PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE
DALAM PELAYAN PUBLIK
STUDI KANTOR CAMAT MEDAN MARELAN
DISUSUN OLEH :
Darwinsyah 080903006
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi ... i
Daftar Tabel ... . v
Bab I Pendahuluan ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Fokus Penelitian ... 4
1.3 Rumusan masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
1.6 Kerangka Teori ... 7
1.6.1 Good Governance ... 7
1.6.1.1 Pengertian Good Governance ... 7
1.6.1.2 Prinsip – prinsip Good Governance ... 11
1.6.2 Pelayanan Publik ... 14
1.6.2.1 Pengertian Pelayanan Publik ... 14
1.6.2.2 Makna dan tujuan Pelayanan ... 15
1.6.2.3 Indikator pelayanan publik ... 18
1.6.2.4 Bentuk – Bentuk Pelayanan Publik ... 19
1.6.2.5 Asas Pelayanan Publik ... 20
1.6.3 Implementasi Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik. ... 21
BAB II Metode Penelitian . ... 26
2.1 Bentuk Penelitian . ... 26
2.2 Lokasi Penelitian ... 26
2.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian ... 26
2.4 Instrumen Penelitian ... 28
2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 28
2.6 Tekhnik Analisis Data ... 29
2.7 Pengujian keabsahan data ... 30
2.8 Implementasi Metode Penelitian ... 30
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 34
3.1 Letak Geografis ... 34
3.2 Demografi Kecamatan Medan Marelan ... 35
3.2.1 Kependudukan ... 35
3.2.1.1 Data Penduduk Berdasarkan suku ... 36
3.2.1.2 Data Penduduk Berdasarkan mata Pencaharian ... 37
3.2.1.3 Berdasarkan Status Kewarganegaraan ... 37
3.2.1.4 Jenis kelamin ... 38
3.2.1.5 Berdasarkan Agama ... 38
3.3 Karakteristik Kecamatan Medan Marelan ... 39
3.4 Visi dan Misi Kecamatan Medan Marelan ... 40
3.4.1 Visi ... 40
3.4.2 Misi... 41
3.5 Makna Kecamatan dalam Sistem Pemerintahan... 41
3.6 Kedudukkan dan Fungsi pokok Pemerintahan yang dilakukan
Camat ... 42
3.6.1 Kedudukkan Camat ... 42
3.6.2 Fungsi Pokok Pemerintahan yang dilakukan Camat ... 42
3.7 Tugas Camat ... 42
3.7.1 Tugas delegatif Camat dalam melaksanakan sebagian kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/ WALKOTA untuk menangani urusan Otonomi Daerah ... 43
3.7.2 Tugas Atribut yang diselenggarakan oleh Camat ... 43
3.7.3 Rincian tugas Camat dalam membina penyelenggaan Pemerintah Desa ... 44
3.8 Program Pemerintahan Kecamatan Medan Marelan ... 44
BAB IV PENYAJIAN DATA ... 47
4.1 Penyajian data berdasarkan Karakteristik informan penelitian ... 47
4.2 Kerangka berfikir peneliti ... 51
4.2.1 Kerangka berfikir secara umum ... 51
4.3 Hasil Wawancara penelitian... 51
4.3.1 Pemahaman tentang prinsip – prinsip Good Governance dalam pelayanan publik... 52
4.3.2 Penerapan prinsip – prinsip Good Governance dalam
pelayanan publik dikantor Camat Medan Marelan ... 53
4.3.3 Upaya Camat Medan Marelan untuk mewujudkan Good Governance dalam pelayanan publik ... 56
4.3.3.1 Program mendisplinkan pegawai Kantor Camat Medan Marelan... 57
4.3.3.2 Kegiatan pelestarian lingkungan ... 58
4.3.3.3 Kegiatan gotong royong menjaga keasrian lingkungan 58 4.3.3.4 Rapat kinerja Pegawai ... 58
4.3.3.5 Program penyediaan Fasilitas kerja ... 58
4.3.3.6 Program peninjauan keamanan dan ketertiban Lingkungan ... 58
BAB V PEMBAHASAN ... 60
5.1 Pemahaman Informan tentang prinsip – prinsip good government ... 60
5.2 Penerepan prinsip – prinsip Good Government dalam pelayanan publik di kantor Camat Medan Marelan ... 62
5.3 Upaya Camat Medan Marelan untuk mewujudkan Good Government dalam pelayanan publik ... 66
BAB VI PENUTUP ... 68
6.1 Kesimpulan ... 68
6.2 Saran ... 69
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1.1 : Nama Lurah dan Jumlah Lingkungan ... 34
2. Tabel 3.1.2 : Luas Wilayah dirinci per Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan ... 35
3. Tabel 3.1.3 : Daftar alamat Kantor Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan ... 35
4. Tabel 3.1.4 : Data Penduduk Berdasarkan Suku ... 36
5. Tabel 3.1.5 : Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 37
6. Tabel 3.1.6 : Data Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan ... 37
7. Tabel 3.1.7 : Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 38
8. Tabel 3.1.8 : Data Penduduk Berdasarkan Agama ... 38
9. Tabel 3.1.9 : Nama Camat yang memimpin Kecamatan Medan Marelan 40 10.Tabel 4.1.1 : Klasifikasi Informan berdasarkan Jenis Kelamin ... 47
11.Tabel 4.1.2 : Klasifikasi Informan berdasarkan ... 48
12.Tabel 4.1.3 : Klasifikasi Berdasakan Pendidikan ... 49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Reformasi tahun 1998 menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia yang berhasil mendorong
perubahan tata Pemerintahan di Negeri ini. Gerakan Reformasi berhasil melakukan perubahan
dengan jalan menumbangkan rezim Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun lebih. Refomasi
menuntut perubahan diberbagai lini kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik, hukum termasuk
dalam konteks Pemerintahan
Reformasi 1998 juga membawa konsekuensi untuk melakukan reformasi pada birokrasi.
Ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi birokrasi Pemerintahan yang mengalami penyakit
bureaumania yang ditandai dengan kecenderungan inefisisensi, penyalahgunaan wewenang,
korupsi, kolusi dan nepotisme serta dijadikan alat oleh pemerintahan Orde Baru untuk
mempertahankan kekuasaan yang ada. Dari model yang diutarakan diatas dapat dikatakan bahwa
birokrasi yang berkembang di Indonesia adalah birokrasi yang berbelit–belit, tidak efisien dan
mempunyai pegawai birokrat yang makin membengkak. Selain birokrasi masih menempatkan
dirinya sebagai penguasa daripada menjadi pelayan masyarakat sehingga ia justru lebih
mendekatkan diri kepada pemerintah.
Birokrasi di zaman orde baru juga ditandai dengan beberapa ciri-ciri seperti pegawai
negeri yang menjadi pengurus partai selain Golkar, maka dia akan tersingkirkan dari jajaran
birokrasi. Selain itu, orang atau sekelompok orang yang tidak berpihak pada Golkar, maka bisa
dipastikan akan mendapat perlakuan diskriminatif dalam birokrasi. Keberpihakan birokrasi
Persoalan yang menghinggapi birokrasi membuat reformasi birokrasi membuat isu yang
lebih kencang untuk direalisasikan. Pasalnya birokrasi pemerintah telah memberikan sumbangan
yang tidak sedikit terhadap keterpurukkan Bangsa, penyimpangan–penyimpangan yang terjadi
pada praktik pemerintahan, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN ). Penyelenggaraan
urusan publik yang bersifat sentralistis, non–partisipatif serta tidak akomodatif terhadap
kepentingan publik, telah menumbuhkan rasa ketidakpercaya dan bahkan antipati kepada rezim
pemerintahan yang ada. Masyarakat tidak puas dengan kinerja pemerintah yang selama ini
dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Beragam kekecewaan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan tersebut pada akhirnya melahirkan tuntutan untuk mengembalikan fungsi- fungsi
pemerintahan yang ideal. Sehingga reformasi dalam bidang pemerintahan perlu dilakukan.
Reformasi merupakan upaya–upaya untuk melakukan perbaikkan terhadap kondisi
buruknya birokrasi Indonesia sebagai bagian dari usaha perbaikkan kehidupan bangsa.
Kemudian setelah dilakukannya berbagai perbaikan–perbaikan munculah istilah baru yaitu Good
Governance, yaitu penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang mempunyai tujuan utama
memberikan pelayanan yang lebih baik/prima kepada masyarakat (excellent services for civil
society). Good Governance tampil sebagai upaya untuk memuaskan dahaga publik atas kinerja
birokrasi yang sesungguhnya.
Good Governance diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan publik yang buruk
dimata masyarakat. Beberapa masalah pelayanan publik adalah seperti maraknya tindakan
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di setiap instansi pemerintah baik pusat maupun daerah,
birokrasi yang lamban dan berbelit–belit, pegawai pemerintah yang tidak ramah, tertutupnya
informasi kepada masyarakat, pemborosan anggaran pada hal–hal yang tidak mendukung
masalah diskriminasi pelayanan yang sering melihat suku, agama, jabatan, status sosial
masyarakat serta hubungan kekeluargaan. Masalah–masalah diatas menyebabkan kekecewaan
masyarakat dan hilangnya kepercayaan kepada pemerintahan.
Mengahadapi masalah diatas pemerintah berupaya memperbaiki citra pelayanan publik
dengan berusaha mewujudkan prinsip–prinsip Good Governance dalam pelayanan publik, Good
Governance diharapkan bisa mengobati penyakit pemerintah dalam melayani masyarakat.
Melalui penerapan prinsip–prinsip Good Governance yakni transparansi, akuntabilitas,
partisipasi, efisiensi dan efektivitas, berorientasi konsesus, kepastian hukum, daya tanggap dan
keadilan dalam pelayanan publik diharapkan pelayanan publik bisa lebih maksimal lagi dan bisa
mendapat tanggapan positif dari masyarakat sehingga masyarakat puas dan percaya kepada
pemerintah. Kedelapan prinsip–prinsip Good Governance merupakan suatu kesatuan dan tidak
bisa berdiri sendiri. Dalam pelayanan publik jika kedelapan prinsip ini diterapkan akan tercipta
pemerintahan yang Good Governance.
Kantor Camat Medan Marelan yang beralamat diJalan Kapten Rahmad Budin No. 190
merupakan instansi pemerintah yang bertugas untuk melayani kebutuhan masyarakat Kecamatan
Medan Marelan. Berbagai kepentingan publik dikerjakan dan diurus dikantor camat ini. Kantor
Camat ini mengurus berbagai kebutuhan masyarakat, seperti urusan kependudukan, pendidikan,
perhubungan, kesehatan dan berbagai kebutuhan publik lainnya. Sebagai instansi pemerintahan
kantor camat ini juga pernah mengalami masalah dari beberapa corak pemerintah yang buruk,
seperti relasi antara pemerintah dan rakyat yang masih kuat berpola serba negara, kultur
pemerintahan sebagai tuan bukan pelayan, patologi pemerintahan dan hubungan antara atasan
dengan bawahan dalam birokrasi, maupun aparat birokrasi yang menganggap dirinya atasan dan
Prinsip–prinsip Good Governance seharusnya sudah diketahui. Dipahami dan diterapkan
oleh semua instansi pemerintahan di Indonesia, baik dipusat ,maupun di daerah. Karena itu,
Kantor Camat Medan Marelan sebagai kantor pemerintahan sedang berusaha unutk memperbaiki
citra pelayanan publik dimata masyarakat. Saat ini pemerintahan Kantor Camat Medan Marelan
sedang berupaya menerapkan paradigma Good Governance dalam pemerintahannya. Setiap
kantor pemerintahan pasti memiliki cara tersendiri untuk mewujudkan Good Governance dalam
pelaksanaan tugasnya sebagai pelayanan publik. Begitu juga dengan kantor Camat Medan
Marelan, karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Penerapan prinsip – prinsip
Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Marelan.
1.2 Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi fokus penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
mencari tahu bagaimana pemahaman Pegawai Kantor Camat Medan Marelan tentang
prinsip-prinsip Good Governance, bagaimana penerapan prinsip- prinsip Good Governance di dalam
Kantor Camat Medan Marelan, serta apa upaya Camat Medan Marelan untuk mewujudkan Good
Governance dalam pelayananan publik di Kantor Camat Medan Marelan. Oleh sebab itu peneliti
dalam hal ini sudah melakukan penelitian dengan mengobservasi dan mewawancarai informan
yaitu camat dan pegawai Kantor Camat Medan Marelan serta beberapa anggota masyarakat yang
pernah berurusan dengan Kantor Camat Medan Marelan.
Camat dan pegawai Kantor Camat Medan Marelan sudah dimintai pendapat atau
tanggapan mengenai prinsip-prinsip Good Governance, penerapan prinsip-prinsip Good
Governance dalam pelayanan publik serta program dan tindakan apa saja yang sudah dan sedang
dilakukan untuk mengembangkan pemerintahan yang Good Governance di Kantor Camat Medan
tentang pelayanan, program dan tindakan yang telah dilaksanakan oleh camat dan pegawai
Kantor Camat Medan Marelan, yaitu apakah mereka puas dengan pelayanan yang diberikan
Pembahasan (temuan) lain yang berkaitan dengan masalah ini kemungkinan besar
muncul saat melakukan wawancara di lapangan yaitu dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh
informan. Sehingga dengan melakukan observasi dan wawancara yang mendalam (in-dept
interview) dalam penelitian ini semakin menyempurnakan penelitian ini. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan defenisi dan prinsip-prinsip Good Governance menurut United Nations
Development Programme (UNDP). Alasan penulis memilih konsep Good Governance dari
UNDP adalah karena pertama sekali istilah Good Governance dipergunakan oleh UNDP, dan
Good Governance yang diterapkan di Indonesia merupakan perluasan atau pengembangan teori
“Good Governance” dari UNDP (Thohaf, 2003:62). Penulis memilih membatasi konsep dan
prinsip-prinsip Good Governance dalam penelitian ini karena banyaknya teori, konsep dan
defenisi-defenisi Good Governance lain diluar defenisi dari UNDP. Hal ini disebabkan cepatnya
perkembangan dunia ilmu pengetahuan sehingga dari saat ke saat defenisi atau teori ” ilmu”
berkembang dengan berbagai persepsi. Karena itu penting sekali untuk membatasi teori yang
penulis jadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
penelitian ini adalah
1. Bagaimana pemahaman pegawai Kantor Camat Medan Marelan tentang prinsip-prinsip
2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor
Camat Medan Marelan?
3. Apa program kerja Camat Medan Marelan dalam mewujudkan Good Governance dalam
pelayanan publik di Kecamatan Medan Marelan ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang :
1. Pemahaman pegawai Kantor Camat Medan Marelan tentang prinsip-prinsip Good
Governance
2. Penerapan prinsip- prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat
Medan Marelan
3. Program Camat Medan Marelan dalam mewujudkan Good Governance dalam pelayanan
publik di kecamatan Medan Marelan
1.5 Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis sendiri bertujuan untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan
dalam meningkatkan kemampuan berpikir.
2. Sebagai acuan terhadap teori-teori yang sudah ada, dan dapat sebagai bahan
pertimbangan bagi penelitian lanjutan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Kantor Camat Medan Marelan
1.6 Kerangka Teori
Sebagai tolak ukur dalam memecahkan masalah, perlu digunakan pedoman teoritik,
adanya landasan teoritik yang digunakan peneliti dalam menjelaskan fenomena sosial yang
menjadi objek penelitian. Menurut Sugiyono (2005:55) Teori adalah konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk
pelaksanaan penelitian.
1.6.1 Good Governance
1.6.1.1Pengertian Good Governance
Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu Gubernare yang
diserap oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan),
direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa
Inggris adalah to rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan (Djohan, 2007:131)
Sebenarnya jika lebih ditelusuri lagi tentang perkembangan istilah “governance” maka
konsep “Good Governance” bukanlah konsep baru. Konsep governance sama tuanya dengan
peradaban manusia. Salah satu tulisan tentang Good Governance bisa ditelusuri dari tulisan J.S
Endralin (1997). Governance merupakan suatu terminologi menggantikan istilah government,
yang menunjukkan penggunaan kekuasaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola
masalah-masalah kenegaraan. Istilah ini secara khusus menggambarkan perubahan peranan
pemerintahan dari pemberi pelayanan (provider) kepada enabler atau facilitator, dan perubahan
kepemilikan dari milik negara menjadi milik rakyat. Pusat perhatian utama dari Governance
Pengertian Good Governance menurut Mardiasmo, (2002:18) adalah suatu konsep
pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintah yang baik.
Good Governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah
alokasi investasi yang langka, dan penghindaran korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frameworks
bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan (Sedermayanti, 2003:7).
Berkaitan dengan Good Governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan, (2005:114)
mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan Good
Governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya
untuk menciptakan suatu penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab
sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun
administrasi. Tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur negara adalah perlunya
mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan perpaduan
pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
prinsip Good Governance.
Sedangkan Lembaga Administrasi Negara (LAN) mendefenisikan good governance
sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi
dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain
negara, sektor swasta dan masyarakat ( Kurniawan,2005:16 ).
Organization of Economic Corporation and Development (OECD) dan World Bank
mensinonimkan Good Governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
salah alokasi, dana investasi yang langka, pencegahan korupsi, baik secara politk maupun
administratif. Secara teoritis, good governance sendiri dapat diberi arti sebagai suatu proses yang
mengorientasikan pemerintahan pada distribusi kekuatan dan kewenangan yang merata dalam
seluruh elemen masyarakat untuk dapat mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang berkaitan
dengan kehidupan publik berserta seluruh upaya pembangunan politik, ekonomi, sosial dan
budaya mereka dalam sistem pemerintahan Sedarmayanti,(2003:7).
Sementara UNDP (United Nations Development Programme) mendefenisikan
governance sebagai “the exercise of political, economic, and admistrative authority to manage a
country’s affairs at all levels of society” (pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan
administrasi dalam mengelola masalah bangsa). Karena itu menurut UNDP, ada tiga model Good
Governance, yaitu :
a. Kepemerintahan politik (political Governance) yang mengacu pada proses-proses
pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan kebijakan (politicaly/strategy
formulation).
b. Kepemerintahan Ekonomi (economic Governance) yang mengacu pada proses
pembuatan keputusan (decision making processes) yang memfasilitasi kegiatan ekonomi
di dalam negeri dan berinteraksi diantara penyelenggara ekonomi. Kepemerintahan
ekonomi memiliki implikasi terhadap masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan
peningkatan kualitas hidup.
c. Kepemerintahan Administratif (Administrative Governance) yang mengacu pada sistem
implementasi kebijakan.
Sesuai dengan defenisi menurut UNDP bahwa good governance menyangkut tiga aspek
kebijakan-kebijakan. Governance juga bisa diartikan sebagai mekanisme-mekanisme,
proses-proses, dan institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan
mereka, memediasi perbedaan-perbedaan serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka.
Governance memiliki hakikat ensensial yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi
dengan pengakuan hak berlandaskan pada pemerintahan hukum (Salam, 2004:224).
Tujuan Good Governance diterapkan dalam pemerintahan adalah untuk mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan
efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara,
sektor swasta dan masyarakat ( Kurniawan, 2005:16).
Kata baik (good ) dalam istilah Good Governance mengandung dua arti. Pertama,
nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai-nilai-nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapai tujuan nasional, kemandirian, pembangunan
berkelanjutan dan berkeadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang
efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut (Salam,
2005:226).
Munculnya konsep Good Governance untuk dilaksanakan di dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara dilatarbelakangi oleh banyak faktor. Namun demikian, salah
satu faktor terbesar adalah ketidakberdayaan pemerintah negara-negara berkembang dalam
menghadapi era globalisasi yang penuh dengan hiperkompetisi. Pemerintah tidak lagi menjadi
pemain tunggal, tetapi mengharapkan peran lebih besar dari sektor swasta dan masyarakat sipil.
Secara umum kualitas Good Governance dapat tercapai apabila pemerintah dan instansi
publik lainnya secara keseluruhan mampu bersikap terbuka terhadap ide dan gagasan baru dan
memiliki informasi yang lengkap mengenai proses dan implementasi kebijakan pemerintahan
dan pembangunan (Sinambela, 2008:51).
1.6.1.2Prinsip-prinsip Good Governance
Menurut United Nation Development Program (UNDP) mengemukakan bahwa
karakteristik atau prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam pemerintah yang baik (Good
Governance) adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi (Participation)
Setiap orang atau setiap warga negara baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki
hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun
melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing.
Partisipasi yang luas ini perlu dibangun dalam suatu tatanan kebebasan berserikat dan
berpendapat, serta kebebasan untuk berpartisipasi secara konstruktif.
Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan
aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah
menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur
komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat
secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui
perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan
pengawasan secara partisifatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.
2. Aturan Hukum (Rule Of Law)
Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan, ditegakkan, dan
dipatuhi secara utuh (impartially), terutama tentang aturan hukum dan tentang hak asasi manusia
.
3. Transparansi
Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai proses,
kelembagaan dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh mereka yang
membutuhkannya, dan informasi harus dapat disediakan secara memadai dan mudah dimengerti,
sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.
Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan
informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat.
Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti malalui brosur,
leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu
menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan
memperjelas bentuk informasi yang dapat diakses msyarakat ataupun bentuk informasi yang
bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan, lama waktu mendapatkan informasi serta
prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada masyarakat.
4. Daya Tanggap (Responsiveness)
Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagi pihak
yang berkepentingan (stake holders). Pemerintah daerah perlu membangun jalur komunikasi
masyarakat, talk show, layanan hotline, prosedur komplain. Sebagai fungsi pelayan masyarakat,
pemerintah daerah akan mengoptimalkan pendekatan kemasyarakatan dan secara periodik
mengumpulkan pendapat masyarakat.
5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)
Pemerintahan yang baik (Good Governance) akan berindak sebagai penengah (mediator)
bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesepakatan yang
terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan jika mungkin juga dapat diberlakukan
terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.
6. Berkeadilan (Equity)
Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki
maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas
hidupnya.
Tujuan dari prinsip ini adalah untuk menjamin agar kepentingan pihak-pihak yang kurang
beruntung, seperti mereka yang miskin dan lemah, tetap terakomodasi dalam proses pengambilan
keputusan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada kaum minoritas agar mereka tidak
tersingkir. Selanjutnya kebijakan khusus akan disusun untuk menjamin adanya kesetaraan
terhadap wanita dan kaum minoritas baik dalam lembaga eksekutif dan legislatif.
7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and efficiency)
Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai
Pelayanan masyarakat harus mengutamakan keputusan masyarakat, dan didukung
mekanisme penganggaran serta pengawasan yang rasional dan transparan. Lembaga-lembaga
yang bergerak dibidang jasa pelayanan umum harus menginformasikan tentang biaya dan jenis
pelayanannya. Untuk menciptakan efisiensi harus digunakan teknik manajemen modern untuk
administrasi kecamatan dan perlu ada desentralisasi kewenangan layanan masyarakat sampai
tingkat kelurahan/desa.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Pengambil keputusan (decision maker) dalam organisasi sektor pelayanan dan warga
negara madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik sebagaimana halnya
kepada para pemilik (stakeholders). Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda, bergantung
kepada jenis keputusan organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal.
Seluruh pembuat kebijakan pada semua tingkatan harus memahami bahwa mereka harus
mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada masyarakat. Untuk mengukur kinerja mereka
secara obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil
audit harus dipublikasikan, dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.
1.6.2. Pelayanan Publik
1.6.2.1 Pengertian Pelayanan Publik
Dalam memahami arti kata pelayanan, maka terlebih dahulu harus dipahami defenisi dari
pelayanan itu sendiri. Menurut Gronroos yang dikutip dari Ratminto (2005:2), pelayanan adalah
suatu aktivitas atau serangkaian serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat
hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.
Menurut Moenir (2002: 7): Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu
ia merupakan proses, sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan
meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.
Menurut Kotler dalam Lijan Poltak (2006:4) pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya menurut Sampara dalam Lijan
Poltak (2006:5) pelayanan adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar
seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan
Menurut Soetopo dalam Napitupulu, (2007:64) pelayanan adalah suatu usaha untuk
membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sedangkan pengertian lain
menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara
tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan
keberhasilan (Boediono, 2003: 10).
Berdasarkan dari uraian diatas, maka pengertian pelayanan publik dapat disimpulkan
sebagai kegiatan yang dilakukan suatu organisasi yang ditujukan kepada konsumen atau
masyarakat umum yang dapat berbentuk barang ataupun jasa yang memberikan kepuasan bagi
yang menerima layanan.
1.6.2.2 Makna dan Tujuan Pelayanan
Pelayanan publik merupakan segala bentuk pelayanan, baik dalam bentuk barang maupun
dipusat, didaerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan (Handoko, 1987:87).
Pelayanan publik merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar
sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau
pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan
kepentingan publik. Adapun penyelenggara pelayanan publik adalah lembaga dan petugas
pelayanan publik baik pemerintah daerah maupun badan usaha milik daerah yang
menyelenggarakan pelayanan publik. Sedangkan penerima pelayanan publik adalah orang
perseorang dan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang memiliki hak, dan kewajiban
terhadap suatu pelayanan publik (Ahmad, 2008:3).
Berdasarkan undang-undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Menurut Ratminto (2005:5) pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan, baik
dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab
dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah, dan di lingkungan BUMN atau
BUMD, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sementara menurut menurut Kurniawan (2005:4) pelayanan publik adalah pemberian
layanan (melayani) keperluan orang atau masyrakat yang mempunyai kepentingan pada
Sedangkan menurut Sianipar (2001:6) pelayanan publik adalah suatu cara melayani,
membantu, menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau
sekelompok orang. Artinya obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu,
golongan dan organisasi.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik
adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah kepada publik
didalam suatu organisasi instansi untuk memenuhi kebutuhan penerima pelayanan
publik/masyarakat dan penerima pelayanan/masyarakat itu merasakan kepuasan.
Menurut Albert dan Zemke dalam Dwiyanto, (2005:144) kualitas pelayanan publik
merupakan hasil dari berbagai interaksi dari berbagai asspek, yaitu sistem pelayanan, sumber
daya manusia pemberi layanan, strategi, dan pelanggan. Sistem pelayanan yang baik akan
menghasilkan kualitas pelayanan yang baik pula. Suatu sistem pelayanan yang baik akan
memberikan prosedur pelayanan terstandar dan memberikan mekanisme control di dalam dirinya
sehingga segala bentuk penyimpangan akan mudah diketahui, serta sistem pelayanan yang baik
akan mengerti kebutuhan publik.
Dalam kaitannya dengan sumberdaya manusia dibutuhkan pelayan publik yang mampu
memahami tuntutan zaman dan memiliki kompetensi sesuai kemajuan teknogi. Sifat dan jenis
masyarakat yang membutuhkan pelayanan memiliki perbedaan sehingga setiap pelayan publik
harus mampu menciptakan strategi pelayanan yang berbeda dan mampu mengenal pelanggan
atau orang yang akan dilayani dengan baik sebelum memberikan pelayanan.
Pada dasarnya, pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan
konsumen/masyarakat (whatever custumer satisfaction). Dukungan kepada
kepuasan bagi masyarakat, selalu dekat dengan pelanggannya, sehingga kesan yang
menyenangkan senantiasa di ingat oleh para penerima pelayanan publik. Selain itu, membangun
kesan yang dapat memberikan citra positif dimata masyarakat karena jasa pelayanan yang
diberikan dengan biaya yang terkendali atau terjangkau bagi masyarakat sehingga membuat
masyarakat terdorong atau termotivasi untuk bekerja sama dan dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan pelayanan yang prima (Dwiyanto, 2005:67-68).
1.6.2.3 Indikator Pelayan Publik
1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap
harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.
2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa jauh
proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai prinsip atau prosedur
administrasi atau oganisasi yang benar dan telah di tetapkan.
3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar
proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan
norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.
Pada dasarnya, pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan
konsumen/masyarakat (whatever custumer satisfaction). Dukungan kepada
pelanggan/masyarakat dapat bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan yang memberikan
kepuasan bagi masyarakat, selalu dekat dengan pelanggannya, sehingga kesan yang
menyenangkan senantiasa di ingat oleh para penerima pelayanan publik. Selain itu, membangun
diberikan dengan biaya yang terkendali atau terjangkau bagi masyarakat sehingga membuat
masyarakat terdorong atau termotivasi untuk bekerja sama dan dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan pelayanan yang prima (Dwiyanto, 2005:67-68)
1.6.2.4 Bentuk – bentuk Pelayanan Publik
Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagi masyarakat. Adapun
didalam pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa bentuk. Menurut Moenir (2002:190),
bentuk pelayanan ini terdiri dari :
1. Pelayanan dengan lisan
Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan masyarakat,
dibidang layanan informasi dan bidang lain yang tugasnya memberikan keterangan dan
penjelasan kepada siapa pun yang memerlukan. Agar supaya pelayanan lisan berhasil sesuai
dengan yang diharapkan, ada syarat –syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu:
a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.
b. Memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga
memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.
c. Bertingkah laku sopan dan ramah. Meski dalam keadaan sepi,tidak berbincang dan bercanda
dengan teman, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.
d. Tidak melayani orang-orang yang sekedar ingin berbincang dengan cara sopan.
2. Pelayanan dengan tulisan
Pelayanan dengan bentuk tulisan merupakan jenis pelayanan dengan memberikan
penjelasan melalui tulisan didalam pengolahan masalah masyarakat. Pelayanan dalam bentuk
a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang-orang yang
berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.
b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberian/penyerahan,
pemberitahuan dan lain sebagainya.
3. Pelayanan berbentuk perbuatan
Pelayanan berbentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dengan bentuk gabungan dari
pelayanan berbentuk tulisan dan lisan.
1.6.2.5Asas Pelayanan Publik
Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggara
pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut (Ratminto, 2005:19) :
1. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan
secara memadai.
2. Akuntabilitas
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap
berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
4. Paritisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan
5. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan
status ekonomi.
6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban
masing-masing pihak.
1.6.3 Implementasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik Implementasi penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik ialah
pelaksanaan prinsip- prinsip Good Governance yaitu partisipasi, aturan hukum, transparansi,
daya tanggap, berorientasi konsensus, berkeadilan, efektifitas dan efisiensi, dan akuntablitas
dalam upaya penyelenggaraan pelayanan publik bagi masyarakat.
Dalam penelitian ini, Penerapan prinsip- prinsip Good Governance dalam pelayanan
publik dapat kita lihat dengan beberapa indikator berikut :
1. Partisipasi yaitu bermaksud untuk melibatkan pegawai dalam pembuatan kebijakan di
Kantor Camat Medan Marelan.
2. Aturan hukum yaitu dalam menjalankan hukum dan perundang-undangan haruslah
berkeadilan tanpa memandang status , ditegakkan dan dipatuhi secara secara utuh,
terutama tentang aturan hukum hak asasi manusia dalam mendapat pelayanan publik.
3. Transparansi yaitu keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakaan instansi pemerintah
melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam mendapatkan informasi
4. Daya Tanggap yaiu setiap instansi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk
melayani berbagai phak yang paling membutuhkan.
5. Berorientasi Konsensus yaitu pemerintah yang baik harus bertindak sebagai penengah
untuk kepentingan yang berbeda-beda agar mencapai kesepakatan dan kepentingan
masing-masing masyarakat.
6. Berkeadilan yaitu adanya kesempatan yang sama antar laki –laki dan perempuan untuk
meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.
7. Efektifitas dan efisiensi yaitu setia kegiatan kelembagaan diarahkan untukmenghasilkkan
sesuatu yang benar- benar ssesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang
sebaik-baiknya dari sumber yang tersedia.
8. Akuntabilitas yaitu adanyan pertanggungjawaban setiap pegawai pemerintah dalam
pengambilan keputusan kepada masyarakat umum terutama para masyarakat yang ada di
kecamatan Medan Marelan.
1.7 Defenisi Konsep
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang penulis cantumkan dan untuk menghindari
makna ganda berikut penulis memberikan defenisi dan penjelasan konsep yang penulis gunakan
dalam penelitian ini:
1. Good Governance yaitu pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang baik merupakan
pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dalam aktivitas setiap
kegiatan pemerintahan, yakni transparansi, akuntabel, partisipasi, keadilan, kepastian
hukum, efisiensi dan efektifitas, beorientasi konsensus, dan daya tanggap. Pemerintahan
mengutamakan kepentingan rakyat dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan. Pemerintahan yang baik berarti pemerintahan yang bersih dan
berwibawa.
2. Public service yaitu pelayanan publik, yaitu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat. Pelayanan publik merupakan pelayanaan yang harus diberikan
dengan ramah dan sesuai kebutuhan masyarakat. Pelayaanan publik harus diberikan
dengan cepat, tanggap, cepat prosesnya dan ramah pada masyarakat.
3. Government yaitu pemerintahan yang mengutamakan pemerintah. Pemerintahan yang
government berarti semua serba negara, dimana kegiatan atau kebijakan yang ditetapkan
selalu menguntungkan para penguasa negara. Pemerintahan yang bermental government
berarti pemerintahan yang kaku dan tidak peduli pada kebutuhan masyarakat.
4. Bad governance yaitu sistem pemerintahan yang buruk. System pemerintahan yang buruk
merupakan sistem pemerintahan yang tidak melayani masyarakat, tapi lebih cenderung
memperkaya para pemimpin-pemimpin negara. Bad governance selalu diwaranai oleh
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang membudaya di setiap instansi pemerintah, baik dari
pusat maupun daerah. Dalam bad governance masyarakat mendapat pelayanan yang
buruk, seperti proses birokrasi yang lamban, berbelit-belit, mahal, pilih kasih, dan juga
sikap yang tidak ramah.
1.8 Sistematika penulisan
Setelah data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka penulisan ini dibuat ke
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar belakang, Fokus penelitian, Rumusan masalah, Tujuan, Manfaat
penelitian, Kerangka teori, Defenisi Konsep, dan Sistematika penulisan.
Bab II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari subbab alasan menggunakan metode penelitian kualitatif, lokasi
penelitian, teknik pengambilan sumber informan penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan rencana pengujian keabsahan data.
Bab III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa
visi dan misi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi.
Bab IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi tentang hasil pengumpulan data dilapangan. Dalam bab ini akan dipaparkan
atau dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan atau dari lokasi penelitian selama
proses penelitian. Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel, bagan, dan juga cerita naratif.
Bab V PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip
pendapat- pendapat dari informan yang dianggap kredibel, selanjutya membandingkan dengan
Bab VII PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena memiliki
keunggulan dalam proses penelitiannya, yaitu bersifat holistik (menyeluruh) dan dinamis, adanya
hubungan timbal balik (interaksi) antara peneliti dengan yang diteliti serta transferability (tidak
bersifat general) di mana dalam penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi, tetapi lebih
menekankan pada tingkat makna. Sehingga dapat memudahkan pembaca dari hasil penelitian ini
memahami apa yang menjadi masalah.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Medan Marelan. Kantor Camat ini berada di
Jalan. Kapten Rahmad Budin No.190, Kecamatan Medan Marelan, Provinsi Sumatera utara.
Relevansi metodologis, mengapa Kantor Camat Medan Marelan ini dipilih karena salah satu
instansi pemerintah yang melayani kebutuhan masyarakat (publik). Sebagai kantor pemerintahan
Kantor Camat Medan Marelan sedang berupaya menerapkan Good Governance dalam pelayanan
publik karena paradigma Good Governance harus diterapkan di setiap instansi pemerintah untuk
menghasilkan kinerja pemerintah yang baik dan berkualitas di mata masyarakat.
2.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling dengan
menghubungi Camat Medan Marelan. Berdasarkan rekomendasi mereka diteruskan ke pihak lain
seperti para pegawai di Kantor Camat Medan Marelan, masyarakat yang sedang dan pernah
berurusan ke Kantor Camat Medan Marelan begitu seterusnya sampai pada titik jenuh, di mana
tidak ditemukan lagi data-data baru yang dapat memberi informasi tentang penerapan
prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Marelan dan
program kerja yang dilakukan Camat Medan Marelan untuk mewujudkan Good Governance di
Kecamatan Medan Marelan.
Adapun jumlah informan penelitian ini adalah sebanyak dua puluh orang kantor, dimana
empat belas orang merupakan pegawai dari Kantor Camat Medan Marelan, dan Enam orang
masyarakat yang pernah menerima pelayanan dari Kantor Camat Medan Marelan. Pada tabel di
bawah ini dapat terlihat klasifikasi informan yang akan jadi subjek penelitian.
Dari keterangan diatas tersebut ada dua puluh orang yang berperan sebagai informan
penelitian. Dua puluh informan ini ditetapkan dengan teknik snow sampling dan purposive
sampling. Empat belas pegawai kantor camat sudah mewakili empat puluh lima pegawai yang
ada di Kantor Camat Medan Marelan karena sudah mencapai titik jenuh, dimana jawaban yang
diberikan informan sudah sama dan sudah merupakan pengulangan jawaban dari informan
sebelumnya, sehingga penulis hanya mewawancari empat belas orang saja. Sementara dari
masyarakat ada enam orang. Masyarakat di temui sewaktu mengurus keperluan pribadi ke
Kantor Camat Medan Marelan. Penulis menetapkan enam orang karena penulis sudah mendapat
jawaban pertanyaan penelitian yang sama dari keenam informan ini, dalam arti pencarian data
2.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian utama adalah peneliti
sendiri. Sebab menurut Nasution dalam Sugiyono (2008) peneliti sebagai alat peka dan dapat
bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau
tidak bagi penelitian. Selain itu peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh.
2.5 Tekhnik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (yaitu wawancara semi-terstruktur),
observasi, dan dokumentasi. Wawancara mendalam terhadap beberapa pihak yang dianggap
menguasai masalah penelitian. Wawancara (interview) merupakan cara/teknik pengumpulan data
dengan mengadakan wawancara langsung secara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti buku catatan kecil.
Observasi dilakukan melalui pengamatan awal dan terjun langsung ke lapangan dengan
mengamati interaksi pegawai Kantor Camat Medan Marelan dengan sesama pegawai dan
interaksi pegawai dengan masyarakat serta mengamati cara pelaksaanan tugas pokok pegawai
yang telah ditetapkan. Misalnya cara bidang pelayanan umum dalam melayani masyarakat yang
datang ke Kantor Camat Medan Marelan. Sementara itu dokumentasi dilakukan untuk dapat
memperoleh tambahan informasi lagi dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang
2.6 Tekhnik Analisis Data
Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip
Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Marelan serta untuk
mengetahui program kerja dari Camat Medan Marelan sebagai upaya untuk mewujudkan Good
Governance di Kecamatan Medan Marelan.
Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007:91) mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
1. Data Reduction/reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display/penyajian data
Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat
naratif, bagan dan penyajian data dalam bentuk tabel. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang telah diperoleh selama penelitian.
3. Conclusion/Verification
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan bisa berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan kosisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
2.7 Pengujian Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang akan dilakukan meliputi uji kredibilitas data dengan :
trianggulasi sumber dan perpanjangan pengamatan. Trianggulasi sumber adalah untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber dengan menggunakan teknik yang sama. Dalam hal ini peneliti meneliti beberapa
pegawai Kantor Camat Medan Marelan dan masyarakat yang pernah berurusan dengan Kantor
Camat Medan Marelan. Dari sumber-sumber tersebut, pendapatnya tentu tidak bisa
dirata-ratakan, tetapi dideskripsikan, mana pandangan yang sama dan yang berbeda. Sementara dalam
perpanjangan pengamatan dilakukan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, hanya
difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah
dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke
lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat
diakhiri.
2.8 Implementasi Metode Penelitian
Setelah izin administrasi untuk melakukan penelitian di Kantor Camat Medan Marelan
yang berlokasi di Jalan. Kapten Rahmad Budin No.190, Kecamatan Medan Marelan, Provinsi
Sumatera utara diperoleh dari Camat Medan Marelan maka peneliti segera melakukan
perkenalan dengan seluruh pegawai Kantor Camat Medan Marelan. Hal ini peneliti lakukan guna
mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam perkenalan tersebut peneliti mulai
mendapat sedikit demi sedikit informasi mengenai persepsi pegawai tentang prinsip-prinsip
peneliti mulai untuk melakukan wawancara dan observasi dengan informan yang dianggap
kredibel untuk memberikan informasi yang terkait dengan penelitian ini.
Adapun kendala yang dihadapi oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung adalah
keraguan terhadap jawaban yang diberikan oleh informan yaitu Camat dan beberapa pegawai
Kantor Camat Medan Marelan karena apakah jawaban tersebut sudah sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya terjadi. Beberapa kendala dan keraguan yang penulis hadapi selama penelitian
ialah sebagai berikut:
1. Jawaban salah satu informan dari Kantor Camat Medan Marelan yang mengatakan bahwa
prinsip transparansi sangat dijunjung tinggi di Kantor Camat Medan Marelan, sehingga
siapa saja bisa bertanya dan mengetahui apa pun yang mau diketahui oleh masyarakat
selama masih berhubungan dengan pelayanan publik. Tetapi ketika penulis bertanya
berapa biasanya biaya yang dikeluarkan masyarakat yang mengurus KTP ( Kartu Tanda
Penduduk), informan tersebut hanya tersenyum dan berkata “rahasia” . Dari jawaban dan
situasi ini penulis menjadi ragu akan jawaban informan tentang penerapan transparansi
yang baik di Kantor Camat Medan Marelan, karena jika penulis amati sepertinya masih
ada yang ditutup-tutupi. Untuk mengatasi hal ini penulis langsung mewawancari
masyarakat yang pada saat itu penulis temuin di ruang tunggu Kantor Camat Medan
Marelan. Dari informan ini penulis mendapat jawaban, dimana biaya mengurus KTP
tidak ditetapkan, biasanya masyarakat sukarela memberi “upah capek” sesuai kantong
masyarakat yang bersangkutan.
2. Informan dari pegawai Kantor Camat Medan Marelan mengatakan bahwa semua pegawai
ramah dan menghormati semua tamu yang datang ke Kantor Camat Medan Marelan. Tapi
pegawai-pegawai di Kantor Camat Medan Marelan. Ketika penulis mengadakan
penelitian selama sebelas hari di Kantor Camat Medan Marelan, penulis mengamati
banyak pegawai yang berwajah dingin dan “cuek” jika tamu datang, terkhusus ketika
penulis menyapa pegawai tersebut. Selama mencari data di Kantor Camat Medan
Marelan banyak pegawai yang tidak mau diwawancari dan banyak yang pura-pura sibuk
biar tidak di wanwancara.
3. Camat Medan Marelan menerapkan sistem disiplin yang ketat buat semua pegawai,
termasuk Apel pagi dan sore, dan berdasarkan observasi dan pengamatan penulis, penulis
dapat simpulkan bahwa disiplin sebagian pegawai bukanlah dari motivasi pribadi, tetapi
lebih cenderung karena takut tegoran “pimpinan” dan mendapat punishment. Punishment
biasanya yang diterapkan adalah tegoran langsung dari Camat. Hal ini terlihat karena
banyak yang hadir hanya waktu “bel” Apel berbunyi, dan setelah siap isi absen,
jalan-jalan keluar Kantor Camat Medan Marelan.
4. Masalah pembengkakan birokasi atau kelebihan pegawai di instansi pemerintah
merupakan masalah yang umum terjadi di setiap instansi Negara di Indonesia ini. Begitu
juga di Kantor Camat Medan Marelan ini, penulis melihat banyak pegawai yang
menganggur sewaktu jam kerja karena tidak ada pekerjaan. Menurut penulis hal ini
merupakan pemborosan, karena porsi kerja Satu orang pegawai dikerjakan oleh tiga
orang. Boros anggaran dan juga tempat.
5. Instansi pemerintah yang sudah menerapkan pelayanan prima bagi masyarakat pasti
sudah memiliki sistem pelayanan publik yang lebih rapi dan mudah, dalam arti ada
transparansi atau sosialisasi kepada masyarakat yang mau mengurus kepentingan public,
lain-lain di dinding ruang tunggu Kantor Camat. Tetapi hal ini tidak penulis temui di Kantor
Camat Medan Marelan. Penulis menarik satu kesimpulan sementara, bahwa strategi
pelayanan di Kantor Camat Medan Marelan masih strategi kuno” masyarakat bertanya
bagaimana dan pegawai menjelaskan secara panjang lebar dan berulang-ulang”. Padahal
jika prosedur mengurus misalnya KTP, ditempelkan didinding, masyarakat tinggal
melihat dan membaca tanpa perlu mencari pegawai untuk menjelaskan.
Selanjutnya untuk semakin menambah informasi, maka peneliti meminta beberapa subjek
penelitian tambahan yaitu masyarakat yang sedang mengurus kebutuhan publik di Kantor Camat
Medan Marelan. Beberapa urusan publik yang sedang informan lakukan hari dimana penulis
melakukan penelitian di kantor Camat Medan Marelan ialah pengurusan KTP (Surat Tanda
Penduduk), Surat pindah, Surat warisan tanah, dan Surat mengurus Kartu Keluarga (KK).
Terlepas dari masalah teknis dalam penelitian dan kendala di lapangan, peneliti sangat
menyadari masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan melakukan kegiatan dalam
penelitian ilmiah. Tetapi peneliti berusaha dengan maksimal untuk memberikan hasil penelitian
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Letak Geografis
• Luas Wilayah : ± 4447 ha, terdiri dari ±960 ha rawa-rawa
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan
Sebelah Selata berbatasan dengan Desa Manunggal, Kec. Labuhan Deli, Kab. Deli Serdang
Sebelah Timur berbatasan dengan Medan Labuhan dan Medan Deli
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang
• Luas wilayah dirinci perkelurahan di Kecamatan Medan Marelan
Dari lima kelurahan di Kecamatan Medan Marelan, Kelurahan terjun memiliki luas
wilayah yang terluas yaitu sebesar 16,05 KM², sedangkan kelurahan Tanah Enam Ratus
mempunyai luas yang terkecil yakni 3,42 KM²
Berikut ini tabel Kelurahan, lurah Jumlah lingkungan, Luas Wilayah dan Alamat kantor
[image:40.612.70.531.465.674.2]Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan hingga saat ini, yaitu
Tabel 3.1.1 : Nama Lurah dan Jumlah Lingkungan
NO KELURAHAN NAMA LURAH JUMLAH
LINGKUNGAN
1 Tanah Enam Ratus Hermawan HB, SE 11
2 Rengas Pulau Ahmad ,SP 35
3 Terjun H. Azwar 22
4 Paya Pasir Saiful Bahri Nst, S.Pt 9
5 Labuhan Deli H.Irwan Daniel Nst 11
JUMLAH 88
Tabel 3.1. 2 : Luas Wilayah dirinci per Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan
NO KELURAHAN LUAS ( KM² ) PERSENTASE
TERHADAP LUAS KECAMATAN
1 Tanah Enam Ratus 3.42 7,69
2 Rengas Pulau 10,50 23,61
3 Terjun 16,05 36,09
4 Paya Pasir 10,00 22,49
5 Labuhan Deli 4,50 10,12
Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Marelan
Tabel 3.1.3 : Daftar Alamat Kantor Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan
NO KELURAHAN ALAMAT KANTOR
1 Tanah Enam Ratus Jl. Marelan Raya
2 Rengas Pulau Jl. Kapten Rahmad Budin
3 Terjun Jl. Kapten Rahmad Budin
4 Paya Pasir Jl. Pasar Nippon
5 Labuhan Deli Jl. Young Panah Hijau
Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Marelan
3.2 Demografi Kecamatan Medan Marelan 3.2.1 Kependudukan
Untuk mengetahui potensi Sumber Daya manusia lebih lanjut, akan kita lihat data -data
kependudukan di Kecamatan Medan Marelan dibagi Berdasarkan suku, agama, dan mata
[image:41.612.62.531.372.523.2]3.2.1.1Data Penduduk berdasarkan Suku
Tabel berikut menunjukkan data kependudukkan di Kecamatan Medan Marelan
[image:42.612.68.531.180.522.2]berdasarkan suku :
Tabel 3.1.4 : Data Penduduk Berdasarkan Suku
NO SUKU JUMLAH %
1 Jawa 184.751 75,39
2 Melayu 30.490 12,44
3 Mandailing 6.490 2,64
4 Batak 5.133 2,09
5 Minang 1.651 0,67
6 Aceh 827 0,33
7 Nias 425 0,01
8 India 233 0,09
9 Cina 7.242 2,95
10 dan lain - lain 7.794 3,18
TOTAL 245.036 100
3.2.1.2Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 3.1.5 : Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
NO PEKERJAAN JUMLAH %
1 Buruh 24.932 59,6
2 PNS/ABRI 945 2,26
3 Pegawai swasta/ Wiraswasta 5.444 13,03
4 Pedagang 2.419 5,78
5 Petani 5.298 12,68
6 Jasa - jasa 2.749 6,57
TOTAL 41.787 100
Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Marelan
3.2.1.3Data Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan
Tabel 3.1.6 : Data Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan NO Kewarganegaraan Laki - Laki Wanita Jumlah
1 WNI 60.112 39.724 99.836
2 WNA 4 5 0.01
Jumlah 60.116 39.729 100
[image:43.612.71.472.463.578.2]3.2.1.4Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.1.7 : Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
NO JENIS KELAMIN JUMLAH JIWA %
1 Laki – laki 64.183 51.15
2 Wanita 62.436 48.85
Jumlah 123.196 100
Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Marelan
3.2.1.5Data Penduduk berdasarkan Agama
Agama Islam merupakan penduduk mayoritas yang mendiami Kecamatan Medan
Marelan, hal ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1.8 : Data Penduduk berdasarkan Agama
NO AGAMA JUMLAH %
1 Islam 88.854 85,6
2 Kristen 5.416 5,22
3 Katholik 3.331 0,31
4 Hindu 896 0,86
5 Budha 8.216 7,92
TOTAL 10.6713 100
[image:44.612.66.534.432.632.2]Kesemua pemeluk agama tersebut diatas masing – masing mempunyai sarana ibadah
agama sebagai berikut :
a. Masjid : 28 Unit
b. Mushalla : 82 Unit
c. Gereja : 7 Unit
d. Vihara : 6 Unit
3.3 Karakteristik Kecamatan Medan Marelan
Wilayah pemukiman pekerja di perkebunan tembakau Deli yang terkenal sebagai
penghasil tembakau terbaik dunia. Berasal dari kata “Maryland” yang berarti tanah harapan.
Tanggal 20 Maret 1991, Melalui SK GUBSU/138/402/SK/1991 dibentuk Kecamatan Perwakilan
Medan Marelan yang dimekarkan dari Kec. Medan Labuhan
PP No. 35 Tanggal 02 September 1992 yang menetapkan Kec. Medan Marelan yang
membawahi 4 Kelurahan, yaitu :
Kelurahan Tanah 600
Kelurahan Rengas Pulau
Kelurahan Terjun
Kelurahan Labuhan Deli
PP No. 146/1/11 01/K/94 Tanggal 13 Juni 1994 menetapkan wilayah Kec. Medan
Marelan menjadi 5 Kelurahan, hasil pemekaran Kel. Rengas Pulau, yaitu:
Kelurahan Tanah 600
Kelurahan Terjun
Kelurahan Labuhan Deli
Kelurahan Paya Pasir
Dalam perjalanan sejarah keberadaan Kecamatan Medan Marelan sejak mulai berdiri
Tahun 1992 sampai saat sekarang ini ada 7 ( tujuh ) orang Camat yang memimpin, yang nama –
[image:46.612.73.528.294.524.2]namanya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini
Tabel 3.1.9. : Nama Camat yang memimpin Kecamatan Medan Marelan Tahun 1992
Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Marelan, Juni 2012
3.4 Visi dan Misi Kecamatan Medan Marelan 3.4.1 VISI
“KOTA MEDAN MENJADI KOTA METROPOLITAN YANG BERDAYA SAING,
NYAMAN, PEDULI DAN SEJAHTERA”
No NAMA CAMAT MASA BAKTI
1 Syaiful Adnan Siregar, BA September 1992 – tahun 1995
2. Drs. Susilowadi Tahun 1995 – Tahun 1998
3. Drs. Irwan Efendi Lubis September 1998 – April 1999 4. Abd. Malik Dalimunte, SH April 1999 – oktober 1999 5. Drs. H. M. Fitriyus, SH, MSP Oktober 1999 – 2003
3.4.2 MISI
• Memberdayakan Kelurahan dengan Memberdayakan Masyarakat
• Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
• Meningkatkan Pelayanan Prima Kepada Masyarakat .
• Meningkatkan Kebersihan.
• Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat.
• Meningkatkan Kamtibmas yang Kondusif.
• Meningkatkan Penghijauan.
• Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Dengan mewujudkan misi Kecamatan Medan Marelan maka telah mendukung kemajuan
dan kamakmuran Medan Kota metropolitan, dengan Motto Kota Medan: “bekerjasama dan
sama-sama berkerja untuk kemajuan dan kemakmuran Medan kota Metropolitan”
3.5 Makna Kecamatan dalam Sistem Pemerintahan.
1. Unit Organisasi Pemerintahan dalam Lingkup Kabupaten/Kota.
2. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Sebagai Pelaksana Teknis Lini Kewilayahan.
3. Wilayah Kerja Camat yang Melaksanakan Sebagai Kewenangan Bupati/Walikota Dalam
Lingkup Kewenangan Legislatif.
4. Wilayah Kerja Camat Sebagai Pelaksana Tugas Umum Pemerintahan Dalam Lingkup
3.6 Kedudukan, dan fungsi pokok pemerintahan yang dilakukan oleh Camat.
3.6.1 Kedudukan Camat
Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Bila Dicermati,
Tampak Beberapa Makna Kedudukan Camat :
Pertama; Perpanjangan oleh Bupati/Walikota di Wilayah Kecamatan.
Kedua; Diangkat oleh Bupati/Walikota atas Usul Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
Ketiga; Bertanggung Jawab Kepada Bupati/Walikota Melalui Sekretaris Daerah;
Keempat; Berkedudukan Sebagai Pembina Pemerintahan Desa dan Atau Kelurahan.
3.6.2 Fungsi pokok Pemerintahan yang dilakukan oleh Camat. 1. Melakukan Pengaturan Terhadap Kehidupan Bersama Warga.
2. Melakukan Pembangunan Dalam Berbagai Aspek Kehidupan.
3. Melakukan Pemberdayaan Kepada Masyarakat.
4. Melakukan Pelayanan Kepada Masyarakat.
5. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Kepada Masyarakat.
3.7 Tugas Camat
1. Tugas Delegatif dari Pelimpahan Kewenangan Bupati/Walikota.
2. Tugas Atributif yang Melekat Pada Jabatan Camat.
3. Tugas Pembantuan.
4. Tugas Dekonsentrasi.
3.7.1 Tugas Delegatif Camat dalam Melaksanakan sebagian Kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan oleh BUPATI/WALIKOTA untuk menangani urusan Otonomi Daerah . 1. Perizinan
2. Rekomendasi
3. Koordinasi
4. Pembinaan
5. Pengawasan
6. Fasilitasi
7. Penetapan
8. Penyelenggaraan
9. Kewenangan Lain Yang Dilimpahkan.
3.7.2 Tugas Atributif yang diselenggarakan oleh Camat
1. Mengkoordinasikan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat ( 5 Urusan );
2. Mengkoordinasikan Upaya Penyelenggaraan Ketenteraman dan Ketertiban Umum
( 3 Urusan );
3. Mengkoordinasikan Penerapan dan Penegakan Peraturan Daerah ( 3 Urusan );
4. Mengkoordinasikan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Pelayanan Umum
( 3 Urusan );
5. Mengkoordinasikan Penyelenggaraan Kegiatan Pemerintahan di Tingkat Kecamatan
( 4 Urusan );
6. Membina Penyelenggaraan Pemerintahan Desan dan Atau Kelurahan
7. Melaksanakan Pelayanan Masyarakat yang Menjadi Ruang Lingkup Tugasnya dan Atau
Yang Belum Dapat Dilaksanakan Pemerintahan Desa Atau Kelurahan
( 5 Urusan ).
3.7.3 Rincian tugas Camat dalam membina penyelenggaraan Pemerintahan Desa
1. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Tertib Administrasi Pemerintahan Desa Atau
Kelurahan;
2. Memberikan Bimbingan, Supervisi, Fasilitasi dan Konsultasi Pelaksanaan Adminstrasi
Desa Atau Kelurahan;
3. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Kepala Desa dan Kelurahan;
4. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Perangkat Desa dan Kelurahan;
5. Melakukan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Atau Kelurahan di Tingkat
Kecamatan;
6. Melaporkan Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa dan Atau Kelurahan Kepada Bupati/Walikota.
3.8 Program Pemerintahan Kecamatan Medan Marelan
Sejalan dengan Program Pemerintah kota Medan yaitu pemberdayaan kelurahan dan
sesuai instruksi Walikota Medan Nomor 141/141/Ins tanggal 24 Juli 2001 tentang tugas dan
tanggung jawab camat dalam pembinaan dan mengawasi program pemberdayaan kelurahan di
A. Ketentraman
Pendekatan yang dilakukan dalam menciptakan dan memelihara ketentraman di
Kecamatan Medan Marelan yaitu secara persuasif, preventif dan refresif. Pendekatan persuasif
dilakukan melalui penyuluhan dan penerangan secara terpadu debgan unsur muspika serta
instansi/ dinas terkait yang menyangkut tentang arti pentingnya kamtibmas yang mantap.
B. Ketertiban
Mengingat Kecamatan Medan Marelan yang berada di kawasan pinggiran kota, maka
prioritas ketertiban diarahkan sebagai berikut:
• Penertiban bangunan liar
• Penertiban warung yang menjual minuman keras
• Penertiban hewan berkaki empat
C. Kebersihan
Dengan dicanangkannya Program Medan Bestari, untuk meraih piala adipura, pemerintah
bekerjasama dengan masyarakat Kota Medan telah meraih piala