• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Hubungan Para Pihak dalam Pengelolaan Wisata Alam di Kota Bandar Lampung dan Sekitarnya, Provinsi Lampung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mekanisme Hubungan Para Pihak dalam Pengelolaan Wisata Alam di Kota Bandar Lampung dan Sekitarnya, Provinsi Lampung."

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Wisata alam merupakan bentuk kegiatan pariwisata yang sedang berkembang pesat melebihi bentuk wisata lainnya (R. Buckley et al. 2001). Pemanfaatan potensi sumberdaya alam sebagai daya tarik wisata menjadikan jumlah kawasan wisata alam terus bertambah. Pertambahan ini disebabkan permintaan pasar wisata yang bergerak dari wisata buatan manusia ke arah wisata berbasis alam. Selain itu, wisata alam juga digunakan untuk mengembangkan dan mempromosikan potensi sumberdaya alam disetiap daerah.

Lampung merupakan provinsi yang memiliki potensi sumberdaya alam tinggi dan berdekatan dengan Jakarta. Potensi sumberdaya alam tinggi dan letak strategis menjadikan Lampung potensial sebagai provinsi tujuan wisata. Tetapi pada kenyataanya Lampung hanya menjadi tujuan wisata ke-18 di Indonesia dan kunjungan wisata didominasi wisatawan domestik. Hal itu terlihat dari data wisatawan tahun 2008, total wisatawan yang berkunjung ke Lampung sebesar 1.458.087 individu yang terdiri dari jumlah wisatawan domestik sebesar 1.448.059 individu dan jumlah wisatawan mancanegara sebesar 10.028 individu (Disbudpar Lampung 2008).

(2)

2

Sektor pariwisata termasuk wisata alam merupakan sektor tertinggi ke-dua dalam membangun perekonomian KBL. Persentase kegiatan ekonomi dari sektor pariwisata sebesar 22,78% (PEMKOT KBL 2000). Sektor pariwisata yang potensial di KBL dan pertambahan obyek wisata alam beberapa tahun terakhir menjadikan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Lampung 2002 yang memfokuskan wisata pada wisata perkotaan tidak dapat digunakan lagi. Pada tahun 2011 Pemerintah Provinsi Lampung menyusun kembali RIPPDA Lampung tahun 2011 (Utomo 2010). RIPPDA ini akan menjadi acuan bagi pemerintah KBL dalam pengembangan potensi pariwisata di KBL. Penyusunan RIPPDA tahun 2011 tidak akan berpengaruh besar terhadap pengembangan wisata khususnya wisata alam di KBL apabila tanggung jawab terhadap sektor pariwisata hanya diserahkan kepada satu pihak saja. Padahal terdapat pihak lain yang ikut berperan dan bertanggung jawab terhadap sektor pariwisata khususnya wisata alam. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam berasal dari instansi pemerintah, lembaga swasta, pengusaha pariwisata, kelompok masyarakat, dan masyarakat. Para pihak yang terlibat memiliki peran dan kegiatan yang berbeda. Peran dan kegiatan yang dilakukan suatu pihak mencerminkan kepentingannya. Kepentingan masing-masing pihak akan mempengaruhi mekanisme hubungan yang terjalin dalam pengelolaan wisata alam di KBL. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk merumuskan mekanisme hubungan para pihak dalam pengelolaan wisata alam di KBL.

1.2Perumusan masalah

Penelitian ini akan mengkaji para pihak dan hubungan diantara para pihak dalam pengelolaan wisata alam di KBL. Hal yang akan dikaji dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

(3)

2. Kebijakan apa saja yang diberlakukan oleh pemerintah KBL dalam kaitannya dengan wisata alam dan bagaimana implementasi dari kebijakan tersebut? 3. Kebutuhan apa saja yang diperlukan para pihak dalam pengelolaan wisata

alam di KBL?

4. Bagaimana mekanisme hubungan diantara para pihak dalam pengelolaan wisata alam di KBL?

1.3Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk merumuskan mekanisme hubungan para pihak dalam pengelolaan wisata alam di KBL. Tujuan utama penelitian ini akan dicapai melalui tujuan antara sebagai berikut.

1.Mengidentifikasi pihak-pihak dan peranan masing-masing pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di KBL berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh.

2.Menganalisis tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) dan aturan kelembagaan serta hubungan yang terjadi diantara para pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di KBL.

3.Menganalisis kebijakan yang diterapkan dalam pengelolaan wisata alam di KBL.

4.Menganalisis kebutuhan para pihak dalam pengelolaan wisata alam di KBL.

1.4Manfaat penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di KBL. Sehingga pihak-pihak tersebut dapat menyusun rencana pengelolaan yang lebih baik.

1.5Kerangka pemikiran

(4)

4

WISATA ALAM KOTA BANDARLAMPUNG

Kebijakan, TUPOKSI, Kebutuhan, hubungan dengan pihak lainnya

ANALISIS

STAKEHOLDER -Identifikasi Stakeholder

-Tingkat kepentingan dan Pengaruh

-hubungan antar

RUMUSAN MEKANISME HUBUNGAN STAKEHOLDER

ISI KEBIJAKAN DAN TUPOKSI

DESKRIPTIF KEBUTUHAN

INSTANSI PEMERINTAH

KELOMPOK MASYARAKAT, PENGUSAHA, MASYARAKAT LEMBAGA

SWASTA

Kebijakan, aturan lembaga, Kebutuhan, hubungan dengan pihak lainnya

Kebijakan, aturan lembaga, Kebutuhan, hubungan dengan pihak lainnya

data tentang kebijakan, TUPOKSI/aturan kelembagaan, kebutuhan, dan hubungan dengan pihak lainnya. Keseluruhan data yang diambil dianalisis menggunakan analisis stakeholder, analisis isi kebijakan dan TUPOKSI, serta analisis deskriptif kebutuhan. Hasil dari ketiga analisis tersebut selanjutnya disintesis untuk dijadikan rumusan mekanisme hubungan para pihak (stakeholder) dalam pengelolaan wisata di KBL. Kerangka pemikiran mekanisme hubungan para pihak dalam pengelolaan wisata alam di KBL secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata, wisata dan wisata alam

Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya dan menetap sementara waktu dengan tujuan bukan untuk mencari penghidupan (Pitana dan Diarta 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintahan nomor 36 tahun 2010 Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik serta usaha yang terkait dengan wisata alam.

Wisata merupakan perpindahan seseorang untuk melakukan liburan di tempat yang berbeda dari rumah, kota ataupun negaranya (Grunewald 2006). Perpindahan atau perjalanan seseorang untuk melakukan kegiatan wisata dilakukan kurang dari 1 tahun berturut-turut (UNEP 2002). Selain itu, wisata juga didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009).

Wisata alam merupakan pengalaman wisata yang secara langsung dan tidak langsung tergantung pada alam (Tourism British Columbia 2004). Definisi lain dari wisata alam ialah wisata yang menggunakan alam atau lingkungan sebagai daya tarik wisata (Kajala et al. 2004). Daya tarik wisata alam menurut Wahab (1992) terdiri dari:

a. Iklim, meliputi: udara yang bersih, sinar matahari yang cerah, udara yang segar atau dingin.

(6)

6

c. Vegetasi, meliputi: hutan, pepohonan langka, habitat flora dan fauna, taman,

campinground dan lainnya.

d. Flora dan fauna, meliputi: flora dan fauna langka, endemik dan dilindungi. e. Pusat kesehatan, meliputi: sumber air panas atau mineral, kolam lumpur yang

berkhasiat untuk mandi dan sebagainya.

Komponen-komponen yang terdapat dalam wisata alam (Muntasib dan Rachmawati 2009) antara lain:

a. Konservasi

Melindungi sumberdaya dan lingkungan yang dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata

b. Partisipasi

Mengikutsertakan secara aktif masyarakat dalam kegiatan pariwisata c. Manfaat ekonomi

Memberi sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah dan d. Pendidikan/Edukasi

Menyajikan produk yang bermuatan pendidikan, pembelajaran dan rekreasi dari nilai-nilai alam dan budaya setempat

e. Wisata

Memberikan kepuasan berwisata dan menambah pengalaman

2.2 Sistem dan kelembagaan pariwisata

(7)

berperan untuk fasilitas keduanya, dan pelaku/aktor yang menggerakkan ketiga elemen sebelumnya (Damanik dan Weber 2006). Hubungan diantara unsur-unsur pokok pariwisata dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Sistem kepariwisataan.

(Steck et al. 1999 dalam Damanik dan Weber 2006)

2.3 Pelaku kegiatan pariwisata

Jenis-jenis Pelaku pariwisata yang terlibat di dalam pasar pariwisata antara lain (Damanik dan Weber 2006):

a. Wisatawan

(8)

8

b. Industri pariwisata

Semua usaha dan jasa yang berada di dalam bidang pariwisata. Industri pariwisata dikelompokkan ke dalam pelaku langsung dan pelaku tidak langsung. pelaku langsung ialah usaha-usaha yang menawarkan jasa langsung kepada wisatawan, seperti hotel, restoran, pusat informasi dan biro perjalanan. Sedangkan pelaku tidak langsung ialah usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, seperti usaha kerajinan tangan, penerbit buku, penjual roti.

Industri pariwisata dapat dimanfaatkan sebagai kekuatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang. Hal itu karena industri pariwisata memiliki empat unsur untuk mewujudkan kekuatan pasar yang dinamis di masa depan. Unsur-unsur yang dimiliki industri pariwisata ialah meningkatan kapasitas eksport, menarik para investor untuk menanamkan modal, meningkatkan pendapatan ekonomi daerah, dan menciptakan lapangan pekerjaan (UNEP 2002).

c. Pendukung jasa pariwisata

Usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk yang dimiliki, seperti jasa fotografi, jasa kecantikan, olah raga, penjualan BBM.

d. Pemerintah

Pelaku pariwisata yang memiliki otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastuktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata serta bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata.

e. Masyarakat lokal

(9)

f. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga non pemerintah lokal, regional dan internasional yang melakukan kegiatan di kawasan wisata sebelum pariwisata berkembang di kawasan tersebut. Kegiatan yang biasanya dilakukan berhubungan dengan konservasi dan regulasi kepemilikan serta pengusahaan sumberdaya alam setempat.

2.4 Governance dan tata kelola wisata

Governance (pemerintahan) ialah semua hal yang berkaitan dengan kekuatan, hubungan, dan tanggung jawab. Governance dikelompokkan menjadi empat level meliputi lokal, nasional, regional dan internasional. Pembagian level tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang efektif. Ketiga level tersebut harus saling menguatkan satu sama lain. Governance internasional tidak akan berhasil tanpa adanya partisipasi dari governance lokal yang baik. Sehingga partisipasi governance lokal yang baik memiliki arti penting dalam pencapaian hasil di level governance internasional (Scanlon dan Guilmin 2004).

Tata kelola pariwisata merupakan bagian dari governance di sektor pariwisata untuk tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Definisi tata kelola pariwisata ialah mekanisme pengelolaan kolaboratif pariwisata yang melibatkan sektor pemerintah dan non pemerintah dalam suatu usaha kolektif (Muntasib 2009). Sektor pemerintah yang dimaksud ialah instansi pemerintah pusat maupun daerah seperti Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan pengembangan pariwisata. Sektor non pemerintah dapat berupa LSM, pengusaha pariwisata, organisasi dan kelompok masyarakat, para pemikir pariwisata dari perguruan tinggi dan lembaga profit lainnya.

2.5 Stakeholder

(10)

10

suatu kebijakan, keputusan dan kegiatan (proyek) juga disebut sebagai

stakeholder (Groenendijk 2003). Stakeholder biasanya dikaitkan dengan kepentingan dan pengaruh.

Kepentingan sangat berkaitan dengan kebutuhan individu ataupun organisasi (Groenendijk 2003). Besarnya kepentingan individu ataupun organisasi dinilai melalui keterlibatan (partisipasi), manfaat yang diperoleh, persentase program kerja yang berkaitan dengan wisata alam, tingkat ketergantungan dan peran individu/organisasi tersebut dalam pengelolaan wisata alam di KBL. Pengaruh merupakan proses mengubah pikiran, perilaku, perasaan orang lain dan kekuatannya tergantung pada kekuasaan (Nelson and Quick 1994; Reed et al.

2009). Analisis penilaian terhadap kekuasaan (power) dikembangkan oleh Gabriel 1983; Reed et al. 2009 melalui instrumen kekuasan dan sumber kekuasaan. Instrumen kekuasaan meliputi condign power (keuangan, hukuman),

compensatory power (hadiah, gaji/upah, bantuan kegiatan, penghargaan), dan

conditioning power (pendidikan, propaganda, opini). Sumber kekuasaan meliputi

personality power (kecerdasan, karisma, kekuatan fisik) dan organisation power

(jejaring, fungsi, massa, kesusaian bidang fungsi).

2.6 Analisis stakeholder

(11)

a. Key Player

Key player merupakan stakeholder yang paling aktif dalam pengelolaan dikarenakan stakeholder tersebut memiliki kepentingan dan pengaruh yang besar.

b. Subject

Subject merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan yang besar, tetapi pengaruhnya kecil. Stakeholder jenis ini bersifat supportive, mempunyai ka-pasitas yang kecil untuk mengubah situasi. Stakeholder ini mungkin akan di-pengaruhi oleh stakeholder lainnya.

c. Context Setter

Context setter merupakan stakeholder yang memiliki pengaruh yang besar, tetapi memiliki kepentingan yang kecil. Stakeholder jenis ini mungkin akan memberikan bahaya yang signifikan, sehingga harus dipantau dan dikelola.

d. Crowd

(12)

12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Kelurahan Sumur Batu, Kelurahan Sukadanaham, Kelurahan Batu Putu, dan Kelurahan Sukamaju dijadikan sampling untuk masyarakat sekitar objek wisata. Penelitian dilakukan selama 2 Bulan yaitu September-November 2011.

3.2 Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain:

 Panduan wawancara

Voice recorder  Camera digital

 Alat tulis

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian antara lain:

 Pihak-pihak pengelola wisata alam di KBL

 TUPOKSI instansi pemerintah dan aturan kelembagaan swasta yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di KBL

 Kebijakan pemerintah yang digunakan dalam pengelolaan wisata alam di KBL

 Kebutuhan para pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di KBL

3.3 Teknik penentuan informan

(13)

berasal dari instansi pemerintah, lembaga swasta, kelompok masyarakat, pengusaha pariwisata dan masyarakat.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan stakeholder antara lain:

a.Wawancara Informan

Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan menggunakan panduan wawancara kepada informan kunci (Key informan) dari masing-masing

stakeholder. Wawancara dengan informan kunci bertujuan untuk mendapatkan informasi khusus mengenai suatu topik (Mikkelsen 2003). Kajian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pihak-pihak (stakeholder) dan hubungan diantara para pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam. Informan kunci pertama dari masing-masing stakeholder yaitu kepala dinas, direktur perseroan, ketua organ-isasi atau staff yang ditunjuk para pemimpin stakeholder untuk mewakili stake-holder yang bersangkutan dalam memberikan informasi tentang pengelolaan wisata alam di KBL. Informan kunci kedua berasal dari rekomendasi informan kunci pertama, informan kunci ketiga berasal dari rekomendasi informan kunci kedua dan begitu seterusnya hingga keseluruhan data penelitian terkumpulkan. Data dan informasi yang berasal dari informan kunci kedua dan informan selanjutnya digunakan untuk melengkapi data dan informasi dari informan awal. Metode penentuan informan kunci diatas biasanya disebut snowball sampling

(Wildemuth 2009) . b.Observasi lapang

(14)

14

c. Penelusuran dokumen

(15)

Tabel 1 Matriks pengumpulan data

No Jenis Data Variabel Metode

1. Instansi Pemerintahan - Identitas instansi

- TUPOKSI

- Kebijakan yang ditetapkan

- Bentuk Keterlibatan

- Kegiatan yang dilakukan

- Hubungan dengan stakeholder lain

Wawancara menggunakan panduan wawancara instansi pemerintah (Lampiran 1)

2. Lembaga Swasta - Identitas lembaga/organisasi

- Aturan kelembagaan yang ditetapkan - Bentuk keterlibatan

- Kegiatan yang dilakukan

- Hubungan dengan stakeholder lain

Wawancara menggunakan panduan wawancara lembaga swasta/kelompok non-pemerintah (Lampiran 2)

3. Kelompok Masyarakat - Identitas kelompok

- Aturan yang ditetapkan

- Bentuk keterlibatan

- Kegiatan yang dilakukan

- Hubungan dengan stakeholder lain

Wawancara menggunakan panduan wawancara lembaga swasta/kelompok non-pemerintah (Lampiran 2)

4. Besarnya kepentingan masing-masing pihak dalam pengelolaan wisata alam KBL

- Keterlibatan stakeholder

- Ketergantungan stakeholder terhadap wisata alam - Program kerja masing-masing stakeholder - Manfaat wisata alam bagi stakeholder - Peran stakeholder

Penghitungan nilai kepentingan dengan menggunakan panduan penghitungan nilai kepentingan (Lampiran 3)

5. Besarnya pengaruh masing-masing pihak terhadap pengelolaan wisata alam KBL

- Pengaruh kekuatan kondisi

- Pengaruh kekuatan kelayakan

- Pengaruh kekuatan kompensasi - Pengaruh kekuatan Personality - Pengaruh kekuatan organisasi

(16)

16

No Jenis Data Variabel Metode

6.

7.

Kebijakan

TUPOKSI dan Aturan Kelembagaan

- Konservasi, partisipasi, manfaat ekonomi, edukasi, wisata

- Kesenjangan antara kebijakan yang diberlakukan berdasarkan komponen konservasi, partisipasi, manfaat ekonomi, edukasi, wisata

- Konservasi, partisipasi, manfaat ekonomi, edukasi, wisata

- Kesenjangan antara TUPOKSI dan aturan kelembagaan berdasarkan

komponen konservasi, partisipasi, manfaat ekonomi, edukasi, wisata

Penelusuran dokumen menggunakan analisis isi kebijakan (Lampiran 5)

Penelusuran dokumen menggunakan analisis isi TUPOKSI (Lampiran 6)

8. Kebutuhan - Kemiripan kebutuhan dari semua kebutuhan stakeholder Wawancara dengan menggunakan panduan wawancara

(17)

3.5 Analisis data

Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan analisis stakeholder, analisis isi (Content analysis), dan analisis deskriptif. analisis isi dilakukan terhadap TUPOKSI dan aturan kelembagaan, serta kebijakan pemerintah.

3.5.1 Analisis stakeholder

Analisis stakeholder digunakan untuk menganalisis data mengenai stake-holder. Model analisis stakeholder yang digunakan adalah model yang diperke-nalkan oleh Reed et al. (2009). Tahapan dalam melakukan analisis stakeholder

adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi stakeholder dan perannya

2. Membedakan dan mengkategorikan stakeholder berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya

Stakeholder dipetakan ke dalam matriks analisis stakeholder berdasarkan besarnya kepentingan dan pengaruh. Besarnya kepentingan dinilai berdasarkan keterlibatan stakeholder dalam wisata alam, ketergantuang stakeholder

terhadap wisata alam, program kerja masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan wisata alam, manfaat yang diperoleh stakeholder dari wisata alam, peran yang dimainkan oleh stakeholder dalam pengelolaan wisata alam. Besarnya pengaruh dinilai berdasarkan intrumen dan sumber kekuatan (power) yang dimiliki masing-masing stakeholder (Gabriel 1983; Reed et al. 2009). Instrumen kekuatan meliputi kekuatan kondisi (conditioning power), kekuatan kelayakan (condign power), kekuatan kompensasi (compesatory power) dan sumber kekuatan meliputi kekuatan individu (personality power), kekuatan organisasi (organization power). Penilaian besarnya kepentingan stakeholder

menggunakan panduan kepentingan pada Lampiran 3 sedangkan penilaian besarnya pengaruh menggunakan panduan penilaian pengaruh pada Lampiran 4.

(18)

18

stakeholder dipetakan ke dalam matriks kepentingan pengaruh pada Gambar 2 dengan menggunakan Software Minitab 15.

Gambar 3 Matriks Kepentingan-Pengaruh (Reed et al. 2009). 3. Mendefinisikan hubungan antar stakeholder

Hubungan diantara stakeholder akan didefinisikan melalui dokumen dan hasil wawancara pada informan kunci. Dokumen yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan ialah TUPOKSI instansi dan aturan kelembagaan swasta serta kelompok masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di KBL. Hubungan tersebut akan dijelaskan melalui peta hubungan stakeholder

wisata alam di KBL baik yang terdapat dalam dokumen maupun hubungan yang terjadi di lapangan.

3.5.2 Analisis isi kebijakan dan TUPOKSI/aturan kelembagaan

(19)

ini menggunakan kata kunci (key word) berupa konservasi, partisipasi,ekonomi, edukasi dan wisata.

3.5.3 Analisis deskriptif kebutuhan

Analisis deskriptif kebutuhan digunakan untuk menggambarkan kebutuhan masing-masing stakeholder terhadap pengelolaan wisata alam di KBL. Kebutuhan masing-masing stakeholder di kelompokkan menurut kemiripannya. Analisis deskriptif kebutuhan dilakukan dengan menggunakan daftar kebutuhan

(20)

20

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak geografis dan wilayah administratif

Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung (KBL) berada antara 50º20’-50º30’ LS dan 105º28’-105º37’ BT. KBL memiliki luas wilayah 192.96 km2 dengan batas-batas sebagai berikut (PEMKOT KBL 2000) :

 Batas Utara : Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

 Ba tas Selatan : Kecamatan Padang Cermin, Ketibung dan Teluk Lam-pung,

Kabupaten Lampung Selatan

 Batas Timur : Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan

 Batas Barat : Kecamatan Gedungtataan dan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

KBL dibentuk pada tanggal 17 juni 1983 sebagai bagian dari wilayah kota dalam bentuk kepresidenan Provinsi Lampung. Pembentukan KBL berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 3 tahun 1964. Pada awalnya KBL terdiri dari 4 kecamatan dan 30 kelurahan namun dalam perkembangannya KBL mengalami beberapa kali pemekaran wilayah. Pada tahun 2001 berdasarkan paraturan daerah nomor 4 tahun 2001 wilayah administratif KBL ditetapkan menjadi 13 kecamatan dengan 98 kelurahan.

4.2 Iklim dan topografi

(21)

luas wilayah datar sampai landai 60%, landai sampai miring 35%, miring sampai curam 4 % (PEMPROV LPG 2006). Topografi KBL terdiri dari :

a. Daerah pantai meliputi Teluk Betung bagian selatan dan Panjang b. Daerah perbukitan meliputi Teluk Betung bagian utara

c. Daerah dataran tinggi yang bergelombang meliputi Tanjung Karang bagian barat

d. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil berada di bagian selatan

4.3 Potensi wisata alam

a. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman

Taman Hutan Raya Abdul Rahman (Tahura WAR) merupakan hutan pegunungan yang berisi koleksi tumbuhan dan satwaliar. Jenis tumbuhan yang terdapat di Tahura WAR ialah pulai, kenanga, durian, bintung, dadap, hopea dan berbagai macam jenis anggrek. Jenis satwaliar yang terdapat di Tahura WAR antara lain macan akar, babi hutan, rangkong, siamang dan ayam hutan (KEMENHUT 2011). Selain itu di kawasan Tahura WAR juga terdapat 5 air ter-jun yang biasa digunakan mandi oleh pengunter-jung. Kegiatan yang dapat dilakukan ialah berkemah, lintas alam dan mandi di air terjun.

b. Taman Hutan Kera Tirtosari

Taman Hutan Kera Tirtosari (THKT) merupakan sebuah hutan seluas 1 hektar dengan kemiringan tanah 60 derajat yang diperuntukkan untuk kehidupan satwaliar. Nama kera diambil dari bahasa Lampung yang artinya sama dengan monyet tetapi satwaliar yang berada didalamnya sebenarnya ialah monyet jenis

(22)

22

c. Taman Wisata Bumi Kedaton

Taman wisata bumi kedaton merupakan wisata yang dikembangkan oleh PT Bumi Kedaton sejak tahun 2004. Area Taman Wisata Bumi Kedaton berupa area perbukitan dengan berbagai jenis satwaliar dan air sungai yang berasal dari Gunung Betung. Satwaliar yang terdapat di taman wisata ini berupa jenis burung pegunungan dan beberapa satwaliar yang berada di dalam kandang serta satwaliar yang digunakan untuk atraksi seperti Gajah Sumatera. Satwaliar yang berada da-lam kandang antara lain kuda, beruang madu, siamang, buaya, biawak, ular. Selain itu Taman Wisata Bumi Kedaton juga memiliki rumah khas Lampung yang digunakan untuk memperkenalkan kebudayaan Lampung.

d. Taman Kupu-Kupu Gita Persada

Taman Kupu-Kupu Gita Persada (TKGP) merupakan area penangkaran kupu-kupu yang memiliki luasan 5 ha. TKGP memiliki koleksi kupu-kupu hidup maupun awetan kupu-kupu yang berasal dari Kabupaten Liwa Lampung Barat. Pengunjung dapat melihat dan menikmati berbagai jenis kupu-kupu dan membeli awetan kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada. Selain itu pengunjung ju-ga dapat memesan kupu-kupu hidup yang diambil dari kepompong kupu-kupu. e. Wisata Alam Batu Putu

(23)

f. Wira garden

Wira garden merupakan kawasan wisata yang menawarkan pemandangan alam yang indah di daerah Gunung Betung. Kegiatan yang dilakukan di Wira Garden ialah hicking, camping, dan arum jeram. Wira garden juga menyewakan

cottage bagi para pengunjung yang ingin menginap di kawasan wisata. g. Pantai

KBL yang berdekatan dengan Teluk Lampung menyebabkan KBL memiliki potensi pantai yang tinggi. Pantai-pantai di KBL yang sering menjadi tujuan wisata adalah Pantai Duta Wisata, Pantai Tirtayasa, dan Pantai Puri Gading. Potensi pantai di KBL terletak di Kecamatan Teluk Betung Barat.

4.4 Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju KBL dapat menggunakan jalur darat dan udara. Rute perjalanan jalur darat dan jalur udara antara lain :

a. Jalur darat : Jakarta – Serang - Merak – Bakauheni – Kalianda - Kota Bandar Lampung

b. Jalur Udara : Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) – Bandara Raden Intan (Natar) – Kota Bandar Lampung

(24)

24

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Identifikasi stakeholder dan peranannya

Jumlah stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di KBL ialah 21 Stakeholder. Stakeholder yang terlibat berasal dari instansi pemerintah provinsi dan kota, lembaga swasta, kelompok masyarakat, pengusaha perorangan, dan masyarakat. Hasil identifikasi stakeholder berdasarkan tingkatan administrasi disajikan pada Tabel 2. Peran stakeholder dalam pengelolaan wisata alam dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat yaitu peran perlindungan sumberdaya, pemberdayaan masyarakat setempat, penyediaan pelayanan wisata, penyediaan data dan informasi wisata alam. Stakeholder yang berasal dari instansi pemerintah, lembaga swasta, kelompok masyarakat dan masyarakat dapat memiliki keempat peran tersebut ataupun hanya sebagian saja.

Tabel 2 Tingkatan administratif stakeholder wisata alam

No. Stakeholder Prov. Kota Kelurahan Kampung

1. Disbudpar Bandar Lampung √

2. PT Bumi Kedaton √

3. Perusahaan Wira Garden √

4. UPTD Tahura WAR √

5. Yayasan Taman Buaya Indonesia √

6. PT Sutan Duta Sejati √

7. Kelompok sadar wisata THKT √

8. Yayasan Sahabat Alam √

9. BKSDA Lampung √

10. DKP Bandar Lampung √

11. Disbudpar Lampung √

12. Beppeda KBL √

13. PT Alam Raya √

14. KPPH Sumber Agung √

15. Watala √

16. HPI √

17. PHRI √

18. ASITA √

19. WWF √

20. Pengusaha Sukamenanti √

(25)

5.1.1 Instansi pemerintah

Peran instansi pemerintah dalam pengelolaan wisata alam KBL meliputi perlindungan sumberdaya, pemberdayaan masyarakat setempat, penyediaan pelayanan wisata, dan penyediaan data serta informasi wisata alam. Peran instansi pemerintah dalam perlindungan sumberdaya dilakukaan melalui pengawasan yang berkaitan dengan lingkungan terhadap kawasan wisata alam. Peran instansi pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pembentukan kelompok sadar wisata THKT di KBL. Peran instansi pemerintah dalam penyediaan pelayanan wisata dilakukan melalui perbaikan jalan menuju objek wisata. Peran instansi pemerintah dalam penyediaan data dan informasi dilakukan melalui inventarisasi atau kunjungan ke objek wisata dan dipublikasikan dalam media massa.

5.1.2 Lembaga swasta

Pada umumnya peran lembaga swasta dalam pengelolaan wisata alam di KBL meliputi pemberdayaan masyarakat, penyediaan pelayanan wisata, penyediaan data dan informasi. Peran pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, pembinaan tentang pembibitan tanaman kehutanan oleh Yayasan Sahabat Alam dan pembinaan serta penyuluhan manfaat hutan oleh Watala. Peran penyediaan pelayanan wisata dilakukan melalui penyediaan penginapan, restoran, program wisata, dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan pengunjung. Peran penyediaan data dan informasi dilakukan melalui billboard, website, leaflet dan papan interpretasi yang menjelaskan flora dan fauna di dalam kawasan wisata alam.

5.1.3 Kelompok masyarakat

(26)

26

Tahura WAR, tidak berburu satwaliar dan tidak melakukan penebangan pohon. Peran kelompok masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui penyuluhan yang bersifat persuasif untuk menjaga hutan dan melindungi satwaliar yang berada di daerah tempat tinggal. Peran penyediaan pelayanan wisata hanya dilakukan kelompok sadar wisata THKT dengan membangun penampungan air di sumber mata air dalam kawasan THKT.

5.1.4 Pengusaha perorangan dan masyarakat

Peran pengusaha perorangan dalam pengelolaan wisata alam di KBL ialah penyediaan pelayanan wisata. Peran penyediaan pelayanan wisata dilakukan melalui pembangunan fasilitas mushola, toilet dan tangga di wisata alam batu pu-tu. Dana yang digunakan untuk pembangunan fasilitas juga berasal dari Disbudpar Bandar Lampung selaku pemilik objek wisata alam Batu Putu. Peran masyarakat dalam pengelolaan wisata alam di KBL sebagai penyedia pelayanan wisata. Peran masyarakat dalam penyediaan pelayanan wisata dilakukan melalui pembuatan warung makan didalam kawasan wisata alam maupun disepanjang jalan menuju kawasan wisata alam.

4.2Pemetaan stakeholder

Stakeholder yang telah teridentifikasi memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh berbeda terhadap pengelolaan wisata alam di KBL. Perbedaan tingkat kepentingan masing-masing stakeholder dipengaruhi oleh bentuk keterlibatan

stakeholder dalam wisata alam, ketergantuang stakeholder terhadap wisata alam, program kerja masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan wisata alam, manfaat yang diperoleh stakeholder dari wisata alam, peran yang dimainkan oleh

stakeholder dalam pengelolaan wisata alam. Perbedaan tingkat ketergantungan

stakeholder dipengaruhi oleh kekuatan kondisi, kekuatan kelayakan, kekuatan kompensasi, kekuatan individu, kekuatan organisasi (Gabriel 1983; Reed et al.

(27)

kepentingan dan pengaruh dengan menggunakan matriks Reed et al. (2009) dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 3 Tingkat kepentingan stakeholder

No. Nama Stakeholder Nilai Total I II III IV V

Keterangan: I:keterlibatan; II: anfaat; III: persentase program kerja; IV: tingkat ketergantungan; V:peran

Tabel 4 Tingkat pengaruh stakeholder

No. Nama Stakeholder Nilai Total

I II III IV V

(28)

28

Hasil perhitungan total nilai kepentingan dan pengaruh masing-masing

stakeholder dipetakan dalam matriks kepentingan dan pengaruh pada Gambar 4. Gambar 4 menjelaskan pembagian stakeholder dalam empat kelompok yaitu key player, subject, context setter dan crowd. Masing-masing kelompok memiliki jumlah stakeholder yang berbeda sesuai dengan tingkat kepentingan dan pengaruhnya.

Keterangan :

1. Disbudpar K ota Bandar Lampung 2. PT Bumi Kedaton

3. Perusahaan Wira Garden 4. UPTD Tahura WAR

5. Yayasan Taman Buaya Indonesia 6. PT Sutan Duta Sejadi

7. Kelompok Sadar wisata THKT 8. Yayasan Sahabat Alam 9. BKSDA Lampung 10. DKP Bandar Lampung 11. Disbudpar Lampung 12. Bappeda Bandar Lampung 13. PT Alam Raya

14. KPPH Sumber Agung 15. Watala

Gambar 4 Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholder wisata alam a. Key player

Key player merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang besar dan paling aktif dalam pengelolaan (Reed et al. 2009).

Stakeholder yang dikategorikan kelompok key player dalam pengelolaan wisata alam di KBL ialah Disbudpar Bandar Lampung. Hal itu karena Disbudpar Bandar Lampung merupakan instansi pemerintah daerah yang diberikan mandat untuk melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang kebudayaan dan pariwisata di KBL. Sehingga semua sumberdaya alam milik pemerintah daerah yang akan dijadikan objek wisata alam harus melalui persetujuan Disbudpar Bandar

(29)

Lampung. Selain itu, Disbudpar Bandar Lampung juga bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap pertumbuhan dan perkembangan wisata alam di KBL.

b. Subject

Subject merupakan stkaeholder yang memiliki kepentingan yang besar tetapi pengaruh kecil. Stakeholder jenis ini bersifat supportive, mempunyai kapa-sitas yang kecil untuk mengubah situasi (Reed et al. 2009). Stakeholder yang dikategorikan dalam kelompok subject ialah PT Bumi Kedaton, Perusahaan Wira Garden, UPTD Tahura WAR, Yayasan Taman Buaya Indonesia, PT Sutan Duta Sejadi. Keseluruhan stakeholder yang masuk dalam kelompok subject merupakan para pemilik objek wisata alam di KBL. Kelompok subject memiliki kepentingan tinggi karena melakukan pengelolaan langsung terhadap objek wisata alam yang dimiliki baik berupa pembangunan fasilitas, pembuatan program wisata, pemasaran, dan penanganan pencemaran lingkungan dari kegiatan wisata alam. Pengelolaan yang dilakukan bertujuan untuk menarik pengunjung ke objek wisata alam yang dimilikinya. Kelompok subject memiliki pengaruh kecil karena kurangnya kerjasama dengan stakeholder lainnya. Kelompok subject hanya melakukan kerjasama dengan masyarakat setempat. Kerjasama yang dilakukan dengan masyarakat setempat berupa pengamanan objek wisata alam.

c. Context setter

Context setter merupakan stkaeholder yang memiliki pengaruh besar tetapi kepentingan kecil (Reed et al. 2009). Stakeholder yang masuk dalam kelompok

(30)

30

pengurus yayasan dapat mempengaruhi instansi pemerintah, LSM, dan masyarakat setempat. Pengaruh kepada instansi pemerintah dilakukan melalui pendapat dan saran dalam suatu kegiatan wisata seperti pameran. Pengaruh kepada LSM diberikan melalui kerjasama dalam bentuk project di bidang konservasi. Pengaruh kepada masyarakat diberikan melalui penyuluhan dan bimbingan dalam menanam bibit tanaman kehutanan. Bibit tanaman kehutanan masyarakat kemudian dibeli yayasan untuk ditanam di dalam kawasan Taman Kupu-Kupu Gita Persada.

d. Crowd

Crowd merupakan stakeholder dengan kepentingan dan pengaruh yang kecil. Stakeholder ini akan mempertimbangkan segala kegiatan yang mereka lakukan (Reed et al. 2009). Stakeholder yang termasuk dalam kelompok crowd

ialah DKP Bandar Lampung, Disbudpar Lampung, Bappeda Bandar Lampung, PT Alam Raya, KPPH Sumber Agung, Watala, HPI, PHRI, ASITA, WWF, Pengusaha Sukamenanti dan Masyarakat. Kelompok crowd memiliki kepentingan dan pengaruh kecil karena sebagian besar wilayah kerjanya berada di tingkat provinsi seperti Disbudpar Lampung, BKSDA Lampung, Watala, HPI, PHRI, ASITA dan WWF. Sehingga program kerja para stakeholder tersebut tidak terfokus di KBL melainkan untuk seluruh Provinsi Lampung.

(31)

Agung hanya sebagai mitra UPTD Tahura WAR dalam menjaga kawasan Tahura WAR sedangkan Pengusaha Sumanenanti hanya sebagai mitra Disbudpar Bandar Lampung pada pelaksanaan kegiatan wisata di Wisata Alam Batu Putu. Masyarakat memiliki kepentingan dan pengaruh kecil karena masyarakat belum dapat memanfaatkan peluang adanya objek wisata untuk menambah penghasilan kecuali sebagai pekerja di objek wisata. Selain itu masyarakat juga masih dianggap sebagai objek yang dipengaruhi bukan sebagai pelaku kegiatan wisata.

4.3Identifikasi TUPOKSI dan aturan kelembagaan stakeholder

Setiap instansi pemerintah memiliki Tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) sesuai bidang yang dimandatkan kepada instansi. Stakeholder yang berasal dari lembaga swasta dan kelompok masyarakat memiliki aturan kelembagaan yang menjelaskan fungsi dan tujuan lembaga. TUPOKSI instansi pemerintah dan aturan kelembagaan lembaga swasta serta kelompok masyarakat yang telah dianalisis dapat dilihat pada Tabel 5. TUPOKSI instansi pemerintah pada Tabel 5 telah mencakup seluruh instansi yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di KBL tetapi aturan kelembagaan yang tercantum pada Tabel 5 belum mencakup seluruh stakeholder wisata alam di KBL. Hal itu karena beberapa lembaga swasta dan kelompok masyarakat belum memiliki aturan kelembagaan secara tertulis meskipun telah memiliki struktur organisasi.

Tabel 5 Hasil analisis TUPOKSI dan aturan kelembagaan Stakeholder

No. Nama Instansi / Lembaga/ Kelompok

Dokumen Komponen Keterangan

1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bandar Lampung

TUPOKSI Konservasi Pasal 21

Partisipasi Pasal 23,26

Manfaat ekonomi Pasal 24

Edukasi Pasal 4,11

Wisata Pasal3,4,16,17,19,20,21, 25,

dan 26 2 Dinas Kelautan dan

Perikanan Bandar Lampung

TUPOKSI Konservasi Pasal 23 – 24

Partisipasi -

Manfaat ekonomi -

Edukasi Pasal 21

(32)

32

No. Nama Instansi / Lembaga/ Kelompok

Dokumen Komponen Keterangan

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bandar Lampung

TUPOKSI Konservasi Pasal 15,20,21

Partisipasi -

Manfaat ekonomi -

Edukasi -

Wisata -

4. BKSDA Lampung TUPOKSI Konservasi Pasal 2,3,11,12,14,15, 17

Partisipasi -

Manfaat Ekonomi Pasal 3

Edukasi Pasal 12,14,16,17

Wisata Pasal 3,14,16,17

5. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung

TUPOKSI Konservasi -

Partisipasi -

Manfaat ekonomi Pasal 20

Edukasi -

Edukasi Pasal 157

Wisata -

7. Kelompok sadar wisata THKT Taman Hutan

AD-RT Konservasi Pasal 1 dan 7

Partisipasi Pasal 7

Manfaat ekonomi Pasal 7

Edukasi Pasal 1

Wisata Pasal 1

8. Perhimpunan Hotel dan Retoran Indonesia

AD-RT Konservasi -

Partisipasi -

Manfaat ekonomi Pasal 6

Edukasi Pasal 6

Wisata Pasal 7

9. Himpunan Pramuwisata Indonesia

AD-RT Konservasi -

Partisipasi -

Manfaat ekonomi Pasal 8

Edukasi Pasal 6

Wisata Pasal 6

10. Asosiasi Tour dan Travel Indonesia

AD-RT Konservasi -

Partisipasi -

Manfaat ekonomi Pasal 8

Edukasi Pasal 6

Wisata Pasal 6

11. Watala Visi dan

Misi

Konservasi Visi dan misi

Partisipasi Tujuan khusus

Manfaat ekonomi -

Edukasi Tujuan khusus

(33)

Analisis isi TUPOKSI dan aturan kelembagaan pada Tabel 4 menunjukkan komponen yang paling banyak dijelaskan dalam TUPOKSI dan aturan kelembagaan adalah komponen wisata sedangkan komponen yang paling sedikit dijelaskan dalam TUPOKSI dan aturan kelembagaan adalah komponen partisipasi. Komponen wisata paling banyak dijelaskan karena sebagian besar

stakeholder merupakan pelaksana kegiatan wisata di KBL. Komponen partisipasi paling sedikit dijelaskan karena sebagian stakeholder tidak melibatkan masyarakat dalam bidang wisata melainkan melibatkan masyarakat dalam bidang kerja masing-masing misalnya UPTD Tahura WAR yang melibatkan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan sumberdaya alam.

5.4 Hubungan stakeholder wisata alam

Hubungan stakeholder wisata alam dapat dilihat melalui dokumen dan wawancara kepada informan kunci. Dokumen yang dapat menjelaskan hubungan diantara stakeholder adalah dokumen TUPOKSI instansi pemerintah dan aturan kelembagaan lembaga swasta serta kelompok masyarakat. Hubungan antara

(34)

34

Keterangan :

: Koordinasi di lapangan; : Kerjasama di lapangan; : Komunikasi di lapangan; : Koordinasi dalam dokumen; : Kerjasama dalam dokumen; : Komunikasi dalam dokumen

Gambar 5 Peta hubungan stakeholder wisata alam berdasarkan dokumen dan hasil wawancara.

(35)

5.4.1 Koordinasi

Koordinasi merupakan proses penyatuan unit organisasi yang berbeda untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama (Denise 2011). Koordinasi juga merupakan suatu kesatuan usaha bersama dari beberapa bagian, komponen, kelompok, atau organisasi yang memiliki bermacam sikap, tugas dan wewenang masing-masing agar tercipta suatu keserasian, keselarasan, dan kesatuan tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama (Damayanti 2006).

Hubungan koordinasi antara stakeholder wisata alam di KBL terletak dalam komponen konservasi dan wisata. Hubungan koordinasi dalam komponen konservasi terjadi pada BKSDA Lampung dengan UPTD Tahura WAR, Disbudpar Bandar Lampung dengan Bappeda Bandar Lampung dan DKP Bandar Lampung. Hubungan koordinasi dalam komponen wisata terjadi pada Disbudpar Lampung dengan Disbudpar Bandar Lampung. Hubungan koordinasi diantara instansi pemerintah diatas terlihat dalam dokumen TUPOKSI dan kenyataan dilapangan. Hubungan koordinasi yang terjadi antara BKSDA Lampung dengan UPTD Tahura WAR, Disbudpar Bandar Lampung dengan Bappeda Bandar Lampung dan DKP Bandar Lampung disebut hubungan koordinasi horizontal sedangkan hubungan koordinasi antara Disbudpar Lampung dengan Disbudpar Bandar Lampung disebut hubungan koordinasi vertikal. Hubungan koordinasi horizontal adalah hubungan koordinasi yang dilaksanakan diantara instansi/organisasi yang berada pada tingkat yang sama sedangkan hubungan koordinasi vertikal adalah hubungan koordinasi yang dilaksanakan oleh badan-badan pemerintah yang lebih tinggi tingkatannya terhadap badan-badan-badan-badan yang lebih rendah tingkatannya (Hadjan 1994).

(36)

36

(37)

terlebih dahulu kepada Bappeda Bandar Lampung untuk dilakukan sinkronisasi recana kegiatan.

Hubungan koordinasi antara Disbubpar Lampung dengan Disbudpar Bandar Lampung di dalam dokumen TUPOKSI terlihat pada pasal 20 TUPOKSI Disbudpar Lampung dan pasal 3-4 TUPOKSI Disbudpar Bandar Lampung. Pasal 20 TUPOKSI Disbudpar Lampung menjelaskan tugas Disbudpar Lampung yaitu perumusan kebijakan teknis, penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum, pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebudayaan dan pariwisata. Pasal 3 TUPOKSI Disbudpar Bandar Lampung menjelaskan tugas pokok Disbudpar Bandar Lampung yaitu melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang kebudayaan dan pariwisata berdasarkan azas ekonomi dan tugas pembantuan serta perundang-undangan yang berlaku sedangkan pasal 4 menjelaskan fungsi Disbudpar Bandar Lampung dalam perumusan kebijakan teknis, penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum, pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebudayaan dan pariwisata. Ketiga pasal diatas menjelaskan adanya hubungan koordinasi dalam komponen wisata antara Disbudpar Lampung dengan Disbudpar Bandar Lampung dalam melakukan tugas dan fungsi berdasarkan tugas pembantuan. Hubungan koordinasi antara Disbudpar Lampung dengan Disbudpar Bandar Lampung di lapangan terlihat dari pembinaan dan pengarahan yang dilakukan Disbudpar Lampung kepada Disbudpar Bandar Lampung untuk perencanaan suatu acara dan pemberian laporan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan Disbudpar Bandar Lampung setiap tahunnya kepada Disbudpar Lampung.

5.4.2 Kerjasama

(38)

38

keterlibatan/ usaha bersama diantara dua belah pihak (perorangan atau kelompok) untuk satu atau beberapa tujuan bersama serta menghadapi masalah secara optimal.

Kerjasama dapat dibedakan menjadi tiga (Soekanto 2009) yaitu kerjasama spontan (spontaneous coorperation), kerjasama langsung (directed coorperation), kerjasama kontrak (contractual coorperation) dan kerjasama tradisional (traditional coorperation). Kerjasama spontan adalah kerjasama yang serta merta. Kerjasama langsung merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa. Kerjasama kontrak merupakan kerjasama atas dasar tertentu. Kerjasama tradisional merupakan kerjasama sebagai bagian dari unsur atau sistem sosial.

Kerjasama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kerjasama kontrak. Kerjasama yang dilakukan antara stakeholder wisata alam di KBL atas dasar TUPOKSI, aturan lembaga, kesamaan tujuan atau visi dan misi diantara lembaga/instansi/kelompok masyarakat. Hubungan kerjasama antara stakeholder

wisata alam di KBL terletak pada komponen konservasi, manfaat ekonomi, edukasi dan wisata. Stakeholder yang memiliki hubungan kerjasama pada komponen konservasi yaitu UPTD Tahura WAR dengan Yayasan Sahabat Alam, WWF, Watala dan KPH Sumber Agung. Stakeholder yang memiliki hubungan kerjasama pada komponen manfaat ekonomi yaitu Disbudpar Bandar Lampung dengan PHRI, ASITA dan HPI. Stakeholder yang memiliki hubungan kerjasama pada komponen edukasi ialah UPTD Tahura WAR dan Watala dengan KPH Sumber Agung, Disbudpar Bandar Lampung dengan Kelompok sadar wisata THKT, Disbudpar Bandar Lampung dengan PHRI. Stakeholder yang memiliki hubungan kerjasama dalam komponen wisata ialah Disbudpar Bandar Lampung dengan PHRI, ASITA, HPI, PT Sutan Duta Sejadi dan Pengusaha Sukamenanti.

Hubungan kerjasama pada komponen konservasi antara UPTD Tahura WAR dengan Watala di dalam dokumen dijelaskan pada pasal 155 TUPOKSI UPTD Tahura WAR dan visi serta misi Watala. Pasal 155 UPTD Tahura WAR menjelaskan tentang tugas pelaksanaan teknis operasional dan Perencanaan,

(39)

berisi tentang mewujudkan lingkungan yang serasi, berkeadilan dan berkelanjutan bagi masyarakat. TUPOKSI dan visi serta misi Watala menjelaskan tentang adanya kesamaan tujuan untuk melindungi dan menjaga lingkungan. Hubungan kerjasama antara UPTD Tahura WAR dengan Watala dan KPH Sumber Agung di lapangan terlihat dari kerjasama dalam betuk kemitraan untuk melindungi Tahura WAR dengan berbagai proyek yang dilakukan seperti inventarisasi flora dan fauna, perlindungan kawasan hutan, dan penanaman tumbuhan dalam kawasan Tahura WAR. Hubungan kerjasama antara UPTD Tahura WAR, Yayasan Sahabat Alam, WWF dan KPH Sumber Agung tidak terdapat dalam dokumen melainkan terjadi di Lapangan. Hubungan kerjasama UPTD Tahura WAR dengan Yayasan Sahabat Alam terjadi melalui peminjaman kawasan Tahura WAR seluas 3,7 hektar oleh UPTD UPTD WAR kepada Yayasan Sahabat Alam agar dikelola sebagai tempat pelestarian kupu-kupu. Hubungan kerjasama antara Yayasan Sahabat Alam dan WWF terjadi dengan adanya bantuan dana dari WWF kepada Yayasan Sahabat Alam untuk kegiatan konservasi.

(40)

40

dalam mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata dengan peningkatan kegiatan promosi dan pengembangan kapasitas kerja. Hubungan kerjasama antara Disbudpar Bandar Lampung, PHRI, HPI dan ASITA pada komponen manfaat ekonomi tidak ditemukan dilapangan. sehingga hubungan kerjasama antara Disbudpar Bandar Lampung, PHRI, ASITA, dan HPI dalam komponen manfaat ekonomi disebut potensial kerjasama.

Hubungan kerjasama pada komponen edukasi antara UPTD Tahura WAR dan Watala dengan KPH sumber agung terlihat dalam TUPOKSI UPTD Tahura WAR pasal 157 yang menjelaskan tugas UPTD Tahura WAR untuk melaksanakan pembinaan kepada masyarakat/lembaga masyarakat di sekitar kawasan hutan yang menjadi wilayah kerjanya dan tujuan khusus Watala untuk Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Hubungan kerjasama yang terjadi dilapangan antara ketiga stakeholder ialah penyuluhan dan pembinaan tentang kehutanan dari UPTD Tahura WAR dan Watala kepada KPH Sumber Agung yang tinggal di sekitar kawasan Tahura WAR. Penyuluhan dan pembinaan yang dilakukan meliputi penyuluhan tentang pentingnya menjaga hutan dan pembinaan dengan cara pemberian lahan garapan kepada masyarakat untuk ditanami tanaman tahunan. Pembinaan ini berdampak positif terhadap peningkatan perlindungan hutan oleh masyarakat dan peralihan profesi masyarakat dari petani tanaman semusim mejadi petani tanaman tahunan.

(41)

tentang sadar wisata terhadap kelompok sadar wisata yang telah dibentuk kemudian Kelompok sadar wisata THKT mengajak masyarakat disekitar kawasan untuk melakukan kegiatan sadar wisata.

Hubungan kerjasama pada komponen edukasi Disbudpar Bandar Lampung dengan PHRI dalam dokumen dijelaskan pada pasal 4, pasal 11 TUPOKSI Disbudpar Bandar Lampung dan pasal 7 ADRT PHRI. Pasal 4 dan 11 TUPOKSI Disbudpar Bandar Lampung menjelaskan tentang pembinaan di bidang kebudayaan dan pariwisata kepada masyarakat. Pasal 7 ADRT PHRI menjelaskan tentang usaha PHRI dalam mencapai tujuan meliputi memajukan dan menumbuhkembangkan semangat kepariwisataan, menggalang kerjasama dan solidaritas sesama anggota dan seluruh unsur keperiwisataan nasional dan internasional. Hubungan kerjasama yang terjadi dilapangan antara Disbudpar Bandar Lampung dan PHRI tidak ditemukan. Hal itu karena masing-masing

stakeholder melakukan kegiatan pelatihan pariwisata sendiri tanpa adanya kerjasama.

(42)

42

para pihak untuk kepentingan pariwisata. Visi PT Sutan Duta Sejadi berisi tentang peningkatan pariwisata Lampung. Hubungan kerjasama antara Disbudpar Bandar Lampung, PHRI, HPI dan ASITA di lapangan terjadi saat adanya acara-acara yang digelar oleh Disbudpar Bandar Lampung. Pada acara tersebut Disbudpar melibatkan dengan PHRI, HPI dan ASITA dalam pelaksanaan acara dan kegiatan promosi. Selain itu PHRI, HPI dan ASITA dianggap sebagai mitra Disbudpar Bandar Lampung dalam menghimpun keluhan, saran dan pendapat para pengusaha pariwisata di KBL. Keluhan, saran dan pendapat tersebut disampaikan kepada Disbudpar Bandar Lampung setiap tahunnya dalam forum pertemuan yang membahas pariwisata. Hubungan kerjasama antara Disbudpar Bandar Lampung dan Pengusaha Sukamenenti terlihat dari peminjaman lahan wisata milik pemerintah daerah kepada Pengusaha Sukamenanti untuk dikelola dan pembagunan fasilitas oleh Disbudpar Bandar Lampung di kawasan wisata yang dikelola oleh pengusaha sukamenanti. Hubungan kerjasama PT sutan duta sejadi dengan stakeholder lainnya tidak ditemukan di lapangan.

5.4.3 Komunikasi

Komunikasi merupakan proses memahami satusama lainnya dan proses informasi baik berupa fakta, kebijakan, prospek, rumor dan kegagalan dapat disebarkan dalam organisasi (Denise 2011). Komunikasi dalam organisasi juga merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah (Muhammad 2004). Definisi komunikasi muhammad 2004 mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.

(43)

Hubungan komunikasi pada komponen konservasi di dalam dokumen antara BKSDA Lampung dan PT Bumi terdapat pada pasal 2 BKSDA Lampung yang menjelaskan tugas BKSDA Lampung untuk menyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di dalam dan di luar kawasan konservasi. Hubungan komunikasi antara BKSDA Lampung dan PT Bumi kedaton di lapangan melalui laporan PT Bumi Kedaton terhadap BKSDA Lampung tentang kondisi dan keadaan satwaliar di dalam kawasan wisata dan komunikasi apabila terdapat pemindahan satwaliar dari kawasan wisata ataupun penambahan satwaliar dari tempat lain. Hubungan komunikasi antara PHRI dengan PT Bumi Kedaton dan Perusahaan Wira Garden merupakan komunikasi antara perhimpunan dengan anggotanya. Hubungan komunikasi pada komponen wisata dijelaskan pada pasal 8 ADRT PHRI yang berisi usaha PHRI untuk mencapai tujuan dengan cara membantu dan membina usaha para anggota, memberikan perlindungan, menerima masukan, memberi bimbingan dan konsultasi serta pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan mutu anggota. Hubungan komunikasi yang terjadi dilapangan antara PHRI dengan PT Bumi Kedaton dan Perusahaan Wira Garden ialah bimbingan dan konsultasi serta penerimaan keluhan, saran dan kritik tentang pariwisata di KBL. keluhan, saran dan kritik yang telah diberikan akan disampaikan kepada pemerintah KBL dan pemerintah Provinsi Lampung.

4.4Identifikasi kebijakan wisata alam

(44)

44

pengelolaan wisata alam di KBL meliputi peraturan daerah Kota Bandar Lampung nomor 16 tahun 2008, Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 9 Tahun 2003 dan peraturan walikota Bandar Lampung nomor 31.A tahun 2010. Hasil anaslis kebijakan nasional dan daerah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil analis kebijakan wisata alam

No. Kebijakan Komponen Keterangan

1. Undang- undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan

Konservasi Pasal 4,6,12,23,24,25,26 27, 28,29,30,59,64

Partisipasi Pasal 1,2,9,12,26 Manfaat ekonomi Pasal 3,4,5,12 Edukasi Pasal 4,26,30,52 Wisata Pasal 1,4,5,6,9,12,19,

23,24, 26-30, 2.

3.

UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

Konservasi Pasal 1-5,11,28,31,37 Partisipasi -

Manfaat ekonomi -

Edukasi Pasal 31,36,37 Wisata Pasal 31,36

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar

Konservasi Pasal 2,4,30,31,35, 40, Partisipasi -

Manfaat ekonomi Pasal 2,3 Edukasi Pasal 3,4,31

Wisata Pasal 1,3

4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam

Konservasi Pasal 1,2,5,18,21,28 Partisipasi Pasal 1,21

Manfaat ekonomi Pasal 14,21 Edukasi Pasal 5 Wisata Pasal 1,7,8,30 5. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

53 Tahun 2006 tentang Lembaga Konservasi

Konservasi Pasal 1,2,16,21,22,24, 25,29,31

Partisipasi - Manfaat ekonomi -

Edukasi -

Wisata Pasal 2,22 6. Peraturan Daerah KBL nomor 9 tahun

2003 tentang izin usaha kepariwisataan

Konservasi Pasal 4,8,9 Partisipasi -

Manfaat ekonomi Pasal 11,14

Edukasi -

Wisata Pasal 1,3,11 7. Peraturan Daerah KBL nomor 16

tahun 2008 tentang Kepariwisataan

Konservasi Pasal 2,3,40 Partisipasi Pasal 79,80 Manfaat ekonomi -

Edukasi Pasal 23

Wisata Pasal 1-3,12-17,31-33 8. Peraturan WaliKBL Nomor 31.A

tahun 2010 tentang rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil KBL 2009-2029

Konservasi Pasal 1,2,5,8,12,14 Partisipasi -

Manfaat ekonomi - Edukasi Pasal 8

(45)

5.5.1 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 merupakan kebijakan nasional tentang kepariwisataan. Undang-Undang Nomor10 Tahun 2009 digunakan sebagai dasar kebijakan nasional bagi pengembangan pariwisata termasuk wisata alam di KBL tetapi dalam pelaksanaanya undang-undang ini masih dalam tahap sosialiasi oleh Disbudpar Bandar Lampung. Proses aplikasi akan dilakukan apabila proses sosialisasi kebijakan telah selesai dilakukan. Proses sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan pengarahan tentang beberapa perubahan aturan tentang pariwisata sehingga pelaku kegiatan wisata mengetahui perubahan peraturan dan tidak merasa dirugikan akibat adanya perubahan peraturan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 berisi komponen-komponen wisata alam yang meliputi konservasi, partisipasi, manfaat ekonomi, edukasi dan wisata. Komponen yang paling banyak terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 yaitu komponen wisata yang dijelaskan dalam 14 pasal sedangkan komponen yang paling sedikit terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 yaitu komponen manfaat ekonomi dan komponen edukasi yang hanya dijelaskan dalam empat pasal. Kompenen konservasi tedapat pada pasal 4,6,12,23,24,25,26 27, 28,29,30,59, dan 64, Komponen partisipasi terdapat pada pasal 1,2,9,12, dan 26, komponen manfaat ekonomi terdapat pada pasal 3,4,5,12, komponen edukasi terdapat pada pasal 4,26,30,52, dan komponen wisata terdapat pada pasal 1,4,5,6,9,12,19, 23,24, 26 sampai 30.

(46)

46

sekitar daya tarik wisata untuk dijadikan tenaga kerja. Komponen manfaat ekonomi dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 dijelaskan melalui tujuan dan prinsip pariwisata untuk mengatasi pengangguran, menghapus kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Komponen edukasi dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 dijelaskan melalui tujuan pariwisata dan menyelenggarakan pelatihan dan penelitian tentang pariwisata. Komponen wisata dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 dijelaskan melalui pengertian wisata, tujuan kepariwisataan, azas kepariwisataan, prinsip kepariwisataan, pembuatan rencana induk pembangunan pariwisata, tanggung jawab pelaku kegiatan wisata, dan kewenangan pemerintah.

5.5.2 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990

(47)

Komponen konsevasi dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 dijelaskan melalui pengertian konservasi sumberdaya alam hayati (KSDAH), tanggung janggung jawab KSDAH di tangan pemerintah dan rakyat, kegiatan KSDAH yang meliputi perlindungan sistem penyangga, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, pemanfaatan lestari sumberdaya alam hayati, dan pengembangan peran masyarakat dengan menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Komponen manfaat ekonomi dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 dijelaskan melalui pemanfaatan tumbuhan dan satwaliar dalam bentuk penangkaran, perburuan dan perdagangan. Komponen edukasi dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 dijelaskas melalui bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan tumbuhan dan satwaliar. Komponen wisata dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 dijelaskan melalui peragaan tumbuhan dan satwaliar kepada pengunjung.

5.5.3 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999

(48)

48

Komponen konservasi yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dijelaskan melalui pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar secara lestari. Hal itu berarti pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar dengan syarat dan ketentuan tertentu misalnya pemenfaatan jenis satwaliar dalam bentuk penangkaran wajib menjaga kemurnian jenis tumbuhan dan satwaliar yang dilindungi, pemanfaatan satwaliar dalam bentuk perburuan hanya dilakukan untuk keperluan olahraga berburu, perolehan trofi dan perburuan tradisional oleh masyarakat, pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar dalam bentuk pertukaran dilakukan atas dasar keseimbangan nilai konservasi dan pemanfaatan untuk pemeliharaan kesenangan harus memperhatikan kesehatan satwa. Selain itu terdapat pembatasan kuota perburuan satwaliar secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar areal buru dengan menggunakan alat-alat tradisional. Komponen manfaat ekonomi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dijelaskan melalui pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar dalam bentuk penangkaran, perburuan dan perdagangan. Komponen edukasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dijelaskan melalui pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan. Komponen wisata dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dijelaskan melalui pemanfaatan tumbuhan dan satwaliar dalam bentuk peragaan kepada pengunjung. 5.5.4 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010

(49)

terdapat pada pasal 21, komponen manfaat ekonomi terdapat pada pasal 14 dan 21, komponen wisata terdapat pada pasal 1, 5, 7 dan 8. Komponen edukasi tidak terdapat dalam peraturan peerintah nomor 36 tahun 2006 karena kebijakan ini lebih memfokuskan tentang teknis perizinan dan birokrasi dalam pengusahaan pariwisata alam, usaha penyediaan jasa wisata alam dan usaha penyediaan sarana wisata alam.

Komponen konservasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 dijelaskan melalui pengusahaan pariwisata alam sesuai dengan azas konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dengan menjaga kelestarian alam, menjaga kebersihan lingkungan, dan merehabilitasi kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan wisata. Komponen partisipasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 dijelaskan melalui pelibatan masyarakat setempat di dalam melaksanakan kegiatan pariwisata. Komponen manfaat ekonomi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 dijelaskan melalui iuran pemegang izin usaha wisata alam dan pungutan masuk kawasan wisata. Komponen wisata dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 dijelaskan melalui penjelasan bentuk kegiatan pariwisata yang dapat dilakukan di taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam yang meliputi mengunjungi, melihat, menikmati keindahan alam, keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta pembanguan sarana pariwisata. Selain itu dijelaskan juga tentang perizinan dalam pengusahaan pariwisata alam, usaha penyedia jasa alam dan usaha penyediaan sarana wisata alam.

5.5.5 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 53 tahun 2006

(50)

50

1, 2, 16, 21, 22, 24, 25, 29 dan 31, komponen edukasi terdapat pada pasal 2, 22 dan 24, komponen wisata terdapat pada pasal 2, dan 22. Komponen partisipasi dan manfaat ekonomi tidak terdapat dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 53 Tahun 2006 karena kebijakan ini menjelaskan tentang pengertian dan karakteristik lembaga konservasi di Indonesia.

Komponen konservasi dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 53 Tahun 2006 dijelaskan melalui pengerian, fungsi lembaga konservasi sebagai pengembangbiakan dan atau penyelamatan tumbuhan dan satwaliar, perizinan lembaga konservasi, syarat-syarat perolehan tumbuhan dan satwaliar di lembaga konservasi yang berasal dari hasil sitaan maupun penangkapan di alam, dan pemanfaatan tumbuhan dan satwaliar di lembaga konservasi untuk kepentingan pengembangbiakan dan pelepasaliaran di alam, perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh lembaga konservasi. Komponen edukasi dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 53 Tahun 2006 dijelaskan melalui fungsi lembaga konservasi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan serta pemanfaatan spesimen untuk penelitian dan pendidikan. Komponen wisata dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 53 Tahun 2006 dijelaskan melalui fungsi lembaga konservasi sebagai sarana rekreasi yang sehat dan pemanfaatan spesimen koleksi untuk kepentingan peragaan kepada pengunjung.

5.5.6 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 9 tahun 2003

(51)

11, 14 dan 17, komponen wisata terdapat pada pasal 1, 3, dan 11. Komponen partisipasi dan edukasi tidak terdapat dalam peraturan daerah KBL nomor 9 tahun 2010 karena kebijakan ini labih fokus menjelaskan tentang penyelenggaraan usaha pariwisata bagi pengusaha ataupun pelaku kegiatan pariwisata lainnya.

Komponen konservasi dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 9 Tahun 2003 dijelaskan melalui kewajiban pimpinan usaha pariwisata untuk memelihara kebersihan, keindahan lokasi dan kelestarian lingkungan, kewajiban memiliki dokumen AMDAL dan melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) serta upaya pemantauan lingkungan (UPL). Komponen manfaat ekonomi dalam peraturan daerah KBL nomor 9 tahun 2003 dijelaskan melaui dana retribusi izin usaha pariwisata yang dipungut pemerintah KBL untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan pemberian uang intensif sebesar 5 % dari penerimaan dengan rincian 4% untuk dinas kebudayaan dan pariwisata Bandar Lampung dan 1% untuk dana kesejahteraan sekretariat. Komponen wisata dalam pearturan daerah nomor 9 tahun 2003 dijelaskan melalui definisi dan penggolongan penyelenggaraan usaha pariwisata.

5.5.7 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 16 tahun 2008

(52)

52

Komponen konservasi yang dijelaskan dalam peraturan daerah Kota Bandar Lampung nomor 16 tahun 2006 dijelaskan melalui tujuan penyelenggaraan pariwisata untuk memperkenalkan, meningkatkan, melestarikan dan meningkatkan mutu objek wisata dan adanya kewajiban pemilih objek wisata alam maupun minat khusus untuk menjaga kelestarian objek wisata dan tata lingkungannya. Komponen partisipasi dalam peraturan Kota Bandar Lampung nomor 16 tahun 2006 dijelaskan melalui penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat sekitar objek wisata alam untuk berperan dalam kegiatan wisata dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dengan cara menyampaikan saran, pertimbangan, pendapat dan tanggapan terhadap pengembangan pariwisata. Komponen manfaat ekonomi dalam peraturan daerah Kota Bandar Lampung nomor 16 tahun 2006 dijelaskan melalui tujuan penyelenggaraan pariwisata untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Komponen edukasi dalam peraturan daerah Kota Bandar Lampung nomor 16 tahun 2006 dijelaskan melalui tujuan penyelenggaraan pariwisata untuk memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antara bangsa melalui penyelenggaraan pertunjukan seni budaya di kawasan wisata. Komponen wisata dalam peraturan daerah Kota Bandar Lampung nomor 16 tahun 2006 dijelaskan melalui pengertian wisata, jenis usaha periwisata dan penjelasan masing-masing jenis.

5.5.8 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 31.A tahun 2010

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran.
Gambar 2  Sistem kepariwisataan.
Tabel 1  Matriks pengumpulan data
Tabel 2  Tingkatan administratif stakeholder wisata alam
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data numeric yaitu Total jumlah target dan realisasi penerimaan Tax Amnesty periode Juli-September Dan Periode Oktober - Desember 2016

Semakin rendah daya dukung lahan pertanian sawah (tekanan penduduk semakin besar), berarti semakin besar kebutuhan akan lahan pertanian sawah yang tidak terpenuhi,

Telah dilakukan karakterisasi sifat optik, struktur kristal dan struktur mikro lapisan tipis ZnO:Al hasil deposisi pada substrat kaca sebagai bahan Transparent Conducting Oxide

Berdasarkan homogenitas/heterogenitas dan karakteristik semua partisipan yang terkait pada kelembagaan, pihak yang menjadi pelaku utama kemitraan adalah (1) petani cluster

berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas...

Sesuai dengan rancangan penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas, maka kehadiran peneliti di tempat penelitian mutlak diperlukan.. sebagai instrumen

Kabar Harian Lokal. Berita yang disampaikan adalah jenis berita news atau.. informasi terkini dan disampaikan dengan sistem straight news atau apa

Dari tabel di atas dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wonomulyo kabupaten Polman sebesar 67,13. Dengan rentang skor 51 ini