. Efektifitas dan efisiensi yaitu setia kegiatan kelembagaan diarahkan untukmenghasilkkan
sesuatu yang benar- benar sssesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang
sebaik-baiknya dari sumber yang tersedia
8. Akuntabilitas yaitu adanyan pertanggungjawaban setiap pegawai pemerintah dalam
pengambilan keputusan kepada masyarakat umum terutama para masyarakat yang ada di
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alasan Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif
Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui secara mendalam mengenai penerapan prinsip-prinsip
Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Baru serta untuk mengetahui
upaya-upaya yang dilakukan oleh Camat Medan Baru untuk menwujudkan Good Governance di kecamatan
Medan Baru. Adapun alasan digunakannya metode penelitian kualitatif disebabkan selama ini dalam
melakukan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif memiliki kelemahan terutama dalam
teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner (angket).
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena memiliki
keunggulan dalam proses penelitiannya, yaitu bersifat holistik (menyeluruh) dan dinamis, adanya
hubungan timbal balik (interaksi) antara peneliti dengan yang diteliti serta transferability (tidak bersifat
general) di mana dalam penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi, tetapi lebih menekankan pada
tingkat makna. Sehingga dapat memudahkan pembaca dari hasil penelitian ini memahami apa yang
menjadi masalah.
Selanjutnya untuk memperlancar proses penelitian maka peneliti sudah senantiasa membangun
rapport (hubungan yang baik) dengan pegawai Kantor Camat Medan Baru sebagai subjek penelitian,
dengan bersedia mendengar kesukaran, persepsi dan apa yang dipikirkan oleh mereka atau aktivitas
yang mereka lakukan menurut versi mereka bukan menurut pandangan dan penilaian si peneliti. Untuk
mengumpulkan data yang demikian perlu dialog secara terus-menerus sehingga peneliti dapat
memahami makna dari uraian mereka. Dengan wawancara berulang kali diharapkan semakin mendapat
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Medan Baru. Kantor Camat ini berada di jalan Rebab
No.34, Pasar II Padang Bulan, Provinsi Sumatera utara. Relevansi metodologis, mengapa Kantor Camat
Medan Baru ini dipilih karena salah satu instansi pemerintah yang melayani kebutuhan masyarakat
(publik). Sebagai kantor pemerintahan Kantor Camat Medan Baru sedang berupaya menerapkan Good
Governance dalam pelayanaan publik karena paradigma Good Governance harus diterapkan di setiap
instansi pemerintah untuk menghasilkan kinerja pemerintah yang baik dan berkualitas di mata
masyarakat.
3.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling dengan mencari
informan kunci. Mulanya pencarian ini dilakukan melalui jalur formal dengan menghubungi Camat
Medan Baru. Berdasarkan rekomendasi mereka diteruskan ke pihak lain seperti para pegawai di Kantor
Camat Medan Baru, masyarakat yang yang sedang dan pernah berurusan ke Kantor Camat Medan Baru
begitu seterusnya sampai pada titik jenuh, di mana tidak ditemukan lagi data-data baru yang dapat
memberi informasi tentang penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di
Kantor Camat Medan Baru dan program kerja yang dilakukan Camat Medan Baru untuk mewujudkan
Good Governance di Kecamatan Medan Baru.
Adapun jumlah informan penelitian ini adalah sebanyak dua puluh orang kantor, dimana empat
belas orang merupakan pegawai dari Kantor Camat Medan Baru, dan Enam orang masyarakat yang
pernah menerima pelayanan dari Kantor Camat Medan Baru. Pada tabel di bawah ini dapat terlihat
Tabel 3.3.1.
Klasifikasi Informan berdasarkan pekerjaan
No. Nama Jumlah
1. Camat 1
2. Pegawai kantor camat 13
3. Masyarakat 6
Total 20
Sumber: Hasil Wawancara Penelitian Februari 2011
Dari tabel 3.3.1 ada dua puluh orang yang berperan sebagai informan penelitian. Dua puluh
informan ini ditetapkan dengan teknik snow sampling dan purposive sampling. Empat belas pegawai
kantor camat sudah mewakili empat puluh lima pegawai yang ada di Kantor Camat Medan Baru karena
sudah mencapai titik jenuh, dimana jawaban yang diberikan informan sudah sama dan sudah merupakan
pengulangan jawaban dari informan sebelumnya, sehingga penulis hanya mewawancari empat belas
orang saja. Sementara dari masyarakat ada enam orang. Masyarakat di temui sewaktu mengurus
keperluan pribadi ke Kantor Camat Medan Baru. Penulis menetapkan enam orang karena penulis sudah
mendapat jawaban pertanyaan penelitian yang sama dari keenam informan ini, dalam arti pencarian
data yang penulis butuhkan sudah mencapai titik jenuh.
3.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian utama adalah peneliti sendiri.
Sebab menurut Nasution dalam Sugiyono (2008) peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap
segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. Selain
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (yaitu wawancara semi-terstruktur), observasi,
dan dokumentasi. Wawancara mendalam terhadap beberapa pihak yang dianggap menguasai masalah
penelitian. Wawancara (interview) merupakan cara/teknik pengumpulan data dengan mengadakan
wawancara langsung secara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait. Dalam melakukan wawancara,
selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat
menggunakan alat bantu seperti buku catatan dan kamera.
Observasi dilakukan melalui pengamatan awal dan terjun langsung ke lapangan dengan
mengamati interaksi pegawai Kantor Camat Medan Baru dengan sesama pegawai dan interaksi pegawai
dengan masyarakat serta mengamati cara pelaksaanan tugas pokok pegawai yang telah ditetapkan.
Misalnya cara bidang pelayanan umum dalam melayani masyarakat yang datang ke Kantor Camat
Medan Baru. Sementara itu dokumentasi dilakukan untuk dapat memperoleh tambahan informasi lagi
dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber
lain yang relevan dengan objek penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good
Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Baru serta untuk mengetahui program
kerja dari Camat Medan Baru sebagai upaya untuk mewujudkan Good Governance di Kecamatan
Medan Baru.
Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007:91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display/penyajian data
Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif,
bagan dan penyajian data dalam bentuk tabel. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang telah diperoleh selama penelitian.
3. Conclusion/Verification
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan bisa berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
kosisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.7 Pengujian Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang akan dilakukan meliputi uji kredibilitas data dengan : trianggulasi
sumber dan perpanjangan pengamatan. Trianggulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan
menggunakan teknik yang sama. Dalam hal ini peneliti meneliti beberapa pegawai Kantor Camat Medan
Baru dan masyarakat yang pernah berurusan dengan Kantor Camat Medan Baru. Dari sumber-sumber
tersebut, pendapatnya tentu tidak bisa dirata-ratakan, tetapi dideskripsikan, mana pandangan yang sama
dan yang berbeda. Sementara dalam perpanjangan pengamatan dilakukan untuk menguji kredibilitas
diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek
kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat
diakhiri. Perpanjangan pengamatan penulis lakukan dari tanggal 10 Maret 2011 sampai 14 Maret 2011,
jadi penulis melakukan observasi pengecekan data selama lima hari lagi.
3.8 Jadwal Waktu dan Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pengajuan judul penelitian untuk penulisan skripsi merupaka langkah awal dari
serangkaian kegiatan yang dilakukan. Setelah itu penyusunan proposal dilakukan untuk masuk ke tahap
seminar proposal. Setelah pelaksanaan seminar proposal maka revisi proposal penelitian segera
dilakukan. Pengurusan administrasi untuk melakukan penelitian sangat diperlukan untuk melakukan
wawancara dan observasi terhadap informan yang akan dijadikan subjek penelitian. Untuk pemaparan
lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.8.1 di bawah ini.
Tabel 3.8.1
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik Di Kantor Camat Medan Baru
No Kegiatan
Bulan ke :
1 2 3 4 5
1. Penyusunan Proposal
2. Diskusi Proposal
3. Memasuki lapangan dan pengumpulan data
4. Tahap penyeleksian data
5. Uji keabsahan data
6. Membuat draf laporan penelitian
7. Diskusi draf laporan
8. Penyempurnaan laporan
Sumber: Hasil Wawancara Penelitian Februari 2011
3.9 Implementasi Metode Penelitian
Setelah izin administrasi untuk melakukan penelitian di Kantor Camat Medan Baru yang
melakukan perkenalan dengan seluruh pegawai Kantor Camat Medan Baru. Hal ini peneliti lakukan
guna mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam perkenalan tersebut peneliti mulai
mendapat sedikit demi sedikit informasi mengenai persepsi pegawai tentang prinsip-prinsip Good
Governance dan penerapannya dalam pelayanan publik. Dalam pertemuan selanjutnya peneliti mulai
untuk melakukan wawancara dan observasi dengan informan yang dianggap kredibel untuk memberikan
informasi yang terkait dengan penelitian ini.
Adapun kendala yang dihadapi oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung adalah
keraguan terhadap jawaban yang diberikan oleh informan yaitu camat dan beberapa pegawai Kantor
Camat Medan Baru karena apakah jawaban tersebut sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
terjadi. Beberapa kendala dan keraguan yang penulis hadapi selama penelitian ialah sebagai berikut:
1. Jawaban salah satu informan dari Kantor Camat Medan Baru yang mengatakan bahwa prinsip
transparansi sangat dijunjung tinggi di Kantor Camat Medan Baru, sehingga siapa saja bisa
bertanya dan mengetahui apa pun yamg mau diketahui oleh masyarakat selama masih
berhubungan dengan pelayanan publik. Tetapi ketika penulis bertanya berapa biasanya biaya
yang dikeluarkan masyarakat yang mengurus KTP ( Kartu Tanda Penduduk), informan tersebut
hanya tersenyum dan berkata “rahasia” . Dari jawaban dan situasi ini penulis menjadi ragu akan
jawaban informan tentang penerapan transparansi yang baik di Kantor Camat Medan Baru,
karena jika penulis amati sepertinya masih ada yang ditutup-tutupi. Untuk mengatasi hal ini
penulis langsung mewawancari masyarakat yang pada saat itu penulis temuin di ruang tunggu
Kantor Camat Medan Baru. Dari informan ini penulis mendapat jawaban, dimana biaya
mengurus KTP tidak ditetapkan, biasanya masyarakat sukarela memberi “upah capek” sesuai
kantong masyarakat yang bersangkutan.
2. Informan dari pegawai Kantor Camat Medan Baru mengatakan bahwa semua pegawai ramah dan
dengan pengalaman penulis yang sudah berhadapan dengan pegawai-pegawai di Kantor Camat
Medan Baru. Ketika penulis mengadakan penelitian selama sebelas hari di Kantor Camat Medan
Baru, penulis mengamati banyak pegawai yang berwajah dingin dan “cuek” jika tamu datang,
terkhusus ketika penulis menyapa pegawai tersebut. Selama mencari data di Kantor Camat
Medan Baru banyak pegawai yang tidak mau diwawancari dan banyak yang pura-pura sibuk biar
tidak di wanwancara.
3. Camat Medan Baru menerapkan sistem disiplin yang ketat buat semua pegawai, termasuk Apel
pagi dan sore, dan berdasarkan observasi dan pengamatan penulis, penulis dapat simpulkan
bahwa disiplin sebagian pegawai bukanlah dari motivasi pribadi, tetapi lebih cenderung karena
takut tegoran “pimpinan” dan mendapat punishment. Punishment biasanya yang diterapkan
adalah tegoran langsung dari Camat. Hal ini terlihat karena banyak yang hadir hanya waktu “bel”
Apel berbunyi, dan setelah siap isi absen, jalan-jalan keluar Kantor Camat Medan Baru.
4. Masalah pembengkakan birokasi atau kelebihan pegawai di instansi pemerintah merupakan
masalah yang umum terjadi di setiap instansi Negara di Indonesia ini. Begitu juga di Kantor
Camat Medan Baru ini, penulis melihat banyak pegawai yang menganggur sewaktu jam kerja
karena tidak ada pekerjaan. Menurut penulis hal ini merupakan pemborosan, karena porsi kerja
Satu orang pegawai dikerjakan oleh tiga orang. Boros anggaran dan juga tempat.
5. Instansi pemerintah yang sudah menerapkan pelayanan prima bagi masyarakat pasti sudah
memiliki sistem pelayanan publik yang lebih rapi dan mudah, dalam arti ada transparansi atau
sosialisasi kepada masyarakat yang mau mengurus kepentingan public, misalnya membuat dan
menempelkan prosedur pengurusan KTP, Surat pindah dan lain-lain di dinding ruang tunggu
Kantor Camat. Tetapi hal ini tidak penulis temui di Kantor Camat Medan Baru. Penulis menarik
satu kesimpulan sementara, bahwa strategi pelayanan di Kantor Camat Medan Baru masih
dan berulang-ulang”. Padahal jika prosedur mengurus misalnya KTP, ditempelkan di dinding,
masyarakat tinggal melihat dan membaca tanpa perlu mencari pegawai untuk menjelaskan.
Selanjutnya untuk semakin menambah informasi, maka peneliti meminta beberapa subjek penelitian
tambahan yaitu masyarakat yang sedang mengurus kebutuhan publik di Kantor Camat Medan Baru.
Beberapa urusan publik yang sedang informan lakukan hari dimana penulis melakukan penelitian di
kantor Camat Medan Baru ialah pengurusan KTP (Surat Tanda Penduduk), Surat pindah, Surat warisan
tanah, dan Surat mengurus Kartu Keluarga (KK)
Terlepas dari masalah teknis dalam penelitian dan kendala di lapangan, peneliti sangat
menyadari masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan melakukan kegiatan dalam penelitian
ilmiah. Tetapi peneliti berusaha dengan maksimal untuk memberikan hasil penelitian yang dapat
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Polo.
4.2 Karakteristik Kecamatan Medan Baru
Pemerintahan Kecamatan Medan Baru dipimpin oleh seorang camat. Saat ini terdiri dari 6
(enam) kelurahan yang terbagi atas 64 lingkungan, 59 RW, 159 RT dan 135 blok sensus. Kecamatan
Medan Baru merupakan kecamatan di kota Medan yang mempunyai luas sekitar 5,41 km2. Kecamatan
Medan Baru dihuni oleh 44.216 orang penduduk, dimana penduduk terbanyak ada di Kelurahan Titi
Rantai dan Padang Bulan, yakni sebanyak 9.067 orang di Kelurahan Titi Rantai dan 8993 orang di
Kelurahan Padang Bulan. Jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Darat sebanyak 3134 orang. Bila
dibandingkan antara jumlah penduduk serta luas wilayahnya, maka Kelurahan Petisah Hulu merupakan
kelurahan terpadat yaitu 11.542 Jiwa tiap km2 .
Jarak kantor kecamatan ke kantor walikota Medan adalah sekitar 8 km. Dari 6 kelurahan di Kecamatan
Medan Baru, Kelurahan Padang Bulan memiliki luas wilayah yang terluas yaitu 1,68 km2, sedangkan
Kelurahan Darat mempunyai luas terkecil yakni 6,28 km2. Ditinjau dari jarak antara kantor kelurahan ke
kantor camat, kantor Kelurahan Babura memiliki jarak terjauh dari Kantor Camat Medan Baru, yaitu
sekitar 5,3 km, sedangkan kantor kelurahan yang terdekat adalah Kelurahan Titi Rantai dan Padang
4.3 Visi dan Misi Kecamatan Medan Baru
4.3.1 Visi
Dengan mengacu kepada visi Kota Medan Kota Metropolitan yang bestari dengan
masyarakatnya yang maju, mandiri dan sejahtera serta berwawasan lingkungan maka visi Kecamatan
Medan baru adalah ”Menciptakan Kecamatan Medan Baru yang bersih, sehat, tertib, aman, rapi dan
indah serta berwawasan lingkungan, melalui pemberdayaan kelurahan dengan memberdayakan
masyarakat di segala bidang.”
4.3.2 Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan beberapa misi yang merupakan titik konsentrasi
kegiatan yang sekaligus menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
Adapun misi yang diwujudkan yaitu:
1. Memberdayakan kelurahan dengan memberdayakan masyarakat.
2. Meningkatkan sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat.
4. Meningkatkan kebersihan.
5. Meningkatkan derajat kesehatan masyaraakat.
6. Meningkatkan kamtibmas yang kondusif.
7. Meningkatkan penghijauan.
8. Meningkatkan pandapatan asli daerah.
Dengan mewujudkan misi Kecamatan Medan Baru maka telah mendukung kemajuan dan
kamakmuran Medan Kota metropolitan, dengan Motto Kota Medan: “bekerjasama dan sama-sama
4.2 Dasar Hukum
Dalam melaksanakan tugas, fungsi, visi dan misi Camat Medan Baru didasarkan pada Peraturan
Perundang-Undangan, yaitu sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kota Medan
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar
Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
6. Peraturan Daerah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
8. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Kota Medan
9. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kota Medan
4.3 Kedudukan dan Tugas Pemerintahan Kecamatan Medan Baru
Bentuk struktur dan tata kerja Kecamatan Medan Baru berpedoman pada keputusan mendagri
dan otonomi daerah Nomor 5 Tahun 2009 dan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 56 Tahun
a. Camat
Camat adalah Kepala pemerintahan Kecamatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati/ Walikotamadya. Camat mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pemerintah,
pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut camat mempunyai fungsi:
1) Menyelenggarakan tugas-tugaspemerintahan umum dan pembinaan keagrariaan serta pembinaan
Politik Dalam Negeri.
2) Pembinaan Pemerintahan Desa/ Kelurahan.
3) Pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah.
4) Pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi dan distribusi serta
pembinaan sosial.
5) Penyusunan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumah tangga
b. Sekretaris Camat
Sekretaris dipimpin oleh sekretaris, sekretaris berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
camat. Sekretaris mempunyai tugas melakukan pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan
teknis administratif seluruh satuan organisasi pemerintahan kecamatan.
c. Seksi Pemerintahan
Seksi Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang kepala seksi, berada di bawah dan tanggung jawab
kepada camat. Seksi pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan umum dan
pemerintahan umum dan pemerintahan desa/ kelurahan serta ketentraman dan ketertiban.
Seksi pemerintahan terdiri dari:
1) Sub seksi Pemerintahan Umum dan desa/ kelurahan.
2) Sub seksi Kependudukan.