• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik Di Kantor Camat Medan Baru)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik Di Kantor Camat Medan Baru)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK

(

STUDI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR CAMAT MEDAN BARU)

SKRIPSI

DISUSUN DAN DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA SOSIAL (S-1) PADA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Oleh :

ELSI INTANI PANE

070903036

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Elsi Intani Pane

NIM : 070903036

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik

(Sudi Pelayanan Publik di Kantor Camat Medan Baru)

Medan , 07 Juni 2011

PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

Dra. Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D. Drs. M. Husni Thamrin NST, M.S.

NIP. 196401261988032002 NIP. 196401081991021001

DEKAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syuhkur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan KasihNya

dan pertolonganNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penerapan

Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik di Kantor Camat

Medan Baru). ”

Dalam penyelesaian skripsi ini Penulis juga mengucapkan banyak trimakasih kepada beberapa

pihak yang telah membantu Penulis, baik dalam hal materi maupun moril. Untuk itu Penulis

Mengucapkan trimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orangtua Penulis yang mengasihi Penulis, membiayai kuliah dan yang terus mendukung Penulis

dalam kehidupan ini.

2. Saudara-saudara Penulis, Abang, Kakak, dan Adek yang terus berdoa dan mendukung Penulis

dalam segala hal.

3. Semua dosen yang telah membekali Penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang akan

bermanfaat bagi Penulis dan juga bagi orang lain. Trimakasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya Penulis sampaikan buat semua Dosen yang mengajar di Departemen Ilmu Administrasi

Negara.

4. Trimakasih kepada Ibu Asimayanti Siahaan, M. A., Ph. D. yang telah membimbing dan

memotivasi Penulis dalam proses penyelesaian laporan Skripsi ini. Penulis bangga Tuhan

Memberi kesempatan bagi Penulis untuk dibimbing oleh Dosen yang baik dan berkualitas seperti

Ibu. Trimakasih banyak dan Semoga Tuhan memberkati kehidupan Ibu.

5. Trimakasih yang sebesar-besarnya Penulis sampaikan kepada ketua jurusan Departemen Ilmu

Administrasi, Bapak Drs. Husni Thamrin NST, M.S.

6. Trimakasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah mmeperlengkapi

(4)

7. Trmakasih buat kak Mega yang mau mengurus dan memperlengkapi berkas-berkas administrasi

yang Penuli perlukan dalam Penyelesaian Skripsi ini.

8. Trimakasih buat kak Dian yang mau mengurus dan memperlengkapi berkas-berkas administrasi

yang Penuli perlukan dalam Penyelesaian Skripsi ini dan juga trimaksih buat dukungan kakak.

9. Trimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya Penulis sampaikan kepada Camat Medan

baru dan juga semua pegawai yang membantu Penuli dalam menyelesaikan sripsi ini.

10.Trimakasih buat semua informan yang bersedia memberi data, meluangkan waktu dan membantu

Penulis menyelesaikan skripsi ini.

11.Trimakasih buat sahabat-sahabat Penulis yang selalu mendukung dan mendoakan Penulis.

12.Trimakasih buat teman-teman yang tergabung di Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia

(LPMI), khususnya Campus Ministry-Student Influencer yang menjadi sahabat terbaik buat

Penulis. Trimakasih buat hari-hari yang telah kita lalui bersama dengan melakukan

pekerjaanNya.

13.Trimakasih kepada BCA Finance yang telah memberi kesempatan kepada Penulis untuk

mendapatkan beasiswa dan membantu biaya kuliah dan juga biaya hidup Penulis selama Penulis

menjadi mahasiswa. Semoga BCA Finance semakin sukses.

Penuli s menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu Penulis minta maaf

buat segala kekurangan Skripsi ini. Penulis juga mengharapkan saran, kritik dan juga pendapat dari

pihak yang membaca skripsi ini.

Akhir kata penulis ucapkan trimakasih banyak.

Medan, Juni 2011

(5)

DAFTAR ISI

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Fokus Penelitian ... 5

1.3Rumusan Masalah ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5Manfaat Hasil Penelitian ... 8

1.6Defenisi Konsep ... 8

1.7Sistematika Penulisan ... 10

BAB II. STUDI KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Good Governance... 13

2.2 Pengertian Pelayanan Publik ... 22

2.2.1 Makna dan Tujuan Pelayanan ... 23

2.2.2 Indikator Pelayanan Publik ... 26

2.2.3 Bentuk-bentuk Pelayanan Publik ... 27

2.2.4 Asas Pelayanan Publik ... 29

2.3 Implementasi Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Alasan Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif... 32

3.2 Lokasi Penelitian ... 33

3.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian ... 33

3.4 Instrumen Penelitian ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.6 Teknik Analisa Data ... 36

3.7 Pengujian Keabsahan Data ... 38

3.8 Jadwal Waktu dan Tahap Pelaksanaan penelitian ... 38

3.9 Implementasi Metode Penelitian ... 39

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis ... 44

4.2 Karakteristik Kecamatan Medan Baru ... 44

4.3 Visi dan Misi Kecamatan Medan Baru ... 45

4.4 Dasar Hukum ... 46

4.5 Kedudukan dan Tugas Pemerintahan Kecamatan Medan Baru ... 47

(6)

BAB V. PENYAJIAN DATA

5.1 Klasifikasi Informan ... 55 5.2 Hasil Wawancara ... 60 5.2.1 Pemahaman Tentang Prinsip-prinsip Good Governance dalam

Pelayanan Publik ... 60 5.2.2 Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik

Di Kantor Camat Medan Baru ... 63 5.2.3 Upaya Camat Medan Baru Untuk Mewujudkan Good Governance

Dalam Pelayan Publik ... 67

BAB VI.PEMBAHASAN

6.1 Pemahaman Informan Tentang Prinsip-Prinsip Good Governance ... 71 6.2 Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance Dalam pelayanan Publik

Di Kantor Camat Medan Baru ... 74 6.3 Upaya Camat Medan Baru Untuk Mewujudkan Good Governance

Dalam Pelayanan Publik ... 79

BAB VII. PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 82 6.2 Saran ... 83

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 5.1.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Pekerjaan ... 56

Tabel 5.1.3 Klasifikasi Informan Berdasarkan Pendidikan ... 57

(8)

DAFTAR BAGAN

(9)

ABSTRAKSI

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik Di Kantor Camat Medan Baru)

The Implementation Of Good Governance Principles In Public Service (The Study Of Public Service At District Office Of Medan Baru)

Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Elsi Intani Pane

NIM : 070903036

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Asima Yanty S.Siahaan, MA, PhD

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good

Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Baru. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan metode kualitatif murni yaitu suatu metode yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan yang mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku, karya ilmiah, dan dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan, yang diperoleh melalui: (a) Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan (b) Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara mewawancarai informan. Teknik analisa data dilakukan melalui tiga aktivitas, yaitu Data

Reduction/reduksi data, Data display/penyajian data, dan Conclusion/verification.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di kantor Camat Medan Baru belum maksimal, masih banyak yang perlu untuk dibenahi. Dari delapan prinsip-prinsip Good Governance menurut United Nations Development Public (UNDP), yaitu tranparansi, partisipasi, akuntabel, daya tanggap, keadilan, kepastian hukum, efesiensi dan efektifitas, dan berorientasi konsensus masih lima prinsip, yakni akuntabel, keadilaan, kepastian hukum, berorientasi konsensus dan partisipasi yang sudah diterapkan, sementara prinsip daya tanggap, efesiensi dan efektifitas dan transparansi belum diterapkan secara maksimal. Dalam penelitian ini juga peneliti memperoleh pemahaman baru bahwa dalam pemerintahan yang Good Governance sebuah program yang mendukung kesejahteraan dan berdampak positif bagi masyarakat merupakan pelayanan publik yang baik. Good Governance tidak hanya peduli pada kebutuhan umum masyarakat sebagai warga negara, tetapi juga perlu memperhatikan dan peduli pada kelestarian lingkungan hidup.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Reformasi tahun 1998 menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia yang berhasil mendorong

perubahan tata pemerintahan di negeri ini. Gerakan reformasi berhasil melakukan perubahan dengan

jalan menumbangkan rezim Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun lebih. Reformasi menuntut

perubahan di berbagai lini kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik, hukum termasuk dalam konteks

pemerintahan.

Reformasi 1998 juga membawa konsekuensi untuk melakukan reformasi pada birokrasi. Ini

tidak bisa dilepaskan dari kondisi birokrasi pemerintahan yang mengalami penyakit bureaumania yang

ditandai dengan kecenderungan inefisiensi, penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi dan nepotisme

serta dijadikan alat oleh pemerintahan Orde Baru untuk mempertahankan kekuasaan yang ada. Dari

model yang diutarakan di atas dapat dikatakan bahwa birokrasi yang berkembang di Indonesia adalah

birokrasi yang berbelit-belit, tidak efisein dan mempunyai pegawai birokrat yang makin membengkak.

Selain birokrasi masih menempatkan dirinya sebagai penguasa daripada menjadi pelayan masyarakat.

Birokrasi di zaman orde baru juga ditandai dengan beberapa ciri-ciri seperti pegawai negeri yang

menjadi pengurus partai selain Golkar, maka dia akan tersingkirkan dari jajaran birokrasi. Selain itu,

orang atau sekelompok orang yang tidak berpihak pada Golkar, maka bisa dipastikan akan mendapat

perlakuan diskriminatif dalam birokrasi. Keberpihakan birokrasi terhadap suatu partai, tentu saja dalam

hal ini Golkar, akan mengurangi profesionalisme dari birokrasi tersebut.

Persoalan yang menghinggapi birokrasi membuat reformasi birokrasi menjadi isu yang sangat

kencang untuk direalisasikan. Pasalnya birokrasi pemerintah telah memberikan sumbangan yang tidak

sedikit terhadap keterpurukan bangsa, penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada praktik

(11)

bersifat sentralistis, non-partisipatif serta tidak akomodatif terhadap kepentingan publik, telah

menumbuhkan rasa tidak percaya dan bahkan antipati kepada rezim pemerintahan yang ada. Masyarakat

tidak puas dengan kinerja pemerintah yng selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik.

Beragam kekecewaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tersebut pada akhirnya melahirkan

tuntutan untuk mengembalikan fungsi-fungsi pemerintahan yang ideal. Sehingga reformasi dalam

bidang pemerintahan perlu dilakukan.

Reformasi merupakan upaya-upaya untuk melakukan perbaikan terhadap kondisi buruknya

birokrasi Indonesia sebagai bagian dari usaha perbaikan kehidupan bangsa. Kemudian setelah

dilakukakannya berbagai perbaikan-perbaikan munculah istilah baru, yaitu Good Governance, yaitu

penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang mempunyai tujuan utama memberikan pelayanan yang

lebih baik/prima kepada masyarakat (excellent services for civil society). Good Governance tampil

sebagai upaya untuk memuaskan dahaga publik atas kinerja birokrasi yang sesungguhnya.

Good governance diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan publik yang buruk di mata

masyarakat. Beberapa masalah pelayanan publik adalah seperti maraknya tindakan Korupsi Kolusi dan

Nepotisme (KKN) di setiap instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, birokrasi yang lamban dan

berbelit-belit, pegawai pemerintah yang tidak ramah, tertutupnya informasi kepada mayarakat,

pemborosan anggaran pada hal-hal yang tidak mendukung kesejahteraan rakyat, ketidakbebasan

mengeluarkan pendapat, kritikan maupun saran, serta masalah diskriminasi pelayanan yang sering

melihat suku, agama, jabatan, status sosial masyarakat serta hubungan kekeluargaan. Masalah-masalah

diatas telah menyebabkan kekecewaan masyarakat dan hilangnya kepercayaan kepada pemerintah.

Menghadapi masalah diatas pemerintah berupaya memperbaiki citra pelayanan publik dengan

berusaha mewujudkan prinsip-prinsip Good Governanve dalam pelayanan publik, Good Governance

diharapkan bisa mengobati penyakit pemerintah dalam melayani masyarakat. Melalui penerapan

(12)

berorienatsi konsesus, kepastian hukum, daya tanggap dan keadilan dalam pelayanan publik diharapkan

kualitas pelayanan publik bisa lebih maksimal lagi dan bisa mendapat tanggapan positif dari masyarakat

sehingga masyarakat puas dan percaya pada pemerintah. Kedelapan prinsip Good Governance

merupakan suatu kesatuan dan tidak bisa berdiri sendiri. Dalam pelayanan publik jika kedelapan prinsip

ini diterapkan akan tercipta pemerintahan yang Good Governance

Kantor Camat Medan Baru yang beralamat di Jalan Rebab No.34 Pasar 2, Padang Bulan,

Provinsi Sumatera Utara merupakan instansi pemerintah yang bertugas untuk melayani kebutuhan

masyarakat Kecamatan Medan Baru. Berbagai kepentingan publik dikerjakan dan diurus di kantor

camat ini. Kantor Camat ini mengurus berbagai kebutuhan masyarakat, seperti urusan kependudukan,

pendidikan, perhubungan, kesehatan, dan berbagai kebutuhan publik lainnya. Sebagai instansi

pemerintahan kantor camat ini juga pernah mengalami masalah dari beberapa corak pemerintah yang

buruk, seperti relasi antara pemerintah dan rakyat yang masih kuat berpola serba negara, kultur

pemerintahan sebagai tuan dan bukan pelayan, patologi pemerintahan dan Hubungan antara atasan

dengan bawahan dalam birokrasi, maupun aparat birokrasi yang menganggap dirinya atasan dan

masyarakat bawahannya, dan masih adanya diskriminasi pelayanan publik berdasarkan diskriminasi

suku, agama, jabatan, dan juga status sosial dalam masyarkat.

Prinsip- prinsip Good Governance seharusnya sudah diketahui, dipahami dan diterapkan oleh

semua instansi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat maupun di daerah. Karena itu, Kantor Camat

Medan Baru sebagai kantor pemerintahan sedang berusaha untuk memperbaiki citra pelayanan publik

di mata masyarakat. Saat ini pemerintahan Kantor Camat Medan Baru sedang berupaya menerapkan

paradigma Good Governance dalam pemerintahannya. Setiap kantor pemerintahan pasti memiliki cara

tersendiri untuk mewujudkna good governance dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pelayan publik.

Begitu juga dengan Kantor Camat Baru Medan Baru. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti

(13)

Medan Baru dan upaya apa yang dilakukan pemerintahan Camat Medan Baru dalam upaya

mewujudkan Good Governance.

1.2. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi fokus penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mencari

tahu bagaimana pemahaman Pegawai Kantor Camat Medan Baru tentang prinsip-prinsip Good

Governance, bagaimana penerapan prinsip- prinsip Good Governance di dalam Kantor Camat Medan

Baru, serta apa upaya Camat Medan Baru untuk mewujudkan Good Governance dalam pelayananan

publik di Kantor Camat Medan Baru. Oleh sebab itu peneliti dalam hal ini sudah melakukan penelitian

dengan mengobservasi dan mewawancarai informan yaitu camat dan pegawai Kantor Camat Medan

Baru serta beberapa anggota masyarakat yang pernah berurusan dengan Kantor Camat Medan Baru.

Camat dan pegawai Kantor Camat Medan Baru sudah dimintai pendapat atau tanggapan

mengenai prinsip-prinsip Good Governance, penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam

pelayanan publik serta program dan tindakan apa saja yang sudah dan sedang dilakukan untuk

mengembangkan pemerintahan yang Good Governance di Kantor Camat Medan Baru. Beberapa

anggota masyarakat tersebut juga sudah diminta pendapat atau tanggapan tentang pelayanan, program

dan tindakan yang telah dilaksanakan oleh camat dan pegawai Kantor Camat Medan Baru, yaitu apakah

mereka puas dengan pelayanan yang diberikan

Pembahasan (temuan) lain yang berkaitan dengan masalah ini kemungkinan besar muncul saat

melakukan wawancara di lapangan yaitu dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan. Sehingga

dengan melakukan observasi dan wawancara yang mendalam (in-dept interview) dalam penelitian ini

semakin menyempurnakan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan defenisi dan

prinsip-prinsip Good Governance menurut United Nations Development Programme (UNDP). Alasan

(14)

Governance dipergunakan oleh UNDP, dan Good Governance yang diterapkan di Indonesia merupakan

perluasan atau pengembangan teori “Good Governance” dari UNDP (Thohaf, 2003:62). Penulis

memilih membatasi konsep dan prinsip-prinsip Good Governance dalam penelitian ini karena

banyaknya teori, konsep dan defenisi-defenisi Good Governance lain diluar defenisi dari UNDP. Hal ini

disebabkan cepatnya perkembangan dunia ilmu pengetahuan sehingga dari saat ke saat defenisi atau

teori ” ilmu” berkembang dengan berbagai persepsi. Karena itu penting sekali untuk membatasi teori

yang penulis jadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah penelitian ini adalah

1. Bagaimana pemahaman pegawai Kantor Camat Medan Baru tentang prinsip-prinsip Good

Governance?

2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor

Camat Medan Baru?

3. Apa program kerja Camat Medan Baru dalam mewujudkan Good Governance dalam pelayanan

publik di Kecamatan Medan Baru ?

1.4 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang :

1. Pemahaman pegawai Kantor Camat Medan Baru tentang prinsip-prinsip Good Governance

2. Penerapan prinsip- prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan

(15)

3. Program Camat Medan Baru dalam mewujudkan Good Governance dalam pelayanan publik di

kecamatan medan baru

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis sendiri bertujuan untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam

meningkatkan kemampuan berpikir.

2. Sebagai acuan terhadap teori- teori yang sudah ada, dan dapat sebagai bahan pertimbangan bagi

penelitian lanjutan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Kantor Camat Medan Baru didalam

peningkatan pelayanan publik.

1.6 Defenisi Konsep

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang penulis cantumkan dan untuk menghindari makna

ganda berikut penulis memberikan defenisi dan penjelasan konsep yang penulis gunakan dalam

penelitian ini:

1. Good Governance yaitu pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang baik merupakan

pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dalam aktivitas setiap

kegiatan pemerintahan, yakni transparansi, akuntabel, partisipasi, keadilan, kepastian hukum,

efisiensi dan efektifitas, beorientasi konsensus, dan daya tanggap. Pemerintahan yang baik

berarti pemerintahan yang mampu melayani masyarakat dengan mengutamakan kepentingan

rakyat dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintahan

(16)

2. Public service yaitu pelayanan publik, yaitu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada

masyarakat. Pelayanan publik merupakan pelayanaan yang harus diberikan dengan ramah dan

sesuai kebutuhan masyarakat. Pelayaanan publik harus diberikan dengan cepat, tanggap, cepat

prosesnya dan ramah pada masyarakat.

3. Government yaitu pemerintahan yang mengutamakan pemerintah. Pemerintahan yang

government berarti semua serba negara, dimana kegiatan atau kebijakan yang ditetapkan selalu

menguntungkan para penguasa negara. Pemerintahan yang bermental government berarti

pemerintahan yang kaku dan tidak peduli pada kebutuhan masyarakat.

4. Bad governance yaitu sistem pemerintahan yang buruk. System pemerintahan yang buruk

merupakan sistem pemerintahan yang tidak melayani masyarakat, tapi lebih cenderung

memperkaya para pemimpin-pemimpin negara. Bad governance selalu diwaranai oleh Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme yang membudaya di setiap instansi pemerintah, baik dari pusat maupun

daerah. Dalam bad governance masyarakat mendapat pelayanan yang buruk, seperti proses

birokrasi yang lamban, berbelit-belit, mahal, pilih kasih, dan juga sikap yang tidak ramah.

1.7 Sistematika Penulisan

Setelah data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka penulisan ini dibuat ke dalam

beberapa bab dalam subbab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari Latar belakang, Fokus penelitian, Rumusan masalah, Tujuan, Manfaat

(17)

Bab II STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian. Teori- teori disini

tidak berfungsi untuk membangun kerangka berpikir, tetapi lebih berfungsi sebagai bekal

peneliti untuk memahami situasi sosial yang diteliti.

Bab III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari subbab alasan menggunakan metode penelitian kualitatif, lokasi penelitian,

teknik pengambilan sumber informan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data, dan rencana pengujian keabsahan data.

Bab IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa visi

dan misi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi.

Bab V PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi tentang hasil pengumpulan data dilapangan. Dalam bab ini akan dipaparkan atau

dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan atau dari lokasi penelitian selama proses

penelitian. Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel, bagan, dan juga cerita naratif.

Bab VI PEMBAHASAN

Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip pendapat-

pendapat dari informan yang dianggap kredibel, selanjutya membandingkan dengan hasil

(18)

Bab VII PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan

(19)

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1. Pengertian Good Governance

Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu Gubernare yang diserap

oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan), direct

(mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to

rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan (Djohan, 2007:131)

Sebenarnya jika lebih ditelusuri lagi tentang perkembangan istilah “governance” maka konsep

“Good Governance” bukanlah konsep baru. Konsep governance sama tuanya dengan peradaban

manusia. Salah satu tulisan tentang Good Governance bisa ditelusuri dari tulisan J.S Endralin (1997).

Governance merupakan suatu terminologi menggantikan istilah government, yang menunjukkan

penggunaan kekuasaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah

kenegaraan. Istilah ini secara khusus menggambarkan perubahan peranan pemerintahan dari pemberi

pelayanan (provider) kepada enabler atau facilitator, dan perubahan kepemilikan dari milik negara

menjadi milik rakyat. Pusat perhatian utama dari Governance adalah perbaikan kinerja atau perbaikan

kualitas (Salam, 2005:224-226).

Pengertian Good Governance menurut (Mardiasmo, 2002:18) adalah suatu konsep pendekatan

yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintah yang baik. Good Governance

dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan

dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi investasi yang langka, dan

penghindaran korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta

penciptaan legal and political frameworks bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan (Sedermayanti,

(20)

Berkaitan dengan Good Governance, Mardiasmo (Tangkilisan, 2005:114) mengemukakan

bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan Good Governance, dimana

pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu

penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi,

efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administrasi. Tuntutan reformasi yang

berkaitan dengan aparatur negara adalah perlunya mewujudkan administrasi negara yang mampu

mendukung kelancaran dan perpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan berdasarkan prinsip Good Governance.

Sedangkan Lembaga Administrasi Negara (LAN) mendefenisikan good governance sebagai

penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif

dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta

dan masyarakat (Kurniawan, 2005:16).

Organization of Economic Corporation and Development (OECD) dan World Bank

mensinonimkan Good Governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan

bertanggung jawab, sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisiean, penghindaran salah alokasi, dana

investasi yang langka, pencegahan korupsi, baik secara politk maupun administratif. Secara teoritis,

good governance sendiri dapat diberi arti sebagai suatu proses yang mengorientasikan pemerintahan

pada distribusi kekuatan dan kewenangan yang merata dalam seluruh elemen masyarakat untuk dapat

mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan publik berserta seluruh upaya

pembangunan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka dalam sistem pemerintahan

(Sedarmayanti,2003:7).

Sementara UNDP (United Nations Development Programme) mendefenisikan governance

(21)

all levels of society” (pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola

masalah bangsa). Karena itu menurut UNDP, ada tiga model Good Governance, yaitu :

a. Kepemerintahan politik (political Governance) yang mengacu pada proses-proses

pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan kebijakan (politicaly/strategy

formulation)

b. Kepemerintahan Ekonomi (economic Governance) yang mengacu pada proses

pembuatan keputusan (decision making processes) yang memfasilitasi kegiatan ekonomi

di dalam negeri dan berinteraksi diantara penyelenggara ekonomi. Kepemerintahan

ekonomi memiliki implikasi terhadap masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan

peningkatan kualitas hidup.

c. Kepemerintahan Administratif (Administrative Governance) yang mengacu pada sistem

implementasi kebijakan

Sesuai dengan defenisi menurut UNDP bahwa good governance menyangkut tiga aspek yaitu

pemerintah yang baik dalam bidang politik, ekonomi, dan administrasi atau pembuatan

kebijakan-kebijakan. Governance juga bisa diartikan sebagai mekanisme-mekanisme, proses-proses, dan

institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan mereka, memediasi

perbedaan-perbedaan serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka. Governance memiliki

hakikat ensensial yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi dengan pengakuan hak

berlandaskan pada pemerintahan hukum (Salam, 2004:224)

Tujuan Good Governance diterapkan dalam pemerintahan adalah untuk mewujudkan

penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif

dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta

(22)

Kata baik (good ) dalam istilah Good Governance mengandung dua arti. Pertama, nilai-nilai

yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan

kemampuan rakyat dalam pencapai tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan

berkeadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam

pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut (Salam, 2005:226)

Munculnya konsep Good Governance untuk dilaksanakan di dalam penyelenggaraan kehidupan

berbangsa dan bernegara dilatarbelakangi oleh banyak faktor. Namun demikian, salah satu faktor

terbesar adalah ketidakberdayaan pemerintah negara-negara berkembang dalam menghadapi era

globalisasi yang penuh dengan hiperkompetisi. Pemerintah tidak lagi menjadi pemain tunggal, tetapi

mengharapkan peran lebih besar dari sektor swasta dan masyarakat sipil.

Secara umum kualitas Good Governance dapat tercapai apabila pemerintah dan instansi publik

lainnya secara keseluruhan mampu bersikap terbuka terhadap ide dan gagasan baru dan responsif

terhadap kepentingan masyarakat. Responsivitas akan meningkat jika masyarakat memiliki informasi

yang lengkap mengenai proses dan implementasi kebijakan pemerintahan dan pembangunan (Sinambela,

2008:51)

2.1.1 Prinsip-prinsip Good Governance

Menurut United Nation Development Program (UNDP) mengemukakan bahwa karakteristik

atau prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam pemerintah yang baik (Good Governance) adalah

sebagai berikut:

1. Partisipasi (Participation)

Setiap orang atau setiap warga negara baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki hak

suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga

(23)

dibangun dalam suatu tatanan kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk

berpartisipasi secara konstruktif.

Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan

aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah

menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi

ini meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis.

Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk

menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisifatif dan

mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.

2. Aturan Hukum (Rule Of Law)

Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan, ditegakkan, dan dipatuhi

secara utuh (impartially), terutama tentang aturan hukum dan tentang hak asasi manusia.

3. Transparansi (Transparency)

Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai proses,

kelembagaan dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh mereka yang membutuhkannya, dan

informasi harus dapat disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan

sebagai alat monitoring dan evaluasi.

Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan

daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap

tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah daerah perlu

mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti malalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran,

radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara

(24)

msyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan, lama waktu

mendapatkan informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada masyarakat.

4. Daya Tanggap (Responsiveness)

Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagi pihak yang

berkepentingan (stake holders). Pemerintah daerah perlu membangun jalur komunikasi untuk

menampung aspirasi masyarakat dalam hal penyusunan kebijakan. Ini dapat berupa forum masyarakat,

talk show, layanan hotline, prosedur komplain. Sebagai fungsi pelayan masyarakat, pemerintah daerah

akan mengoptimalkan pendekatan kemasyarakatan dan secara periodik mengumpulkan pendapat

masyarakat.

5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)

Pemerintahan yang baik (Good Governance) akan berindak sebagai penengah (mediator) bagi

berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesepakatan yang terbaik bagi

kepentingan masing-masing pihak, dan jika mungkin juga dapat diberlakukan terhadap berbagai

kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.

6. Berkeadilan (Equity)

Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun

perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

Tujuan dari prinsip ini adalah untuk menjamin agar kepentingan pihak-pihak yang kurang

beruntung, seperti mereka yang miskin dan lemah, tetap terakomodasi dalam proses pengambilan

keputusan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada kaum minoritas agar mereka tidak tersingkir.

Selanjutnya kebijakan khusus akan disusun untuk menjamin adanya kesetaraan terhadap wanita dan

(25)

7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and efficiency)

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang

benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang

tersedia.

Pelayanan masyarakat harus mengutamakan keputusan masyarakat, dan didukung mekanisme

penganggaran serta pengawasan yang rasional dan transparan. Lembaga-lembaga yang bergerak

dibidang jasa pelayanan umum harus menginformasikan tentang biaya dan jenis pelayanannya. Untuk

menciptakan efisiensi harus digunakan teknik manajemen modern untuk administrasi kecamatan dan

perlu ada desentralisasi kewenangan layanan masyarakat sampai tingkat kelurahan/desa.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Pengambil keputusan (decision maker) dalam organisasi sektor pelayanan dan warga negara

madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik sebagaimana halnya kepada para

pemilik (stakeholders). Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda, bergantung kepada jenis keputusan

organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal.

Seluruh pembuat kebijakan pada semua tingkatan harus memahami bahwa mereka harus

mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada masyarakat. Untuk mengukur kinerja mereka secara

obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus

dipublikasikan, dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.

2.2. Pengertian Pelayanan Publik

Dalam memahami arti kata pelayanan, maka terlebih dahulu harus dipahami defenisi dari

pelayanan itu sendiri. Menurut Gronroos yang dikutip dari Ratminto (2005:2), pelayanan adalah suatu

aktivitas atau serangkaian serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang

(26)

disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan

konsumen atau pelanggan.

Sedangkan menurut Moenir (2002: 7):

“Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses, sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.”

Menurut Kotler dalam Lijan Poltak (2006:4) pelayanan adalah setiap kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya

tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya menurut Sampara dalam Lijan Poltak (2006:5)

pelayanan adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang

lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan

Menurut Soetopo (Napitupulu, 2007:64) pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu

menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa

pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan

kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003: 10).

Berdasarkan dari uraian diatas, maka pengertian pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai

kegiatan yang dilakukan suatu organisasi yang ditujukan kepada konsumen atau masyarakat umum yang

dapat berbentuk barang ataupun jasa yang memberikan kepuasan bagi yang menerima layanan.

2.2.1 Makna dan Tujuan Pelayanan

Pelayanan publik merupakan segala bentuk pelayanan, baik dalam bentuk barang maupun jasa

yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat,

didaerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

(27)

Pelayanan publik merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai

dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan

administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik.

Adapun penyelenggara pelayanan publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik baik pemerintah

daerah maupun badan usaha milik daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. Sedangkan

penerima pelayanan publik adalah orang perseorang dan atau kelompok orang dan atau badan hukum

yang memiliki hak, dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik (Ahmad, 2008:3).

Berdasarkan undang-undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan publik adalah kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif

yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Ratminto (2005:5) pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan, baik dalam

bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan

dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD, dalam

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Sementara menurut menurut Kurniawan (2005:4) pelayanan publik adalah pemberian layanan

(melayani) keperluan orang atau masyrakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai

dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Sianipar (2001:6) pelayanan publik adalah suatu cara melayani, membantu,

menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau sekelompok orang. Artinya

obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan dan organisasi.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah

(28)

organisasi instansi untuk memenuhi kebutuhan penerima pelayanan publik/masyarakat dan penerima

pelayanan/masyarakat itu merasakan kepuasan.

Menurut Albert dan Zemke (Dwiyanto, 2005:144) kualitas pelayanan publik merupakan hasil

dari berbagai interaksi dari berbagai asspek, yaitu sistem pelayanan, sumber daya manusia pemberi

layanan, strategi, dan pelanggan. Sistem pelayanan yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan

yang baik pula. Suatu sistem pelayanan yang baik akan memberikan prosedur pelayanan terstandar dan

memberikan mekanisme control di dalam dirinya sehingga segala bentuk penyimpangan akan mudah

diketahui, serta sistem pelayanan yang baik akan mengerti kebutuhan publik.

Dalam kaitannya dengan sumberdaya manusia dibutuhkan pelayan publik yang mampu

memahami tuntutan zaman dan memiliki kompetensi sesuai kemajuan teknogi. Sifat dan jenis

masyarakat yang membutuhkan pelayanan memiliki perbedaan sehingga setiap pelayan publik harus

mampu menciptakan strategi pelayanan yang berbeda dan mampu mengenal pelanggan atau orang yang

akan dilayani dengan baik sebelum memberikan pelayanan.

2.2.2 Indikator Pelayanan Publik

1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan,

keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.

2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa jauh proses

pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai prinsip atau prosedur administrasi atau

oganisasi yang benar dan telah di tetapkan.

3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses

penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang

(29)

Pada dasarnya, pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan

konsumen/masyarakat (whatever custumer satisfaction). Dukungan kepada pelanggan/masyarakat dapat

bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan yang memberikan kepuasan bagi masyarakat, selalu dekat

dengan pelanggannya, sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa di ingat oleh para penerima

pelayanan publik. Selain itu, membangun kesan yang dapat memberikan citra positif dimata masyarakat

karena jasa pelayanan yang diberikan dengan biaya yang terkendali atau terjangkau bagi masyarakat

sehingga membuat masyarakat terdorong atau termotivasi untuk bekerja sama dan dapat berperan aktif

dalam pelaksanaan pelayanan yang prima (Dwiyanto, 2005:67-68)

2.2.3 Bentuk- bentuk pelayanan publik

Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagi masyarakat. Adapun didalam

pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa bentuk. Menurut Moenir (2002:190), bentuk

pelayanan ini terdiri dari :

1. Pelayanan dengan lisan

Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan masyarakat, dibidang

layanan informasi dan bidang lain yang tugasnya memberikan keterang dan penjelaa kepada siapa pun

yang memerlukan. Agar supaya pelayanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat –

syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu:

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.

b. Memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancer, singkat tetapi cukup jelas sehingga

memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah. Meski dalam keadaan sepi,tidak berbincang dan bercanda

dengan teman, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.

(30)

2. Pelayanan dengan tulisan

Pelayanan dengan bentuk tulisan merupakan jenis pelayanan dengan memberikan penjelasan melalui

tulisan didalam pengolahan masalah masyarakat. Pelayanan dalam bentuk tulisan ini terdiri dari dua

jenis yakni:

a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang-orang yang

berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberian/penyerahan,

pemberitahuan dan lain sebagainya.

3. Pelayanan berbentuk perbuatan

Pelayanan berbentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dengan bentuk gabungan dari

pelayanan berbentuk tulisan dan lisan.

2.2.4 Asas Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggara

pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut (Ratminto, 2005:19) :

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh

pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

4. Paritisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan

(31)

5. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status

ekonomi.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

2.3 Implementasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik

Implementasi penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik ialah

pelaksanaan prinsip- prinsip Good Governance yaitu partisipasi, aturan hukum, transparansi, daya

tanggap, berorientasi konsensus, berkeadilan, efektifitas dan efisiensi, dan akuntablitas dalam upaya

penyelenggaraan pelayanan publik bagi masyarakat.

Dalam penelitian ini, Penerapan prinsip- prinsip Good Governance dalam pelayanan publik

dapat kita lihat dengan beberapa indikator berikut :

1. Partisipasi yaitu bermaksud untuk melibatkan pegawai dalam pembuatan kebijakan di Kantor

Camat Medan Baru

2. Aturan hukum yaitu dalam menjalankan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan

tanpa memandang status , ditegakkan dan dipatuhi secara secara utuh, terutama tentang aturan

hukum hak asasi manusia dalam mendapat pelayanan publik

3. Transparansi yaitu keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakaan instansi pemerintah melalui

penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam mendapatkan informasi yang akurat

dan memadai terutama dalam bidang pelayanan pubik

4. Daya Tanggap yaiu setiap instansi danprosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani

(32)

5. Berorientasi Konsensus yaitu pemerintah yang baik harus bertindak sebagai penengah untuk

kepentingan yang berbeda-beda agar mencapai kesepakatan dan kepentingan masing-masing

msyarakat

6. Berkeadilan yaitu adanya kesempatan yang sama antar laki –laki dan perempuan untuk

meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya

7. Efektifitas dan efisiensi yaitu setia kegiatan kelembagaan diarahkan untukmenghasilkkan

sesuatu yang benar- benar sssesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang

sebaik-baiknya dari sumber yang tersedia

8. Akuntabilitas yaitu adanyan pertanggungjawaban setiap pegawai pemerintah dalam

pengambilan keputusan kepada masyarakat umum terutama para masyarakat yang ada di

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alasan Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui secara mendalam mengenai penerapan prinsip-prinsip

Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Baru serta untuk mengetahui

upaya-upaya yang dilakukan oleh Camat Medan Baru untuk menwujudkan Good Governance di kecamatan

Medan Baru. Adapun alasan digunakannya metode penelitian kualitatif disebabkan selama ini dalam

melakukan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif memiliki kelemahan terutama dalam

teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner (angket).

Oleh sebab itu, dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena memiliki

keunggulan dalam proses penelitiannya, yaitu bersifat holistik (menyeluruh) dan dinamis, adanya

hubungan timbal balik (interaksi) antara peneliti dengan yang diteliti serta transferability (tidak bersifat

general) di mana dalam penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi, tetapi lebih menekankan pada

tingkat makna. Sehingga dapat memudahkan pembaca dari hasil penelitian ini memahami apa yang

menjadi masalah.

Selanjutnya untuk memperlancar proses penelitian maka peneliti sudah senantiasa membangun

rapport (hubungan yang baik) dengan pegawai Kantor Camat Medan Baru sebagai subjek penelitian,

dengan bersedia mendengar kesukaran, persepsi dan apa yang dipikirkan oleh mereka atau aktivitas

yang mereka lakukan menurut versi mereka bukan menurut pandangan dan penilaian si peneliti. Untuk

mengumpulkan data yang demikian perlu dialog secara terus-menerus sehingga peneliti dapat

memahami makna dari uraian mereka. Dengan wawancara berulang kali diharapkan semakin mendapat

(34)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Medan Baru. Kantor Camat ini berada di jalan Rebab

No.34, Pasar II Padang Bulan, Provinsi Sumatera utara. Relevansi metodologis, mengapa Kantor Camat

Medan Baru ini dipilih karena salah satu instansi pemerintah yang melayani kebutuhan masyarakat

(publik). Sebagai kantor pemerintahan Kantor Camat Medan Baru sedang berupaya menerapkan Good

Governance dalam pelayanaan publik karena paradigma Good Governance harus diterapkan di setiap

instansi pemerintah untuk menghasilkan kinerja pemerintah yang baik dan berkualitas di mata

masyarakat.

3.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling dengan mencari

informan kunci. Mulanya pencarian ini dilakukan melalui jalur formal dengan menghubungi Camat

Medan Baru. Berdasarkan rekomendasi mereka diteruskan ke pihak lain seperti para pegawai di Kantor

Camat Medan Baru, masyarakat yang yang sedang dan pernah berurusan ke Kantor Camat Medan Baru

begitu seterusnya sampai pada titik jenuh, di mana tidak ditemukan lagi data-data baru yang dapat

memberi informasi tentang penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di

Kantor Camat Medan Baru dan program kerja yang dilakukan Camat Medan Baru untuk mewujudkan

Good Governance di Kecamatan Medan Baru.

Adapun jumlah informan penelitian ini adalah sebanyak dua puluh orang kantor, dimana empat

belas orang merupakan pegawai dari Kantor Camat Medan Baru, dan Enam orang masyarakat yang

pernah menerima pelayanan dari Kantor Camat Medan Baru. Pada tabel di bawah ini dapat terlihat

(35)

Tabel 3.3.1.

Klasifikasi Informan berdasarkan pekerjaan

No. Nama Jumlah

1. Camat 1

2. Pegawai kantor camat 13

3. Masyarakat 6

Total 20

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian Februari 2011

Dari tabel 3.3.1 ada dua puluh orang yang berperan sebagai informan penelitian. Dua puluh

informan ini ditetapkan dengan teknik snow sampling dan purposive sampling. Empat belas pegawai

kantor camat sudah mewakili empat puluh lima pegawai yang ada di Kantor Camat Medan Baru karena

sudah mencapai titik jenuh, dimana jawaban yang diberikan informan sudah sama dan sudah merupakan

pengulangan jawaban dari informan sebelumnya, sehingga penulis hanya mewawancari empat belas

orang saja. Sementara dari masyarakat ada enam orang. Masyarakat di temui sewaktu mengurus

keperluan pribadi ke Kantor Camat Medan Baru. Penulis menetapkan enam orang karena penulis sudah

mendapat jawaban pertanyaan penelitian yang sama dari keenam informan ini, dalam arti pencarian

data yang penulis butuhkan sudah mencapai titik jenuh.

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian utama adalah peneliti sendiri.

Sebab menurut Nasution dalam Sugiyono (2008) peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap

segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. Selain

(36)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (yaitu wawancara semi-terstruktur), observasi,

dan dokumentasi. Wawancara mendalam terhadap beberapa pihak yang dianggap menguasai masalah

penelitian. Wawancara (interview) merupakan cara/teknik pengumpulan data dengan mengadakan

wawancara langsung secara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait. Dalam melakukan wawancara,

selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat

menggunakan alat bantu seperti buku catatan dan kamera.

Observasi dilakukan melalui pengamatan awal dan terjun langsung ke lapangan dengan

mengamati interaksi pegawai Kantor Camat Medan Baru dengan sesama pegawai dan interaksi pegawai

dengan masyarakat serta mengamati cara pelaksaanan tugas pokok pegawai yang telah ditetapkan.

Misalnya cara bidang pelayanan umum dalam melayani masyarakat yang datang ke Kantor Camat

Medan Baru. Sementara itu dokumentasi dilakukan untuk dapat memperoleh tambahan informasi lagi

dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber

lain yang relevan dengan objek penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good

Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Baru serta untuk mengetahui program

kerja dari Camat Medan Baru sebagai upaya untuk mewujudkan Good Governance di Kecamatan

Medan Baru.

Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007:91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

(37)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display/penyajian data

Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif,

bagan dan penyajian data dalam bentuk tabel. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang telah diperoleh selama penelitian.

3. Conclusion/Verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan bisa berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

kosisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.7 Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang akan dilakukan meliputi uji kredibilitas data dengan : trianggulasi

sumber dan perpanjangan pengamatan. Trianggulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan

menggunakan teknik yang sama. Dalam hal ini peneliti meneliti beberapa pegawai Kantor Camat Medan

Baru dan masyarakat yang pernah berurusan dengan Kantor Camat Medan Baru. Dari sumber-sumber

tersebut, pendapatnya tentu tidak bisa dirata-ratakan, tetapi dideskripsikan, mana pandangan yang sama

dan yang berbeda. Sementara dalam perpanjangan pengamatan dilakukan untuk menguji kredibilitas

(38)

diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek

kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat

diakhiri. Perpanjangan pengamatan penulis lakukan dari tanggal 10 Maret 2011 sampai 14 Maret 2011,

jadi penulis melakukan observasi pengecekan data selama lima hari lagi.

3.8 Jadwal Waktu dan Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pengajuan judul penelitian untuk penulisan skripsi merupaka langkah awal dari

serangkaian kegiatan yang dilakukan. Setelah itu penyusunan proposal dilakukan untuk masuk ke tahap

seminar proposal. Setelah pelaksanaan seminar proposal maka revisi proposal penelitian segera

dilakukan. Pengurusan administrasi untuk melakukan penelitian sangat diperlukan untuk melakukan

wawancara dan observasi terhadap informan yang akan dijadikan subjek penelitian. Untuk pemaparan

lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.8.1 di bawah ini.

Tabel 3.8.1

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik Di Kantor Camat Medan Baru

No Kegiatan

Bulan ke :

1 2 3 4 5

1. Penyusunan Proposal 

2. Diskusi Proposal 

3. Memasuki lapangan dan pengumpulan data 

4. Tahap penyeleksian data 

5. Uji keabsahan data 

6. Membuat draf laporan penelitian  

7. Diskusi draf laporan  

8. Penyempurnaan laporan 

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian Februari 2011

3.9 Implementasi Metode Penelitian

Setelah izin administrasi untuk melakukan penelitian di Kantor Camat Medan Baru yang

(39)

melakukan perkenalan dengan seluruh pegawai Kantor Camat Medan Baru. Hal ini peneliti lakukan

guna mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam perkenalan tersebut peneliti mulai

mendapat sedikit demi sedikit informasi mengenai persepsi pegawai tentang prinsip-prinsip Good

Governance dan penerapannya dalam pelayanan publik. Dalam pertemuan selanjutnya peneliti mulai

untuk melakukan wawancara dan observasi dengan informan yang dianggap kredibel untuk memberikan

informasi yang terkait dengan penelitian ini.

Adapun kendala yang dihadapi oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung adalah

keraguan terhadap jawaban yang diberikan oleh informan yaitu camat dan beberapa pegawai Kantor

Camat Medan Baru karena apakah jawaban tersebut sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

terjadi. Beberapa kendala dan keraguan yang penulis hadapi selama penelitian ialah sebagai berikut:

1. Jawaban salah satu informan dari Kantor Camat Medan Baru yang mengatakan bahwa prinsip

transparansi sangat dijunjung tinggi di Kantor Camat Medan Baru, sehingga siapa saja bisa

bertanya dan mengetahui apa pun yamg mau diketahui oleh masyarakat selama masih

berhubungan dengan pelayanan publik. Tetapi ketika penulis bertanya berapa biasanya biaya

yang dikeluarkan masyarakat yang mengurus KTP ( Kartu Tanda Penduduk), informan tersebut

hanya tersenyum dan berkata “rahasia” . Dari jawaban dan situasi ini penulis menjadi ragu akan

jawaban informan tentang penerapan transparansi yang baik di Kantor Camat Medan Baru,

karena jika penulis amati sepertinya masih ada yang ditutup-tutupi. Untuk mengatasi hal ini

penulis langsung mewawancari masyarakat yang pada saat itu penulis temuin di ruang tunggu

Kantor Camat Medan Baru. Dari informan ini penulis mendapat jawaban, dimana biaya

mengurus KTP tidak ditetapkan, biasanya masyarakat sukarela memberi “upah capek” sesuai

kantong masyarakat yang bersangkutan.

2. Informan dari pegawai Kantor Camat Medan Baru mengatakan bahwa semua pegawai ramah dan

(40)

dengan pengalaman penulis yang sudah berhadapan dengan pegawai-pegawai di Kantor Camat

Medan Baru. Ketika penulis mengadakan penelitian selama sebelas hari di Kantor Camat Medan

Baru, penulis mengamati banyak pegawai yang berwajah dingin dan “cuek” jika tamu datang,

terkhusus ketika penulis menyapa pegawai tersebut. Selama mencari data di Kantor Camat

Medan Baru banyak pegawai yang tidak mau diwawancari dan banyak yang pura-pura sibuk biar

tidak di wanwancara.

3. Camat Medan Baru menerapkan sistem disiplin yang ketat buat semua pegawai, termasuk Apel

pagi dan sore, dan berdasarkan observasi dan pengamatan penulis, penulis dapat simpulkan

bahwa disiplin sebagian pegawai bukanlah dari motivasi pribadi, tetapi lebih cenderung karena

takut tegoran “pimpinan” dan mendapat punishment. Punishment biasanya yang diterapkan

adalah tegoran langsung dari Camat. Hal ini terlihat karena banyak yang hadir hanya waktu “bel”

Apel berbunyi, dan setelah siap isi absen, jalan-jalan keluar Kantor Camat Medan Baru.

4. Masalah pembengkakan birokasi atau kelebihan pegawai di instansi pemerintah merupakan

masalah yang umum terjadi di setiap instansi Negara di Indonesia ini. Begitu juga di Kantor

Camat Medan Baru ini, penulis melihat banyak pegawai yang menganggur sewaktu jam kerja

karena tidak ada pekerjaan. Menurut penulis hal ini merupakan pemborosan, karena porsi kerja

Satu orang pegawai dikerjakan oleh tiga orang. Boros anggaran dan juga tempat.

5. Instansi pemerintah yang sudah menerapkan pelayanan prima bagi masyarakat pasti sudah

memiliki sistem pelayanan publik yang lebih rapi dan mudah, dalam arti ada transparansi atau

sosialisasi kepada masyarakat yang mau mengurus kepentingan public, misalnya membuat dan

menempelkan prosedur pengurusan KTP, Surat pindah dan lain-lain di dinding ruang tunggu

Kantor Camat. Tetapi hal ini tidak penulis temui di Kantor Camat Medan Baru. Penulis menarik

satu kesimpulan sementara, bahwa strategi pelayanan di Kantor Camat Medan Baru masih

(41)

dan berulang-ulang”. Padahal jika prosedur mengurus misalnya KTP, ditempelkan di dinding,

masyarakat tinggal melihat dan membaca tanpa perlu mencari pegawai untuk menjelaskan.

Selanjutnya untuk semakin menambah informasi, maka peneliti meminta beberapa subjek penelitian

tambahan yaitu masyarakat yang sedang mengurus kebutuhan publik di Kantor Camat Medan Baru.

Beberapa urusan publik yang sedang informan lakukan hari dimana penulis melakukan penelitian di

kantor Camat Medan Baru ialah pengurusan KTP (Surat Tanda Penduduk), Surat pindah, Surat warisan

tanah, dan Surat mengurus Kartu Keluarga (KK)

Terlepas dari masalah teknis dalam penelitian dan kendala di lapangan, peneliti sangat

menyadari masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan melakukan kegiatan dalam penelitian

ilmiah. Tetapi peneliti berusaha dengan maksimal untuk memberikan hasil penelitian yang dapat

(42)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Polo.

4.2 Karakteristik Kecamatan Medan Baru

Pemerintahan Kecamatan Medan Baru dipimpin oleh seorang camat. Saat ini terdiri dari 6

(enam) kelurahan yang terbagi atas 64 lingkungan, 59 RW, 159 RT dan 135 blok sensus. Kecamatan

Medan Baru merupakan kecamatan di kota Medan yang mempunyai luas sekitar 5,41 km2. Kecamatan

Medan Baru dihuni oleh 44.216 orang penduduk, dimana penduduk terbanyak ada di Kelurahan Titi

Rantai dan Padang Bulan, yakni sebanyak 9.067 orang di Kelurahan Titi Rantai dan 8993 orang di

Kelurahan Padang Bulan. Jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Darat sebanyak 3134 orang. Bila

dibandingkan antara jumlah penduduk serta luas wilayahnya, maka Kelurahan Petisah Hulu merupakan

kelurahan terpadat yaitu 11.542 Jiwa tiap km2 .

Jarak kantor kecamatan ke kantor walikota Medan adalah sekitar 8 km. Dari 6 kelurahan di Kecamatan

Medan Baru, Kelurahan Padang Bulan memiliki luas wilayah yang terluas yaitu 1,68 km2, sedangkan

Kelurahan Darat mempunyai luas terkecil yakni 6,28 km2. Ditinjau dari jarak antara kantor kelurahan ke

kantor camat, kantor Kelurahan Babura memiliki jarak terjauh dari Kantor Camat Medan Baru, yaitu

sekitar 5,3 km, sedangkan kantor kelurahan yang terdekat adalah Kelurahan Titi Rantai dan Padang

(43)

4.3 Visi dan Misi Kecamatan Medan Baru

4.3.1 Visi

Dengan mengacu kepada visi Kota Medan Kota Metropolitan yang bestari dengan

masyarakatnya yang maju, mandiri dan sejahtera serta berwawasan lingkungan maka visi Kecamatan

Medan baru adalah ”Menciptakan Kecamatan Medan Baru yang bersih, sehat, tertib, aman, rapi dan

indah serta berwawasan lingkungan, melalui pemberdayaan kelurahan dengan memberdayakan

masyarakat di segala bidang.”

4.3.2 Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan beberapa misi yang merupakan titik konsentrasi

kegiatan yang sekaligus menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.

Adapun misi yang diwujudkan yaitu:

1. Memberdayakan kelurahan dengan memberdayakan masyarakat.

2. Meningkatkan sumber daya manusia.

3. Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat.

4. Meningkatkan kebersihan.

5. Meningkatkan derajat kesehatan masyaraakat.

6. Meningkatkan kamtibmas yang kondusif.

7. Meningkatkan penghijauan.

8. Meningkatkan pandapatan asli daerah.

Dengan mewujudkan misi Kecamatan Medan Baru maka telah mendukung kemajuan dan

kamakmuran Medan Kota metropolitan, dengan Motto Kota Medan: “bekerjasama dan sama-sama

(44)

4.2 Dasar Hukum

Dalam melaksanakan tugas, fungsi, visi dan misi Camat Medan Baru didasarkan pada Peraturan

Perundang-Undangan, yaitu sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Perangkat Daerah Kota Medan

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar

Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

6. Peraturan Daerah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan

8. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Kota Medan

9. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Perangkat Daerah Kota Medan

4.3 Kedudukan dan Tugas Pemerintahan Kecamatan Medan Baru

Bentuk struktur dan tata kerja Kecamatan Medan Baru berpedoman pada keputusan mendagri

dan otonomi daerah Nomor 5 Tahun 2009 dan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 56 Tahun

(45)

a. Camat

Camat adalah Kepala pemerintahan Kecamatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Bupati/ Walikotamadya. Camat mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pemerintah,

pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut camat mempunyai fungsi:

1) Menyelenggarakan tugas-tugaspemerintahan umum dan pembinaan keagrariaan serta pembinaan

Politik Dalam Negeri.

2) Pembinaan Pemerintahan Desa/ Kelurahan.

3) Pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah.

4) Pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi dan distribusi serta

pembinaan sosial.

5) Penyusunan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumah tangga

b. Sekretaris Camat

Sekretaris dipimpin oleh sekretaris, sekretaris berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

camat. Sekretaris mempunyai tugas melakukan pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan

teknis administratif seluruh satuan organisasi pemerintahan kecamatan.

c. Seksi Pemerintahan

Seksi Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang kepala seksi, berada di bawah dan tanggung jawab

kepada camat. Seksi pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan umum dan

pemerintahan umum dan pemerintahan desa/ kelurahan serta ketentraman dan ketertiban.

Seksi pemerintahan terdiri dari:

1) Sub seksi Pemerintahan Umum dan desa/ kelurahan.

2) Sub seksi Kependudukan.

Gambar

Tabel 3.3.1.
Table 5.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1.3 Klasifikasi Informan Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.1.4 Klasifikasi Informan dari Kantor Camat Berdasarkan Jabatan

Referensi

Dokumen terkait

Dapatan Rosseni (2009) mengenai kesahan dan kebolehpercayaan soal selidik dalam siri yang sama tetapi versi berlainan, iaitu soal selidik eLSE versi 5.2, yang ditadbirkan

 Perbanyak asupan cairan yang masuk kedalam tubuh >> Selain perbanyak makanan yang mengandung serat, menjaga tubuh tetap terhidrasi merupakan cara lain

Penggunaan ampas kelapa yang difermentasi dengan Aspergillus niger dan ragi tape dapat meningkatkan produksi karkas dan menurunkan persentase lemak. abdominal kelinci rex

Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang berkaitan dengan kurangnya informasi yang didapat ditandai dengan kebiasaan makan pasien yang tidak menerapkan gizi

b) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh BLU. 4) Beban perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan

kekerasan yang terjadi pada baja karbon sedang setelah diberi perlakuan panas dengan temperatur ICA dan temper serta quenching dengan medium air dan oli...

[9] The GPIP Council was chaired by the Department of Budget and Management, as the primary policymaking and coordinating body of the Program, with members including the

Kelalaian ini dapat didefinisikan sebagai apabila seseorang melakukan sesuatu perbuatan dan perbuatan itu menimbulkan suatu akibat yang dilarang dan diancam dengan