• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus nobilis) Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam dan Umur Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush)(

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus nobilis) Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam dan Umur Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush)("

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

nobilis

)HASIL OKULASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM

DANUMUR BATANG BAWAH

ROUGH LEMON

(Citrus jambhiri

Lush

)

Oleh

ANANDA DIAN PUSPITA SARI A24080118

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Abstract

(3)

ANANDA DIAN PUSPITA SARI. Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus nobilis) Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam dan Umur Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush)(Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI).

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh terbaik yang dihasilkan dari komposisi media tanam, umur batang bawah Rough Lemon, serta interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan bibit jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil perbanyakan okulasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Cipaku, Bogor pada bulan November 2011 hingga Mei 2012.

Penelitian terdiri dari dua percobaan, percobaan pertama adalah mempelajari pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk Rough Lemon terhadap pertumbuhan batang bawah jeruk. Percobaan kedua adalah mempelajari pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk Rough Lemonterhadap pertumbuhan tunas okulasi jeruk keprok Garut (Citrus nobilis). Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dua

faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah komposisi media tanam yang terdiri dari tiga komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V),(tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V), dan (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V). Faktor kedua adalah umur batang bawah Rough Lemon yang terdiri dari 5, 8, dan 11 bulan yang masing-masing diadaptasi pada media perlakuan selama 3 bulan sebelum diokulasi. Batang bawah Rough Lemon yang digunakan pada percobaan ini berasal dari Cikajang, Garut dan mata tempel jeruk Keprok Garut yang digunakan pada perbanyakan okulasi dalam penelitian ini berasal dari BPMT (Badan Penggandaan Mata Tempel) Cisurupan, Garut.

(4)

batang bawah umur 8 bulan baik untuk bobot basah dan bobot kering akar bibit batang bawahRough Lemon.

Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan tunas okulasi jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis). Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) cenderung menghasilkan nilai paling rendah pada sebagian besar parameter yang diamati dibandingkan dua media lainnya. Umur bibit batang bawah Rough Lemon terbaik pada percobaan kedua ialah umur (5 + 3) bulan dalam menghasilkan jumlah tunas dan waktu tumbuh tunas tercepat, namun pertumbuhan tunas hasil perbanyakan okulasi terbaik dihasilkan dari batang bawah umur (11 + 3) bulan.

(5)

PERTUMBUHAN BIBIT JERUK KEPROK (

Citrus

nobilis

)HASIL OKULASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM

DANUMUR BATANG BAWAH

ROUGH LEMON

(Citrus jambhiri

Lush

)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ANANDA DIAN PUSPITA SARI

A24080118

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul

:

PERTUMBUHAN BIBIT JERUK KEPROK (

Citrus nobilis

)

HASIL OKULASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM

DAN UMUR BATANG BAWAH

ROUGH LEMON (Citrus

jambhiri

Lush

)

Nama

:

ANANDA DIAN PUSPITA SARI

NIM

:

A24080118

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS. NIP. 19550324 198203 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Boedi Tjahyo Soegiono dan Ibu Esti Ningtyas Rahayu.

Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Lawanggintung I Kota Bogor,

kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di SMP Negeri 7 Kota Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kota

Bogor pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul ‘Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus nobilis)Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam danUmur Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush)’ dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepadaDr. Tatiek Kartika Suharsi, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Dr. Ir. Ketty Suketi, MSi dan Juang Gema Kartika, SP. MSi selaku dosen penguji, yang telah memberikan saran terhadap skripsi saya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada staff kebun percobaan BPTP Cipaku, Bogor yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan doa serta dukungan baik secara moril maupun materil,

penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2012

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Tanaman Jeruk Keprok (Citrus nobilis) ... 5

Perbanyakan Jeruk secara Vegetatif ... 6

Media Tanam ... 7

Tanah ... 8

Arang Sekam ... 8

Kompos ... 9

Pupuk Kandang ... 10

Kascing ... 10

Batang Bawah ... 11

BAHAN DAN METODE ... 13

Tempat dan Waktu ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Pengamatan ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Hasil Kondisi Umum ... 20

Percobaan I. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit BatangBawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang Bawah ... 24

Pertambahan Tinggi Bibit Batang Bawah ... 25

Pertambahan Diameter Bibit Batang Bawah ... 27

Bobot Basah dan Kering Akar ... 29

Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) Hasil Okulasi ... 30

Keberhasilan Okulasi ... 31

Pertambahan Panjang Tunas ... 33

(10)

Pembahasan

Percobaan 1. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang

Bawah ... 37

Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) Hasil Okulasi ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

Kesimpulan ... 44

Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan unsur hara makro dan pH media tanam ... 21 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan

umur bibit batang bawah terhadap pertumbuhan batang bawah

Rough Lemon ... 24 3. Pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah

terhadap pertambahan tinggi (cm) batang bawah Rough Lemon ... 26 4. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap pertambahan diameter (mm) batang bawah Rough

Lemon ... 28 5. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap bobot basah dan kering (g) akar batang bawah Rough

Lemon ... 29 6. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan

umur bibit batang bawahRoughLemon terhadap pertumbuhan

tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi ... 30 7. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah

RoughLemon terhadap keberhasilan okulasi batang atas jeruk

Keprok Garut (Citrusnobilis) hasil okulasi... 32 8. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah

Rough Lemonterhadap pertambahan panjang tunas (cm) batang

atas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis)hasil okulasi ... 34 9. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah

Rough Lemon terhadap pertumbuhan batang atas jeruk Keprok

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Komposisi media tanam yang digunakan dalam percobaan I dan II, (M1) tanah: arang sekam: pupuk kandang domba (1: 1: 1); (M2) tanah: arang sekam: kompos (1: 1: 1); (M3) tanah:arang

sekam: kascing (1: 1: 1) ... 15 2. Kondisi lingkungan tumbuh bibit jeruk Keprok hasil perbanyakan

okulasi di lapangan terbuka. ... 22 3. Batang bawah jeruk Rough Lemonyang terserang penyakit busuk

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data iklim stasiun klimatologi Darmaga, Bogor 2011 – 2012 ... 50 2. Layout percobaan ... 50 3. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap tinggi bibit batang bawah pada 0 MST ... 50 4. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap tinggi bibit batang bawah pada 2 MST ... 51 5. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap tinggi bibit batang bawah pada 4 MST ... 51 6. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap tinggi bibit batang bawah pada 6 MST ... 51 7. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap tinggi bibit batang bawah pada 8 MST ... 51 8. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap tinggi bibit batang bawah pada 10 MST ... 52 9. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap tinggi bibit batang bawah pada 12 MST ... 52 10. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap diameter bibit batang bawah pada 0 MST ... 52 11. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap diameter bibit batang bawah pada 2 MST ... 52 12. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap diameter bibit batang bawah pada 4 MST ... 53 13. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap diameter bibit batang bawah pada 6 MST ... 53 14. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap diameter bibit batang bawah pada 8 MST ... 53 15. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadapdiameter bibit batang bawah pada 10 MST ... 53 16. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadapdiameter bibit batang bawah pada 12 MST ... 54 17. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadapbobot basah akar batang bawah Rough Lemon ... 54 18. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

(14)

19. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadappersentase bibit okulasi hidup ... 55 20. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadappersentase bibit okulasi bertunas ... 55 21. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadappersentase okulasi dorman ... 56 22. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadapwaktu tumbuh tunas ... 56 23. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 5 MSO ... 57 24. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 6 MSO ... 57 25. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 7 MSO ... 58 26. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 8 MSO ... 58 27. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 9 MSO ... 59 28. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 10 MSO ... 59 29. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 11 MSO ... 59 30. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 12 MSO ... 60 31. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap panjang tunas okulasi pada 12 MSO ... 60 32. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap diameter tunas okulasi pada 12 MSO ... 60 33. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap jumlah tunas okulasi pada 12 MSO ... 61 34. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap jumlah daun pada tunas okulasi saat 12 MSO ... 61 35. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap panjang daun pada tunas okulasi saat 12 MSO ... 61 36. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah

terhadap lebar daun pada tunas okulasi saat 12 MSO ... 62 37. Keragaan bibit jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil

perbanyakan okulasi pada ketiga media tanam dan umur

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peranan jeruk sebagai tanaman hortikultura makin hari makin terasa penting bagi petani karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Buah jeruk merupakan salah

satu jenis buah yang banyak digemari oleh masyarakat. Buah jeruk selalu tersedia sepanjang tahun karena tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang khusus. Di samping itu tanaman jeruk dapat ditanam di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi.

Prospek pemasaran buah jeruk di dalam negeri sangat cerah. Jumlah penduduk yang terus bertambah diikuti dengan pendapatan yang semakin baik akan meningkatkan permintaan pasar dalam negeri. Pertumbuhan impor jeruk sebesar 11% tiap tahun dalam sepuluh tahun ini membuat Indonesia menjadi pangsa pasar yang menjanjikan bagi negara lain dalam memasarkan produknya (Hanif dan Zamzami, 2011). Tingginya nilai impor menunjukkan bahwa permintaan pasar dalam negeri belum mampu dipenuhi oleh produsen dalam negeri.

Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 2,028,904 ton. Produksi jeruk mengalami penurunan pada tahun 2011 sehingga menjadi 1,807,808ton (Badan Pusat Statistik, 2011). Produksi jeruk di Indonesia cenderung menurun sedangkan konsumsi jeruk di Indonesia cenderung selalu meningkat sehingga produksi jeruk di Indonesia masih belum mampu mengimbangi kebutuhan untuk konsumsi, sehingga impor jeruk semakin

meningkat dengan cepat. Salah satu penyebabnya adalah belum terdapatnya teknologi pembibitan yang cepat dan menjamin keseragaman dan kestabilan hasil untuk memenuhi kebutuhan bibit unggul jeruk di Indonesia.

(16)

lama 6 – 7 tahun, dan sifat – sifat yang tidak bagus dari induknya dapat diwariskan pada generasi berikutnya. Bibit cangkokan, waktu berbuah umurnya lebih pendek, masalahnya diperlukan cabang yang banyak, sehingga merusak pohon induk serta tidak dapat memenuhi permintaan bibit dalam jumlah yang banyak. Kelemahan dari bibit hasil micrografting ialah tenaga ahli bioteknologi masih terbatas di balai penelitian atau perguruan tinggi, biaya mahal, penangkar bibit di Kabupaten dan Kotabelum optimal serta masyarakat masih rendah minat dan daya belinya karena dianggap relatif mahal (Prasetyo, 2009).

Perbanyakan dengan okulasi dan grafting dapat dilakukan pada tanaman yang perbanyakannya tidak dapat melalui stek, cangkok, organ pembiakan khusus, atau metode perbanyakan vegetatif lainnya. Alasan penggunaan okulasi atau grafting diantaranya memperoleh keuntungan dari batang bawah yang

digunakan, mengubah kultivar tanaman, mempercepat terjadinya periode reproduktif pada tanaman, memperoleh kondisi pertumbuhan yang sesuai keinginan, memperbaiki tanaman yang rusak, dan mempelajari penyakit atau virus tanaman (Hartmann et. al., 1990). Selain itu, perbanyakan okulasi dan grafting relatif lebih murah dan membutuhkan bahan tanaman induk yang tidak terlalu banyak serta dapat menghasilkan bibit yang yang banyak.

Batang bawah sangat menentukan pertumbuhan batang atas tanaman jeruk, karena bagian bawah mempunyai kemampuan dalam mengeksploitasi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, yaitu kekeringan, kelebihan air, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu (Devy dan Jati, 2008).

Pemilihan media tanam yang tepat juga perlu diperhatikan untuk menunjang pertumbuhan batang bawah tanaman jeruk. Menurut Hartmannet al. (1990), media tanam yang baik merupakan media yang cukup kuat untuk menahan pertumbuhan dan kelembaban, sistem dan drainase yang baik, bebas dari penyakit, serta memiliki kadar salinitas yang rendah. Tanaman jeruk tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 5-6, pada pH tanah yang lebih tinggi sering terjadi defisiensi hara terutama unsur mikro Zn, Cu, Mn, dan Fe (Ashari, 2006).

Komposisi media tanam yang tepat akan menentukan tingkat keberhasilan

(17)

tanam memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Komposisi media yang paling sering digunakan berupa campuran dari tanah subur, bahan organik (pupuk kandang atau kompos), dan pasir.

Tingkat ketuaan batang atas dan batang bawah mempengaruhi proses pertautan antara keduanya. Menurut Sumarsono et al. (2002), tanaman jeruk lebih baik bila menggunakan batang atas yang agak tua dan mata tempel berkayu. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2009), pertumbuhan tunas hasil okulasi yang paling cepat diperoleh dari batang bawah jeruk JC (Japanese citroen) yang berumur 12 bulan dibandingkan umur yang lebih muda dan lebih tua.

Penelitian ini difokuskan untuk mencari media tanam dan umur batang bawah jeruk Rough Lemon yang paling sesuai untuk menunjang keberhasilan

perbanyakan bibit jeruk yang dilakukan dengan teknik okulasi.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui komposisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon.

2. Mengetahui umur batang bawah yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon.

3. Mengetahui interaksi antara komposisi media tanam dengan umur batang bawah yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon.

4. Mengetahui komposisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi.

5. Mengetahui umur batang bawah yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi.

(18)

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Terdapat satu komposisi media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon.

2. Terdapat satu umur batang bawah yang terbaik untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon.

3. Terdapat satu kombinasi komposisi media tanam dan umur batang bawah yangterbaik untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon.

4. Terdapat satu komposisi media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan bibit batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi.

5. Terdapat satu umur batang bawah yang terbaik untuk pertumbuhan bibit batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jeruk Keprok (Citrus nobilis)

Lingkungan hidup alami dari tanaman jeruk membentang dari India dan Cina selatan hingga Australia utara dan Kaledonia baru. Pembudidayaan jeruk

dimulai di Cina dari tahun 2200 SM (Verheij andStone, 1992). Penghasil jeruk Keprok atau mandarin di dunia ialah Jepang, Spanyol, Brazilia, Italia, dan Amerika Serikat, (Ashari, 1992).

Iklim, tanah, dan air merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jeruk. Di daerah ekuator, jeruk dapat ditanam dari permukaan laut sampai ke ketinggian 2000 m. Kebutuhan air untuk jeruk 1900 – 2400 mm per tahun. Di daerah – daerah produsen jeruk terkenal, beriklim kering namun diberi irigasi (Harjadi, 1989).

Terdapat enam spesies utama dari jeruk, yaitu lime, pummelo, citron, grapefruit, mandarin, dan sweet orange. Tanaman jeruk Keprok termasuk pada kelompok mandarin atau spesies Citrus reticulata Blanco (Verheij andStone, 1992).

Tanaman jeruk Keprok berbentuk pohon kecil berduri dengan ranting yang ramping. Jeruk Keprok atau jeruk mandarin memiliki ciri kulit buahnya mudah dikupas dan memiliki rasa asam pada beberapa kultivar dan sangat manis pada kultivar lainnya. Daging buahnya berwarna oranye hingga merah-oranye jika sudah masak penuh, tiap ruang (septa buah) mudah dipisahkan, dan berbiji kecil (Ashari, 1992).

Salah satu dari lima kultivar penting yang ada di Indonesia diantaranya ‘Keprok Siem’ yang paling banyak ditanam dan paling disukai; kultivar ini memiliki kulit yang lebih menempel pada buah. Kultivar yang kulit buahnya mudah dikupas diantaranya ‘Keprok Garut’ (persilangan ‘Ponkan’), ‘Keprok Batu’, ‘Keprok Madura’, dan ‘Keprok Tejakula’. Semua kultivar tersebut diberi nama daerah tempat kultivar tersebut banyak dibudidayakan dan terkenal (Ashari, 1992).

(20)

dengan baik pada ketinggian kurang dari 1,600 m dpl. Suhu optimal harian yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jeruk adalah 25-30°C dan masih dapat tumbuh pada suhu 43°C. Tanaman jeruk dapat tumbuh pada tanah dengan pH 5- 8, namun akan tumbuh optimal pada tanah dengan pH 6-7. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik pada kondisi pencahayaan penuh maupun pencahayaan kurang atau ternaungi, namun tanaman jeruk lebih menyenangi kondisi pencahayaan penuh untuk pertumbuhannya. Tanaman jeruk akan tumbuh dan berbuah baik sekali di daerah yang tipe iklimnya agak kering asalkan tersedia cukup air.

Di Indonesia kelembaban udara berkisar antara 50-80%. Di daerah yang kurang hujan, udara tidak lembab, penguapan air dari daun dan buah sangat besar. Di daerah seperti ini hasil buah akan bermutu tinggi kalau air tanahnya dangkal (Nia, 1993).

Perbanyakan Jeruk secara Vegetatif

Perbanyakan tanaman jeruk dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan jeruk secara generatif lebih mudah dilakukan dengan benih tetapi benih jeruk tidak seragam secara genetik karena hasil fertilisasi. Perbanyakan vegetatif dapat menghasilkan benih atau bibit yang seragam sesuai

genetik tetapi cara membuat bibit secara vegetatif lebih sulit. Perbanyakan jeruk secara generatif biasanya dilakukan untuk menghasilkan rootstock atau batang

bawah yang memiliki perakaran yang lebih kuat dibandingkan dengan tanaman hasil perbanyakan vegetatif. Rootstock yang dihasilkan kemudian digunakan untuk teknik perbanyakan grafting dan budding (perbanyakan vegetatif) (Harjadi, 1989).

Istilah grafting atau graftage dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata sambungan atau tempelan (enten atau okulasi dalam bahasa Belanda). Sambungan melibatkan menyatunya bagian-bagian tanaman dengan jalan regenerasi yang berhasil mencapai penyatuan fisik dan tumbuh jadi satu tanaman tunggal (Harjadi, 1989).

(21)

sepotong akar atau tanaman utuh. Bila batang atas hanya terdiri dari satu mata tunggal disebut tempelan atau budding (okulasi) (Harjadi, 1989).

Tautan sambungan merupakan dasar sambungan yang terbentuk dari bersatunya dan jalin menjalinnya jaringan kalus yang dihasilkan kambium batang atas dan batang bawah sebagai tanggap atas pelukaan. Kambium adalah jaringan meristematik yang berada diantara xilem dan floem. Jaringan kalus terdiri dari sel-sel parenkhimatik. Dengan adanya kambium, berdiferensiasilah jaringan kalus menjadi jaringan kambium baru. Kambium baru ini berdiferensiasi menjadi xilem dan floem yang menjadi penghubung hidup yang tumbuh antara batang atas dan batang bawah (Harjadi, 1989).

Syarat batang bawah yang baik diantaranya tinggi derajat poliembrioninya, serasi dengan batang atas, mampu tumbuh di segala jenis tanah,

toleran penyakit virus, toleran penyakit cendawan, toleran nematoda, tumbuh baik di pembibitan, dan tahan kekeringan serta angin. Entres atau batang atas sebaiknya diambil dari pohon induk yang sehat, bebas virus, cabang harus bulat dan coklat, bukan bersudut dan hijau (Harjadi, 1989).

Media Tanam

Media perakaran yang baik adalah media yang cukup kuat dan padat, mengandung bahan yang dapat menahan kelembaban, mempunyai sistem aerasi dan drainase yang baik, salinitasnya rendah, bebas dari penyakit dan dapat disterilkan tanpa mempengaruhi unsur-unsur yang terkandung di dalam media tanam (Hartmann et al., 1990).

Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman

optimal. Kondisi media tanam yang ideal bisa didapatkan dari kombinasi antara bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik dapat berupa cacahan pakis,

(22)

Tanah

Tanah mempunyai pengertian yang luas dan arti yang berbeda sesuai dengan peruntukannya. Tanah dapat diartikan sebagai bagian atas kulit bumi yang telah mengalami pelapukan yang didalamnya terdapat aktivitas biologi. Lapisan tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan lapisan tanah di bawahnya. Lapisan tanah atas biasanya berwarna gelap karena terakumulasinya bahan organik dan merupakan lapisan tanah yang subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman (Islami dan Utomo, 1995).

Tanah harus cukup kuat sebagai penunjang tegaknya tanaman agar tanaman dapat berdiri dengan kokoh dan tidak mudah roboh. Pada sisi lain, tanah harus cukup lunak sehingga akar tanaman dapat berkembang dan menjalankan fungsinya tanpa mengalami hambatan yang berarti. Tanah juga harus memiliki kedalam efektif yang cukup sehingga akar tanaman tidak hanya terpusat pada lapisan atas yang dapat menyebabkan tanaman akan peka terhadap kondisi kekurangan air dan unsur hara, dan mudah tumbang oleh terpaan angin (Islami dan Utomo, 1995).

Buckman dan Braddy (1989) menyatakan bahwa terdapat 13 unsur hara esensial yang diperoleh dari tanah, diantaranya N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, B,

Mo, Cu, Zn, dan Cl. Dari 13 unsur hara esensial yang diperoleh tanaman dari tanah, secara relatif 6 diperlukan dalam jumlah banyak. Keenam unsur tersebut ialah N, P, K, Ca, Mg, dan S, yang merupakan unsur hara makro dan 7 unsur hara lainnya merupakan unsur hara mikro. Pertumbuhan tanaman akan terhambat bila unsur hara esensial kurang tersedia dalam tanah, terlalu lambat tersedia, atau tidak diimbangi oleh unsur-unsur lainnya. Terkadang ketiga faktor tersebut bekerja pada saat bersamaan dan sering terjadi pada unsur N.

Arang Sekam

(23)

belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan (Departemen Pertanian, 2008).

Arang sekam dapat digunakan sebagai media karena memiliki sifat ringan (bobot jenis = 0.2 kg/l), kasar (banyak pori) sehingga sirkulasi udara tinggi, berwarna cokelat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, serta dapat mengurangi penyakit khususnya bakteri (Wuryaningsih dan Darliah, 1994). Media arang sekam dapat meningkatkan C-organik, N total, pH dan P tersedia sehingga dapat menjadikan media tanam ini gembur tapi cenderung mudah lapuk (Husniati, 2010).Arang sekam memiliki porositas yang baik bagi perkembangan akar dan memiliki daya pegang air yang tinggi. Media arang sekam memiliki kandungan C-Organik 15.23% dan Nitrogen 1.08 %. Arang sekam dapat meningkatkan permeabilitas udara dan perkolasi air (Nurbaity et al.,

2009).

Kompos

Pengomposan adalah suatu teknik untuk memperlakukan bahan organik, proses menghasilkan produk tanah, metode daur ulang bahan organik dan nutrisi, yang berarti mematikan kuman-kuman yang telah terinfestasi pada media.dan

strategi penyelesaian terhadap benda yang menyusahkan seperti bangkai hewan. Pengomposan dapat dilakukan dalam skala yang besar. Banyak alasan untuk

memperoduksi kompos dan banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuatnya (Rink and Richard, 2001).

(24)

Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan ternak, baik berupa kotoran cair maupun padat (faeces). Tanah yang diberi pupuk kandang akan menjadi gembur dan memudahkan air untuk masuk ke dalam tanah. Pertukaran udara (aerasi) juga menjadi lebih baik jika tanah menjadi lebih gembur.

Limbah-limbah organik seperti pupuk kandang dan kompos telah lama digunakan sebagai pupuk untuk memperkaya tanah terutama yang kaya nitrogen. Pupuk kandang harus digunakan pada saat yang tepat karena nitrogen hilang sebagai amonia selama proses dekomposisi berlangsung, tetapi pembusukan selama beberapa minggu diperlukan agar saat diberikan ke tanah tidak merusak tanaman. Unsur hara dalam pupuk kandang tidak semuanya segera tersedia karena harus mengalami dekomposisi dalam tanah untuk membebaskan unsur haranya. Diperkirakan bahwa pemberian 10 ton pupuk kandang sama dengan menambahkan sekitar 2 ton bahan organik ke tanah (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991).

Kascing

Vermicomposting adalah suatu proses bioteknologi sederhanadari pengomposan, yang menggunakan spesies cacing tanah khusus untuk proses konversi kotoran menjadi lebih bernilai dan menghasilkan produk akhir yang lebih baik. Hasil dari vermicomposting adalah vermikompos atau kascing. Kascing berbeda dengan kompos dalam beberapa proses pembuatannya.Kascing melewati proses mesophilic, pemanfaatan mikroorganisme dan cacing tanah yang aktifpada suhu 10-32°C (bukan suhu lingkungan melainkan suhu antara tumpukan

bahan organik basah. Proses pembuatan kascing lebih cepat dibandingkan pengomposan pada umumnya karena bahan organik melewati pencernaan cacing

(25)

Cacing tanah dalam pertanian organik sebagai agensia yang mampu menghancurkan bahan organik, kecuali bahan-bahan yang tidak mudah terdekomposisi. Vermikompos atau kascing sangat baik sebagai media campuran untuk pembibitan tanaman dan dapat dikembangkan untuk kegiatan agribisnis, terutama di tempat-tempat pembuangan sampah (Sutanto, 2002).

Cacing tanah mengonsumsi berbagai sampah organik dan mengurangi volume hingga 40-60%. Bobot seekor cacing tanah berkisar antara 0.5-0.6 g, memakan sampah sesuai dengan bobot tubuh masing-masing dan menghasilkan kascing kurang lebih 50% dari sampah organik yang dimakan per hari. Kascing telah dianalisis sifat biologi dan kimianya. Kelembaban dari kascing berkisar antara 32 hingga 66% dengan pH kurang lebih 7. Kascing mengandung nutrisi makro dan mikro yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompos hijau (Nagavallemmaet al., 2006).

Menurut Nagavallemma et al. (2006), berdasarkan wawasan terdahulu menunjukkan bahwa kascing menyediakan seluruh nutrisi pada kondisi tersedia untuk tanaman dan juga meningkatkan penyerapan nutrisi oleh tanaman. Sreenivas et al.dalam Nagavallemmaet al. (2006) mempelajari jika penggunaan pupuk yang dicampur dengan vermikompos atau kascing meningkatkan ketersediaan unsur nitrogen (N) dan penyerapannya pada penanaman Labu (Luffa acutangula) di Rajendranagar, Andhra Pradesh, India. Serupa dengan penyerapan N, unsur fosfor (P), kalium (K), dan magnesium (Mg) pada tanaman padi (Oryza sativa) lebih banyak yang dapat diserap ketika pupuk yang digunakan dicampur dengan kascing.

Batang Bawah

(26)

Bibit okulasi dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat jika tanaman batang bawah dirawat dengan baik. Perawatan batang bawah seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyiraman perlu diperhatikan agar batang bawah tumbuh subur dan sehat. Petumbuhan yang subur dan sehat memudahkan pengelupasan kulit dan kayunya karena sel-sel kambium berada dalam keadaan aktif membelah diri. Proses pembentukan kalus atau penyembuhan luka berlangsung dengan baik, sehingga keberhasilan okulasinya juga tinggi (Prastowo et al., 2006).

Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush) berasal dari bagian Timur Laut India, yang mungkin hasil dari persilangan yang terjadi secara alami karena memiliki derajat poliembrioni yang tinggi dibandingkan dengan spesies lemon lainnya. Jeruk Rough Lemon memiliki kulit buah yang kasar dan tidak cocok

untuk dijadikan kultivar batang atas. Kultivar ini sering digunakan sebagai batang bawah pada banyak negara lainnya termasuk Indonesia (Davies and Albrigo, 1994).

Kultivar Sweet Orange, Grapefruit, Mandarin, danLemon yang dijadikan batang atas dari batang bawah Rough Lemon memiliki vigor yang sangat baik dan sangat produktif dibandingkan dengan batang bawah lainnya yang pernah dicoba, terutama jika ditanam pada tanah berpasir yang dalam. Secara konsisten, pohon dewasa yang berbatang bawah Rough Lemon juga sangat toleran dengan kekeringan. Batang bawah Rough Lemon cukup toleran pada kadar garam tinggi. Batang bawah Rough Lemon mampu beradaptasi pada kisaran pH tanah yang cukup luas. Namun batang bawah Rough Lemon sangat rentan pada penyakit busuk akar (Phytopthora), faktor ini yang menjadi pembatas penggunaan batang bawah Rough Lemon pada beberapa wilayah (Davies and Albrigo, 1994).

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini bertempat di Kebun Percobaan BPTP Cipaku, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan pada penelitian dilaksanakan pada dua tahap, yaitu pembibitan

sebelum okulasi (Percobaan I) dan pembibitan setelah okulasi (Percobaan II). Tahap pembibitan sebelum okulasi dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Februari 2012 dan tahap pembibitan setelah okulasi dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2012. Analisis media tanam dilakukan di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah batang bawah jeruk Rough Lemonyang berumur 5, 8, dan 11 bulan saat awal percobaan . Sejumlah mata

tunas yang diambil dari pohoninduk jeruk Keprok Garut.Bahan media tanam terdiri dari kombinasi campuran tanah,arang sekam,pupuk kandang (pukan) domba, kompos, dan pupuk kascing. Penelitian ini menggunakan polybag ukuran 20 cm X 25 cm dan plastik untuk menempelkan batang atas dan batang bawah saat awal penelitian. Insektisida dan Fungisida digunakan untuk penanggulangan hama dan penyakit.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran, jangka sorong, label, oven, timbangan digital, silet dan alat pertanian lainnya.

Metode Penelitian

(28)

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan 2 faktor.Pada percobaan I dan II,faktor pertama yaitu berupa komposisi media tanam dan faktor kedua adalah umur bibit batang bawah Rough Lemon.

Komposisi media tanam yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga jenis komposisi,yaitu (M1) (tanah:arang sekam: pupuk kandang domba 1:1:1 V/V); (M2) (tanah: arang sekam: kompos 1:1:1 V/V); (M3) (tanah:arang sekam:pupuk kascing 1:1:1 V/V). Umur batang bawah yang digunakan pada percobaan I terdiri dari tigavariasi umur,yaitu (U1) 5 bulan, (U2) 8 bulan, dan (U3) 11 bulan. Umur batang bawah yang digunakan pada percobaan II adalah bibit yang berumur 5, 8, dan 11 bulan yang kemudian diadaptasikan selama 3 bulan pada media perlakuan. Sehingga bibit batang bawah yang digunakan pada

percobaan II adalah (U1) 8 (5 + 3) bulan; (U2) 11 (8 + 3) bulan; dan (U3) 14 (11 + 3) bulan.Jumlah total kombinasi perlakuan pada penelitian ini sebanyak 9 kombinasi dengan masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdiri dari 27 satuan percobaan.

Tanaman yang diamati pada percobaan I terdiri dari 3 tanaman contoh pada masing-masing satuan percobaan sehingga total tanaman yang dibutuhkan sebanyak 81 tanaman. Tanaman yang digunakan pada percobaan IIterdiri dari 17 tanaman yang diokulasi dengan 10 tanaman contoh yang diamati pada masing-masing satuan percobaan sehingga total tanaman yang dibutuhkan sebesar 459 tanaman.

Model aditif linier :

Yijk = μ + αi + βj + ρk + (αβ)ij + εijk

Yijk = respon pada pengaruh media tanam ke-i, umur batang bawah ke-j dan kelompok ke-k

μ = rataan umum

αi = pengaruh media tanam ke-i βj = pengaruh umur batang bawah ke-j ρk = pengaruh kelompok ke-k

(29)

Εijk = galat percobaan media tanam ke-i, umur batang bawah ke-j, dan kelompok ke-k

Uji statistik yang digunakan adalah analisis ragam (uji-F)sedangkan uji lanjut yang digunakan adalah uji wilayah berganda Duncan (DMRT) pada taraf kesalahan 5% atau selang kepercayaan 95% apabila dalam uji-F menunjukan hasil yang berpengaruh nyata.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan antara lain tanah, arang sekam, pupuk kandang domba,kompos, danpupuk kascing. Komposisi media tanam yang terdiri dari arang sekam, tanah, dan bahan organik masing-masing memiliki perbandingan 1 : 1 : 1 (V/V) pada setiap perlakuan. Setiap bahan media tanam dicampur sesuai dengan perlakuan dan ditempatkan pada polybag yang telah disiapkan sebelumnya. Media tanam yang telah dicampur sesuai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Komposisi media tanam yang digunakan dalam percobaan I dan II, (M1) (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V); (M2) (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V); (M3) (tanah: arang sekam: pupuk kascing 1: 1: 1 V/V)

Persiapan Bahan Tanaman

(30)

mata tunas atau entres yang digunakan berasal dari pohon jeruk Keprok yang sudah menghasilkan dan sehat. Sebelum diokulasi, batang bawah yang akan digunakan ditanam didalam kombinasi media tanam yang sesuai dengan perlakuan selama 3 bulan. Sehingga batang bawah yang dipersiapkan umurnya 5, 8, dan 11 bulan agar saat diokulasi umurnya sesuai dengan perlakuan yang telah direncanakan.

Mata tunas yang akan ditempel pada batang bawah harus segar dan segera ditempel agar tidak mati. Pemotongan kulit batang pohon untuk mengambil mata tunas dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam supaya hasil potongannya baik.

Penempelan atau Okulasi

Teknik okulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah chip-budding. Batang bawah yang sudah disiapkan diiris kulit batangnya menyerupai bentuk irisan. Irisan dibuat pada batang bawah kurang lebih 15 cm di atas permukaan tanah. Pengirisan batang harus dilakukan secara hati-hati agar tanaman batang bawah tidak mengalami luka yang terlalu dalam yang dapat mengakibatkan kegagalan okulasi.

Mata tunas yang akan ditempelkan diambil dari pohon induk batang atas. Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan membuat irisan dari atas ke

bawah. Irisan tersebut kemudian dipotong secara horizontal pada bagian bawah irisan untuk melepaskan mata tunas dari batang induknya. Pengambilan mata tunas dari pohon induk disertai dengan sedikit kayu yang ikut ditempelkan pada batang bawah.

Mata tunas yang diperoleh kemudian disisipkan pada batang bawah yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah penempelan, mata tunas tersebut diikat rapat namun bagian mata tunas tidak terlapisi oleh pengikat. Hal ini dilakukan untuk membantu proses penyatuan mata tunas dengan batang bawah.

(31)

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama pembibitan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali untuk menjaga kelembaban media namun tidak terlalu basah agar bahan tanam tidak mengalami pembusukan pada akar. Penyiangan gulma dilakukan secara manual jika media tanam ditumbuhi gulma karena dapat mengganggu pertumbuhan akar dan tunas baru. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika mulai terdapat gejala serangan, pencegahan penyakit dilakukan dengan aplikasi Agrept dan Dithane setiap dua minggu sekali dengan dosis 2mg/L.

Tanaman batang bawah dibengkokan pada minggu keempat setelah okulasi dengan tujuan untuk memaksimalkan unsur-unsur dan asimilat fotosintesis yang diperlukan pada daerah yang telah diokulasi dan diharapkan pertumbuhan

tunas yang optimal. Tanaman batang bawah yang dibengkokan kemudian dipotong dengan posisi potongan miring ±1 cm diatas tempat okulasi setelah tunas mulai tumbuh untuk mempercepat pertumbuhan tunas.

Pengamatan

Pengamatan percobaan I, pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemon terhadap pertumbuhan bibit batang bawah dilakukan dengan mengamati :

1. Tinggi tanaman (cm), diamati 0.5 cm dari permukaan tanah dan diberi tanda saat 0 MST. Pengamatan dilakukanpada 0,2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST (Minggu Setelah Pindah Tanam).

2. Diameter batang (mm), diukur pada diameter terbesar pada tanaman menggunakan jangka sorong dan diberi tanda saat 0 MST.Pengamatan dilakukanpada 0,2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST.

3. Berat basah akar (g), diukur daribobot akar sebelum dikeringkan. Pengamatan dilakukan pada akhir percobaan I, yaitu 12 MST.

4. Berat kering akar (g), diukur dari bobot akar setelah dikeringkan. Pengamatan dilakukan pada akhir percobaan I, yaitu 12 MST.

(32)

Pengamatan percobaan II, pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemon terhadap pertumbuhan tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi, dilakukan dengan mengamati pertumbuhan tunas yang merupakan hasil dari perbanyakan vegetatif dengan teknik chip-budding. Penggunaan parameter persentase okulasi bertunas, waktu tumbuh tunas, jumlah tunas, panjang tunas, diameter tunas, dan jumlah daun tunas pada penelitian ini mengacu pada penelitian Alexandrianus (2005) dan Hutapea (2006).

Pengamatan pertumbuhan tunas okulasi meliputi :

1. Persentase okulasi hidup (%) : persentase okulasi hidup dilihat dari jumlah okulasi yang masih hidup dan segar baik yang sudah bertunas maupun yang belum bertunas diamati pada 12 MSO (Minggu Setelah Okulasi).

∑ ∑

2. Persentase okulasi bertunas (%) : persentase okulasi bertunas dihitung dari jumlah okulasi yang masih hidup segar dan sudah bertunas, diamati pada 12 MSO.

∑ ∑

3. Persentase okulasi dorman (%) : persentase okulasi dorman dihitung dari jumlah okulasi yang masih hidup segar namun tidak mengalami pecah tunas, diamati pada 12 MSO.

∑ ∑

4. Waktu tumbuh tunas (HSO atau Hari Setelah Okulasi), diamati pada hari saat tanaman pecah tunas setelah okulasi. Pengamatan dilakukan sejak 1 MSO hingga 12 MSO.

5. Jumlah tunas, diukur dari banyaknya tunas yang tumbuh dari mata tunas

(33)

6. Pertambahan panjang tunas dan panjang tunas (cm), tunas diamati dari pangkal tunas sampai titik tumbuh tunas. Pengamatan pertambahan panjang tunas dilakukan sejak tanaman mengalami pecah tunas hingga akhir percobaan II dan diamati setiap minggu. Sedangkan pengamatan panjang tunas hanya dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.

7. Diameter tunas (mm), diukur pada lingkar tunas 2 cm dari pangkal tunas. Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.

8. Jumlah daun tunas (helai), dihitung dari banyaknya daun yang tumbuh pada tunas hasil okulasi dan sudah terbuka sempurna. Penghitungan dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.

9. Panjang daun tunas (cm), diamati pada daun ketiga yang sudah membuka

sempurna dan diukur memanjang dari pangkal daun ke ujung daun. Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 hingga Mei 2012, dimana temperatur rata-rata pada saat pelaksanaan penelitian adalah 25.9°C yang merupakan temperatur sesuai untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Manner et al. (2006) menyatakan bahwa temperatur optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk berkisar antara 25-30°C. Curah hujan rata-rata pada bulan November 2011 sampai dengan Mei 2012 adalah 334.79 mm, dengan kelembaban udara rata-rata selama

penelitian 84%, kondisi tersebut merupakan kondisi yang masih dapat mendukung pertumbuhan meskipun sedikit tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk.

Tanaman jeruk dapat tumbuh optimal pada kisaran kelembaban udara antara 50-80%. Tanaman jeruk masih dapat tumbuh baik pada daerah dengan iklim kering asalkan ketersediaan air cukup. Data iklim yang diperoleh merupakan data iklim lokasi penelitian secara makro, data tabel iklim makro pada Lampiran 1. diperoleh dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor.

Manner et al. (2006) menyatakan bahwa tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik pada pH antara 5-8. Ketiga bahan organik yang digunakan pada penelitian ini memiliki pH yang berbeda-beda dan pupuk kandang domba memiliki pH sedikit lebih basa dari kisaran pH yang dianjurkan untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Namun arang sekam dan tanah yang digunakan memiliki pH yang netral sehingga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan tanaman jeruk. Kandungan unsur Karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), Kalium (K), dan pH dalam media tanam yang digunakan pada penelitian telah dianalisis di Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Kelima bahan penyusun komposisi media tanam yang digunakan memiliki sifat kimia dan fisik yang berbeda. Komposisi media tanam(tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) merupakan

(35)
[image:35.595.100.537.190.378.2]

V/V)merupakan media yang paling lembab diantara komposisi media lainnya. Analisis sifat kimia kelima bahan penyusun komposisi media tanam menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan unsur hara makro dan pH media tanam

Bahan media C N P K pH Sifat

kemasamana %

Arang sekam 29.95 0.38 0.12 0.65 7.40 netral

Pupuk kandang domba 37.17 2.04 0.88 2.75 8.30 agak basa

Kompos 45.52 1.02 0.59 0.97 7.60 agak basa

Kascing 33.89 2.14 1.06 1.06 5.50 agak masam

a

Sifat kemasaman berdasarkan data kriteria sifat-sifat kimia tanah PusatPenelitian Tanah dan Agroklimat (1994)

Batang bawah Rough Lemon(RL)yang dipindahtanamkan mengalami kelayuan daun pada satu bulan pertama akibat stress setelah ditransportasikan dari Garut ke Bogor tanpa media. Hal ini disebabkan oleh transpirasi tanaman yang tinggi selama perjalanan tidak diimbangi dengan asupan air yang biasanya diperoleh dari media. Menurut Campbell (2003), transpirasi yang tinggi dapat membuat sel-sel kehilangan turgornya sehingga ukuran sel akan berkurang, stomata menutup, difusi CO2 menurun, fotosintesis menurun, sehingga hasil

fotosintat juga menurun yang berakibat kematian sel dan jaringan karena rendahnya hasil fotosintat. Hal inilah yang juga terjadi pada batang bawah jeruk RL pada awal percobaan I.Batang bawah umur 5, 8, dan 11 bulan yang mati saat ditransportasikan berjumlah masing-masing 15%, 10%, dan 10%. Batang bawah RL kemudian tumbuh segar kembali setelah kurang lebih 2 bulan berada di media perlakuan. Hal ini menunjukkan jika batang bawah RL sudah mulai bisa beradaptasi dengan media tanam yang baru.

Rata-rata tinggi bibit batang bawah pada awal percobaan I pada kelompok umur 5, 8, dan 11 bulan sebesar 22.40 cm, 36.23 cm, dan 54.25 cm.Rata-rata

Bahan media C-org N-total

P [Bray l]

(ppm)

K

(me/100g)

pH 1:1

(KCl) kemasamanSifat a %

(36)

diameter awal bibt batang bawah umur 5, 8, dan 11 bulan sebesar 2.67 mm, 3.48 mm, dan 5.11 mm. Sedangkan untuk rata-rata jumlah daun pada bibit batang bawah umur 5, 8, dan 11 bulan adalah sebesar 15 helai, 23 helai, dan 35 helai.

Jumlah bibit batang bawah RL yang bertahan hidup pada setiap perlakuan media tanamdi percobaan I berbeda – beda. Jumlah bibit yang bertahan hidup pada media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) sebanyak 67%, bibit yang bertahan hidup pada media (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) sebanyak 90%, dan bibit yang bertahan hidup pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) sebanyak 90%.

Okulasi dilakukan pada pagi hari dan saat hari cerah. Bibit batang bawah RL yang telah diokulasi dengan mata tempel jeruk Keprok Garut ditempatkan pada lapangan terbuka tanpa naungan dan disesuaikan dengan rancangan yang

digunakan. Kondisi tempat pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat padaGambar 2. Looping (pembengkokan bibit batang bawah) dilakukan setelah 4 MSO dengan

tujuan mempercepat pecah tunas.

Gambar 2. Kondisi lingkungan tumbuh bibit jeruk Keprok hasil perbanyakan okulasi di lapangan terbuka

(37)

akar berwarna kehitaman ketika tanaman dicabut dari media tanam terlihat seperti Gambar 3. Penyakit busuk akar disebabkan karena kondisi media yang terlalu lembab dan aerasi media yang kurang baik sehingga media jenuh air saat curah hujan cukup tinggi.

Tanaman yang telah diokulasi (percobaan II), terserang hama kutu daun sebanyak 10% danterserang hama pengorok daun sebanyak 25%, serangan terjadi pada saat mata tempel mulai pecah tunas. Gejala serangan hama kutu daun ialah daun-daun muda berubah bentuk menjadi pilinan dan menggulung, pada tunas dan daun muda terdapat koloni kutu.Gejala serangan hama pengorok daun diketahui dengan ciri daun jeruk berkerut dan menggulung lalu mengering. Pada tunas-tunas muda, di daun yang terserang terdapat kotoran kutu berupa benang-benang putih seperti spiral seperti yang terlihat pada Gambar 4. Hama lain yang berada di

[image:37.595.101.516.21.842.2]

sekitar lokasi penelitian adalah belalang, semut, dan siput.

Gambar 3. Bibit batang bawahRough Lemonyang terserang penyakit busuk akar

Gambar 4. Daun muda yang terserang hama pengorok daun

[image:37.595.331.497.404.548.2]
(38)

Gulma yang ditemui di area penelitian antara lain jukut pahit (Axonophus compresus), patikan (Euphorbia hirta), putri malu (Mimosa pudica), babadotan (Ageratum conizoides), dan keladi (Caladium bicolor). Pengendalian gulma dilakukan rutin setiap minggu secara manual.

Percobaan I. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang Bawah

Percobaan I dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk RL terhadap pertumbuhan batang bawah dilakukan selama 12 minggu.Hasil analisis ragam dari tolok ukur yang diamati pada percobaan I, pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap pertumbuhan bibit batang bawah ditampilkan pada Lampiran 3-18. Rekapitulasi hasil sidik ragam untuk semua parameter yang diamati pada

percobaan I dicantumkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertumbuhan batang bawah Rough Lemon

Parameter MST Komposisi media

Umur batang bawah

Interaksi KK

Tinggi batang bawah (cm)

0 tn ** tn 17.19

2 * ** tn 16.16

4 * ** tn 16.23

6 * ** tn 15.73

8 * ** tn 15.60

10 tn ** tn 21.18

12 * ** tn 21.91

Diameter batang bawah

(mm)

0 tn ** * 9.68

2 * ** tn 9.78

4 * ** tn 10.12

6 ** ** tn 11.42

8 ** ** tn 11.01

10 tn ** tn 12.75

12 tn ** tn 11.51

Bobot basah akar (g) 12 ** * ** 22.96a)

Bobot kering akar (g) 12 * tn ** 22.78a)

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam

* = Berpengaruh nyata pada α = 5% ** = Berpengaruh sangat nyata pada α = 1% tn = Tidak berpengaruh nyata

a)

[image:38.595.108.518.351.756.2]
(39)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk RL berpengaruh sangat nyata terhadap parameter bobot basah akar dan bobot kering akar, serta berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang bawah saat 0 MST. Interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk RL tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi batang bawah pada 0-12 MST dan diameter batang bawah pada 2-12 MST. Faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap parameterbobot basah akar, diameter batang bawah saat 6 dan 8 MST. Sedangkan faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi batang bawah pada 2, 4, 6, 8, dan 12 MST, diameter batang bawah pada 2 dan 4 MST, serta bobot kering akar batang bawah.

Faktor tunggal umur batang bawah jeruk RL berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi batang bawah RL pada 0-12 MST dan diameter batang bawah RL pada 0-12 MST, serta berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar.

Tinggi Bibit Batang Bawah

Pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah serta interaksinya terhadap tinggi bibit batang bawah jeruk RL dicantumkan pada Tabel 3.Tinggi bibit batang bawah jeruk RL terbesar pada 0-12 MST dihasilkan oleh bibit berumur 11 bulan (54.25; 51.30; 51.61; 51.27; 51.44; 51.01; dan 51.47 cm) diikuti bibit batang bawah umur 8 (36.23; 34.86; 34.77; 34.52; 34.60; 34.10; dan 34.71 cm) dan 5 bulan (22.40; 22.19; 22.21; 22.57; 22.80; 20.86; dan 21.82 cm). Media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) menghasilkan tinggi bibit batang bawah terbesar, diikuti dengan media tanam (tanah: arang sekam: kascing), dan media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba).

(40)

Tabel 3. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadaptinggi (cm) batang bawah Rough Lemon

Komposisi media tanam Umurbatangbawah Rataan 5bulan 8bulan 11bulan

.... Tinggi 0 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 20.48 33.20 48.15 33.94 Tanah: arangsekam: kompos 26.31 38.40 61.11 41.94 Tanah: arangsekam: kascing 20.42 37.10 53.49 37.00

Rataan 22.40c 36.23b 54.25a

.... Tinggi 2 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 20.17 29.42 47.92 32.50b Tanah: arangsekam: kompos 25.90 38.08 59.23 41.07a Tanah: arangsekam: kascing 20.51 37.08 46.76 34.78b

Rataan 22.19c 34.86b 51.30a

.... Tinggi 4 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 20.35 28.05 47.89 32.10b Tanah: arangsekam: kompos 25.51 38.88 60.10 41.50a Tanah: arangsekam: kascing 20.78 37.37 46.83 34.99b

Rataan 22.21c 34.77b 51.61a

.... Tinggi 6 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 21.25 27.18 47.67 32.03b Tanah: arangsekam: kompos 24.52 39.20 58.97 40.90a Tanah: arangsekam: kascing 21.93 37.18 47.18 35.43ab

Rataan 22.57c 34.52b 51.27a

.... Tinggi 8 MST (cm) ....

Tanah: arangsekam: pukandomba 21.63 26.49 48.37 32.16b Tanah: arangsekam: kompos 24.42 39.46 58.33 40.74a Tanah: arangsekam: kascing 22.35 37.85 47.62 35.94ab

Rataan 22.80c 34.60b 51.44a

.... Tinggi 10 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 14.70 24.82 49.04 31.37 Tanah: arangsekam: kompos 23.10 39.69 56.19 39.66 Tanah: arangsekam: kascing 22.72 37.79 47.80 36.10

Rataan 20.86c 34.10ab 51.01a

.... Tinggi 12 MST (cm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 14.47 21.64 49.69 30.37b Tanah: arangsekam: kompos 25.47 41.56 56.25 41.09a Tanah: arangsekam: kascing 23.08 40.94 48.46 37.49ab

Rataan 21.82c 34.71b 51.47a

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada waktu pengamatanyang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

[image:40.595.98.509.127.664.2]
(41)

pengukuran hanya dilakukan pada batang bawah RL yang masih berwarna hijau. Kekeringan bagian pucuk tanaman menunjukkan bahwa tanaman mengalami stress selama ditransportasikan dari tempat budidaya ke tempat penelitian.

Diameter Bibit Batang Bawah

Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah serta interaksinya terhadap diameter batang bawah jeruk RL dicantumkan pada Tabel 4. Interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter batang bawah berpengaruh nyata pada 0 MST, sedangkan interaksi kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap diameter pada 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MST. Bibit batang bawah yang berumur 11 bulan yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) menghasilkan diameter

terbesar (5.67 mm) dibandingkan dengan semua kombinasi perlakuan pada 0 MST dan tidak berbeda nyata dengan bibit batang bawah yang berumur 11 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing) (5.17 mm).

Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) pada 2, 4, 6 dan 8 MST nyata menghasilkan diameter terbesar (3.93; 4.02; 4.20; dan 4.26 mm) dibandingkan kedua media tanam lainnya. Bibit batang bawah umur 11 bulan menghasilkan diameter terbesar pada 0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST (5.11; 4.94; 5.00; 5.07; 5.10; 5.31; dan 5.56 mm) serta berbeda nyata dengan bibit umur 8 dan 5 bulan.

(42)

Tabel 4. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap diameter (mm) batang bawah Rough Lemon

Komposisi media tanam Umur batang bawah Rataan

5 bulan 8 bulan 11 bulan

....Diameter 0 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.72de 3.61c 4.50b 3.61

Tanah: arangsekam: kompos 2.50e 3.61c 5.67a 3.93

Tanah: arangsekam: kascing 2.78de 3.22cd 5.17a 3.72

Rataan 2.67c 3.48b 5.11a

....Diameter 2 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.53 3.19 4.41 3.38b

Tanah: arangsekam: kompos 2.58 3.66 5.57 3.93a

Tanah: arangsekam: kascing 2.46 3.24 4.83 3.51b

Rataan 2.52c 3.36b 4.94a

.... Diameter 4 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.43 3.41 4.56 3.47b

Tanah: arangsekam: kompos 2.70 3.76 5.60 4.02a

Tanah: arangsekam: kascing 2.65 3.51 4.86 3.67ab

Rataan 2.59c 3.56b 5.00a

.... Diameter 6 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.48 3.36 4.53 3.46b

Tanah: arangsekam: kompos 2.78 4.08 5.76 4.20a

Tanah: arangsekam: kascing 2.84 3.55 4.93 3.78ab

Rataan 2.70c 3.66b 5.07a

....Diameter 8 MST (mm) ....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.60 3.32 4.65 3.52b

Tanah: arangsekam: kompos 2.83 4.12 5.84 4.26a

Tanah: arangsekam: kascing 2.99 3.61 4.81 3.81b

Rataan 2.81c 3.68b 5.10a

.... Diameter 10 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 2.88 3.62 4.90 3.91

Tanah: arangsekam: kompos 2.97 4.21 5.92 4.37

Tanah: arangsekam: kascing 3.60 4.10 5.12 4.27

Rataan 3.18c 3.98b 5.31a

.... Diameter 12 MST (mm)....

Tanah: arangsekam: pukandomba 3.05 3.43 5.33 4.05

Tanah: arangsekam: kompos 3.11 4.81 6.07 4.66

Tanah: arangsekam: kascing 3.88 4.35 5.29 4.51

Rataan 3.38c 4.20b 5.56a

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam

[image:42.595.95.509.124.664.2]
(43)

Bobot Basah dan Bobot Kering Akar

Pengaruh interaksi faktor komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap bobot basah dan bobot kering akar dicantumkan pada Tabel 5. Bobot basah akar terkecil dihasilkan oleh bibit batang bawah umur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) (1.37 g). Sedangkan bobot basah akar terbesar dihasilkan oleh bibit batang bawah berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos atau kascing 1: 1: 1 V/V) (24.12 dan 25.26 g).

Tabel 5. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap bobot basah dan kering (g) akar batang bawah Rough Lemon

Komposisi media tanam Umur batang bawah Rataan

5 bulan 8 bulan 11 bulan

...Bobot basah akar (g)...

Tanah: arang sekam: pukan domba 1.84cd 1.37d 17.90ab 7.69b

Tanah: arang sekam: kompos 9.90bc 24.12a 16.47ab 16.83a

Tanah: arang sekam: kascing 9.63bc 25.26a 12.05abc 15.65a

Rataan 7.78b 16.91a 15.48a

...Bobot kering akar (g)...

Tanah: arang sekam: pukan domba 1.67cd 0.56d 8.77abc 3.92b

Tanah: arang sekam: kompos 4.34bc 10.89a 6.96abc 7.39a

Tanah: arang sekam: kascing 4.53bc 10.05ab 5.66abc 6.75a

Rataan 3.74 7.16 7.13

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada parameter pengamatanyang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tolok ukur bobot kering akar memiliki kecenderungan yang sama dengan tolok ukur bobot basah akar. Bobot kering akar terendah dihasilkan oleh bibit berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) (0.56 g). Bobot kering akar terbesar dihasilkan oleh bibit berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam

(tanah: arang sekam: kompos atau kascing 1: 1: 1 V/V) (10.89 dan 10.05 g). Faktor tunggal komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang

(44)

Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang BawahRough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk Keprok Garut

(Citrus nobilis) Hasil Okulasi

Percobaan II berlangsung selama 12 minggu sejak tanaman diokulasi. Pengamatan tinggi tunas dimulai pada saat sebagian besar tanaman mulai mengalami pecah tunas, yaitu pada minggu kelima setelah okulasi. Hasil analisis sidik ragam dari pengaruh komposisi media dan umur batang bawah terhadap parameter pertumbuhan tunas hasil okulasi terdapat pada Lampiran 19-36. Rekapitulasi sidik ragam dari semua parameter yang diamati pada percobaan II dicantumkan pada Tabel 6. Keragaan bibit jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil perbanyakan okulasi pada ketiga media tanam dan umur batang bawah perlakuan terdapat pada Lampiran 37.

Tabel 6. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertumbuhan tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi

Parameter MSO Komposisi media

Umur batang bawah

Interaksi KK

Persentase Okulasi Hidup (%) 12 ** ** ** 8.01 Persentase Okulasi Bertunas (%) 12 ** ** ** 11.66 Persentase Okulasi Dorman (%) 12 tn tn tn 5.01a) Waktu Tumbuh Tunas (HSO) 1-12 tn ** tn 4.23 Pertambahan Panjang Tunas (cm) 5 tn tn tn 27.05a)

6 tn tn tn 29.49a)

7 tn tn tn 30.70a)

8 tn tn tn 26.38a)

9 tn tn * 22.07

10 ** ** tn 18.13

11 ** ** tn 24.26

12 * tn tn 14.23a)

Panjang Tunas (cm) 12 ** ** tn 13.89

Diameter Tunas (mm) 12 ** * tn 10.05

Jumlah Tunas (tunas) 12 tn tn tn 15.44

Jumlah Daun (helai) 12 * tn tn 11.93

Panjang Daun (cm) 12 ** ** tn 8.09

Lebar Daun (cm) 12 ** ** tn 9.03

Keterangan : MSO = Minggu Setelah Okulasi

* = Berpengaruh nyata pada α = 5% ** = Berpengaruh sangat nyata pada α = 1% tn = Tidak berbeda nyata

a)

[image:44.595.104.526.407.713.2]
(45)

Berdasarkan hasil analisis ragam yang tercantum pada Tabel 6, dapat terlihat bahwa interaksi antara faktor komposisi media tanam dan faktor umur batang bawah jeruk RL berpengaruh sangat nyata terhadap persentase okulasi hidup dan persentase okulasi bertunas, serta berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tunas pada 9 MSO. Faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, pertambahan panjang tunas 10 dan 11 MSO, panjang tunas, diameter tunas, panjang daun, dan lebar daun, serta berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tunas 12 MSO dan jumlah daun.

Faktor tunggal umur batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, waktu tumbuh tunas, pertambahan panjang tunas pada 10 dan 11 MSO, panjang tunas, panjang

daun, dan lebar daun, serta berpengaruh nyata terhadap parameter diameter tunas.

Keberhasilan Okulasi

Pengaruh interaksi antara faktor komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap parameter keberhasilan okulasi dicantumkan pada Tabel 7.Komposisi media tanam dan umur batang bawah secara nyata mempengaruhi persentase okulasi hidup. Persentase okulasi hidup berkisar antara 37-100%. Batang bawah umur (5 + 3) bulan yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terbaik sebesar 100% dan tidak berbeda nyata dengan batang bawah umur (11 + 3) bulan yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing1: 1: 1 V/V) yang menghasilkan persentase okulasi hidup 98%. Batang bawah umur(11 + 3) bulan yang ditanam pada media (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terendah, yaitu sebesar 37%.

(46)

Tabel 7. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemon terhadap keberhasilan okulasi batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis)

Komposisi media tanam Umur batang bawah (bulan) Rataan

5 + 3 8 + 3 11 + 3

...Persentase okulasi hidup...

Tanah: arang sekam: pukan domba 86.00bc 84.00c 37.00d 69.00c

Tanah: arang sekam: kompos 86.00bc 92.00abc 84.00c 87.00b

Tanah: arang sekam: kascing 100.00a 96.00abc 98.00ab 98.00a

Rataan 91.00a 91.00a 73.00b

...Persentase okulasi bertunas...

Tanah: arang sekam: pukan domba 76.00b 80.00ab 33.00c 63.00c

Tanah: arang sekam: kompos 82.00ab 84.00ab 82.00ab 83.00b

Tanah: arang sekam: kascing 98.00a 90.00ab 98.00a 95.00a

Rataan 86.00a 85.00a 71.00b

...Persentase okulasi dorman (%)...

Tanah: arang sekam: pukan domba 9.80 3.92 3.92 6.00

Tanah: arang sekam: kompos 3.92 7.84 1.96 4.67

Tanah: arang sekam: kascing 1.96 5.88 0.00 2.67

Rataan 5.33 6.00 2.00

...Waktu tumbuh tunas (HSO)...

Tanah: arang sekam: pukan domba 54 54 56 55

Tanah: arang sekam: kompos 53 54 57 54

Tanah: arang sekam: kascing 50 57 58 55

Rataan 52b 55b 57a

Keterangan : HSO = Hari Setelah Okulasi

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada parameter pengamatanyang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Faktor tunggal umur batang bawah, bibit berumur (5 + 3) dan (8 + 3) bulan menghasilkan persentase okulasi hidup yang tinggi (91%)

sedangkan bibit berumur (11 + 3) bulan menghasilkan persentase okulasi hidup yang terendah (73%).

Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan rata-rata persentase okulasi bertunas tertinggi (95%) diikuti oleh

komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) (83%), dan yang terendah media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1 : 1 V/V) (63%).

[image:46.595.89.512.142.531.2]
(47)

(11 + 3) bulan menghasilkan persentase okulasi bertunas terendah (71%). Interaksi antara bibit berumur (11 + 3) bulan dan media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi bertunas terendah (33%).

Komposisi media tanam dan umur batang bawah dalam bentuk tunggal dan interaksi tidak mempengaruhi persentase okulasi dorman secara nyata. Persentase okulasi dorman berkisar antara 0.00-9.80%.

Waktu tumbuh tunas terlama dihasilkan dari bibit berumur (11+ 3) bulan (57 HSO) berbeda nyata dengan bibit berumur (5 + 3) dan (8 + 3) bulan (52 dan 55 HSO). Ketiga komposisi media dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap waktu tumbuh tunas.

Pertambahan Panjang Tunas

Pengaruh interaksi antara komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah RL terhadap pertambahan panjang tunas dicantumkan pada Tabel 8. Interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah mempengaruhi pertambahan panjang tunas pada 9 MSO, sedangkan pada minggu ke 5, 6, 7, 8. 10, 11, dan 12 tidak berpengaruh. Faktor tunggal umur bibit mempengaruhi pertambahan panjang tunas pada 10 dan 11 MSO.

Pertambahan panjang tunas terbesar pada 9 MSO dihasilkan oleh bibit berumur (5 + 3) bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) (3.29 cm) sedangkan pertambahan panjang tunas terendah

Gambar

Gambar 1. Komposisi media tanam yang digunakan dalam percobaan I dan II,
Tabel 1. Kandungan  unsur hara makro dan  pH media tanam
Gambar 4. Daun muda yang terserang hama pengorok daun
Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Kegiatan Melaksanakan Yang

Potensi tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), Kayu Apu (Pistia stratiotes), Dan Genjer (Limnocharis flava) sebagai fitoremidiasi air limbah domestik dapat di jadikan salah

Ahli waris adalah orang yang berhak menerima harta warisan dari pewaris. Untuk berhaknya ia menerima harta warisan itu disyaratkan ia telah dan masih hidup pada saat

Jika tumor menjalar melalui foramen laserum akan memgenai syaraf otak ke III,IV,VI dan dapat mengenai syaraf tak ke V, sehingga dapat terjadi penglihatan ganda (diplopia).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis realisasi penerimaan pajak Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah

Kedua belah pihak menerapkan dengan ini bahwa penyerahan dari opstal yang dijual itu telah terjadi dimana opstal tersebut berada dan pembeli serta menerima opstal tersebut dan

Setelah batas akhir waktu upload dokumen penawaran secara elektronik melalui Lpse Polda Bali, penyedia yang mengupload dokumen penawaran tidak ada sehingga

Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2012 yang terlihat keselarasan realisasi fisik dan realisasi dana yang mencapai realisasi target 91,67