PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYAN PUBLIK
( STUDI KANTOR CAMAT MEDAN PERJUANGAN ) SKRIPSI
DISUSUN DAN DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA SOSIAL (S-1) PADA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DISUSUN OLEH :
080903092
OSEDEAN SITOMPUL
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
I Pendahuluan ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Fokus Penelitian ... 5
1.3 Rumusan masalah ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
1.6 Kerangka Teori ... 7
1.6.1 Good Governance ... 8
1.6.1.1 Pengertian Good Governance ... 8
1.6.1.2 Prinsip – prinsip Good Governance ... 12
1.6.2 Pelayanan Publik ... 16
1.6.2.1 Pengertian Pelayanan Publik ... 16
1.6.2.2 Makna dan tujuan Pelayanan ... 17
1.6.2.3 Indikator pelayanan publik ... 20
1.6.2.4 Bentuk – Bentuk Pelayanan Publik ... 21
1.6.2.5 Asas Pelayanan Publik ... 23
1.6.3 Implementasi Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik. ... 24
1.8 Sistimatika Penulisan ... 26
BAB II Metode Penelitian . ... 29
2.1 Bentuk Penelitian . ... 29
2.2 Lokasi Penelitian ... 29
2.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian ... 30
2.4 Instrumen Penelitian ... 31
2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 31
2.6 Tekhnik Analisis Data ... 32
2.7 Pengujian keabsahan data ... 33
2.8 Implementasi Metode Penelitian ... 34
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 38
3.1 Letak Geografis ... 38
3.2 Demografi Kecamatan Medan Perjuangan ... 40
3.2.1 Kependudukan ... 40
3.2.1.1 Data Penduduk Berdasarkan jenis kelamin ... 40
3.2.1.2 Data Penduduk Berdasarkan mata agama ... ... 41
3.3 Potensi kecamatan Medan Perjuangan ... 42
3.4 Organisasi dan Tata Kerja ... 44
3.4.1 Data PNS kantor camat Medan Perjuangan ... 44
3.4.2 Struktur Organisasi dan Mekanisme ... 45
3.5 Visi, Misi dan Motto kecamatan Medan Perjuangan ... 46
BAB IV PENYAJIAN DATA ... 48
4.2.1 Kerangka berfikir secara umum ... 52
4.3 Hasil Wawancara penelitian ... 53
4.3.1 Pemahaman tentang prinsip – prinsip Good Governance dalam
pelayanan publik ... 53
4.3.1.1 Pemahaman tentang prinsip – prinsip Good Governance 53
4.3.1.2 Pemahaman tentang prinsip – prinsip good governance
dalam pelayanan publik... 54
4.3.2 Penerapan prinsip – prinsip Good Governance dalam
pelayanan publik dikantor Camat Medan Perjuangan ... 55
4.3.3 Upaya Camat Medan Perjuangan untuk mewujudkan Good
Governance dalam ... 58
4.3.3.1 Program mendisplinkan pegawai Kantor Camat Medan
Perjuangan... 59
4.3.3.2 Kegiatan pelestarian lingkungan ... 60
4.3.3.3 Kegiatan gotong royong menjaga keasrian lingkungan 60
4.3.3.4 Rapat kinerja Pegawai ... 61
4.3.3.5 Program penyediaan Fasilitas kerja ... 54
4.3.3.6 Program peninjauan keamanan dan ketertiban
Lingkungan ... 64
BAB V PEMBAHASAN ... 62
5.1 Pemahaman Informan tentang prinsip – prinsip good government .. 62
5.2 Penerepan prinsip – prinsip Good Government dalam pelayanan publik
5.3 Upaya Camat Medan Marelan untuk mewujudkan Good Government
dalam pelayanan publik... 69
BAB VI PENUTUP ... 71
6.1 Kesimpulan ... 71
6.2 Saran ... 73
ABSTRAK
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik ( Studi Pelayanan Publik Di Kantor Camat Medan Perjuangan )
The Implementation Of Good Governance Principles In Public Service ( The Study Of Public Service At District Office Of Medan Perjuangan )
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan
prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Perjuangan . Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
kualitatif murni yaitu suatu metode yang memusatkan perhatian pada
masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau
masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang
masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan yang mengetahui
dan berhubungan dengan permasalahan. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder
yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku,
karya ilmiah, dan dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Sedangkan data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan, yang
diperoleh melalui: (a) Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap
objek penelitian dan (b) Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara
mewawancarai informan. Teknik analisa data dilakukan melalui tiga aktivitas,
yaitu Data Reduction/reduksi data, Data display/penyajian data, dan
Conclusion/verification.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan prinsip-prinsip
Good Governance dalam pelayanan publik di kantor Camat Medan Perjuangan belum maksimal, masih banyak yang perlu untuk dibenahi. Dari delapan
prinsip-prinsip Good Governance menurut United Nations Development Public (UNDP), yaitu tranparansi, partisipasi, akuntabel, daya tanggap, keadilan, kepastian hukum,
efesiensi dan efektifitas, dan berorientasi konsensus masih lima prinsip, yakni
akuntabel, keadilaan, kepastian hukum, berorientasi konsensus dan partisipasi
yang sudah diterapkan, sementara prinsip daya tanggap, efesiensi dan efektifitas
dan transparansi belum diterapkan secara maksimal. Dalam penelitian ini juga
Governance tidak hanya peduli pada kebutuhan umum masyarakat sebagai warga negara, tetapi juga perlu memperhatikan dan peduli pada kelestarian lingkungan
hidup.
Kata kunci: Prinsip-prinsip Good Governance, pelayanan publik
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Raabbil ‘Alamin Puji dan syuhkur Penulis panjatkan ke
hadirat Allah Subhanallah Wata’ala yang memberikan suatu kenikmatan,
kesehatan dan pertolonganNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik di Kantor Camat Medan Perjuangan ). ”
Dalam penyelesaian skripsi ini Penulis juga mengucapkan banyak
trimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu Penulis, baik dalam hal
materi maupun moril. Untuk itu Penulis Mengucapkan trimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orangtua Penulis yang mengasihi Penulis, membiayai kuliah, mendoa’kan
2. Saudara-saudara Penulis, Abang dan Kakak yang terus berdoa dan
mendukung Penulis dalam segala hal.
3. Semua dosen yang telah membekali Penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan yang akan bermanfaat bagi Penulis dan juga bagi orang lain.
Terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya Penulis sampaikan
buat semua Dosen yang mengajar di Departemen Ilmu Administrasi
Negara.
4. Terimakasih kepada Bapak Drs. Kariono, M.Si dan Ibu Arlina, SH.
M.Hum yang telah membimbing dan memotivasi Penulis dalam proses
penyelesaian laporan Skripsi ini. Penulis Bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis untuk dibimbing oleh
Dosen yang baik dan berkualitas seperti Bapak dan Ibu. Terimakasih
banyak dan Semoga Allah membalas segala perbuatan dan memberkati
kehidupan Bapak dan Ibu.
5. Terimakasih yang sebesar-besarnya Penulis sampaikan kepada ketua
jurusan Departemen Ilmu Administrasi, Bapak Drs. Husni Thamrin NST,
M.Si.
6. Terimakasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang
telah memperlengkapi semua mahasiswa melalui berbagai kebijakan,
peraturan dan juga dengan fasilitas kuliah.
7. Terimakasih buat kak Mega yang mau mengurus dan memperlengkapi
berkas-berkas administrasi yang Penulis perlukan dalam Penyelesaian
Skripsi ini.
8. Terimakasih buat kak Dian yang mau mengurus dan memperlengkapi
berkas-berkas administrasi yang Penulis perlukan dalam Penyelesaian
9. Terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya Penulis sampaikan
kepada Camat Medan Marelan dan juga semua Pegawai yang membantu
Penulis dalam menyelesaikan sripsi ini.
10. Terimakasih buat semua informan yang bersedia memberi data,
meluangkan waktu dan membantu Penulis menyelesaikan skripsi ini.
11. Terimakasih buat sahabat-sahabat Penulis yang bernama Darwisyah S.Sos,
( Administrasi Negara ) Tomy Sipahutar ( Administrasi Negara 08 ),
abangda Syukron, Lakso, Pak Naryo ( pegawai FISIP ) dan Kepada My
Best Friend anak Administrasi Negara stambuk 2008 yang selalu
mendukung dan mendoakan Penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karena itu Penulis minta maaf buat segala kekurangan Skripsi ini. Penulis juga
mengharapkan saran, kritik dan juga pendapat dari pihak yang membaca skripsi
ini.
Mungkin ini saja yang dapat Penulis sampaikan. Kepada Allah SWT
Penulis Mohon Ampun dan Kepada semuanya Penulis mohon ma’af dan
mengucapkan ribuan terima kasih banyak yang telah berpartisipasi dalam
penyelesaian Skripsi ini.
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh..
Medan, Oktober 2013
ABSTRAK
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik ( Studi Pelayanan Publik Di Kantor Camat Medan Perjuangan )
The Implementation Of Good Governance Principles In Public Service ( The Study Of Public Service At District Office Of Medan Perjuangan )
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan
prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Perjuangan . Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
kualitatif murni yaitu suatu metode yang memusatkan perhatian pada
masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau
masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang
masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan yang mengetahui
dan berhubungan dengan permasalahan. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder
yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku,
karya ilmiah, dan dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Sedangkan data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan, yang
diperoleh melalui: (a) Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap
objek penelitian dan (b) Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara
mewawancarai informan. Teknik analisa data dilakukan melalui tiga aktivitas,
yaitu Data Reduction/reduksi data, Data display/penyajian data, dan
Conclusion/verification.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan prinsip-prinsip
Good Governance dalam pelayanan publik di kantor Camat Medan Perjuangan belum maksimal, masih banyak yang perlu untuk dibenahi. Dari delapan
prinsip-prinsip Good Governance menurut United Nations Development Public (UNDP), yaitu tranparansi, partisipasi, akuntabel, daya tanggap, keadilan, kepastian hukum,
efesiensi dan efektifitas, dan berorientasi konsensus masih lima prinsip, yakni
akuntabel, keadilaan, kepastian hukum, berorientasi konsensus dan partisipasi
yang sudah diterapkan, sementara prinsip daya tanggap, efesiensi dan efektifitas
dan transparansi belum diterapkan secara maksimal. Dalam penelitian ini juga
Governance tidak hanya peduli pada kebutuhan umum masyarakat sebagai warga negara, tetapi juga perlu memperhatikan dan peduli pada kelestarian lingkungan
hidup.
Kata kunci: Prinsip-prinsip Good Governance, pelayanan publik
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Raabbil ‘Alamin Puji dan syuhkur Penulis panjatkan ke
hadirat Allah Subhanallah Wata’ala yang memberikan suatu kenikmatan,
kesehatan dan pertolonganNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik di Kantor Camat Medan Perjuangan ). ”
Dalam penyelesaian skripsi ini Penulis juga mengucapkan banyak
trimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu Penulis, baik dalam hal
materi maupun moril. Untuk itu Penulis Mengucapkan trimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orangtua Penulis yang mengasihi Penulis, membiayai kuliah, mendoa’kan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Reformasi tahun 1998 menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia yang
berhasil mendorong perubahan tata Pemerintahan di Negeri ini. Gerakan
Reformasi berhasil melakukan perubahan dengan jalan menumbangkan rezim
Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun lebih. Refomasi menuntut perubahan
diberbagai lini kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik, hukum termasuk dalam
konteks Pemerintahan
Reformasi 1998 juga membawa konsekuensi untuk melakukan reformasi
pada birokrasi. Ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi birokrasi Pemerintahan yang
mengalami penyakit bureaumania yang ditandai dengan kecenderungan inefisisensi, penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi dan nepotisme serta
dijadikan alat oleh pemerintahan Orde Baru untuk mempertahankan kekuasaan
yang ada. Dari model yang diutarakan diatas dapat dikatakan bahwa birokrasi
yang berkembang di Indonesia adalah birokrasi yang berbelit–belit, tidak efisien
dan mempunyai pegawai birokrat yang makin membengkak. Selain birokrasi
masih menempatkan dirinya sebagai penguasa daripada menjadi pelayan
Birokrasi di zaman orde baru juga ditandai dengan beberapa ciri-ciri
seperti pegawai negeri yang menjadi pengurus partai selain Golkar, maka dia akan
tersingkirkan dari jajaran birokrasi. Selain itu, orang atau sekelompok orang yang
tidak berpihak pada Golkar, maka bisa dipastikan akan mendapat perlakuan
diskriminatif dalam birokrasi. Keberpihakan birokrasi terhadap suatu partai, tentu
saja dalam hal ini Golkar, akan mengurangi profesionalisme dari birokrasi
tersebut.
Persoalan yang menghinggapi birokrasi membuat reformasi birokrasi
membuat isu yang lebih kencang untuk direalisasikan. Pasalnya birokrasi
pemerintah telah memberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap
keterpurukkan Bangsa, penyimpangan–penyimpangan yang terjadi pada praktik
pemerintahan, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN ). Penyelenggaraan
urusan publik yang bersifat sentralistis, non–partisipatif serta tidak akomodatif
terhadap kepentingan publik, telah menumbuhkan rasa ketidakpercaya dan bahkan
antipati kepada rezim pemerintahan yang ada. Masyarakat tidak puas dengan
kinerja pemerintah yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan
publik. Beragam kekecewaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tersebut
pada akhirnya melahirkan tuntutan untuk mengembalikan fungsi- fungsi
pemerintahan yang ideal. Sehingga reformasi dalam bidang pemerintahan perlu
dilakukan.
Reformasi merupakan upaya–upaya untuk melakukan perbaikkan terhadap
kondisi buruknya birokrasi Indonesia sebagai bagian dari usaha perbaikkan
kehidupan bangsa. Kemudian setelah dilakukannya berbagai perbaikan–perbaikan
Good Governance tampil sebagai upaya untuk memuaskan dahaga publik atas
kinerja birokrasi yang sesungguhnya.
Good Governance diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan publik yang buruk dimata masyarakat. Beberapa masalah pelayanan publik adalah
seperti maraknya tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di setiap instansi
pemerintah baik pusat maupun daerah, birokrasi yang lamban dan berbelit–belit,
pegawai pemerintah yang tidak ramah, tertutupnya informasi kepada masyarakat,
pemborosan anggaran pada hal–hal yang tidak mendukung kesejahteraan rakyat,
ketidakbebasan mengeluarkan pendapat, kritikkan maupun saran, serta masalah
diskriminasi pelayanan yang sering melihat suku, agama, jabatan, status sosial
masyarakat serta hubungan kekeluargaan. Masalah–masalah diatas menyebabkan
kekecewaan masyarakat dan hilangnya kepercayaan kepada pemerintahan.
Mengahadapi masalah diatas pemerintah berupaya memperbaiki citra
pelayanan publik dengan berusaha mewujudkan prinsip–prinsip Good Governance
dalam pelayanan publik, Good Governance diharapkan bisa mengobati penyakit
pemerintah dalam melayani masyarakat. Melalui penerapan prinsip–prinsip Good Governance yakni transparansi, akuntabilitas, partisipasi, efisiensi dan efektivitas,
berorientasi konsesus, kepastian hukum, daya tanggap dan keadilan dalam
pelayanan publik diharapkan pelayanan publik bisa lebih maksimal lagi dan bisa
mendapat tanggapan positif dari masyarakat sehingga masyarakat puas dan
percaya kepada pemerintah. Kedelapan prinsip–prinsip Good Governance
merupakan suatu kesatuan dan tidak bisa berdiri sendiri. Dalam pelayanan publik
jika kedelapan prinsip ini diterapkan akan tercipta pemerintahan yang Good Governance.
Kantor Camat Medan Perjuangan yang beralamat diJalan Pendidikan
bertugas untuk melayani kebutuhan masyarakat Kecamatan Medan Perjuangan.
Berbagai kepentingan publik dikerjakan dan diurus dikantor camat ini. Kantor
Camat ini mengurus berbagai kebutuhan masyarakat, seperti urusan
kependudukan, pendidikan, perhubungan, kesehatan dan berbagai kebutuhan
publik lainnya. Sebagai instansi pemerintahan kantor camat ini juga pernah
mengalami masalah dari beberapa corak pemerintah yang buruk, seperti relasi
antara pemerintah dan rakyat yang masih kuat berpola serba negara, kultur
pemerintahan sebagai tuan bukan pelayan, patologi pemerintahan dan hubungan
antara atasan dengan bawahan dalam birokrasi, maupun aparat birokrasi yang
menganggap dirinya atasan dan masyarakat bawahannya, jabatan, dan juga status
sosial dalam masyarakat.
Prinsip–prinsip Good Governance seharusnya sudah diketahui. Dipahami
dan diterapkan oleh semua instansi pemerintahan di Indonesia, baik dipusat
,maupun di daerah. Karena itu, Kantor Camat Medan Perjuangan sebagai kantor
pemerintahan sedang berusaha unutk memperbaiki citra pelayanan publik dimata
masyarakat. Saat ini pemerintahan Kantor Camat Medan Perjuangan sedang
berupaya menerapkan paradigma Good Governance dalam pemerintahannya.
Setiap kantor pemerintahan pasti memiliki cara tersendiri untuk mewujudkan
Good Governance dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pelayanan publik. Begitu juga dengan kantor Camat Medan Perjuangan, karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti bagaimana Penerapan prinsip – prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Perjuangan.
1.2 Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi fokus penelitian. Dalam penelitian
prinsip- prinsip Good Governance di dalam Kantor Camat Medan Perjuangan, serta apa upaya Camat Medan Perjuangan untuk mewujudkan Good Governance
dalam pelayananan publik di Kantor Camat Medan Perjuangan. Oleh sebab itu
peneliti dalam hal ini sudah melakukan penelitian dengan mengobservasi dan
mewawancarai informan yaitu camat dan pegawai Kantor Camat Medan
Perjuangan serta beberapa anggota masyarakat yang pernah berurusan dengan
Kantor Camat Medan Perjuangan.
Camat dan pegawai Kantor Camat Medan Perjuangan sudah dimintai
pendapat atau tanggapan mengenai prinsip-prinsip Good Governance, penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik serta program dan
tindakan apa saja yang sudah dan sedang dilakukan untuk mengembangkan
pemerintahan yang Good Governance di Kantor Camat Medan Perjuangan.
Beberapa anggota masyarakat tersebut juga sudah diminta pendapat atau
tanggapan tentang pelayanan, program dan tindakan yang telah dilaksanakan oleh
camat dan pegawai Kantor Camat Medan Perjuangan, yaitu apakah mereka puas
dengan pelayanan yang diberikan.
Pembahasan (temuan) lain yang berkaitan dengan masalah ini
kemungkinan besar muncul saat melakukan wawancara di lapangan yaitu dari
jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan. Sehingga dengan melakukan
observasi dan wawancara yang mendalam (in-dept interview) dalam penelitian ini
semakin menyempurnakan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan defenisi dan prinsip-prinsip Good Governance menurut United
Nations Development Programme (UNDP). Alasan penulis memilih konsep Good Governance dari UNDP adalah karena pertama sekali istilah Good Governance
dipergunakan oleh UNDP, dan Good Governance yang diterapkan di Indonesia
(Thohaf, 2003:62). Penulis memilih membatasi konsep dan prinsip-prinsip Good Governance dalam penelitian ini karena banyaknya teori, konsep dan
defenisi-defenisi Good Governance lain diluar defenisi dari UNDP. Hal ini disebabkan cepatnya perkembangan dunia ilmu pengetahuan sehingga dari saat ke saat
defenisi atau teori ” ilmu” berkembang dengan berbagai persepsi. Karena itu
penting sekali untuk membatasi teori yang penulis jadikan sebagai acuan dalam
penelitian ini.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah penelitian ini adalah
1. Bagaimana pemahaman pegawai Kantor Camat Medan Perjuangan tentang
prinsip-prinsip Good Governance?
2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Perjuangan?
3. Apa program kerja Camat Medan Perjuangan dalam mewujudkan Good Governance dalam pelayanan publik di Kecamatan Medan Perjuangan ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang :
1. Pemahaman pegawai Kantor Camat Medan Perjuangan tentang
prinsip-prinsip Good Governance
2. Penerapan prinsip- prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Perjuangan
1.5 Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis sendiri bertujuan untuk dapat mengembangkan pengetahuan
dan wawasan dalam meningkatkan kemampuan berpikir.
2. Sebagai acuan terhadap teori-teori yang sudah ada, dan dapat sebagai
bahan pertimbangan bagi penelitian lanjutan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Kantor Camat
Medan Perjuangan didalam peningkatan pelayanan publik.
1.6 Kerangka Teori
Sebagai tolak ukur dalam memecahkan masalah, perlu digunakan
pedoman teoritik, adanya landasan teoritik yang digunakan peneliti dalam
menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Menurut Sugiyono
(2005:55) Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan
penelitian.
1.6.1 Good Governance
1.6.1.1Pengertian Good Governance
Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu
Gubernare yang diserap oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti steer
(menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to rule with authority,
Sebenarnya jika lebih ditelusuri lagi tentang perkembangan istilah
“governance” maka konsep “Good Governance” bukanlah konsep baru. Konsep
governance sama tuanya dengan peradaban manusia. Salah satu tulisan tentang
Good Governance bisa ditelusuri dari tulisan J.S Endralin (1997). Governance
merupakan suatu terminologi menggantikan istilah government, yang
menunjukkan penggunaan kekuasaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam
mengelola masalah-masalah kenegaraan. Istilah ini secara khusus
menggambarkan perubahan peranan pemerintahan dari pemberi pelayanan
(provider) kepada enabler atau facilitator, dan perubahan kepemilikan dari milik negara menjadi milik rakyat. Pusat perhatian utama dari Governance adalah
perbaikan kinerja atau perbaikan kualitas Salam, (2005:224-226).
Pengertian Good Governance menurut Mardiasmo, (2002:18) adalah suatu
konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh
pemerintah yang baik. Good Governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi
dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi investasi yang langka, dan
penghindaran korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frameworks bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan (Sedermayanti, 2003:7).
Berkaitan dengan Good Governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan,
(2005:114) mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah
untuk menciptakan Good Governance, dimana pengertian dasarnya adalah
pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu
penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan
perlunya mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran
dan perpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan berdasarkan prinsip Good Governance.
Sedangkan Lembaga Administrasi Negara (LAN) mendefenisikan good governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan
bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergisan
interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan
masyarakat ( Kurniawan,2005:16 ).
Organization of Economic Corporation and Development (OECD) dan
World Bank mensinonimkan Good Governance dengan penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab, sejalan dengan
demokrasi dan pasar yang efisiean, penghindaran salah alokasi, dana investasi
yang langka, pencegahan korupsi, baik secara politk maupun administratif. Secara
teoritis, good governance sendiri dapat diberi arti sebagai suatu proses yang mengorientasikan pemerintahan pada distribusi kekuatan dan kewenangan yang
merata dalam seluruh elemen masyarakat untuk dapat mempengaruhi keputusan
dan kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan publik berserta seluruh upaya
pembangunan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka dalam sistem
pemerintahan Sedarmayanti,(2003:7).
Sementara UNDP (United Nations Development Programme)
mendefenisikan governance sebagai “the exercise of political, economic, and admistrative authority to manage a country’s affairs at all levels of society”
(pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola
a. Kepemerintahan politik (political Governance) yang mengacu pada proses-proses pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan kebijakan
(politicaly/strategy formulation).
b. Kepemerintahan Ekonomi (economic Governance) yang mengacu pada proses pembuatan keputusan (decision making processes) yang
memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan berinteraksi diantara
penyelenggara ekonomi. Kepemerintahan ekonomi memiliki implikasi
terhadap masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan
kualitas hidup.
c. Kepemerintahan Administratif (Administrative Governance) yang
mengacu pada sistem implementasi kebijakan.
Sesuai dengan defenisi menurut UNDP bahwa good governance
menyangkut tiga aspek yaitu pemerintah yang baik dalam bidang politik,
ekonomi, dan administrasi atau pembuatan kebijakan-kebijakan. Governance juga bisa diartikan sebagai mekanisme-mekanisme, proses-proses, dan
institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan
mereka, memediasi perbedaan-perbedaan serta menggunakan hak dan kewajiban
legal mereka. Governance memiliki hakikat ensensial yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi dengan pengakuan hak berlandaskan pada
pemerintahan hukum (Salam, 2004:224).
Tujuan Good Governance diterapkan dalam pemerintahan adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung
jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang
konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat (
Kata baik (good ) dalam istilah Good Governance mengandung dua arti. Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan
nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapai tujuan
nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan sosial.
Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut (Salam, 2005:226).
Munculnya konsep Good Governance untuk dilaksanakan di dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilatarbelakangi oleh
banyak faktor. Namun demikian, salah satu faktor terbesar adalah
ketidakberdayaan pemerintah negara-negara berkembang dalam menghadapi era
globalisasi yang penuh dengan hiperkompetisi. Pemerintah tidak lagi menjadi
pemain tunggal, tetapi mengharapkan peran lebih besar dari sektor swasta dan
masyarakat sipil.
Secara umum kualitas Good Governance dapat tercapai apabila pemerintah dan instansi publik lainnya secara keseluruhan mampu bersikap
terbuka terhadap ide dan gagasan baru dan responsif terhadap kepentingan
masyarakat. Responsivitas akan meningkat jika masyarakat memiliki informasi
yang lengkap mengenai proses dan implementasi kebijakan pemerintahan dan
pembangunan (Sinambela, 2008:51).
1.6.1.2Prinsip-prinsip Good Governance
Menurut United Nation Development Program (UNDP) mengemukakan
bahwa karakteristik atau prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam pemerintah
yang baik (Good Governance) adalah sebagai berikut:
Setiap orang atau setiap warga negara baik laki-laki maupun perempuan
harus memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan
dan aspirasinya masing-masing. Partisipasi yang luas ini perlu dibangun dalam
suatu tatanan kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk
berpartisipasi secara konstruktif.
Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil
mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu
yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat
dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan
umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk
lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan
partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan
pengawasan secara partisifatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu
sektoral.
2. Aturan Hukum (Rule Of Law)
Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan,
ditegakkan, dan dipatuhi secara utuh (impartially), terutama tentang aturan hukum dan tentang hak asasi manusia
.
3. Transparansi
Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi
berbagai proses, kelembagaan dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh
memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat
monitoring dan evaluasi.
Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu
proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang
disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan
berbagai jalur komunikasi seperti malalui brosur, leaflet, pengumuman melalui
koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan
yang jelas tentang cara mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas
bentuk informasi yang dapat diakses msyarakat ataupun bentuk informasi yang
bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan, lama waktu mendapatkan
informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada
masyarakat.
4. Daya Tanggap (Responsiveness)
Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani
berbagi pihak yang berkepentingan (stake holders). Pemerintah daerah perlu
membangun jalur komunikasi untuk menampung aspirasi masyarakat dalam hal
penyusunan kebijakan. Ini dapat berupa forum masyarakat, talk show, layanan
hotline, prosedur komplain. Sebagai fungsi pelayan masyarakat, pemerintah
daerah akan mengoptimalkan pendekatan kemasyarakatan dan secara periodik
mengumpulkan pendapat masyarakat.
5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)
Pemerintahan yang baik (Good Governance) akan berindak sebagai
konsensus atau kesepakatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak,
dan jika mungkin juga dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan
prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.
6. Berkeadilan (Equity)
Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan yang sama baik
terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan
dan memelihara kualitas hidupnya.
Tujuan dari prinsip ini adalah untuk menjamin agar kepentingan
pihak-pihak yang kurang beruntung, seperti mereka yang miskin dan lemah, tetap
terakomodasi dalam proses pengambilan keputusan. Perhatian khusus perlu
diberikan kepada kaum minoritas agar mereka tidak tersingkir. Selanjutnya
kebijakan khusus akan disusun untuk menjamin adanya kesetaraan terhadap
wanita dan kaum minoritas baik dalam lembaga eksekutif dan legislatif.
7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and efficiency)
Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan
sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang
sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang tersedia.
Pelayanan masyarakat harus mengutamakan keputusan masyarakat, dan
didukung mekanisme penganggaran serta pengawasan yang rasional dan
transparan. Lembaga-lembaga yang bergerak dibidang jasa pelayanan umum
harus menginformasikan tentang biaya dan jenis pelayanannya. Untuk
administrasi kecamatan dan perlu ada desentralisasi kewenangan layanan
masyarakat sampai tingkat kelurahan/desa.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Pengambil keputusan (decision maker) dalam organisasi sektor pelayanan dan warga negara madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada
publik sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders). Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda, bergantung kepada jenis keputusan
organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal.
Seluruh pembuat kebijakan pada semua tingkatan harus memahami bahwa
mereka harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada masyarakat. Untuk
mengukur kinerja mereka secara obyektif perlu adanya indikator yang jelas.
Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan
apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.
1.6.2. Pelayanan Publik
1.6.2.1 Pengertian Pelayanan Publik
Dalam memahami arti kata pelayanan, maka terlebih dahulu harus
dipahami defenisi dari pelayanan itu sendiri. Menurut Gronroos yang dikutip dari
Ratminto (2005:2), pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian serangkaian
aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai
akibat adanya interaksi antar konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
Menurut Moenir (2002: 7): Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian
kegiatan, karena itu ia merupakan proses, sebagai proses pelayanan berlangsung
secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam
masyarakat.
Menurut Kotler dalam Lijan Poltak (2006:4) pelayanan adalah setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara
fisik. Selanjutnya menurut Sampara dalam Lijan Poltak (2006:5) pelayanan adalah
suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan
orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan
Menurut Soetopo dalam Napitupulu, (2007:64) pelayanan adalah suatu
usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain.
Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu proses
bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan
dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan
(Boediono, 2003: 10).
Berdasarkan dari uraian diatas, maka pengertian pelayanan publik dapat
disimpulkan sebagai kegiatan yang dilakukan suatu organisasi yang ditujukan
kepada konsumen atau masyarakat umum yang dapat berbentuk barang ataupun
jasa yang memberikan kepuasan bagi yang menerima layanan.
1.6.2.2 Makna dan Tujuan Pelayanan
Pelayanan publik merupakan segala bentuk pelayanan, baik dalam bentuk
barang maupun jasa yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab dan
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan (Handoko, 1987:87).
Pelayanan publik merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk
atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik. Adapun
penyelenggara pelayanan publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik
baik pemerintah daerah maupun badan usaha milik daerah yang
menyelenggarakan pelayanan publik. Sedangkan penerima pelayanan publik
adalah orang perseorang dan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang
memiliki hak, dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik (Ahmad, 2008:3).
Berdasarkan undang-undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik.
Menurut Ratminto (2005:5) pelayanan publik adalah segala bentuk
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada
prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di
pusat, daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD, dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Sementara menurut menurut Kurniawan (2005:4) pelayanan publik adalah
pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyrakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
Sedangkan menurut Sianipar (2001:6) pelayanan publik adalah suatu cara
melayani, membantu, menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan,
kebutuhan seseorang atau sekelompok orang. Artinya obyek yang dilayani adalah
masyarakat yang terdiri dari individu, golongan dan organisasi.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur
pemerintah kepada publik didalam suatu organisasi instansi untuk memenuhi
kebutuhan penerima pelayanan publik/masyarakat dan penerima
pelayanan/masyarakat itu merasakan kepuasan.
Menurut Albert dan Zemke dalam Dwiyanto, (2005:144) kualitas
pelayanan publik merupakan hasil dari berbagai interaksi dari berbagai asspek,
yaitu sistem pelayanan, sumber daya manusia pemberi layanan, strategi, dan
pelanggan. Sistem pelayanan yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan
yang baik pula. Suatu sistem pelayanan yang baik akan memberikan prosedur
pelayanan terstandar dan memberikan mekanisme control di dalam dirinya
sehingga segala bentuk penyimpangan akan mudah diketahui, serta sistem
pelayanan yang baik akan mengerti kebutuhan publik.
Dalam kaitannya dengan sumberdaya manusia dibutuhkan pelayan publik
yang mampu memahami tuntutan zaman dan memiliki kompetensi sesuai
kemajuan teknogi. Sifat dan jenis masyarakat yang membutuhkan pelayanan
memiliki perbedaan sehingga setiap pelayan publik harus mampu menciptakan
strategi pelayanan yang berbeda dan mampu mengenal pelanggan atau orang yang
akan dilayani dengan baik sebelum memberikan pelayanan.
Pada dasarnya, pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi
yang memberikan kepuasan bagi masyarakat, selalu dekat dengan pelanggannya,
sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa di ingat oleh para penerima
pelayanan publik. Selain itu, membangun kesan yang dapat memberikan citra
positif dimata masyarakat karena jasa pelayanan yang diberikan dengan biaya
yang terkendali atau terjangkau bagi masyarakat sehingga membuat masyarakat
terdorong atau termotivasi untuk bekerja sama dan dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan pelayanan yang prima (Dwiyanto, 2005:67-68).
1.6.2.3 Indikator Pelayan Publik
1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan
terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.
2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai
prinsip atau prosedur administrasi atau oganisasi yang benar dan telah di
tetapkan.
3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan
kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.
Pada dasarnya, pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi
kepuasan konsumen/masyarakat (whatever custumer satisfaction). Dukungan
kepada pelanggan/masyarakat dapat bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan
yang memberikan kepuasan bagi masyarakat, selalu dekat dengan pelanggannya,
sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa di ingat oleh para penerima
positif dimata masyarakat karena jasa pelayanan yang diberikan dengan biaya
yang terkendali atau terjangkau bagi masyarakat sehingga membuat masyarakat
terdorong atau termotivasi untuk bekerja sama dan dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan pelayanan yang prima (Dwiyanto, 2005:67-68)
1.6.2.4 Bentuk – bentuk Pelayanan Publik
Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagi
masyarakat. Adapun didalam pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa
bentuk. Menurut Moenir (2002:190), bentuk pelayanan ini terdiri dari :
1. Pelayanan dengan lisan
Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang
hubungan masyarakat, dibidang layanan informasi dan bidang lain yang tugasnya
memberikan keterangan dan penjelasan kepada siapa pun yang memerlukan. Agar
supaya pelayanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat –syarat
yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu:
a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.
b. Memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas
sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai
sesuatu.
c. Bertingkah laku sopan dan ramah. Meski dalam keadaan sepi,tidak berbincang
dan bercanda dengan teman, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan
melalaikan tugas.
d. Tidak melayani orang-orang yang sekedar ingin berbincang dengan cara sopan.
Pelayanan dengan bentuk tulisan merupakan jenis pelayanan dengan
memberikan penjelasan melalui tulisan didalam pengolahan masalah masyarakat.
Pelayanan dalam bentuk tulisan ini terdiri dari dua jenis yakni:
a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan kepada
orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan
dengan instansi atau lembaga.
b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan,
pemberian/penyerahan, pemberitahuan dan lain sebagainya.
3. Pelayanan berbentuk perbuatan
Pelayanan berbentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dengan bentuk
gabungan dari pelayanan berbentuk tulisan dan lisan.
1.6.2.5Asas Pelayanan Publik
Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa,
penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut
(Ratminto, 2005:19) :
1. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai.
2. Akuntabilitas
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan
dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
4. Paritisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
publik dengan memperhatikan aspiral, kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,
golongan, gender dan status ekonomi.
6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
1.6.3 Implementasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik
Implementasi penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam
pelayanan publik ialah pelaksanaan prinsip- prinsip Good Governance yaitu partisipasi, aturan hukum, transparansi, daya tanggap, berorientasi konsensus,
berkeadilan, efektifitas dan efisiensi, dan akuntablitas dalam upaya
penyelenggaraan pelayanan publik bagi masyarakat.
Dalam penelitian ini, Penerapan prinsip- prinsip Good Governance dalam
pelayanan publik dapat kita lihat dengan beberapa indikator berikut :
1. Partisipasi yaitu bermaksud untuk melibatkan pegawai dalam pembuatan
2. Aturan hukum yaitu dalam menjalankan hukum dan perundang-undangan
haruslah berkeadilan tanpa memandang status , ditegakkan dan dipatuhi
secara secara utuh, terutama tentang aturan hukum hak asasi manusia
dalam mendapat pelayanan publik.
3. Transparansi yaitu keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakaan
instansi pemerintah melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan didalam mendapatkan informasi yang akurat dan memadai
terutama dalam bidang pelayanan pubik.
4. Daya Tanggap yaiu setiap instansi dan prosesnya harus diarahkan pada
upaya untuk melayani berbagai phak yang paling membutuhkan.
5. Berorientasi Konsensus yaitu pemerintah yang baik harus bertindak
sebagai penengah untuk kepentingan yang berbeda-beda agar mencapai
kesepakatan dan kepentingan masing-masing masyarakat.
6. Berkeadilan yaitu adanya kesempatan yang sama antar laki –laki dan
perempuan untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.
7. Efektifitas dan efisiensi yaitu setia kegiatan kelembagaan diarahkan
untukmenghasilkkan sesuatu yang benar- benar ssesuai dengan kebutuhan
melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari sumber yang tersedia.
8. Akuntabilitas yaitu adanya pertanggungjawaban setiap pegawai
pemerintah dalam pengambilan keputusan kepada masyarakat umum
terutama para masyarakat yang ada di kecamatan Medan Perjuangan.
1.7 Defenisi Konsep
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang penulis cantumkan dan
untuk menghindari makna ganda berikut penulis memberikan defenisi dan
1. Good Governance yaitu pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang baik merupakan pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip Good
Governance dalam aktivitas setiap kegiatan pemerintahan, yakni transparansi, akuntabel, partisipasi, keadilan, kepastian hukum, efisiensi
dan efektifitas, beorientasi konsensus, dan daya tanggap. Pemerintahan
yang baik berarti pemerintahan yang mampu melayani masyarakat dengan
mengutamakan kepentingan rakyat dan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintahan yang baik
berarti pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
2. Public service yaitu pelayanan publik, yaitu pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah kepada masyarakat. Pelayanan publik merupakan pelayanaan
yang harus diberikan dengan ramah dan sesuai kebutuhan masyarakat.
Pelayaanan publik harus diberikan dengan cepat, tanggap, cepat prosesnya
dan ramah pada masyarakat.
3. Government yaitu pemerintahan yang mengutamakan pemerintah.
Pemerintahan yang government berarti semua serba negara, dimana kegiatan atau kebijakan yang ditetapkan selalu menguntungkan para
penguasa negara. Pemerintahan yang bermental government berarti pemerintahan yang kaku dan tidak peduli pada kebutuhan masyarakat.
4. Bad governance yaitu sistem pemerintahan yang buruk. System
pemerintahan yang buruk merupakan sistem pemerintahan yang tidak
melayani masyarakat, tapi lebih cenderung memperkaya para
pemimpin-pemimpin negara. Bad governance selalu diwaranai oleh Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang membudaya di setiap instansi pemerintah, baik dari
pelayanan yang buruk, seperti proses birokrasi yang lamban, berbelit-belit,
mahal, pilih kasih, dan juga sikap yang tidak ramah.
1.8 Sistematika penulisan
Setelah data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka
penulisan ini dibuat ke dalam beberapa bab dalam subbab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar belakang, Fokus penelitian, Rumusan masalah,
Tujuan, Manfaat penelitian, Kerangka teori, Defenisi Konsep, dan Sistematika
penulisan.
Bab II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari subbab alasan menggunakan metode penelitian
kualitatif, lokasi penelitian, teknik pengambilan sumber informan penelitian,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan rencana
Bab III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi
penelitian berupa visi dan misi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi.
Bab IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi tentang hasil pengumpulan data dilapangan. Dalam bab ini
akan dipaparkan atau dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan atau
dari lokasi penelitian selama proses penelitian. Penyajian data disajikan dalam
bentuk tabel, bagan, dan juga cerita naratif.
Bab V PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara
mengutip pendapat- pendapat dari informan yang dianggap kredibel, selanjutya
membandingkan dengan hasil penelitian yang ada.
Bab VII PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan berisi jawaban
atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena
memiliki keunggulan dalam proses penelitiannya, yaitu bersifat holistik
(menyeluruh) dan dinamis, adanya hubungan timbal balik (interaksi) antara
peneliti dengan yang diteliti serta transferability (tidak bersifat general) di mana dalam penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi, tetapi lebih menekankan
pada tingkat makna. Sehingga dapat memudahkan pembaca dari hasil penelitian
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Medan Perjuangan. Kantor
Camat ini berada di Jalan.Pendidikan No. 89, Kecamatan Medan Perjuangan,
Provinsi Sumatera utara. Relevansi metodologis, mengapa Kantor Camat Medan
perjuangan ini dipilih karena salah satu instansi pemerintah yang melayani
kebutuhan masyarakat (publik). Sebagai kantor pemerintahan Kantor Camat
Medan Perjuangan sedang berupaya menerapkan Good Governance dalam pelayanan publik karena paradigma Good Governance harus diterapkan di setiap instansi pemerintah untuk menghasilkan kinerja pemerintah yang baik dan
berkualitas di mata masyarakat.
2.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling
dengan mencari informan kunci. Mulanya pencarian ini dilakukan melalui jalur
formal dengan menghubungi Camat Medan Perjuangan. Berdasarkan rekomendasi
mereka diteruskan ke pihak lain seperti para pegawai di Kantor Camat Medan
Perjuangan, masyarakat yang sedang dan pernah berurusan ke Kantor Camat
Medan Perjuangan begitu seterusnya sampai pada titik jenuh, di mana tidak
ditemukan lagi data-data baru yang dapat memberi informasi tentang penerapan
Adapun jumlah informan penelitian ini adalah sebanyak dua puluh orang
kantor, dimana empat belas orang merupakan pegawai dari Kantor Camat Medan
Perjuangan, dan Enam orang masyarakat yang pernah menerima pelayanan dari
Kantor Camat Medan Perjuangan..
Dari keterangan diatas tersebut ada dua puluh orang yang berperan sebagai
informan penelitian. Dua puluh informan ini ditetapkan dengan teknik snow sampling dan purposive sampling. Empat belas pegawai kantor camat sudah
mewakili empat puluh lima pegawai yang ada di Kantor Camat Medan Perjuangan
karena sudah mencapai titik jenuh, dimana jawaban yang diberikan informan
sudah sama dan sudah merupakan pengulangan jawaban dari informan
sebelumnya, sehingga penulis hanya mewawancari empat belas orang saja.
Sementara dari masyarakat ada enam orang. Masyarakat di temui sewaktu
mengurus keperluan pribadi ke Kantor Camat Medan Perjuangan. Penulis
menetapkan enam orang karena penulis sudah mendapat jawaban pertanyaan
penelitian yang sama dari keenam informan ini, dalam arti pencarian data yang
penulis butuhkan sudah mencapai titik jenuh.
2.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian utama
adalah peneliti sendiri. Sebab menurut Nasution dalam Sugiyono (2008) peneliti
sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. Selain itu
peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (yaitu wawancara
semi-terstruktur), observasi, dan dokumentasi. Wawancara mendalam terhadap
beberapa pihak yang dianggap menguasai masalah penelitian. Wawancara
(interview) merupakan cara/teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung secara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait. Dalam
melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti
buku catatan kecil.
Observasi dilakukan melalui pengamatan awal dan terjun langsung ke
lapangan dengan mengamati interaksi pegawai Kantor Camat Medan Perjuangan
dengan sesama pegawai dan interaksi pegawai dengan masyarakat serta
mengamati cara pelaksaanan tugas pokok pegawai yang telah ditetapkan.
Misalnya cara bidang pelayanan umum dalam melayani masyarakat yang datang
ke Kantor Camat Medan Perjuangan. Sementara itu dokumentasi dilakukan untuk
dapat memperoleh tambahan informasi lagi dengan menggunakan catatan-catatan
atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan
dengan objek penelitian.
2.6 Tekhnik Analisis Data
Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui bagaimana penerapan
prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Perjuangan serta untuk mengetahui program kerja dari Camat Medan
Perjuangan sebagai upaya untuk mewujudkan Good Governance di Kecamatan Medan Perjuangan.
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
1. Data Reduction/reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display/penyajian data
Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian atau teks
yang bersifat naratif, bagan dan penyajian data dalam bentuk tabel. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang telah
diperoleh selama penelitian.
3. Conclusion/Verification
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan bisa
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan kosisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
2.7 Pengujian Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang akan dilakukan meliputi uji kredibilitas data
dengan : trianggulasi sumber dan perpanjangan pengamatan. Trianggulasi sumber
telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan menggunakan teknik yang sama.
Dalam hal ini peneliti meneliti beberapa pegawai Kantor Camat Medan
Perjuangan dan masyarakat yang pernah berurusan dengan Kantor Camat Medan
Perjuangan. Dari sumber-sumber tersebut, pendapatnya tentu tidak bisa
dirata-ratakan, tetapi dideskripsikan, mana pandangan yang sama dan yang berbeda.
Sementara dalam perpanjangan pengamatan dilakukan untuk menguji kredibilitas
data penelitian ini, hanya difokuskan pada pengujian terhadap data yang
diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar
atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah
benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
2.8 Implementasi Metode Penelitian
Setelah izin administrasi untuk melakukan penelitian di Kantor Camat
Medan Perjuangan yang berlokasi di Jalan. Pendidikan No. 89 , Kecamatan
Medan Perjuangan, Provinsi Sumatera utara diperoleh dari Camat Medan
Perjuangan maka peneliti segera melakukan perkenalan dengan seluruh pegawai
Kantor Camat Medan Perjuangan. Hal ini peneliti lakukan guna mempermudah
peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam perkenalan tersebut peneliti mulai
mendapat sedikit demi sedikit informasi mengenai persepsi pegawai tentang
prinsip-prinsip Good Governance dan penerapannya dalam pelayanan publik.
Dalam pertemuan selanjutnya peneliti mulai untuk melakukan wawancara dan
observasi dengan informan yang dianggap kredibel untuk memberikan informasi
yang terkait dengan penelitian ini.
Adapun kendala yang dihadapi oleh peneliti selama proses penelitian
apakah jawaban tersebut sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi.
Beberapa kendala dan keraguan yang penulis hadapi selama penelitian ialah
sebagai berikut:
1. Jawaban salah satu informan dari Kantor Camat Medan Perjuangan yang
mengatakan bahwa prinsip transparansi sangat dijunjung tinggi di Kantor
Camat Medan Perjuangan, sehingga siapa saja bisa bertanya dan
mengetahui apa pun yang mau diketahui oleh masyarakat selama masih
berhubungan dengan pelayanan publik. Tetapi ketika penulis bertanya
berapa biasanya biaya yang dikeluarkan masyarakat yang mengurus KTP
( Kartu Tanda Penduduk), informan tersebut hanya tersenyum dan berkata
“rahasia” . Dari jawaban dan situasi ini penulis menjadi ragu akan jawaban
informan tentang penerapan transparansi yang baik di Kantor Camat
Medan Perjuangan, karena jika penulis amati sepertinya masih ada yang
ditutup-tutupi. Untuk mengatasi hal ini penulis langsung mewawancari
masyarakat yang pada saat itu penulis temuin di ruang tunggu Kantor
Camat Medan Perjuangan. Dari informan ini penulis mendapat jawaban,
dimana biaya mengurus KTP tidak ditetapkan, biasanya masyarakat
sukarela memberi “upah capek” sesuai kantong masyarakat yang
bersangkutan.
2. Informan dari pegawai Kantor Camat Medan Perjuangan mengatakan
bahwa semua pegawai ramah dan menghormati semua tamu yang datang
ke Kantor Camat Medan Perjuangan. Tapi jawaban ini berbeda dengan
pengalaman penulis yang sudah berhadapan dengan pegawai-pegawai di
Kantor Camat Medan Perjuangan. Ketika penulis mengadakan penelitian
selama sebelas hari di Kantor Camat Medan Perjuangan, penulis
datang, terkhusus ketika penulis menyapa pegawai tersebut. Selama
mencari data di Kantor Camat Medan Perjuangan banyak pegawai yang
tidak mau diwawancari dan banyak yang pura-pura sibuk biar tidak di
wanwancara.
3. Camat Medan Perjuangan menerapkan sistem disiplin yang ketat buat
semua pegawai, termasuk Apel pagi dan sore, dan berdasarkan observasi
dan pengamatan penulis, penulis dapat simpulkan bahwa disiplin sebagian
pegawai bukanlah dari motivasi pribadi, tetapi lebih cenderung karena
takut tegoran “pimpinan” dan mendapat punishment. Punishment biasanya yang diterapkan adalah tegoran langsung dari Camat. Hal ini terlihat
karena banyak yang hadir hanya waktu “bel” Apel berbunyi, dan setelah
siap isi absen, jalan-jalan keluar Kantor Camat Medan Perjuangan.
4. Masalah pembengkakan birokasi atau kelebihan pegawai di instansi
pemerintah merupakan masalah yang umum terjadi di setiap instansi
Negara di Indonesia ini. Begitu juga di Kantor Camat Medan Perjuangan
ini, penulis melihat banyak pegawai yang menganggur sewaktu jam kerja
karena tidak ada pekerjaan. Menurut penulis hal ini merupakan
pemborosan, karena porsi kerja Satu orang pegawai dikerjakan oleh tiga
orang. Boros anggaran dan juga tempat.
5. Instansi pemerintah yang sudah menerapkan pelayanan prima bagi
masyarakat pasti sudah memiliki sistem pelayanan publik yang lebih rapi
dan mudah, dalam arti ada transparansi atau sosialisasi kepada masyarakat
yang mau mengurus kepentingan public, misalnya membuat dan
menempelkan prosedur pengurusan KTP, Surat pindah dan lain-lain di
sementara, bahwa strategi pelayanan di Kantor Camat Medan Perjuangan
masih strategi kuno” masyarakat bertanya bagaimana dan pegawai
menjelaskan secara panjang lebar dan berulang-ulang”. Padahal jika
prosedur mengurus misalnya KTP, ditempelkan didinding, masyarakat
tinggal melihat dan membaca tanpa perlu mencari pegawai untuk
menjelaskan.
Selanjutnya untuk semakin menambah informasi, maka peneliti meminta
beberapa subjek penelitian tambahan yaitu masyarakat yang sedang mengurus
kebutuhan publik di Kantor Camat Medan Perjuangan. Beberapa urusan publik
yang sedang informan lakukan hari dimana penulis melakukan penelitian di
kantor Camat Medan Perjuangan ialah pengurusan KTP (Surat Tanda Penduduk),
Surat pindah, Surat warisan tanah, dan Surat mengurus Kartu Keluarga (KK).
Terlepas dari masalah teknis dalam penelitian dan kendala di lapangan,
peneliti sangat menyadari masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan
melakukan kegiatan dalam penelitian ilmiah. Tetapi peneliti berusaha dengan
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Letak Geografis
Kecamatan Medan Perjuangan memiliki luas ± 443 Ha yang terletak
pada 03° -32 -12 Lintang Utara 98 -47 -36 Bujur Timur dengan
ketinggian ± 25 m dari permukaan laut.
Yang menjadi batas-batas wilayah Kecamatan Medan Perjuangan adalah:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur dan
Tembung.Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Area
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur.
Luas Wilayah dan sejumlah Lingkungan di tiap kelurahan di Kecamatan
Medan Perjuangan yang terdiri dari 9 (sembilan) Kelurahan dan 128 (seratus dua
puluh delapan) Lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1.1 : Nama kelurahan, Jumlah Lingkungan dan luas wilayah
NO KELURAHAN JUMLAH
LINGKUNGAN
LUAS WILAYAH 1 PANDAU HILIR 9 33 Ha
2 PAHLAWAN 17 46 Ha
3 SEI KERA HILIR I 13 54 Ha
4 SEI KERA HILIR II 15 44 Ha
5 SEI KERA HULU 21 30 Ha
6 SIDORAME TIMUR 15 50 Ha
7 SIDORAME BARAT I 14 33 Ha
8 SIDORAME BARAT II 9 43 Ha
9 TEGAL REJO 15 110 Ha
Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Perjuangan
Kecamatan Medan Perjuangan merupakan Kecamatan termuda yang
terbentuk di Kota Medan yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Medan
Timur berdasarkan Peraturan Pemerintahan No. 35 Tahun 1992 tanggal 3 Juli 1992
tentang Pembentukan 18 (delapan belas) Kecamatan di Wilayah Kabupaten Daerah
Tingkat II Simalungun, Dairi, Tapanuli Selatan, Karo, Tapanuli tengah, Nias,
Langkat, dan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dalam Wilayah
Dari tahun 1992 sampai dengan saat ini Camat yang pernah memimpin di
Kecamatan Medan Perjuangan sebanyak 8 orang Camat yaitu :
Tabel 3.1.2 : Daftar nama camat dari tahun ke tahun di Kecamatan Medan Perjuangan
NO NAMA CAMAT MASA JABATAN
1 Suhatsyah Nasution 1992-1995 2 Ahmad Raja Nasution 1995-1998 3 Drs. Abdul Azis 1998-2002 4 Marwan Bakti Siregar 2002-2004 5 Syaiful Helmi Nasution 2004-2006 6 Syaifuddin Harahap, S.Sos 2006-2009 7 Budi Hariono, S.STP, MAP 2009-2011 8 Rakmat ASP Harahap, S.STP 2011-sekarang Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Perjuangan
Kantor Kecamatan Medan Perjuangan terletak di Jalan Pendidikan No. 89
Kelurahan Tegal Rejo yang berada diareal tanah luas ± 1400 M² yang memiliki
fasilitas musolla, tempat pakir, aula dan rumah dinas.
3.2 Demografi Kecamatan Medan Marelan 3.2.1 Kependudukan
Kecamatan Medan Perjuangan termasuk salah satu Kecamatan yang
majemuk masyarakatnya, dimana terdapat berbagai etnis dan agama yang hidup
dalam kerukunan dan saling bekerjasama. Untuk data kependudukan yang ada di
Kecamatan Medan Perjuangan ini secara umum dapat diklafikasikan dalam hal
yaitu: