• Tidak ada hasil yang ditemukan

dengan mengamati :

1. Tinggi tanaman (cm), diamati 0.5 cm dari permukaan tanah dan diberi tanda saat 0 MST. Pengamatan dilakukanpada 0,2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST (Minggu Setelah Pindah Tanam).

2. Diameter batang (mm), diukur pada diameter terbesar pada tanaman menggunakan jangka sorong dan diberi tanda saat 0 MST.Pengamatan dilakukanpada 0,2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST.

3. Berat basah akar (g), diukur daribobot akar sebelum dikeringkan. Pengamatan dilakukan pada akhir percobaan I, yaitu 12 MST.

4. Berat kering akar (g), diukur dari bobot akar setelah dikeringkan. Pengamatan dilakukan pada akhir percobaan I, yaitu 12 MST.

5. Analisis tanah, yang diamati meliputi pH tanah dan kandungan hara tanah. Pengamatan dilakukan pada awal penelitian.

Pengamatan percobaan II, pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemon terhadap pertumbuhan tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi, dilakukan dengan mengamati pertumbuhan tunas yang merupakan hasil dari perbanyakan vegetatif dengan teknik chip-budding. Penggunaan parameter persentase okulasi bertunas, waktu tumbuh tunas, jumlah tunas, panjang tunas, diameter tunas, dan jumlah daun tunas pada penelitian ini mengacu pada penelitian Alexandrianus (2005) dan Hutapea (2006).

Pengamatan pertumbuhan tunas okulasi meliputi :

1. Persentase okulasi hidup (%) : persentase okulasi hidup dilihat dari jumlah okulasi yang masih hidup dan segar baik yang sudah bertunas maupun yang belum bertunas diamati pada 12 MSO (Minggu Setelah Okulasi).

∑ ∑

2. Persentase okulasi bertunas (%) : persentase okulasi bertunas dihitung dari jumlah okulasi yang masih hidup segar dan sudah bertunas, diamati pada 12 MSO.

∑ ∑

3. Persentase okulasi dorman (%) : persentase okulasi dorman dihitung dari jumlah okulasi yang masih hidup segar namun tidak mengalami pecah tunas, diamati pada 12 MSO.

∑ ∑

4. Waktu tumbuh tunas (HSO atau Hari Setelah Okulasi), diamati pada hari saat tanaman pecah tunas setelah okulasi. Pengamatan dilakukan sejak 1 MSO hingga 12 MSO.

5. Jumlah tunas, diukur dari banyaknya tunas yang tumbuh dari mata tunas hasil okulasi yang ukurannya lebih dari 0.5 cm pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan pada 12 MSO.

6. Pertambahan panjang tunas dan panjang tunas (cm), tunas diamati dari pangkal tunas sampai titik tumbuh tunas. Pengamatan pertambahan panjang tunas dilakukan sejak tanaman mengalami pecah tunas hingga akhir percobaan II dan diamati setiap minggu. Sedangkan pengamatan panjang tunas hanya dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.

7. Diameter tunas (mm), diukur pada lingkar tunas 2 cm dari pangkal tunas. Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.

8. Jumlah daun tunas (helai), dihitung dari banyaknya daun yang tumbuh pada tunas hasil okulasi dan sudah terbuka sempurna. Penghitungan dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.

9. Panjang daun tunas (cm), diamati pada daun ketiga yang sudah membuka sempurna dan diukur memanjang dari pangkal daun ke ujung daun. Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.

10.Lebar daun tunas (cm), diamati pada daun ketiga yang sudah membuka sempurna dan diukur melintang pada permukaan daun terlebar. Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi Umum

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 hingga Mei 2012, dimana temperatur rata-rata pada saat pelaksanaan penelitian adalah 25.9°C yang merupakan temperatur sesuai untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Manner et al. (2006) menyatakan bahwa temperatur optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk berkisar antara 25-30°C. Curah hujan rata-rata pada bulan November 2011 sampai dengan Mei 2012 adalah 334.79 mm, dengan kelembaban udara rata-rata selama penelitian 84%, kondisi tersebut merupakan kondisi yang masih dapat mendukung pertumbuhan meskipun sedikit tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Tanaman jeruk dapat tumbuh optimal pada kisaran kelembaban udara antara 50-80%. Tanaman jeruk masih dapat tumbuh baik pada daerah dengan iklim kering asalkan ketersediaan air cukup. Data iklim yang diperoleh merupakan data iklim lokasi penelitian secara makro, data tabel iklim makro pada Lampiran 1. diperoleh dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor.

Manner et al. (2006) menyatakan bahwa tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik pada pH antara 5-8. Ketiga bahan organik yang digunakan pada penelitian ini memiliki pH yang berbeda-beda dan pupuk kandang domba memiliki pH sedikit lebih basa dari kisaran pH yang dianjurkan untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Namun arang sekam dan tanah yang digunakan memiliki pH yang netral sehingga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan tanaman jeruk. Kandungan unsur Karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), Kalium (K), dan pH dalam media tanam yang digunakan pada penelitian telah dianalisis di Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Kelima bahan penyusun komposisi media tanam yang digunakan memiliki sifat kimia dan fisik yang berbeda. Komposisi media tanam(tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) merupakan media yang paling cepat kering dibandingkan dengan kedua komposisi media lainnya dan komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1

V/V)merupakan media yang paling lembab diantara komposisi media lainnya. Analisis sifat kimia kelima bahan penyusun komposisi media tanam menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan unsur hara makro dan pH media tanam

Bahan media C N P K pH Sifat

kemasamana %

Arang sekam 29.95 0.38 0.12 0.65 7.40 netral Pupuk kandang domba 37.17 2.04 0.88 2.75 8.30 agak basa

Kompos 45.52 1.02 0.59 0.97 7.60 agak basa Kascing 33.89 2.14 1.06 1.06 5.50 agak masam

a

Sifat kemasaman berdasarkan data kriteria sifat-sifat kimia tanah PusatPenelitian Tanah dan Agroklimat (1994)

Batang bawah Rough Lemon(RL)yang dipindahtanamkan mengalami kelayuan daun pada satu bulan pertama akibat stress setelah ditransportasikan dari Garut ke Bogor tanpa media. Hal ini disebabkan oleh transpirasi tanaman yang tinggi selama perjalanan tidak diimbangi dengan asupan air yang biasanya diperoleh dari media. Menurut Campbell (2003), transpirasi yang tinggi dapat membuat sel-sel kehilangan turgornya sehingga ukuran sel akan berkurang, stomata menutup, difusi CO2 menurun, fotosintesis menurun, sehingga hasil fotosintat juga menurun yang berakibat kematian sel dan jaringan karena rendahnya hasil fotosintat. Hal inilah yang juga terjadi pada batang bawah jeruk RL pada awal percobaan I.Batang bawah umur 5, 8, dan 11 bulan yang mati saat ditransportasikan berjumlah masing-masing 15%, 10%, dan 10%. Batang bawah RL kemudian tumbuh segar kembali setelah kurang lebih 2 bulan berada di media perlakuan. Hal ini menunjukkan jika batang bawah RL sudah mulai bisa beradaptasi dengan media tanam yang baru.

Rata-rata tinggi bibit batang bawah pada awal percobaan I pada kelompok umur 5, 8, dan 11 bulan sebesar 22.40 cm, 36.23 cm, dan 54.25 cm.Rata-rata

Bahan media C-org N-total P [Bray l] (ppm) K (me/100g) pH 1:1 (KCl) kemasamanSifat a % Tanah 1.28 0.13 10.3 0.15 6.90 netral

diameter awal bibt batang bawah umur 5, 8, dan 11 bulan sebesar 2.67 mm, 3.48 mm, dan 5.11 mm. Sedangkan untuk rata-rata jumlah daun pada bibit batang bawah umur 5, 8, dan 11 bulan adalah sebesar 15 helai, 23 helai, dan 35 helai.

Jumlah bibit batang bawah RL yang bertahan hidup pada setiap perlakuan media tanamdi percobaan I berbeda – beda. Jumlah bibit yang bertahan hidup pada media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) sebanyak 67%, bibit yang bertahan hidup pada media (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) sebanyak 90%, dan bibit yang bertahan hidup pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) sebanyak 90%.

Okulasi dilakukan pada pagi hari dan saat hari cerah. Bibit batang bawah RL yang telah diokulasi dengan mata tempel jeruk Keprok Garut ditempatkan pada lapangan terbuka tanpa naungan dan disesuaikan dengan rancangan yang digunakan. Kondisi tempat pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat padaGambar 2. Looping (pembengkokan bibit batang bawah) dilakukan setelah 4 MSO dengan tujuan mempercepat pecah tunas.

Gambar 2. Kondisi lingkungan tumbuh bibit jeruk Keprok hasil perbanyakan okulasi di lapangan terbuka

Bibit jeruk yang terserang hama dan penyakit selama percobaan I diantaranya 5% terserang hama ulat terowongan jeruk dan 25% terserang penyakit busuk akar. Penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Phytophthorayang menyerang pangkal batang jeruk RL. Bibit jeruk RL yang terserang tampak layu dan lama kelamaan batang mati dan mengering, bagian pangkal batang hingga

akar berwarna kehitaman ketika tanaman dicabut dari media tanam terlihat seperti Gambar 3. Penyakit busuk akar disebabkan karena kondisi media yang terlalu lembab dan aerasi media yang kurang baik sehingga media jenuh air saat curah hujan cukup tinggi.

Tanaman yang telah diokulasi (percobaan II), terserang hama kutu daun sebanyak 10% danterserang hama pengorok daun sebanyak 25%, serangan terjadi pada saat mata tempel mulai pecah tunas. Gejala serangan hama kutu daun ialah daun-daun muda berubah bentuk menjadi pilinan dan menggulung, pada tunas dan daun muda terdapat koloni kutu.Gejala serangan hama pengorok daun diketahui dengan ciri daun jeruk berkerut dan menggulung lalu mengering. Pada tunas-tunas muda, di daun yang terserang terdapat kotoran kutu berupa benang-benang putih seperti spiral seperti yang terlihat pada Gambar 4. Hama lain yang berada di sekitar lokasi penelitian adalah belalang, semut, dan siput.

Gambar 3. Bibit batang bawahRough Lemonyang terserang penyakit busuk akar

Gambar 4. Daun muda yang terserang hama pengorok daun

Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan insektisida dan fungisida, yaitu Matador 25 EC dan Dithane sehingga serangan hama tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman contoh. Untuk percobaan I, pengendalian hama dilakukan setiap dua minggu sekali dan untuk percobaan II, pengendalian hama dilakukan setiap minggu setelah sebagian besar bibit mengalami pecah tunas, yaitu pada 4 MSO hingga tunas berumur kurang lebih satu bulan.

Gulma yang ditemui di area penelitian antara lain jukut pahit (Axonophus compresus), patikan (Euphorbia hirta), putri malu (Mimosa pudica), babadotan (Ageratum conizoides), dan keladi (Caladium bicolor). Pengendalian gulma dilakukan rutin setiap minggu secara manual.

Percobaan I. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang Bawah

Percobaan I dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk RL terhadap pertumbuhan batang bawah dilakukan selama 12 minggu.Hasil analisis ragam dari tolok ukur yang diamati pada percobaan I, pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap pertumbuhan bibit batang bawah ditampilkan pada Lampiran 3-18. Rekapitulasi hasil sidik ragam untuk semua parameter yang diamati pada percobaan I dicantumkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertumbuhan batang bawah Rough Lemon Parameter MST Komposisi media Umur batang bawah Interaksi KK Tinggi batang bawah

(cm) 0 tn ** tn 17.19 2 * ** tn 16.16 4 * ** tn 16.23 6 * ** tn 15.73 8 * ** tn 15.60 10 tn ** tn 21.18 12 * ** tn 21.91 Diameter batang bawah (mm) 0 tn ** * 9.68 2 * ** tn 9.78 4 * ** tn 10.12 6 ** ** tn 11.42 8 ** ** tn 11.01 10 tn ** tn 12.75 12 tn ** tn 11.51

Bobot basah akar (g) 12 ** * ** 22.96a)

Bobot kering akar (g) 12 * tn ** 22.78a)

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam

* = Berpengaruh nyata pada α = 5% ** = Berpengaruh sangat nyata pada α = 1% tn = Tidak berpengaruh nyata

a)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk RL berpengaruh sangat nyata terhadap parameter bobot basah akar dan bobot kering akar, serta berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang bawah saat 0 MST. Interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk RL tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi batang bawah pada 0-12 MST dan diameter batang bawah pada 2-12 MST. Faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap parameterbobot basah akar, diameter batang bawah saat 6 dan 8 MST. Sedangkan faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi batang bawah pada 2, 4, 6, 8, dan 12 MST, diameter batang bawah pada 2 dan 4 MST, serta bobot kering akar batang bawah.

Faktor tunggal umur batang bawah jeruk RL berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi batang bawah RL pada 0-12 MST dan diameter batang bawah RL pada 0-12 MST, serta berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar.

Tinggi Bibit Batang Bawah

Pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah serta interaksinya terhadap tinggi bibit batang bawah jeruk RL dicantumkan pada Tabel 3.Tinggi bibit batang bawah jeruk RL terbesar pada 0-12 MST dihasilkan oleh bibit berumur 11 bulan (54.25; 51.30; 51.61; 51.27; 51.44; 51.01; dan 51.47 cm) diikuti bibit batang bawah umur 8 (36.23; 34.86; 34.77; 34.52; 34.60; 34.10; dan 34.71 cm) dan 5 bulan (22.40; 22.19; 22.21; 22.57; 22.80; 20.86; dan 21.82 cm). Media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) menghasilkan tinggi bibit batang bawah terbesar, diikuti dengan media tanam (tanah: arang sekam: kascing), dan media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba).

Interaksi antara faktor komposisi media tanam dan umur batang bawah RL tidak berpengaruh nyata pada tinggi bibit batang bawah selama percobaan I berlangsung.

Tabel 3. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadaptinggi (cm) batang bawah Rough Lemon

Komposisi media tanam Umurbatangbawah Rataan 5bulan 8bulan 11bulan

.... Tinggi 0 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 20.48 33.20 48.15 33.94 Tanah: arangsekam: kompos 26.31 38.40 61.11 41.94 Tanah: arangsekam: kascing 20.42 37.10 53.49 37.00

Rataan 22.40c 36.23b 54.25a

.... Tinggi 2 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 20.17 29.42 47.92 32.50b Tanah: arangsekam: kompos 25.90 38.08 59.23 41.07a Tanah: arangsekam: kascing 20.51 37.08 46.76 34.78b

Rataan 22.19c 34.86b 51.30a

.... Tinggi 4 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 20.35 28.05 47.89 32.10b Tanah: arangsekam: kompos 25.51 38.88 60.10 41.50a Tanah: arangsekam: kascing 20.78 37.37 46.83 34.99b

Rataan 22.21c 34.77b 51.61a

.... Tinggi 6 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 21.25 27.18 47.67 32.03b Tanah: arangsekam: kompos 24.52 39.20 58.97 40.90a Tanah: arangsekam: kascing 21.93 37.18 47.18 35.43ab

Rataan 22.57c 34.52b 51.27a

.... Tinggi 8 MST (cm) ....

Tanah: arangsekam: pukandomba 21.63 26.49 48.37 32.16b Tanah: arangsekam: kompos 24.42 39.46 58.33 40.74a Tanah: arangsekam: kascing 22.35 37.85 47.62 35.94ab

Rataan 22.80c 34.60b 51.44a

.... Tinggi 10 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 14.70 24.82 49.04 31.37 Tanah: arangsekam: kompos 23.10 39.69 56.19 39.66 Tanah: arangsekam: kascing 22.72 37.79 47.80 36.10

Rataan 20.86c 34.10ab 51.01a

.... Tinggi 12 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 14.47 21.64 49.69 30.37b Tanah: arangsekam: kompos 25.47 41.56 56.25 41.09a Tanah: arangsekam: kascing 23.08 40.94 48.46 37.49ab

Rataan 21.82c 34.71b 51.47a

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada waktu pengamatanyang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Ukuran tinggi bibit batang bawah RL mengalami penurunan karena batang bawah mengalami kekeringan pada bagian pucuk dan batang bagian pucuk menjadi berwarna abu-abu pada beberapa minggu pengamatan sehingga

pengukuran hanya dilakukan pada batang bawah RL yang masih berwarna hijau. Kekeringan bagian pucuk tanaman menunjukkan bahwa tanaman mengalami stress selama ditransportasikan dari tempat budidaya ke tempat penelitian.

Diameter Bibit Batang Bawah

Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah serta interaksinya terhadap diameter batang bawah jeruk RL dicantumkan pada Tabel 4. Interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter batang bawah berpengaruh nyata pada 0 MST, sedangkan interaksi kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap diameter pada 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MST. Bibit batang bawah yang berumur 11 bulan yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) menghasilkan diameter terbesar (5.67 mm) dibandingkan dengan semua kombinasi perlakuan pada 0 MST dan tidak berbeda nyata dengan bibit batang bawah yang berumur 11 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing) (5.17 mm).

Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) pada 2, 4, 6 dan 8 MST nyata menghasilkan diameter terbesar (3.93; 4.02; 4.20; dan 4.26 mm) dibandingkan kedua media tanam lainnya. Bibit batang bawah umur 11 bulan menghasilkan diameter terbesar pada 0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST (5.11; 4.94; 5.00; 5.07; 5.10; 5.31; dan 5.56 mm) serta berbeda nyata dengan bibit umur 8 dan 5 bulan.

Bibit batang bawah RL mengalami penurunan ukuran diameter pada 2 MST disebabkan oleh stress yang dialami tanaman selama transportasi bibit dari tempat budidaya (Garut) ke tempat penelitian (Bogor). Ukuran diameter mulai tumbuh normal sejak 4 hingga 12 MST.

Tabel 4. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap diameter (mm) batang bawah Rough Lemon

Komposisi media tanam Umur batang bawah Rataan

5 bulan 8 bulan 11 bulan

....Diameter 0 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.72de 3.61c 4.50b 3.61

Tanah: arangsekam: kompos 2.50e 3.61c 5.67a 3.93

Tanah: arangsekam: kascing 2.78de 3.22cd 5.17a 3.72

Rataan 2.67c 3.48b 5.11a

....Diameter 2 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.53 3.19 4.41 3.38b

Tanah: arangsekam: kompos 2.58 3.66 5.57 3.93a

Tanah: arangsekam: kascing 2.46 3.24 4.83 3.51b

Rataan 2.52c 3.36b 4.94a

.... Diameter 4 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.43 3.41 4.56 3.47b

Tanah: arangsekam: kompos 2.70 3.76 5.60 4.02a

Tanah: arangsekam: kascing 2.65 3.51 4.86 3.67ab

Rataan 2.59c 3.56b 5.00a

.... Diameter 6 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.48 3.36 4.53 3.46b

Tanah: arangsekam: kompos 2.78 4.08 5.76 4.20a

Tanah: arangsekam: kascing 2.84 3.55 4.93 3.78ab

Rataan 2.70c 3.66b 5.07a

....Diameter 8 MST (mm) ....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.60 3.32 4.65 3.52b

Tanah: arangsekam: kompos 2.83 4.12 5.84 4.26a

Tanah: arangsekam: kascing 2.99 3.61 4.81 3.81b

Rataan 2.81c 3.68b 5.10a

.... Diameter 10 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.88 3.62 4.90 3.91

Tanah: arangsekam: kompos 2.97 4.21 5.92 4.37

Tanah: arangsekam: kascing 3.60 4.10 5.12 4.27

Rataan 3.18c 3.98b 5.31a

.... Diameter 12 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 3.05 3.43 5.33 4.05

Tanah: arangsekam: kompos 3.11 4.81 6.07 4.66

Tanah: arangsekam: kascing 3.88 4.35 5.29 4.51

Rataan 3.38c 4.20b 5.56a

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada waktu pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Bobot Basah dan Bobot Kering Akar

Pengaruh interaksi faktor komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap bobot basah dan bobot kering akar dicantumkan pada Tabel 5. Bobot basah akar terkecil dihasilkan oleh bibit batang bawah umur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) (1.37 g). Sedangkan bobot basah akar terbesar dihasilkan oleh bibit batang bawah berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos atau kascing 1: 1: 1 V/V) (24.12 dan 25.26 g).

Tabel 5. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap bobot basah dan kering (g) akar batang bawah Rough Lemon

Komposisi media tanam Umur batang bawah Rataan

5 bulan 8 bulan 11 bulan

...Bobot basah akar (g)...

Tanah: arang sekam: pukan domba 1.84cd 1.37d 17.90ab 7.69b

Tanah: arang sekam: kompos 9.90bc 24.12a 16.47ab 16.83a

Tanah: arang sekam: kascing 9.63bc 25.26a 12.05abc 15.65a

Rataan 7.78b 16.91a 15.48a

...Bobot kering akar (g)...

Tanah: arang sekam: pukan domba 1.67cd 0.56d 8.77abc 3.92b

Tanah: arang sekam: kompos 4.34bc 10.89a 6.96abc 7.39a

Tanah: arang sekam: kascing 4.53bc 10.05ab 5.66abc 6.75a

Rataan 3.74 7.16 7.13

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada parameter pengamatanyang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tolok ukur bobot kering akar memiliki kecenderungan yang sama dengan tolok ukur bobot basah akar. Bobot kering akar terendah dihasilkan oleh bibit berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) (0.56 g). Bobot kering akar terbesar dihasilkan oleh bibit berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos atau kascing 1: 1: 1 V/V) (10.89 dan 10.05 g). Faktor tunggal komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan bobot kering akar terendah (3.92 g) dibandingkan komposisi media tanam lainnya.

Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang BawahRough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk Keprok Garut

(Citrus nobilis) Hasil Okulasi

Percobaan II berlangsung selama 12 minggu sejak tanaman diokulasi. Pengamatan tinggi tunas dimulai pada saat sebagian besar tanaman mulai mengalami pecah tunas, yaitu pada minggu kelima setelah okulasi. Hasil analisis sidik ragam dari pengaruh komposisi media dan umur batang bawah terhadap parameter pertumbuhan tunas hasil okulasi terdapat pada Lampiran 19-36. Rekapitulasi sidik ragam dari semua parameter yang diamati pada percobaan II dicantumkan pada Tabel 6. Keragaan bibit jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil perbanyakan okulasi pada ketiga media tanam dan umur batang bawah perlakuan terdapat pada Lampiran 37.

Tabel 6. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertumbuhan tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi

Parameter MSO Komposisi media

Umur batang bawah

Interaksi KK Persentase Okulasi Hidup (%) 12 ** ** ** 8.01 Persentase Okulasi Bertunas (%) 12 ** ** ** 11.66 Persentase Okulasi Dorman (%) 12 tn tn tn 5.01a) Waktu Tumbuh Tunas (HSO) 1-12 tn ** tn 4.23 Pertambahan Panjang Tunas (cm) 5 tn tn tn 27.05a)

6 tn tn tn 29.49a) 7 tn tn tn 30.70a) 8 tn tn tn 26.38a) 9 tn tn * 22.07 10 ** ** tn 18.13 11 ** ** tn 24.26 12 * tn tn 14.23a) Panjang Tunas (cm) 12 ** ** tn 13.89 Diameter Tunas (mm) 12 ** * tn 10.05

Jumlah Tunas (tunas) 12 tn tn tn 15.44

Jumlah Daun (helai) 12 * tn tn 11.93

Panjang Daun (cm) 12 ** ** tn 8.09

Lebar Daun (cm) 12 ** ** tn 9.03

Keterangan : MSO = Minggu Setelah Okulasi

* = Berpengaruh nyata pada α = 5% ** = Berpengaruh sangat nyata pada α = 1% tn = Tidak berbeda nyata

a)

Berdasarkan hasil analisis ragam yang tercantum pada Tabel 6, dapat terlihat bahwa interaksi antara faktor komposisi media tanam dan faktor umur batang bawah jeruk RL berpengaruh sangat nyata terhadap persentase okulasi hidup dan persentase okulasi bertunas, serta berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tunas pada 9 MSO. Faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, pertambahan panjang tunas 10 dan 11 MSO, panjang tunas, diameter tunas, panjang daun, dan lebar daun, serta berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tunas 12 MSO dan jumlah daun.

Faktor tunggal umur batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, waktu tumbuh tunas, pertambahan panjang tunas pada 10 dan 11 MSO, panjang tunas, panjang daun, dan lebar daun, serta berpengaruh nyata terhadap parameter diameter tunas.

Keberhasilan Okulasi

Pengaruh interaksi antara faktor komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap parameter keberhasilan okulasi dicantumkan pada Tabel 7.Komposisi media tanam dan umur batang bawah secara nyata mempengaruhi persentase okulasi hidup. Persentase okulasi hidup berkisar antara 37-100%. Batang bawah umur (5 + 3) bulan yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terbaik sebesar 100% dan tidak berbeda nyata dengan batang bawah umur (11 + 3) bulan yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing1: 1: 1 V/V) yang menghasilkan persentase okulasi hidup 98%. Batang bawah umur(11 + 3) bulan yang ditanam pada media (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terendah, yaitu sebesar 37%.

Faktor tunggal komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terkecil, diikuti oleh media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V), dan media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terbesar.

Tabel 7. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemon terhadap keberhasilan okulasi batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis)

Komposisi media tanam Umur batang bawah (bulan) Rataan

5 + 3 8 + 3 11 + 3

...Persentase okulasi hidup...

Tanah: arang sekam: pukan domba 86.00bc 84.00c 37.00d 69.00c

Tanah: arang sekam: kompos 86.00bc 92.00abc 84.00c 87.00b

Tanah: arang sekam: kascing 100.00a 96.00abc 98.00ab 98.00a

Rataan 91.00a 91.00a 73.00b

...Persentase okulasi bertunas...

Tanah: arang sekam: pukan domba 76.00b 80.00ab 33.00c 63.00c

Tanah: arang sekam: kompos 82.00ab 84.00ab 82.00ab 83.00b

Tanah: arang sekam: kascing 98.00a 90.00ab 98.00a 95.00a

Rataan 86.00a 85.00a 71.00b

...Persentase okulasi dorman (%)...

Tanah: arang sekam: pukan domba 9.80 3.92 3.92 6.00

Tanah: arang sekam: kompos 3.92 7.84 1.96 4.67

Dokumen terkait