• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan mutakhir Pendidikan Kewarga ID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan mutakhir Pendidikan Kewarga ID"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan mutakhir Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia

By Winarno Narmoatmojo

Untuk mengungkap adanya perkembangan mutakhir yang berkenaan dengan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia , makalah ini menyajikannya dengan berdasar 3 hal Pertama, hasil temuan di bidang penelitian dan kajian-kajian masalah pendidikan kewarganegaraan; kedua, kebijakan tentang pendidikan kewarganegaraan dan ketiga penelitian internasional ICCS tentang pendidikan kewarganegaraan di berbagai negara termasuk di Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 2009 ini.

1. Temuan di bidang penelitian dan kajian pendidikan kewarganegaraan

Kegiatan penelitian termasuk pengembangan dalam tubuh ilmu pendidikan kewarganegaraan di Indonesia termasuk masih langka dalam arti belum banyak dilakukan. Penelitian dan pengembangan pada dasarnya akan memperkaya epistemologi pendidikan kewarganegaraan. Penelitian berguna untuk membangun pengetahuan baru di bidang pendidikan kewarganegaraan baik melalui metode kuantitatif maupun metode kualitatif. Sedangkan pengembangan berguna didalam mendapatkan paradigma pedagogis dan rekayasa kurikuler guna menegembangkan aspek sosial psikologis peserta didik dengan cara mengorganisasikan unsur instrumental dan kontekstual pendidikan.

Makalah ini menyajikan 2 hasil penelitian yang dianggap relevan dan berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan sebagai sistem pengetahuan di Indonesia yaitu penelitian Udin Sarupudin Winatapura berjudul Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi (2001) dan penelitian Sapriya berjudul Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam membangun Karakter Bangsa (2007)

Hasil penelitian Udin S Winatapura (2001) menghasilkan beberapa temuan penting berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia sebagai berikut: a. Pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu tubuh atau sistem pengetahuan

yang memiliki: (a) ontologi yang bersifat multidimensional (b) epistemologi research, development, and diffusion dalam bentuk kajian ilmiah dan pengembangan program kurikuler, dan (c) aksiologi pendidikan kewarganegaraan b. Secara paradigmatik sistem pendidikan kewarganegaraan memiliki tiga komponen,

yakni (a) kajian ilmiah pendidikan ilmu kewarganegaraan; (b) program kurikuler Pendidikan Kewarganegaraan; dan (c) gerakan sosial-kultural kewarganegaraan, yang secara koheren bertolak dari esensi dan bermuara pada upaya pengembangan pengetahuan kewarganegaraan, nilai dan sikap kewarganegaraan, dan keterampilan kewarganegaraan

(2)

d. Kompetensi dasar kewarganegaraan dapat dikembangkan menjadi 90 butir kompetensi yang terdiri atas pengetahuan, sikap dan ketrampilan kewarganegaraan. Terdapat kesenjangan antara kadar kompetensi yang diharapkan dengan kadar kompetensi nyata dalam kehidupan saat ini.

e. Berdasar butir –butir kompetensi kewarganegaraan dapat dikembangkan dan dirumuskan sejumlah subtansi pendidikan kewarganegaraan di Indonesia

Penelitian Sapriya (2007) menghasilkan beberapa temuan kesimpulan mengenai pendidikan kewarganegaraan di Indonesia sebagai berikut:

a. PKn sebagai pendidikan disiplin ilmu dengan identititas bidang kajian eklektif merupakan “ an integrated knowledge system’, “synthetic discipline”, “multidimensional” atau “kajian konseptual sistemik”. PKn di Indonesia memiliki ontologi yang terdiri atas Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai landasan pokok, Pancasila sebagai landasan filosofis, UUD 1945 sebagai landasan normatif, perilaku warganegara sebagai landasan psikologis, dan nusantara, manusia sebagai pribadi, kekayaan alam dan budaya, kesadaran sebagai manusia dan jatidiri bangsa sebagai landasan material.

b. Secara fungsional, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki dua tugas (1) tugas dalam bidang telaah untuk membangun body of knowledge dan (2) tugas bidang pengembangan untuk tranformasi konsep, nilai dan ketrampilan hidup kewarganegaraan

c. PKn sebagai program untuk membangun karakter warganegara yang berciri multidimensional berfungsi sebagai pendidikan nilai moral, pendidikan bela negara, dan pendidikan politik dan hukum

Beberapa contoh penelitian yang bersifat pengembangan khususnya dalam ranah domain pendidikan kewarganegaraan sebagai program kurikuler adalah ; penelitian Tukiran tentang Efektifitas Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbasis Portofolio (2005), penelitian Kokom Komalasari tentang Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMP (2008) dan penelitian Nurul Zuriah tentang Kajian Teoritik Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis-Dialogis Mahasiswa melalui Pendekatan Pembelajaran DDCT dalam Perkuliahan PKn/CE di Lingkungan PTM (2008). Penelitian yang berkaitan dengan ranah pendidikan kewarganegaraan sebagai program sosio kultural misalnya penelitian Yuyus Kardiman tentang Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui Situs-Situs Kewarganegaraan (2008).

Beberapa temuan dari penelitian tersebut sebagai berikut:

a. Bahwa model pembelajaran PKn berbasis portofolio lebih efektif untuk meningkatkan pembelajaran PKn di perguruan tinggi terbukti dapat meningkatkan tanggapan positif mahasiswa terhadap perkuliahan PKn, sikap demokratis, tanggapan terhadap integrasi nasional, kesadaran akan hak dan kewajiban, dan kesadaran terhadap HAM dalam diri mahasiswa (Tukiran, 2005)

b. Pembelajaran kontekstual berpengaruh signifikan terhadap kompetensi kewarganegaraan siswa, pembelajaran kontekstual berintikan pada value

education, dan memiliki kontribusi besar terhadap disposisi/ sikap

(3)

berkontribusi terhadap sikap kewarganegaraan. Pendekatan perkembangan kognitif dan analisis nilai berkontribusi terhadap ketrampilan intelektual. Sedangkan pendekatan pembelajaran berbuat berkontribusi terhadap ketrampilan partisipasi. (Kokom Komalasari, 2008)

c. Perkuliahan PKn di perguruan tinggi menunjukkan bahwa pembelajaran /perkuliahan PKn/CE yang terjadi selama ini berlangsung monolitik, kurang demokratis, membosankan dan tidak optimal. Fenomenanya sebagai berikut: Perkuliahan PKn/CE materinya terlalu banyak & luas, Pembelajaran dilakukan kurang menarik dan membosankan. Metode pembelajaran yang ada selama ini cenderung kurang bervariasi dan kurang melibatkan mahasiswa. Mahasiswa umumnya kurang menyenangi pelajaran/ perkuliahan PKn/CE karena harus banyak menghafal dan banyak membaca. Dosen PKn/CE cenderung belum siap mengajar secara kontekstual, kurang enjoyfull learning (belajar dengan menye-nangkan) dan masih berpola “textbookish”. Karena itu perlu upaya inovasi dan reorientasi model pembelajaran PKN/CE berbasis DDCT (Deep Dialogue dan Critical Thinking) yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis-dialogis mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi. Kemampuan berpikir kritis merupakan ciri dari pembelajaran demokrasi sekaligus ciri dari PKn di era demokrasi. (Nurul Zuriah, 2008)

d. Pembangunan karakter bangsa tidak saja menjadi tanggung jawab dunia persekolahan tetapi juga menjadi tanggung jawab situs-situs kewarganegaraan di luar persekolahan. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan yang di mana di dalamnya terdapat pendidikan karakter, tidak hanya menjadi mata pelajaran persekolahan, tetapi menjadi pendidikan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat (Community civic education). Situs-situs kewarganegaraan seperti Pelatihan Manajemen Qalbu yang dilakukan oleh Daarut Tauhid Training Center, berupaya membangun karakter yang kuat seperti gigih, disiplin, ulet, rajin dan karakter baik seperti , rendah hati, ikhlas, Pelatihan ESQ yang dilakukan oleh Emotional Spiritual Quotient Leadership Center, berupaya membangun karakter yang dideklarasikan menjadi tujuh budi utama yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli Adapun Majelis Taklim secara umum berupaya membangun karakter iman dan takwa terhadap jemaahnya (Yuyus Kardiman, 2008)

Penelitian dan model pengembangan bidang PKn yang akan datang diharapkan dapat memenuhi dua tugas fungsional PKn sebagaimana disebutkan di atas. Sejalan dengan adanya 3 komponen dalam sistem pengetahuan pendidikan kewarganegaraan , penelitian dan pengembangannya dapat diarahkan kepada ketiga komponen di atas yaitu jenis penelitian PKn yang berkaitan dengan pengembangan PKn sebagai kajian ilmiah, penelitian PKn bidang program kurikuler dan penelitian PKn bidang sosiokultural. Dengan adanya pemetaan tersebut diharapkan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dapat terarah, sistematik dan semakin memperkuat body of knowledge dari pendidikan kewarganegaraan sebagai disiplin ilmu.

(4)

mahasiswanya untuk melakukan penelitian bidang PKn. Payung penelitian ini berisi 5 topik yang dapat dipilih ketika akan melakukan penyusunan tesis atau disertasi. Kelima topik tersebut sebagai berikut:

a. Pengembangan PKn sebagai gerakan sosiokultural di masyarakat

b. Pengembangan model-model pembelajaran yang dapat menjadikan PKn sebagai area studi yang powerfull

c. Pengkajian tentang berbagai persoalan negara bangsa dari perspektif PKn yang mampu memberikan jalan keluar bagi Indonesia dari keterpurukan untuk bangkit menjadi negara bangsa yang lebih maju dan berkeadaban dalam percaturan global d. Pengkajian tentang upaya penegakan hukum dalam negara hukum demokratis dan

negara hukum kesejahteraan yang memerlukan dukungan warganegara yang baik e. Pengkajian tentang perubahan nilai yang terjadi , pengkajian tentang upaya

pembinaan jati diri bangsa , dan pengkajian tentang berbagai kemungkinan konflik. Meskipun payung penelitian ini bersifat “debatable” dan masih mungkin dilakukan perubahan, namun dapat dipakai sebagai langkah awal untuk mengarahkan, memetakan dan sekaligus menemutunjukkan bidang-bidang kajian PKn yang dapat dilakukan penelitian. Payung penelitian juga berfungsi membatasi agar kegiatan penelitian dan pengembangan PKn menjadi jelas sebagai upaya membangun tubuh pengetahuan kewarganegaraan di Indonesia.

Temuan di bidang kajian pendidikan kewarganegaraan adalah berasal dari hasil Naskah akademik kajian kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yang disusun oleh Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Depdiknas tahun 2007. Ruang lingkup kajian ini adalah standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran PKn persekolahan. Hasil kajian menemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Berkaitan dengan beban belajar, maka komposisi jumlah SK dan KD untuk tiap semester baik untuk SD, SMP maupun SMA dinilai cukup memadai. Aspek sikap dan perilaku yang menjadi ”stressing” PKn proporsinya hanya 12 % KD, 20,17% aspek perilaku, dan aspek pengetahuan 69,43 %.

b. Overlapping (tumpang tindih) ditemukan pada KD 4.2 Kelas I dengan KD 2.4 Kelas III. Untuk SMP kelas VII ditemukan SK 3 dan 4 Kelas VII, sehingga disarankan untuk digabung. Untuk SMA misalnya KD 2.3 Kelas XI dengan KD 2.2 Kelas XII dan KD 3.3 Kelas X dengan KD 5.2 Kelas XI.

c. Ada cakupan KD yang lebih luas dari SK. Adanya anggapan ketidakruntutan pendekatan berpikir pada KD jenjang SD, yaitu KD 3.1, 3.2, dan 3.3 Kelas III; dan KD 4.3 yang terhalang oleh KD 4.2 pada Kelas IV.

d. Ditemukan adanya istilah yang tidak benar secara konsep keilmuan, yaitu penggunaan istilah bentuk-bentuk kenegaraan pada KD 1.2 Kelas X SMA. Dalam konteks ilmu negara tidak ada istilah bentuk-bentuk kenegaraan, yang ada ialah bentuk-bentuk negara yang sering dibahas secara bersama dengan bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahan. Ada rumusan KD yang dianggap terlalu berat untuk ukuran siswa.

(5)

Kebijakan tentang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dapat diketahui dari berbagai dukumen kenegaraan yang disusun oleh pemerintah. Secara formal, pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dapat dikatakan belum mantap. Terbukti sampai saat ini belum ada kejelasan tentang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia , yaitu belum keluarnya peraturan perundang – undangan yang mengatur secara komprehensif tentang pendidikan kewarganegaraan.

Secara parsial, istilah pendidikan kewarganegaraan memang dapat diketemukan dalam berbagai dokumen resmi kenegaraan. Beberapa dokumen tersebut sebagai berikut:

a. Pasal 37 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat .. pendidikan kewarganegaraan . .... Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat ... pendidikan kewarganegaraan

b. Penjelasan atas pasal 37 yaitu pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air

c. Pasal 9 Undang-undang No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menyatakan ...” Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui ... pendidikan kewarganegaraan”

d. Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa ... “Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 ..” e. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

Nasional Republik Lndonesia Nomor: 43/Dikti/Kep/2006 Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian Di Perguruan Tinggi menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan termasuk matakuliah pengembangan kepribadian yang memiliki kompetensi dasar agar mahasiswa menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.

Penting untuk diketahui bahwa sesuai amanat Undang-undang No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara bahwa pendidikan kewarganegaraan secara konseptual komprehensif akan dirunuskan dalam suatu undang-undang sehingga dapat dijadikan arah bagi kebijakan tentang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Namun sampai peraturan perundangan tersebut belum dapat disyahkan oleh DPR menjadi undang-undang.

Berdasar pada naskah akademik rancangan undang-undang tentang pendidikan kewarganegaraan, yang disiapkan oleh Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Departemen Pertahanan, dapat diketahui beberapa arah dan kebijakan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia di masa depan sebagai berikut:

(6)

manusia Indonesia yang diinginkan ialah manusia Indonesia yang cerdas dan tetap memegang teguh nilai-nilai kepribadian bangsa. Dengan kepribadian Dwi Warna yang cendikia, kehidupan berbangsa dan bernegara berkembang dalam nuansa saling memahami hak dan kewajiban antara penyelenggara negara dengan warga negara, dan warga negara sebagai bagian dari masyarakat dunia demi tercapainya cita-cita nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Pendidikan kewarganegaraan yang menanamkan nilai-nilai cinta tanah air, moralitas, dan jiwa kebangsaan yang menjadi identitas dan karakter bangsa dalam mencapai integritas bangsa, dijadikan sebagai dasar yang kuat dan kokoh untuk mengembangkan dan membina kepribadian Dwi Warna setiap warga negara Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan mengembangkan nilai-nilai dan mendorong kesadaran terhadap hak dan kewajiban warga negara serta mengimplementasikan-nya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Pendidikan kewarganegaraan sudah terwadahi dalam sistem pendidikan nasional. Namun pendidikan kewarganegaraan dalam sistem pendidikan nasional hanya mengaturnya di lingkungan persekolahan (school civics), sedangkan di luar lingkungan pendidikan tidak tercakup. Oleh sebab itu perlu dibangun perangkat hukum yang dapat mengatur pendidikan kewarganegaraan yang ditujukan kepada seluruh warga negara (community civics). Adanya perangkat hukum ini menjadi perkuatan kerangka pendidikan kewarganegaraan dalam sistem pendidikan nasional, di samping tentunya memperluas jangkauan pengaturan pendidikan kewarganegaraan bagi seluruh warga negara.

d. Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan memiliki keterkaitan dengan hubungan antar warga negara, hubungan warga negara dengan pemerintah, hak dan kewajiban sebagai warga negara, hukum, demokrasi, dan partisipasi warga negara dalam kehidupan negara, serta membangun kesiapan warga negara sebagai bagian dari warga dunia. Jadi amatlah wajar jika setiap negara kebangsaan yang demokratis dalam sistem pendidikannya selalu ada program pendidikan kewarganegaraan sebagai bagian dari kurikulum suatu sekolah. Hanya namanya berbeda satu dari yang lainnya. Ada yang menggunakan istilah ”Civic Education”, ”Political Education”, ”Social Studies”, “Democracy Education

e. Pendidikan kewarganegaraan pada intinya berkaitan dengan hubungan antara warga negara, hubungan individu (warga negara) dengan government (pemerintahan), hak dan kewajiban sebagai warga negara dari sebuah negara, hukum, demokrasi dan partisipasi warga negara dalam kehidupan negara, serta membangun kesiapan warga negara sebagai bagian dari warga dunia.

f. Pendidikan kewarganegaraan bersifat universal dan tidak hanya dalam konteks school civics (Pendidikan Kewarganegaraan), tetapi juga dalam konteks community

civics (pendidikan kewarganegaraan). Dengan demikian Pendidikan

kewarganegaraan penyelenggaraannya harus dilakukan melalui jalur pendidikan formal, non formal maupun informal

(7)

h. Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara

i. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara yang cinta tanah air berlandaskan kesadaran hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. j. Penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan dilakukan secara nasional, baik

oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat.

k. Pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan dapat berlangsung dalam berbagai lingkup pendidikan, yaitu: a) Pendidikan formal di taman kanak-kanak/sekolah dasar, sampai dengan perguruan tinggi baik dalam mata pelajaran tersendiri atau terintegrasi. b) Pendidikan formal yang berkaitan dengan lembaga keagamaan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. c) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. d) Pendidikan kedinasan yang diselenggarakan oleh departemen maupun lembaga pemerintah non-departemen termasuk BUMN pada saat rekruitmen pegawai baru maupun pada saat terjadi perubahan golongan di setiap jenjangnya. e) Pendidikan di lingkungan perusahaan swasta. Perusahaan swasta yang dimaksud di sini adalah perusahaan yang memiliki karyawan sekurang-kurangnya 500 orang. Dengan demikian perusahaan swasta yang karyawannya di bawah 500 orang tidak perlu mencantumkan kurikulum pendidikan kewarganegaraan di dalam proses rekruitmen karyawan barunya maupun pada saat karyawan tersebut berubah status sesuai dengan penjenjangan yang ada dalam perusahaan tersebut. f) Pendidikan di lingkungan organisasi kemasyarakatan dan partai politik yang berkaitan dengan pendidikan dasar kepemimpinan maupun pendidikan penjenjangan kader yang diselenggarakan oleh organisasi tersebut.

l. Keikutsertaan warga negara dalam pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu wujud dari hak dan kewajiban dalam bela negara. Oleh sebab itu masyarakat memiliki hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan. Hal ini sangat penting, karena pendidikan kewarganegaraan tidak hanya di lingkungan sekolah sampai dengan perguruan tinggi saja, akan tetapi mencakup lingkup yang lebih luas.

Dengan mengetahui naskah akedemik rancangan undang-undang pendidikan kewarganegaraan ini, kita dapat memberikan tanggapan dan masukan guna menghasilkan kebijakan pendidikan kewarganegaraan Indonesia di masa depan yang lebih baik sesuai dengan konteks keindonesiaan dan masyarakat demokratis.

3. Penelitian internasional Pendidikan Kewarganegaraan oleh ICCS 2009

(8)

mendorong perlunya melakukan refleksi ulang tentang makna kewarganegaraan , tugas dan tanggung jawabnya serta pendekatan pendidikan kewarganegaraan. Berdasar hal ini maka ICCS melakukan penelitian pendidikan kewarganegaraan di tahun 2009. International Civic and Citizenship Education Study (ICCS) adalah sebuah studi dibawah IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement), sebuah lembaga studi internasional. ICCS adalah sebuah proyek kerjasama yang mencakup kelompok peneliti, dan pelaku sekolah di seluruh dunia Para staf peneliti diambilkan dari IEA dan lembaganya, konsultan ahli dan dari berbagai negara yang berpartisipasi. ICCS adalah hasil konsorsium kerjasama tiga lembaga yaitu IEA Secretariat, the IEA Data Processing Center (DPC) and the national research coordinators (NRCs): The Australian Council for Educational Research (ACER), the National Foundation for Educational Research (NFER) in the United Kingdom and the Laboratorio di Pedagogia sperimentale (LPS) at the Roma Tre University.

Tujuan dari ICCS adalah menyelidiki cara -cara warga muda disiapkan untuk melakukan peran mereka sebagai warganegara di sejumlah negara-negara. Studi akan melaporkan kemampuan (pretasi) siswa berdasar tes pemahaman konseptual dan kompetensinya di bidang kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan. Penelitian juga akan mengumpulkan dan meneliti data tentang disposisi dan sikap sikap yang berkenaan dengan kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan. Studi ini dibangun berdasar pada IEA studi kewarganegaraan yang sebelumnya dilakukan oleh CIVED pada tahun 1999. Jadi terdapat hubungan atau kelanjutan antara studi CIVED 1999 dengan studi ICCS 2009 sekarang ini. Secara krusial terdapat kebutuhan untuk melakukan penelitian baru dan hal ini sebagai respon langsung atas tantangan yang dihadapi oleh pendidikan warga muda di berbagai negara yang mana partisipasi dan demokrasi telah berubah.

Studi ini dikembangkan kedalam pertanyaan pertanyaan kunci. Pertanyaan kunci studi difokuskan pada pemahaman, sikap untuk terlibat, partisipasi kewarganegaraan yang berhubungan dengan aktivitasnya dan sikap yang berhubungan dengan kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan. Secara khusus, pertanyaan kunci tersebut meliputi hal sebagai berikut;

1. What variations exist between countries, and within countries, in student achievement in conceptual understandings and competencies in Civic and Citizenship? Analisis atas hal ini akan difokuskan dari distribusi prestasi siswa berdasar data tes

2. What changes in civic knowledge and engagement have occurred since the last international assessment in 1999 and what is the variation in those changes? Pertanyaan ini dikaitkan dengan menganalisis kecenderungan yang terjadi sejak penelitian CIVED 1999 sampai pada ICCS 2009 dan akan dibatasi dari data negara-negara yang berpartisipasi di studi ini

3. What is the extent of interest and disposition to engage in public and political life among adolescents and which factors within or across countries are related to it? Pertanyaan ini ditujukan pada isu dan indikator keterlibatan warga negara di dalam dan dibandingkan di negara lain.

(9)

pada pemahaman siswa tentang hubungan antara pengamanan masyarakat dan perlindungan warga sipil dengan siswa siswa terhadap hak kewarganegaraan 5. What aspects of schools and education systems are related to achievement in and

attitudes to Civic and Citizenship including:(a) General approach to civic and citizenship education, curriculum or program content structure and delivery. Analisis ini membutuhkan data tambahan yaitu kuesioner sekolah dan guru. (b) Teaching practices such as those that encourage higher order thinking and analysis in relation to civic and citizenship. Analisis terhadap ini akan didasarkan pada data tentang persepsi siswa dan laporan guru dalam praktek pembelajaran. (c) Aspects of school organisation including opportunities to contribute to conflict resolution, participate in governance processes, and being involved in decision making. Analisis terhadap ini membutuhkan data tentang persepsi siswa terhadap sekolah dan laporan dari kepala sekolah atau guru pendidikan kewarganegaraan

6. What aspects of student personal and social background, such as sex, socioeconomic background, language background, are related to student achievement in and attitudes towards Civic and Citizenship education? Analisis ini didasarkan atas data dari kuesioner tentang latar belakang, sikap siswa dan penilaian atas pengetahuan, pemahaman dan kompetensi.

Negara yang berpartisipasi meliputi wilayah Eropa, Asia, Amerika , Amerika Latin dan Afrika. Secara terperinci negara –negara tersebut sebagai berikut;

1. Australia

(10)

menggambarkan macam persepsi dan aktifitas yang akan diukur dan Cognitive dimension yang menggambarkan proses berfikir.

Content dimension terdiri atas Civic Society and Systems, Civic Principles, Civic Participation dan Civic Identities. Content dimension yang ada dalam penelitian ICCS 2009 ini merupakan pengorganisasian ulang dari CIVED conseptual models 1999 yang sebelumnya terdiri dari 3 domain yaitu Democracy/Citizenship, National Identity/International Relations, dan Social Cohesion/Diversity. Cognitive domains terdiri atas Knowing dan Reasoning and Analysing. Sedangkan Affective – behavioural domains terdiri atas Value beliefs, Attitudes, Behavioural intentions dan Behaviours.

Isi dari masing masing Content Dimensions/Domains tersebut sebagai berikut:

Content Domains

Sub Domains Sub –Sub Domains

Citizens , focuses on the civic relationships between individuals and groups of citizens

and their societies.

Citizens’ and groups’ assigned and desired roles within their civic society

(11)

The media Schools

Cultural/special-interest organizations.

Equity is based on the notion that all people are born equal in dignity and rights. Equity is the principle that all people have the right to fair and just treatment and that protecting and promoting this equity is essential to achieving peace, harmony, and

productivity within and among communities.

Freedom refers to the concept that all people should have freedom of belief, freedom of speech, freedom from fear, and freedom from want as articulated in the United Nations Universal Declaration of Human Rights (UN, 1948). Societies have a responsibility to actively protect the freedom of their members and to support the protection of freedom in all communities, including those that are not their own.

Domain 2: Civic Principles

Social cohesion refers to the sense of belonging,

(12)

sub-domain) that manifestations of social cohesion vary between societies, that there may be tensions within societies between social cohesion and diversity of views and actions, and that the resolution of these tensions is an ongoing area of debate within many societies. affecting any or all of the policies,

practices, and attitudes of others or groups of others in the individual’s community. according to ethical beliefs about the way they were produced (ethical consumption/ethical refers to participation with a primary focus on enhancing

(13)

civics and citizenship values and roles, the

individual’s understanding of and attitudes towards these values and roles, and the individual’s management of these values and roles both when they

are in harmony and in conflict within the individual

Civic connectedness refers to the individual’s sense of connection to their different civic communities and of the different civic roles they play within each community. Civic connectedness includes the individual’s beliefs about and tolerance of the levels of diversity (of civic ideas and actions) within and across their communities; and

recognition and understanding of the effects of the range of civic and citizenship

Hubungan antara tiga domain tersebut sebagai berikut: Content

Domain 1: Civic society

and systems

Content Domain 2:

Civic principles

Content Domain 3:

Civic participation

Content Domain 4: Civic Identites

Cognitive Domains

Knowing Analysing and reasoning

Affectivebehavioural Domains

(14)

Behavioural intentions Behaviours

Berdasar kerangka kerja penilaian (Assessment Framework) tersebut dijabarkan menjadi instrumen penelitian ICCS. Responden terutama ditujukan pada siswa kelas delapan atau setidaknya adalah warga muda berusia minimal 13, 5 tahun. Instrumen penelitian itu sebagai berikut;

Instrument Durasi Responden

Internasional Cognitive Test 45 min Siswa Internasional Student Questionnaire -40 min Siswa

Tes Menyesuaikan

Regional Test

Kuesioner Menyesuaikan

Siswa

Teacher Questionnaire 30 min Guru

School Questionnaire 30 min Kepala Sekolah

Dengan demikian instrumen penelitian ICCS terdiri atas 4 bagian: 1. Tes pengetahuan untuk siswa

2. Kuesioner untuk siswa 3. Kuesioner untuk guru

4. Kuesioner untuk kepala sekolah

Tes pengetahuan untuk siswa dibuat atau disusun kedalam 7 buah buku tes, (booklets) yaitu buku 1 sampai buku 7 yang berbeda clusternya. Isi pertanyaan berkisar pada subject matter yaitu dimensi konten (Content dimension) dalam bidang civics dan citizenship yaitu Civic Society and Systems, Civic Principles, Civic Participation dan Civic Identities. Jumlah soal dalam tes ini bervariasi antara 32-37 sesuai dengan buku tes (nomor booklet). Setiap siswa akan mengerjakan materi tes berbeda sesuai dengan buku tes yang diterimanya.

Sejalan dengan domain kontennya, tes pengetahuan untuk siswa ini berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai kewarganegaraan, yaitu persoalan yang berhubungan demokrasi, konstitusi, politik , HAM, lembaga dan hukum internasional. Tes pengetahuan ini berisi dua bentuk yaitu Tes Pilihan dimana siswa telah diberikan alternatif jawaban yang akan dipilih dan Tes Isian, berupa pertanyaan yang meminta siswa untuk menuliskan pendapat atau gagasannya yang berkaitan dengan soal.

Berikut ini beberapa contoh soal tes tersebut. Contoh dari tes pilihan sebagai berikut:

1. Manakah dari pernyataan berikut yang menjelaskan peranan warga negara di negara demokrasi?

(15)

2. Manakah yang termasuk hak anak menurut Konvensi PBB mengenai hak anak 3. Manakah pernyataan berikut yang berpotensi mengancam demokrasi

4. Beberapa negara membuat peraturan yang membolehkan pemerintah untuk merahasiakan sejumlah laporan pemerintahan. Manakah laporan yang amat mungkin dirahasiakan pemerintah

Contoh dari tes isian :

5. Tuliskan dua alasan mengapa pemerintah hanya akan memberikan uang kepada orang-orang dewasa yang mampu bekerja namun menjadi pengangguran

1. ____ 2. ____

Kuesioner untuk siswa berisikan Affective – behavioural domains yang terdiri atas Value beliefs, Attitudes, Behavioural intentions dan Behaviours. Secara teknis, pertanyaan kuesioner berisi tiga (3) hal pokok yaitu: tentang kamu, rumahmu dan keluargamu; tentang kegiatan yang kamu lakukan di sekolah atau di luar sekolah; dan pandanganmu tentang berbagai masalah sosial dan politik. Tiga masalah pokok tersebut dibagi lagi kedalam materi materi sebagai berikut: tentang kamu, kegiatanmu, tentang sekolahmu, kewarganegaraan dan masyarakat, hak dan kewajiban, lembaga dan masyarakat, partipasi dan masyarakat, dan; kamu dan agama. Jumlah soal ada 36 item. Untuk tes kuesioner ini, materinya sama untuk seluruh siswa.

Regional tes terdiri dari tes kognitif dan kuesioner. Regional tes ini bersifat partikular sesuai dengan wilayahnya yang terbagi dalam region Eropa, Asia, Amerika Latin dan Afrika. Untuk penelitian ICCS yang dilakukan di Indonesia , regional tes ini dijabarkan menjadi dua yaitu Kuesioner siswa untuk konteks Asia dan Penelitian pendidikan kewarganegaraan konteks Indonesia.

Kuesioner siswa untuk konteks Asia ada delapan (8) materi yaitu tentang Pemerintahan, tentang Perilaku yang Sebaiknya, tentang Budaya Tradisional, tentang Hukum di Indonesia, tentang Pegawai dan Politikus, tentang Warganegara yang baik, tentang Pemilu dan Kantor Pemerintahan, dan tentang Identitas Asia. Setiap materi berisi 5-7 item pernyataan sikap dengan pilihan jawaban; sangat setuju (SS), setuju (S), tidak ada pendapat (N), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Jumlah item pernyataan secara keseluruhan ada 50 soal.

Adapun secara lengkap item pernyataan kuesioenr tersebut sebagai berikut; A. Tentang Pemerintahan

1. Pemerintah harus memperhatikan dan mengurusi masyarakat seperti halnya orang tua membesarkan anaknya

2. Selama semua orang sejahtera, tidak masalah apakah pemerintah demokratis atau tidak

3. Pemerintah berperan meningkatkan kehidupan beragama dan spiritualitas dalam masyarakat

4. Selama pemerintah mewakili pendapat warga Negara, tidak masalah apakah pemerintah demokratis atau tidak

(16)

6. Semakin besar kekuasaan pemerintah, semakin besar kemungkinan pemerintah dapat mengatasi permasalahan masyarakat

7. Pemerintah boleh melanggar hokum apabila menurutnya diperlukan B. Tentang Perilaku yang Sebaiknya

1. Dalam mengambil keputusan, kita harus mengikuti saran orang yang lebih tua, meskipun memiliki pendapat yang berbeda

2. Demi keharmonisan masyarakat, kita harus toleransi terhadap kesalahan yang dilakukan tetangga atau rekan kita

3. Dalam mengambil keputusan, kita harus mengikuti saran orang yang memiliki jabatan yang lebih tinggi, meskipun memiliki pendapat yang berbeda

4. Untuk menjaga keharmonisan, dilarang bertengkar dengan teman

5. Kita harus patuh kepada orang tua meskipun memiliki pendapat yang berbeda 6. Kita harus patuh kepada guru meskipun memiliki pendapat yang berbeda 7. Lebih penting mengatakan sesuatu itu salah daripada menjaga agar orang lain

tidak dipermalukan

C. Tentang Budaya Tradisional

1. Saya ingin kesempatan banyak mempelajari budaya tradisional Indonesia 2. Indonesia perlu menjaga identitas budaya bangsa yang unik untuk menghadapi

pengaruh budaya lain

3. Karena budaya tradisional merupakan warisan bangsa kita, semua unsure budaya tradisional harus kita lestarikan

4. Saya merasa bertanggung jawab untuk melestarikan budaya tradisional Indonesia

D. Tantang Hukum di Indonesia

1. Hukum berpihak kepada mereka yang memiliki uang dan kekuasaan 2. Setiap orang diperlakukan sama di hadapan hokum

3. Pemerintah sering campu tangan terhadap putusan pengadilan 4. Pengadilan dapat memberlakukan hokum secara adil

5. Tidak ada korupsi di lembaga peradilan E. Tentang Pegawai dan Politikus

1. Amat wajar menyuap pegawai negeri agar segala urusan lancer

2. Kejujuran dan moralitas politikus lebih penting daripada kemampuan mereka 3. Tidak masalah jika pegawai negeri memanfaatkan fasilitas kantor untuk

kepentingan pribadinya

4. Pemimpin politik harus menjadi teladan moralitas

5. Mencegah korupsi merupakan urusan ornag dewasa bukan urusan saya 6. Politikus bertanggungjawab untuk memastikan keluarganya taat hokum 7. Politikus bertanggungjawab untuk memastikan keluarganya berperilaku baik 8. Politikus bertanggungjawab jika ada keluarganya yang melanggat hokum atau

(17)

1. Seorang yang taat hukum adalah warganegara yang baik

2. Seorang yang taat hukum namun tidak bermoral bukanlah warganegara yang baik

3. Seorang hanya bisa menjadi warganegara yang baik jika dia memiliki moral baik 4. Memiliki moralitas baik lebih penting daripada memiliki pengetahuan tentang

warganegara yang baik

5. Pengembangan diri merupakan proses penting menjadi warganegara yang baik 6. Warganegara yang baik harus memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi

7. Meskipun seseorang berperilaku baik, ia belum tentu menjadi warganegara yang baik tanpa tingkat spiritualitas yang tinggi

G. Tentang Pemilu dan Kantor Pemerintahan

1. Jika ada beberapa calon di suatu pemilu, kita harus memilih calon yang berasal dari daerah kita

2. Hanya calon yang memiliki koneksi dengan kita yang akan benar-benar akan melayani kita setelah mereka terpilih

3. Jika seorang calon adalah teman atau saudara kita, kaita harus memilihnya meskipun ia bukan calon terbaik untuk melakukan tugas tersebut

4. Dapat diterima jika pegawai negeri mendahulukan anggota keluarga atau temannya ketika mencari pegawai untuk ditempatkan di kantor pemerintahan 5. Tidak masalah jika pegawai negeri menerima order pekerjaan pemerintah,

diberikan kepada orang yang memiliki hubungan pribadi dengannya H. Tentang Identitas Asia

1. Saya menganggap diri saya sebagai warganegara Asia 2. Saya menganggap diri saya sebagai warga dunia

3. Negara Asia harus membangun Uni Asia seperti halnya Uni Eropa untuk kerjasama

4. Saya bangga dengan perkembangan ekonomi di Asia 5. Saya bangga dengan perkembangan demokrasi di Asia 6. Saya bangga dengan perkembangan HAM di Asia 7. Saya bangga dengan tradisi di Asia

Tes siswa untuk konteks Indonesia berjumlah 22 item soal yang terdiri dari tes pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) dan kuesioner tentang sikap kewarganegaraan (civic dispotition) . Setiap siswa mengerjakan isi tes yang sama.

Beberapa contoh dari soal soal dari tes tersebut sebagai berikut;

1. Menurut kamu, sumber pengetahuan apakah yang dapat membentuk jati diri Indonesia

a. Panca indera b. Akal

c. Hati nurani d. Perasaan

3. Lembaga negara manakah yang berwenang menguji materi UUD 1945? a. MPR

(18)

c. MK d. KY

4. Menurut kamu, apakah yang harus dimiliki bangsa Indonesia agar harkat dan martabatnya terjaga

a. jati diri bangsa b. perilaku nasionalism c. karakter bangsa d. sikap nasionalism

5. Manakah pernyataan berikut ini yang merupakan wewenang dari DPD?

6. Apakah kamu setuju dengan pendapat bahwa pemerintah sudah sangat serius menangani korupsi

7. Apakah kamu setuju bahwa kekerasan yang dilakukan di sekolah merupakan pelanggaran HAM yang pelakunya haru diberi hukuman yang setimpal

Kuesioner guru bertujuan untuk mencermati cara guru mempersiapkan siswa klas 8 untuk berperan sebagai warga negara khususnya pada aspek sekolah dan sistem pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian sikap kewarganegaraan. Kuesioner ini diperuntukkan untuk guru dengan asumsi bahwa guru merupakan faktor utama yang memberikan pemahaman, pengetahuan, ketrampilan yang diperlukan siswa untuk secara sadar menerapkan perannya sebagai warga negara dan untuk mengembangkan sikap terbuka dan demkratis. Kuesioner ini akan mengetahui informasi tentang suasana dan keadaan sekolah yang memberikan pendidikan kewarganegaraan kepada siswa. Isinya berisi tentang praktek dan strategi pembelajaran yang dijalankan guru dan infomasi umum lain yang berkaitan dengan siswa klas 8. Secara teknis isi kuesioner terdiri 3 bagian yaitu ; umum, sekolah dan tentang pendidikan kewarganegaraan . Jumlah ada 29 item pernyataan. Beberapa isi kuesioner guru tersebut sebagai berikut;

1. Mata pelajaran apa yang anda ajarkan 2. Jumlah atau beban mengajar

3. Apa tanggung jawab anda di sekolah ini

4. Tentang pengalaman mengajar dan lama mengajar di kelas 8 5. Tentang metode pembelajaran yang dilakukan

6. Tentang permasalahan yang terjadi diantara siswa

7. Tentang kegiatan sekolah dan luar sekolah yang dilakukan 8. Pendapat tentang perilaku siswa kelas 8

9. Pendapat tentang tujuan penting pendidikan kewarganegaraan di sekolah 10. Pendapat tentang siapa yang paling bertanggung jawab atas PKn di sekolah 11. Seberapa besar sumber yang dikapai untuk PKn di sekolah

12. Apakah PKn perlu dievaluasi, memakai apa 13. Apa yang harus ditingkatkan dalam PKn 14. Keyakinan akan topik-topik PKn

(19)

yang berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan, jumlah sarana dan prasarana, pelatihan yang diikuti. Kuesioner ini berdurasi 30 menit dan bersifat melengkapi data utama dari siswa.

Referensi

Fraillon, Julian and Schulz, Wolfram. 2008. Concept and Design of the International Civic and Citizenship Study. Paper prepared for the Annual Meetings of the American Educational Research Association in New York, 24-28 March 2008 IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama

ICCS 2009. Tes untuk Siswa. Jakarta: Pusat Kurikulum

IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama ICCS 2009. Kuesioner untuk Siswa. Jakarta: Pusat Kurikulum

IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama ICCS 2009. Kuesioner untuk Guru. Jakarta: Pusat Kurikulum

IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama ICCS 2009. Kuesioner untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum

IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama ICCS 2009. Tes untuk Siswa Konteks Asia. Jakarta: Pusat Kurikulum

IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama ICCS 2009. Tes untuk Siswa Konteks Indonesia . Jakarta: Pusat Kurikulum

IEA. 2008. Main Survey. National Quality Control Monitor Manual. Prepared by ICCS International Study Center, IEA Data Proceding and Research Center and IEA Secretariat.

Kelompok Kerja Penyusunan RUU Pendidikan Kewarganegaraan. ttp Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pendidikan Kewarganegaraan . Jakarta; Dirjen Pothan, Dephan.

Kokom Komalasari 2008. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMP .

Disertasi. SPS UPI Bandung

Nurul Zuriah 2008. Kajian Teoritik Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis-Dialogis Mahasiswa melalui Pendekatan Pembelajaran DDCT dalam Perkuliahan PKn/CE di Lingkungan PTM

Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

Puskur. 2007. Naskah Akademik Kajian Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan . Jakarta: Depdiknas

Sapriya 2007. Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam membangun Karakter Bangsa . Disertasi. SPS UPI Bandung

Schulz, Wolfram and Ainley, John. 2007. Civic and Citizenship Education in 2009 (ICCS): A Comparative Study. Paper prepared for the 51st annual conference of the Comparative and International Education Society in Baltimore, 25 February-1 March 2007

(20)

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Lndonesia Nomor: 43/Dikti/Kep/2006 Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian Di Perguruan Tinggi

Tukiran 2005. Efektifitas Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbasis Portofolio . Disertasi. SPS UPI Bandung

Udin Sarupudin Winatapura 2001. Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi. Disertasi. SPS UPI Bandung

Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

Yuyus Kardiman 2008 Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui Situs-Situs Kewarganegaraan . Tesis. SPS UPI Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Suatu pesan dalam karya sastra dapat dikenali setelah tema dipahami. Pesan yang terkandung dalam karya sastra, termasuk dongeng, dapat dirumuskan dalam bahasa yang

demikian visualisasi yang disertai aksi akan dapat diingat lama oleh otak.. Dalam satu penelitian, para mahasiswa fisika di Southwest

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan adalah selaras dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan Perusahaan untuk

Untuk menjelaskan bagaimana upaya dalam meningkatkan serta mempertahankan tenaga kerja pada sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) M-Yege Collection Kuanyar

Selanjutnya dilakukan perhitungan perencanaan pengadaan bahan baku dengan 4 metode dimana hasil perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan pada penelitian ini

Salah satu cara yang digunakan oleh seorang guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui pengaruh bentuk tes formatif terhadap hasil belajar biologi ditinjau dari

Kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan dapat diproksikan menggunakan rasio pembagian dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR) yang merupakan presentase dari

Dalam merespon situasi yang penuh stres, beberapa individu mengalami distorsi kognitif, yang kemudian menimbulkan berbagai permasalahan psikologis dan emosional dalam