• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komitmen Organisasional dan Budaya Organisasi

BAB V Hasil dan Pembahasan

G. Pengaruh Komitmen Organisasional dan Budaya Organisasi

Pengaruh komitmen organisasional dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan BSBA dapat dianalisis dengan uji t atau uji parsial, uji f atau uji simultan, analisis regresi linier berganda, dan koefisien determinasi.

73

1. Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan Bakso Sehat Bakso Atom

Pengaruh variabel komitmen organisasional (X1) terhadap kinerja

karyawan BSBA diperoleh dari hasil analisis regresi linier berganda dan uji t. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel komitmen organisasional bernilai 0,386 yang berarti variabel ini memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hasil uji t untuk variabel ini diperoleh 7,036 (thitung>ttabel) dengan α=5% yang berarti

bahwa variabel ini memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan BSBA.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Robbins, dkk. (dalam Sjabadhyni, 2001:456) bahwa komitmen organisasional menyiratkan hubungan pegawai dengan organisasi secara aktif. Sebab, pegawai yang mempunyai kinerja yang tinggi akan semakin berkembang jika bekerja pada lingkungan organisasi yang memiliki komitmen kinerja tinggi yang didukung oleh semangat kerja para pegawai, menuntut para pegawainya untuk mempunyai komitmen kerja yang tinggi, sehingga lingkungan yang demikian akan mempengaruhi pegawai untuk meningkatkan prestasi kerjanya. Menurut hasil wawancara pada perusahaan BSBA, prestasi kerja karyawan BSBA dapat dilihat dari pencapaian target kerja yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu walaupun peningkatannya belum signifikan. Sebagian besar karyawan sudah mencapai target yang

74 t idak pernah m encapai st andar 0% kadang-kadang m encapai st andar 13% rat a-rat a m em enuhi st andar 65% sedikit m elebihi st andar 8% selalu jauh m elebihi st andar 14%

ditentukan dari perusahaan walaupun belum jauh melampaui target yang diberikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian terhadap kinerja responden yang merupakan karyawan BSBA dengan menggunakan kuesioner (Gambar 14).

Gambar 14. Kinerja Karyawan (Butir B8)

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Gambar 14 merupakan penjabaran dari kuesioner butir B8 dengan pernyataan “selama bekerja di perusahaan ini, saya secara konsisten menunjukkan kinerja yang…” diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab rata-rata memenuhi standar sebanyak 65% dan 14% responden menjawab selalu jauh melebihi standar. Sedangkan tidak ada responden yang menjawab untuk pernyataan tidak pernah mencapai standar. Hal ini membuktikan bahwa karyawan BSBA memiliki kinerja yang baik dan sesuai dengan hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Karyawan BSBA juga sudah mengamalkan makna dari Q.S At Taubat :

75 105 yang berisi kewajiban para pekerja yang harus semaksimal mungkin dalam memberikan kemampuannya demi kemajuan tempat mereka bekerja dan mencari nafkah.

Selain itu, karyawan BSBA juga memiliki semangat kerja yang tinggi jika dilihat dari absensi dan kehadiran. Berdasarkan hasil wawancara yang terdapat pada lampiran 12 karyawan rata-rata hadir 30 menit sebelum jam kerja dimulai agar bisa melakukan persiapan kerja dengan baik dan tidak terburu-buru. Para karyawan juga melakukan prosedur kerja serta mentaati aturan kerja yang ada di perusahaan, seperti menggunakan seragam kerja yang sesuai jadwal dan ketentuan serta melakukan prosedur untuk menjamin output bakso yang sehat dan bebas kontaminan hingga akhirnya sampai kepada konsumen dengan melakukan serangkaian prosedur kerja dari hulu ke hilir seperti K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) untuk menjaga keamanan dari karyawan itu sendiri dan higienitas dalam menjamin kualitas produk. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian menggunakan kuesioner yang mewakili keterlibatan dan keterikatan karyawan terhadap perusahaan demi kemajuan perusahaan yang merupakan bagian dari komitmen afektif (Gambar 15).

76 ya 100% t idak 0% Gambar 15.

Komitmen Afektif : Tingkat Kepatuhan Karyawan dalam Memberi Jaminan Output Bakso Sehat (Butir B1)

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Gambar 15, menjelaskan bahwa 100% responden melakukan tindakan untuk menjamin output bakso yang sehat yang terdiri dari prosedur-prosedur kerja. Hal ini merupakan salah satu praktik dari komitmen afektif dan sekaligus membuktikan bahwa apa yang dilakukan manajemen dalam upaya menjaga kualitas produk dapat dijalankan dengan baik oleh seluruh karyawan (Gambar 16).

77 Gambar 16. Komitmen Karyawan dalam Menjamin Kualitas

Output Bakso yang Sehat dan Aman.

Sumber : Bakso Sehat Bakso Atom, 2013

Gambar 16 memperlihatkan bahwa karyawan menggunakan seluruh atribut wajib yang harus dikenakan selama bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan BSBA memiliki komitmen yang tinggi dalam bekerja serta dalam menjaga kualitas produk. Selain itu, menjaga kualitas produk dari hulu hingga hilir merupakan aplikasi dari seluruh subsistem agribisnis, mulai dari penanganan bahan baku hingga menjadi produk jadi yang siap dipasarkan kepada konsumen. Perusahaan BSBA menjaga keterkaitan dan kesinambungan dari subsitem-subsistem tersebut, mulai dari penggunaan daging sapi yang berasal dari daging sapi bali kualitas prima, tanpa limbah daging. Penggilingan daging yang digunakan dengan mesin penggiling khusus yang selalu dijaga higienitasnya, proses penyembelihan yang dilakukan sesuai ketentuan Islam dan pemotongan yang dilakukan

78 dengan alat-alat yang bebas kontaminan, hingga proses produksi yang tidak menggunakan bahan pengawet, tanpa pengenyal, tanpa borax. BSBA juga tidak mengandung bahan kimia tambahan lain yang membahayakan bagi kesehatan. Kualitas bahan utama BSBA menghasilkan produk yang memiliki cita rasa dan kekenyalan asli dari daging yang digunakan (dapat dilihat pada lampiran 7), sehingga dapat dipastikan produknya sehat, aman, halal, dan layak dikonsumsi. Perusahaan BSBA menghasilkan produk yang terjamin higienitas dan kehalalannya sesuai nilai-nilai keislaman yang terdapat dalam Q.S Al Maidah : 88 yang menerangkan tentang perintah Allah SWT kepada manusia untuk selalu mengkonsumsi makanan yang baik serta halal.

Selain untuk menjaga kualitas produk, karyawan BSBA pun menjaga kualitas dari hubungan antar karyawan ataupun antara karyawan dengan perusahaan melalui keikutsertaannya pada kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh perusahaan demi menjaga keakraban dan kekompakkan karyawan dengan perusahaan (Gambar 17).

79 Gambar 17. Karyawan Mengikuti Kegiatan Perusahaan.

Sumber : Bakso Sehat Bakso Atom, 2013

Gambar 17 memperlihatkan bahwa karyawan ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kekompakkan dan keakraban antar karyawan dan juga kepada perusahaan agar selalu tercipta kondisi kerja yang baik di dalam perusahaan yang dapat mendukung meningkatnya kinerja. Hal ini tentunya sesuai dengan Hadist Rasulullah SAW dan Q.S Al Ma’idah:2 dan Q.S An Nisa : 1 yang menjelaskan bahwa tolong-menolong sesama manusia dalam kebaikan dan menjaga silaturahmi adalah keharusan.

Komitmen karyawan yang muncul saat tetap bertahan pada organisasi dikarenakan sejumlah faktor, yaitu content factor dan

context factor (Herzberg dalam Robbins, 2006:213) terbukti dimiliki oleh karyawan BSBA. Salah satu content factor yang dimiliki adalah komitmen terhadap pekerjaan, karyawan dapat menyelesaikan

80 t idak pernah

2%

ham pir t idak pernah 6% kadang-kadang 27% sering 59% selalu 6%

pekerjaan dengan baik dan melebihi standar perusahaan sehingga menerima reward yang sesuai dari perusahaan. Sedangkan context factor yang mempengaruhi kinerja karyawan salah satunya adalah kondisi kerja (Gambar 18 dan Tabel 6).

Gambar 18.

Komitmen Berkesinambungan : Tingkat Kesesuaian Reward Apabila Karyawan Menyelesaikan Pekerjaan dengan Baik dan Melebihi

Standar Perusahaan (Butir C10).

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Gambar 18 merupakan penjabaran hasil dari salah satu kuesioner mengenai komitmen berkesinambungan butir C10 dengan pernyataan “Perusahaan memberikan reward/penghargaan apabila saya menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan melebihi standar perusahaan.” Jawaban terbanyak dari responden dengan 59% adalah “sering”. Hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan BSBA dapat membuktikan komitmennya dengan mampu mengerjakan pekerjaan

81 dengan baik sehingga mendapat reward yang sesuai dari perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa karyawan BSBA diberikan reward apabila menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan melebihi target. Reward tersebut dapat berupa uang, promosi, beasiswa, dll.

Tabel 6. Persentase Jawaban Kuesioner Butir B3 dan B4 Subvariabel Komitmen Berkesinambungan (Context Factor)

But ir Pernyat aan

Sarpras Perusahaan

Persent ase Jaw aban (%) Tidak Sesuai Kurang Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Sangat Sesuai B3 Fasilit as Sosial (t oilet , t em pat ibadah) 0 0 4,7 56,25 39,06 B4 Lingkungan Kerja (AC, exhaust ) 0 0 6,25 65,62 28,13

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa kesesuaian kondisi kerja mempengaruhi kinerja karyawan BSBA. Kondisi kerja di perusahaan misanya fasilitas sosial dan lingkungan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden menjawab bahwa kondisi sarana dan prasarana perusahaan sudah sesuai dan baik sehingga dapat mendukung pelaksanaan kerja. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bahwa sarana dan prasarana perusahaan sudah sesuai dengan kebutuhan karyawan walaupun dari segi kuantitas masih ada beberapa yang belum mencukupi.

82 Tidak Pernah

0%

Ham pir Tidak Pernah 2% Kadang-Kadang 17% Sering 70% Selalu 11%

Komitmen karyawan yang muncul dengan memberikan semua kekuatan diri yang dimiliki merupakan komitmen normatif. Komitmen normatif ini memberikan pengaruh terhadap kinerja karyawan maupun perusahaan (Gambar 19).

Gambar 19.

Komitmen Normatif : Tingkat Kesediaan Karyawan Memberikan Saran/Ide Bagi Kepentingan Perusahaan (Butir C13)

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Gambar 19 menjabarkan kuesioner butir C13 yang berisi pernyataan “Saya memberikan saran/ide untuk kepentingan dan kemajuan perusahaan.” Responden menjawab “sering” sebanyak 70% sehingga dapat disimpulkan bahwa karyawan memberikan ide-idenya untuk kemajuan perusahaan. Hal ini bukan hanya baik bagi kinerja karyawan tetapi juga bagi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sesuai dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa karyawan dibebaskan mengutarakan pendapatnya demi kemajuan perusahaan

83 yang dilakukan secara rutin pada saat briefing. Hal ini dapat membantu karyawan dalam mengembangkan segala potensi yang dimiliki serta membantu kemajuan perusahaan. Kegiatan briefing yang dilakukan secara rutin dapat dilihat pada gambar 20.

Gambar 20. Kegiatan Briefing Rutin Bakso Sehat Bakso Atom.

Sumber : Bakso Sehat Bakso Atom, 2013

Selain itu, karakteristik responden menurut Steers (dalam

Amstrong, 1996:213) mengenai tingkat pendidikan menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula harapannya, sehingga tidak mungkin dipenuhi oleh organisasi, akibatnya semakin rendah komitmen karyawan pada organisasi. Dari hasil penelitian, sebagian besar pendidikan terakhir dari responden adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga para karyawan tersebut memiliki komitmen organisasional yang cukup tinggi terhadap BSBA.

84

2. Pengaruh Variabel Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Bakso Sehat Bakso Atom

Pengaruh variabel budaya organisasi (X2) terhadap kinerja

karyawan BSBA (Y) diperoleh dari hasil analisis regresi linier berganda dan uji t. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi bernilai 0,507 yang berarti variabel ini memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hasil uji t untuk variabel ini diperoleh 3,436 (thitung>ttabel) dengan α=5% yang

berarti bahwa variabel ini memiliki pengaruh nyata atau signifikan terhadap kinerja karyawan BSBA.

Adanya pengaruh variabel budaya organisasi terhadap kinerja karyawan sesuai dengan teori Robbins (dalam Sopiah, 2008:134) yang menyatakan bahwa secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dengan budaya organisasi dan pada umumnya mereka akan dipengaruhi oleh keanekaragaman sumber-sumber daya yang ada sebagai stimulus seseorang bertindak. Mullins (2005:891) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah kumpulan tradisi, nilai-nilai, kebijakan, kepercayaan, dan sikap yang merupakan sebuah hubungan yang meliputi apapun yang kita kerjakan dan pikirkan di sebuah organisasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada kuesioner butir B7 dimana responden ditanyakan mengenai pengetahuan tentang nilai-nilai utama yang dianut perusahaan dan 81% menjawab bahwa mereka

85 mengetahui nilai-nilai utama perusahaan. Kemudian pada kuesioner butir B8 responden menyebutkan nilai-nilai tersebut (Tabel 7).

Tabel 7. Hasil Kuesioner Budaya Organisasi Butir B7

Jum lah Nilai yang Disebut kan Responden 1-2 niai 3 nilai 4-5 nilai

Jum lah (%) 29,7 62,5 7,8

Jum lah Nilai yang Disebut kan Responden 1-2 niai 3 nilai 4-5 nilai

Jum lah (%) 29,7 62,5 7,8

Jum lah Nilai yang Disebut kan Responden 1-2 niai 3 nilai 4-5 nilai

Jum lah (%) 29,7 62,5 7,8

Jum lah Nilai yang Disebut kan Responden 1-2 niai 3 nilai 4-5 nilai

Jum lah (%) 29,7 62,5 7,8

Jum lah Nilai yang Disebut kan Responden 1-2 niai 3 nilai 4-5 nilai

Jum lah (%) 29,7 62,5 7,8

Jum lah Nilai yang Disebut kan Responden 1-2 niai 3 nilai 4-5 nilai

Jum lah (%) 29,7 62,5 7,8

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden hanya bisa menjawab 3 dari 5 nilai utama perusahaan BSBA. Kemudian 29,7% responden hanya bisa menjawab 1-2 nilai dan 7,8% responden data menjawab 4-5 nilai perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa karyawan BSBA sudah mengetahui nilai-nilai utama yang dianut perusahaan, namun sebagian besar responden belum bisa menyebutkan semua nilai perusahaan secara sempurna.

86 Selain harus dapat mengetahui nilai-nilai utama perusahaan, responden juga harus memahami nilai-nilai tersebut. Sebanyak 75% responden menjawab bahwa mereka memahami nilai-nilai utama perusahaan. 25% responden menjawab tidak memahami nilai-nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memahami nilai-nilai utama perusahaan, tetapi masih cukup banyak responden yang belum memahami nilai-nilai tersebut.

Proses penciptaan budaya organisasi menjadi bagian penting dalam membuat karyawan memahami dan dapat mengikuti budaya tersebut. Proses tersebut diantaranya : (Sunyoto, 2013:226)

a. Pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang memiliki satu pikiran dan satu perasaan dengan mereka. Hal ini dibuktikan pada saat melakukan perekrutan karyawan, pemilik perusahaan BSBA menjadi salah satu tim penilai. Dan sesuai hasil wawancara bahwa pemilik perusahaan seringkali menghadiri briefing terutama di kantor pusat untuk mengawasi dan mengikuti diskusi. Briefing menjadi salah satu media dalam memaparkan rencana dan hasil kerja karyawan serta memberikan kebebasan karyawan dalam berpendapat sehingga memudahkan pemilik dalam memberikan penilaian atas kinerja karyawannya.

b. Pemilik melakukan indoktrinasi dan mensosialisasikan cara pikir serta berperilaku mereka kepada karyawan. Saat memberikan informasi dan pengarahan, baik pemilik ataupun top management

87 Tidak Pernah 0% Ham pir Tidak Pernah 0% Kadang-kadang 12% Sering 66% Selalu 22%

selalu memberikan pengetahuan seputar aturan dan standarisasi perusahaan serta selalu mengingatkan visi dan misi perusahaan kepada karyawan serta nilai-nilai pokok yang dimiliki perusahaan, diantaranya :

a) Optimis dan Percaya Diri : “Ubah semua kata tidak bisa menjadi bisa”.

Salah satu nilai perusahaan BSBA ini diwakii oleh kuesioner butir C15 (Gambar 21).

Gambar 21.

Budaya Organisasi : Optimis dan Percaya Diri (Butir C15).

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Gambar 21 memaparkan kuesioner yang berisi pernyataan “Saya berpikiran positif dan bekerja dengan penuh semangat dalam bekerja”. Responden menjawab “selalu” sebanyak 22% dan menjawab “sering” sebanyak 66%. Hal ini menunjukkan hampir seluruh karyawan BSBA selalu berpikir optimis dalam bekerja.

88 Nilai optimis dan percaya diri yang dianut oleh perusahaan BSBA sesuai dengan Q.S Yusuf : 12 yang menjelaskan perintah Allah SWT kepada umatnya agar tidak mudah putus asa.

b) Berbagi : Jika kamu ingin bahagia, maka kamu harus berbagi. Nilai berbagi yang dianut oleh perusahaan BSBA diwakili dengan kuesioner butir C16 (Gambar 22).

Gambar 22.

Budaya Organisasi : Berbagi (Butir C16)

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Gambar 22 merupakan hasil penjabaran dari kuesioner butir C16 yang berisi pernyataan “Saya memberikan bantuan kepada rekan kerja apabila mereka kurang memahami/kurang informasi mengenai pekerjaan”. Responden menjawab sering melakukan tindakan tersebut sebanyak 66%, responden menjawab selalu

Tidak Pernah 0% Ham pir Tidak Pernah 0% Kadang-kadang 12% Sering 66% Selalu 22%

89 dan kadang-kadang masing-masing sebanyak 22% dan 12%. Kesimpulannya bahwa responden sebagian besar sudah menjalankan nilai berbagi yang dianut perusahaan. Nilai tersebut sesuai dengan Q.S Al Ma’idah : 2 mengenai tolong-menolong antar sesama makhluk Allah SWT. Dengan kata lain, berbagi merupakan salah satu cara menolong orang lain.

c) Berdoa : Tidak akan mendapat berkah jika tidak dimulai dengan berdoa.

Nilai berdoa yang dianut perusahaan diwakili oleh kuesioner butir C17 yang berisi pernyataan “Saya menyediakan waktu bersama dengan rekan-rekan lainnya untuk berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebelum dan setelah bekerja” (Gambar 23).

90 Gambar 23.

Budaya Organisasi : Berdoa (Butir C17)

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Gambar 23 menunjukkan hasil dari jawaban responden terhadap kuesioner butir C17. Responden yang menjawab sering melakukan tindakan tersebut sebanyak 59% dan yang menjawab selau hanya 33%. Kesimpulannya adalah mayoritas karyawan BSBA sudah selalu melaksanakan nilai berdoa yang dilakukan secara rutin, tetapi cukup banyak karyawan yang belum melakukannya secara rutin. Nilai berdoa yang dianut oleh perusahaan sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang terdapat pada Q.S Al Mu’min : 60 yang menjelaskan bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa hambaNya apabila ia berdoa dengan bersungguh-sungguh. Tidak Pernah 0% Ham pir Tidak Pernah 0% Kadang-kadang 8% Sering 59% Selalu 33%

91 d) Kerja Keras : Jika kamu ingin mendapat hasil yang

lebih, kamu harus bekerja lebih.

Nilai kerja keras yang dianut perusahaan diwakili oleh kuesioner butir C18 (Gambar 24).

Gambar 24.

Budaya Organisasi : Kerja Keras (Butir C18)

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Gambar 24 menunjukkan hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang berisi pernyataan “Saya mengeluarkan seluruh kemampuan untuk hasil kerja terbaik untuk perusahaan”. Responden yang menjawab sering sebanyak 56%, kadang-kadang 25%, selalu 16%, dan hampir tidak pernah sebanyak 3%. Kesimpulannya adalah sebagian besar karyawan telah memberikan kinerja terbaik mereka untuk perusahaan dengan menerapkan nilai kerja keras yang dianut

Tidak Pernah 0% Ham pir Tidak Pernah 3% Kadang-kadang 25% Sering 56% Selalu 16%

92 BSBA. Namun masih cukup banyak karyawan yang belum melakukan hal tersebut secara maksimal. Nilai tersebut sesuai dengan Q.S Al Jumuah : 9-10 yang menjelaskan tentang perintah Allah SWT agar hambaNya senantiasa berusaha dengan giat, bekerja keras dan belajar sungguh-sungguh.

e) Menuntut Ilmu : Belajar menjadi enterpreuner.

Nilai menuntut ilmu diwakili oleh kuesioner butir C19. Kuesioner tersebut berisi pernyataan “Saya membaca majalah/buku/koran/sumber bacaan lain untuk menambah wawasan/ilmu pengetahuan yang mendukung pekerjaan untuk meningkatkan kinerja” (Gambar 25).

Gambar 25.

Budaya Organisasi : Menuntut Ilmu (Butir C19)

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Gambar 25 menjelaskan hasil dari jawaban kuesioner mengenai salah satu nilai utama yang dianut

Tidak Pernah 0% Ham pir Tidak Pernah 3% Kadang-kadang 22% Sering 64% Selalu 11%

93 perusahaan BSBA, yaitu menuntut ilmu. Responden yang sering menerapkan nilai tersebut terdapat sebanyak 64%, yang kadang-kadang menerapkan nilai tersebut sebanyak 22%, responden yang selalu menerapkan nilai tersebut sebanyak 11% dan 3% yang hampir tidak pernah menerapkannya. Kesimpulannya adalah banyak karyawan BSBA yang sudah melakukan upaya-upaya dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan bagi kemajuan diri dan perusahaan. Hal ini sesuai dengan Q.S Al Mujadalah : 11 yang menjelaskan bahwa Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Selain itu, hasil wawancara yang menyatakan bahwa sebagian karyawan sudah ter-update dari sisi ilmu, namun sebagian besar dari mereka lebih menyukai mendapatkan informasi secara langsung dari pimpinan atau rekan kerja dibandingkan dengan membaca koran/buku.

Perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan menginternalisasi keyakinan, nilai, serta asumsi tersebut. Pada saat rapat atau acara-acara internal perusahaan, pemilik BSBA tidak jarang memberikan motivasi dan semangat pada karyawannya

94 serta menjadi contoh yang baik bagi karyawannya bagaimana perjuangan sang pemilik perusahaan sebelum sampai pada titik seperti sekarang ini. Selain itu, pada setiap perekrutan karyawan, perusahaan selalu menampilkan kisah dan sejarah pendiri perusahaan serta awal berdirinya perusahaan BSBA.

Selain mengetahui cara membentuk budaya organisasi, terdapat juga cara untuk menerapkan budaya organisasi, diantaranya : (Sopiah, 2008:137)

a. Penceritaan kisah atau stories. Budaya organisasi dapat ditanamkan melalui penceritaan kisah-kisah tentang para pendiri organisasi, kesuksesan organisasi, pengurangan tenaga kerja, reaksi organisasi terhadap kesalahan masa lalu, dan penanganan organisasi. Hal-hal tersebut dilakukan pada saat

briefing, meeting, program pelatihan dan pengembangan, perekrutan, dan momen-momen lainnya, dapat dilihat pada gambar 26.

95 Gambar 26. Penceritaan Kisah (Stories)

Sumber : Bakso Sehat Bakso Atom, 2013

b. Ritual, merupakan serangkaian aktivitas berulang yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai dasar organisasi, tujuan penting organisasi, orang-orang penting dalam organisasi, orang mana yang dapat dikeluarkan. Misalnya nyanyian perusahaan yang digunakan oleh Wal-Mart, IBM, Ericsson, dan Deutsche Bank. Perusahaan BSBA juga memiliki nyanyian dan yel-yel yang selalu dinyanyikan setiap awal dan akhir briefing, meeting, dll.

96 Gambar 27. Ritual Karyawan Menggunakan Yel-Yel BSBA

Sumber : Bakso Sehat Bakso Atom, 2013

Gambar 27 memperlihatkan ritual menyanyikan yel-yel perusahaan oleh karyawan. Hal tersebut dipercaya dapat menambah semangat dalam diri karyawan dan rasa bangga karyawan terhadap perusahaan, karena dalam nyanyian dan yel-yel tersebut berisi lirik seputar perusahaan dan produk-produknya yang tentunya tidak dimiliki perusahaan lain, sehingga karyawan akan selalu mengingat produk dan perusahaan tempat ia bekerja sehingga dapat memberikan ciri khas/ identitas bagi karyawan yang berbeda dari organisasi lainnya. Family Gathering yang rutin diadakan setiap tahun sekali juga menjadi salah satu ritual yang dapat mempererat antar karyawan dan juga karyawan dengan perusahaan, dapat dilihat pada gambar 28.

97 Gambar 28. Kegiatan Family Gathering

Sumber : Bakso Sehat Bakso Atom, 2013

Selain itu, BSBA menggunakan simbol-simbol untuk mensosialisasikan budaya organisasinya. Simbol-simbol material, misalnya penataan ruang kantor, perabot yang digunakan, jenis mobil yang digunakan, pakaian khusus, bonus eksekutif, dan sebagainya. Seragam lengkap mulai dari baju hingga sepatu bagi karyawannya agar semua karyawan mengenakan pakaian yang sama yang dapat memberikan identitas bagi karyawan. Seragam ini dipakai oleh karyawan sesuai jadwal yang telah ditentukan perusahaan. Mobil operasional perusahaan yang digunakan diberi cat orange dan dicantumkan nama serta logo perusahaan. Warna dominan dari perusahaan Bakso Sehat Bakso Atom yaitu warna orange

sehingga kantor, outlet, rumah produksi, dan alat-alat yang digunakan dominan warna orange. Selain itu, perusahaan juga selalu membuat peraturan/ tata tertib, Standard Operational

98 Procedure (SOP) dan kata-kata mutiara, dan atau slogan (Gambar 29).

Gambar 29.

Budaya Organisasi : Responden Melihat Slogan yang Berisi Nilai

Dokumen terkait