ANALISIS FLEKSIBILITAS
SUPPLY CHAIN
DI UD. ANGGUN RAYA
WARU - SIDOARJO
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
RIZALDHI AKHBAR
0732010122
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR. WB.
Alhamdulillah segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang telah di berikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN DI UD. ANGGUN RAYA WARU- SIDOARJO”. Tak ada kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh-NYA.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. H. MT. Safirin, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Azis dan Ibu Yuni selaku pembimbing di lapangan dan selaku pemilik perusahaan UD. Anggun Raya. Juga Seluruh Pimpinan, Karyawan dan Staff
5. Bapak Dr.Ir. Minto W, MM. Selaku Dosen Pembimbing I saya, terima kasih telah membimbing saya dengan sabar dan Banyak sekali membantu dalam
segala hal yang membuat penulis menjadi pribadi yang lebih baik.
6. Ibu Ir. Erlina P, MT. selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar membimbing, mengarahkan dan memberi masukan-masukan yang positif .
7. Ibu Enny A, ST.MT dan Ibu Ir. Iriani , MMT selaku dosen penguji seminar 1. 8. Bapak Ir. Didi S. dan Bapak Dr.Ir. Minto W. selaku dosen penguji seminar 2.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri khususnya Jurusan TI. 10.Anak – anak kelas paralel C,terutama geng jilbab (ana,shinta,pu3,vina,ratih)
juga bintang kelas Devis Z* *dan Adit Star**, Mahmud & Dwi(1 lab Selama
2 tahun), Rizky* cuplis(teman yang membantu aq tanpa pamrih selama lab), temen Ass Dos Bapak Tri Susilo( cuplis, mac, gojir*,& mbabud), Arief (funny
boy), para praktikan q , Danang (Lost boy), Made, Maretha, Dina,Ucrit, Febrianto P.** (penyemangat and best friend) dan semua yang anak C yang belom tertulis,,, you are the best.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya dan UD. Anggun Raya pada khususnya.
Wassalamualaikum WR. WB.
Surabaya, Mei 2011
THANK*S TO
1. Kepada Allah SWT. Yang telah merestui semua kejadian yang terjadi dalam pembuatan laporan ini baik yang di sengaja maupun tidak disengaja.
Kedua Orang tua yang selalu setia mendengar keluh kesah anaknya ini
MAMA & PAPA PU3,ONENG,ESTER,SHINJA,& MADE Febri and Febrina 2. Temen satu pemotretan ( Mantan model kutu air)xixixixix
3.
MAHMUD GALEH DEVIS** & ADIT** Brenkkkkk …………tentunya,,,
4. RATIH VINA PIKHU& Me, pu2
5. Gojir , yg ftox f**cker, Yadi &couple,
ABSTRACT
Currently, the concept of Supply Chain has been widely discussed by experts managerial enterprise, it starts with an awareness that the Supply Chain (supply chain) is a very important part for the company. To be able to compete with its competitors, the company should have an advantage and always keeping customer satisfaction, supply chain itself is supported by internal factors and external factors. Internal factors which involve a series of Supplier Systems, Product Design, Production Systems, and Delivery System. External factors which include suppliers and distributors or retailers who represents corporate clients should also be considered by the company in order to achieve 2 things above.
UD.Anggun Raya is one of the production company that produces products in Sidoarjo chairs. UD business field. Anggun Raya is a chair maker in accordance with the type of booking, ranging from orders (bookings from customers), inputs (raw materials), the process of transformation (or production) into outputs (finished goods). With this, the assessment of supply chain flexibility necessary for companies to know the level of supply chain flexibility. Because the measurement is only applied to the production of performance indicators such as engine efficiency and total efficiency, while for the assessment of flexibility in a company that includes four dimensions of system suppliers, product design, production systems, and delivery system is still not there so not to inform the overall supply chain flexibility.
With the problem then do research on supply chain flexibility, namely the ability of the company deal with fluctuations that occur, which in itself relates to machine flexibility, process flow of raw material, type, worker, and all are incorporated into the manufacturing system and production system. Flexibility includes the four dimensions of Supplier Systems, Product Design, Production Systems, and Delivery System. With the hope of supply chain flexibility can be seen at UD. Anggun Raya and what priority to the improvement parameter in UD.Anggun Raya.
Based on research results obtained at UD. Anggun Raya showed that the level of supply chain flexibility in flesksibel company as a whole (both) where all the main dimensions to reach a percentage above 80%, respectively from the smallest to the largest percentage Product design 81,67%, 92.92%, Supplier System 87,89, Systems Production of 89,37%,and 92,41% Delivery System.
ABSTRAKSI
UD.Anggun Raya merupakan salah satu perusahaan produksi yang menghasilkan produk kursi yang berada di Sidoarjo. Bidang usaha yang dilakukan UD.Anggun Raya adalah pembuat kursi sesuai dengan jenis pemesanan, mulai dari order (pemesanan dari pelanggan), input (bahan baku), proses transformasi (atau proses produksi) menjadi output (barang jadi). Dengan ini, penilaian fleksibilitas supply chain perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui tingkat fleksibilitas supply chain. Karena pengukuran hanya diterapkan pada bagian produksi dengan indikator kinerja seperti efisiensi mesin dan efisiensi total, sedangkan untuk penilaian fleksibilitas di perusahaan yang mencakup empat dimensi yaitu supplier system, product design, production system, dan delivery system masih belum ada sehingga belum dapat menginformasikan fleksibilitas supply chain secara menyeluruh.
Saat ini konsep tentang Supply Chain telah banyak dibicarakan oleh pakar-pakar manajerial perusahaan, hal ini dimulai dengan adanya suatu kesadaran bahwa Supply Chain (rantai pengadaan) merupakan suatu bagian yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk dapat bersaing dengan para pesaing-pesaingnya, suatu perusahaan harus mempunyai profit dan selalu menjaga kepuasan konsumennya, Supply Chain itu sendiri didukung oleh faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal yang mana didalamnya terdiri dari Supplier Sistem, Product Design, Production System, dan Delivery Sistem.
Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian tentang fleksibilitas
supply chain, yaitukemampuan perusahaan dalam menghadapi fluktuasi-fluktuasi
yang terjadi, dimana fleksibilitas sendiri berhubungan dengan mesin, proses, aliran bahan baku, tipe, pekerja, dan semua digabung menjadi sebuah sistem manufaktur dan sistem produksi. Fleksibelitas mencakup empat dimensi yaitu
Supplier System, Product Design, Production System, dan Delivery System.
Dengan harapan dapat diketahui fleksibilitas supply chain yang ada di UD. Anggun Raya dan parameter-parameter apa saja yang diprioritaskan untuk diperbaiki yang ada di UD. Anggun Raya.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di UD. Anggun Raya menunjukkan bahwa tingkat fleksibilitas supply chain yang ada di perusahaan secara keseluruhan flesksibel (baik) dimana seluruh dimensi utama mencapai prosentase di atas 80%, secara berurutan prosentase dari yang terkecil hingga yang terbesar yaitu Product Design 81,67%, Supplier System 87,89%, Production System 89,37%, dan Delivery System 92,41%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Semakin tingginya persaingan di era globalisasi saat ini dan semakin
mudahnya memperoleh informasi maka tingkat persaingan usaha akan semakin ketat. Setiap perusahaan dituntut tidak hanya sekedar mempertahankan kinerja yang sudah diraih tapi juga harus meningkatkan service level yang sudah ada
dalam memenuhi permintaan konsumen dan memenangkan persaingan.
UD. Anggun Raya merupakan suatu perusahaan yang memproduksi
furniture berupa kursi dengan bahan baku utama rotan. Pada mulanya perusahaan ini berdiri dengan inisiatif pemiliknya pada tahun 1994 dan dengan seiring berjalannya waktu perusaahaan ini berkembang menjadi seperti sekarang ini,
tetapi tetap dengan nama perusahaan yang lama yaitu UD.Anggun Raya. Pada saat ini, penilaian fleksibilitas supply chain perlu dilakukan agar perusahaan dapat
mengetahui level fleksibilitas supply chain. Selama ini UD. Anggun Raya (management) menganggap dengan tingginya fluktuasi permintaan dari konsumen membuat fleksibilitas antar departemen kurang fleksibel. Sehingga dibutuhkan
fleksibilitas supply chain dalam menghadapi persaingan. Untuk itu perlu mengukur fleksibilitas supply chain. Selama ini kondisi yang ada di UD. Anggun
raya adalah belum melakukan penilaian fleksibilitas supply chain, hanya melakukan penilaian secara subyektif dan fungsional dari pemimpin perusahaan. Semakin tinggi tingkat permintaan yang tidak tetap dan adanya perubahan
bahan baku yang diperlukan juga sangat dibutuhkan fleksibilitas perusahaan yang sangat tinggi, untuk mencapainya suatu perusahaan memerlukan dukungan dari
seluruh komponen dalam supply chain yaitu fleksibilitas dari supplier, distributor dan retailer
Fleksibilitas perusahaan menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam
menghadapi persaingan, karena dengan fleksibilitas diharapkan customer
satisfaction dapat tercapai. Namun saat ini masih banyak perusahaan yang hanya
menilai level fleksibilitas dalam konteks sistem produksi sehingga perlu adanya penilaian fleksibilitas dalam konteks supply chain. Dalam konteks supply chain, tidak hanya memperhatikan faktor internal tetapi juga faktor eksternal mulai dari
supplier sampai retailer. Untuk mencapai fleksibilitas yang tinggi, keseluruhan
channel harus saling mendukung. Pengukuran fleksibilitas supply chain ini sangat
diperlukan untuk mengetahui seberapa fleksibel suatu supply chain terhadap perubahan-perubahan dan fluktuasi-fluktuasi yang mungkin akan dihadapinya.
Dengan adanya penilaian fleksibilitas dalam konteks supply chain
diharapkan perusahaan dapat melakukan perbaikan-perbaikan tingkat fleksibilitas mulai dari Supplier System, Product Design, Production System, dan Delivery
1.2.Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah yang
dimunculkan pada penelitian ini adalah : “Seberapa besar tingkat fleksibilitas supply chain di UD. Anggun Raya dan parameter – parameter apa saja yang
di prioritaskan untuk diperbaiki ?”
1.3.Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada empat dimensi yaitu Supplier System, Product
Design, Production System, dan Delivery System tidak sampai pada
konsumen.
2. Penyebaran kuisioner dilakukan hanya pada staf departemen yang mengerti tentang Supplier System, Product Design, Production System, dan Delivery
System sebagai objek penelitian ini.
1.4.Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan tersedia setiap saat dari supplier dengan kualitas yang dikehendaki oleh perusahaan.
1.5.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengukur tingkat fleksibilitas supply chain.
2. Mengidentifikasi parameter-parameter yang diprioritaskan untuk diperbaiki dan usulan perbaikan.
1.6.Manfaat Penelitian
Dari latar belakang yang telah dibahas diatas, maka dalam penelitian ini dapat diperoleh manfaat yaitu :
1. Bagi Perusahaan
Perusahaan mampu mengetahui fleksibilitas supply chain yang lebih terintegrasi, mampu mengetahui nilai pencapaian kinerja supply chain untuk
setiap periode tertentu, serta mampu mengadakan perbaikan kinerja sesuai kerangka sistem pengukuran supply chain perusahaan.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan tentang pengukuran fleksibilitas supply chain dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu dan memperoleh pengalaman
praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam perkuliahan maupun dalam literatur-literatur yang telah ada mengenai supply chain.
3. Bagi Universitas
Sebagai bahan pengetahuan di perpustakaan, yang mungkin dapat berguna
1.7.Sistematika Penulisan
Didalam penyusunan proposal ini penulis menggunakan sistematika
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yaitu kondisi
yang menyebabkan penelitian dilakukan, pokok permasalahan, tujuan penelitian yaitu hasil akhir yang dicapai, batasan masalah yaitu agar
penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, serta sistematika penulisan yang mendeskripsikan isi laporan penelitian ini secara keseluruhan dan singkat.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang mendasari dan mendukung
pokok bahasan yang diperlukan penelitian ini yang berhubungan dengan fleksibilitas supply chain dan pendekatan AHP. Dimana nantinya tinjauan pustaka ini akan dijadikan referensi di dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada baik dalam pengolahan data maupun dalam menginterprestasikan hasil dari pengolahan data.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian masalah dalam tugas akhir
BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dan
pengolahan terhadap data-data tersebut untuk mencapai tujuan dari penelitian ini.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan hasil pengolahan data akan didapatkan penyelesaian permasalahan sehingga dapat memberikan kesimpulan yang didapat
dari penelitian ini dan sekaligus saran yang membangun untuk perusahaan yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Supply Chain
Supply Chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada pelanggannya. Rantai ini juga
merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Konsep Supply Chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern
masing-masing perusahaan, dan pemecahannya di titikberatkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari
bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang.
Oleh karena itu, Supply Chain manajemen dapat didefinisikan sebagai berikut : Supply Chain Manajemen adalah sebuah rangkaian dari pendekatan untuk mengefisiensi integrasi supplier, manufaktur, gudang dan pasar. Jadi semua
diproduksi dan didistribusikan pada jumlah dan waktu yang tepat agar meminimalkan biaya dan kebutuhan kepuasan pelayanan (David Sinchi Levi,
2000).
merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu :
1. Suppliers; 2. Manufacturer; 3. Ditribution; 4. Retail Outlets; 5. Customers.
Adapun definisi dari supply chain itu sendiri menurut para ahli, antara lain sebagai berikut :
1. Schroeder
“Supply chain adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang yang menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan
pendistribusian kepada konsumen.” 2. Beamon
“Supply chain adalah proses manufaktur yang terintegrasi mulai dari bahan baku yang diproses menjadi produk jadi kemudian didistribusikan ke konsumen.”
3. Indrajit dan Djokopranoto
“Supply chain adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan
jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau
4. Dewan Supply Chain Management Professionals
"Supply Chain Management meliputi perencanaan dan pengelolaan semua
aktivitas yang terlibat dalam sumber dan pengadaan, konversi, dan semua kegiatan pengelolaan logistik.”
5. Schroeder
“Supply Chain Management (SCM) adalah perancangan, desain, dan kontrol arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan
konsumen sekarang dan di masa depan.” 6. Simchi-Levi et al
“SCM adalah suatu pendekatan dalam mengintegrasikan berbagai organisasi yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang, yaitu supplier, manufacturer, warehouse dan stores sehingga barang-barang tersebut dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat dan biaya yang seminimal mungkin.”
Dalam penelitian terdahulu (Setiawan, Dwi, 2005 jurusan teknik
industri, UPN Jatim) juga disebutkan bahwa Supply Chain merupakan mata rantai perusahaan dalam menerapkan konsep pengadaan barang yaitu mulai suplier hingga retailer. Selain itu untuk menentukan tingkat kebutuhan dan kemampuan perusahaan, diperlukan suatu metode yang memuat kinerja perusahaan dalam menerapkan Supply Chain itu sendiri yaitu menggunakan kuisioner.
1. Kegiatan merancang produk baru (product development)
2. Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement)
3. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (planning and control)
4. Kegiatan melakukan produksi (production)
5. Kegiatan melakukan pengiriman/distribusi (distribution)
Kelima klasifikasi tersebut biasanya tercemin dalam bentuk pembagian departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pembagian tersebut sering
dinamakan functional division karena mereka dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Umumnya sebuah perusahaan manufaktur akan memiliki bagian pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian pengadaan (dalam bahasa
Inggrisnya bisa disebut purchasing, procurement, atau supply function), bagian produksi, bagian perencanaan produksi (sering dinamakan bagian production planning and inventory control, PPIC), dan bagian-bagian pengiriman atau distribusi barang jadi. Tabel 2.1 menguraikan lebih lanjut beberapa contoh kegiatan yang biasanya dilakukan oleh masing-masing bagian
Tabel 2.1 Area Cakupan Supply Chain
Bagian Cakupan Kegiatan
Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier, dalam perancangan produk baru
Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier.
Perencanaan dan Pengendalian
Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan
Operasi atau Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kuaitas
Pengiriman atau Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi Sumber : “ Supply Chain Management", Pujawan,I Nyoman (2005), Penerbit Guna Widya,
2.2. Fleksibilitas
Fleksibilitas dapat dipertimbangkan sebagai sebuah faktor yang
menentukan dari persaingan dalam peningkatan pesaing di pasar. Fleksibilitas sendiri berhubungan dengan mesin, proses, aliran bahan baku, tipe, pekerja, dan semua digabung menjadi sebuah sistem manufaktur dan sistem produksi.
Fleksibilitas disini akan dijelaskan tentang sistem fleksibilitas menufaktur dan sistem fleksibilitas Supply Chain.
2.3. Sistem Fleksibilitas Manufaktur
Pengertian Fleksibilitas pada Fleksibilitas manufaktur disini adalah
kemampuan untuk memproses bermacam-macam benda dengan bentuk yamg berbeda-beda dan pada Sistem kerja yang berbeda-beda pula, Fleksibilitas juga
berarti kemampuan untuk mengubah bentuk benda produksi sesuai dengan permintaan yang datang ( Groover 2000 ), Sedangkan menurut Zhang ( 2003 ) Fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan Organisasi untuk memenuhi setiap
peningkatan Varietas dari ekspektasi yang dipunyai oleh konsumennya tanpa menimbulkan pengurangan pada cost, waktu, dan perubahan pada organisasi,
sedangkan fleksibilitas manufaktur di definisikan sebagai kemampuan dari organisasi untuk memanage sumber daya produksi dan ketidakpastian yang ada untuk menemukan berbagai permintaan dari konsumennya, fleksibilitas
manufaktur sering kali diidentikkan dengan sistem fleksibel mesin (fleksible machine system ).
1. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memisahkan proses produksi yang mempunyai ciri yang berbeda ataupun benda yang berbeda
berdasarkan sistem.
2. Mampu dengan cepat mengubah instruksi operasi. 3. Mampu dengan cepat mengubah set up.
Sebenarnya Fleksibilitas dapat diterapkan baik itu pada sistem manual maupun pada sistem otomatis. Pada sistem manual, karena sebagian besar operasi
dikerjakan oleh tenaga kerja manusia maka pekerjaannyalah yang memungkinkan untuk difleksibilitaskan.
Agar bisa dikualifikasikan sebagai fleksibel, sebuah sistem manufaktur
harus memenuhi beberapa kriteria. Berikut ini akan disebutkan beberapa tes yang dapat digunakan untuk menguji suatu Fleksibilitas dari sebuah sistem manufaktur
otomatis.
1. Part Variety Test
Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat
memproses part dengan style yang berbeda-beda yang tidak berada pada sekumpulan model.
Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Machine Fleksibility, Production Fleksibility
2. Schedule Change Test
Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur siap
Tipe Fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Mix Fleksibilitas, Volume Fleksibilitas, Expansion.
3. Error Recovery Test.
Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur mampu merecover peralatan-peralatan yang tidak berfungsi dengan baik dan
membreak down nya, sehingga produksi secara umum tidak terganggu. Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Routing Fleksibilitas 4. New Part Test
Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat mengidentifikasikan produk yang mempunyai desain yang baru yang belum
ada sebelumnya kedalam produk yang telah ada dilantai produksi dengan baik, tipe fleksibilitas yang telah ada di lantai dengan baik, Tipe fleksibilitas
yang dihasilkan disini adalah : Product Fleksibility.
2.4 Tipe Fleksibilitas Manufakturing
Tabel 2.2 Tipe Fleksibilitas Manufakturing
Tipe Fleksibilitas Definisi
Fleksibilitas Manufakturing
Kemampuan organisasi untuk mengatur sumber produksi dan ketidakpastian untuk memenuhi pesanan pelanggan
Fleksibilitas Mesin Kemampuan untuk melakukan operasi yang berbeda secara ekonomis dan efektif
Fleksibilitas Tenaga Kerja
Kemampuan untuk melakukan tugas dengan ekonomis dan efektif
Fleksibilitas Penanganan Material
Kemampuan untuk mengatur berbagai pengolahan material secara ekonomis dan efektif
Fleksibilitas Routing Kemampuan untuk memproses berbagai tipe rute dengan ekonomis dan efektif
Fleksibilitas Volume
Kemampuan untuk mengakomodasikan produksi part yang tinggi dan merendahkan kuantitas total pada
produksi, memberikan invers tatap pada sistem.
leksibilitas Campuran
Kemampuan untuk mengubah campuran produk dimana pada saat yang sama sehingga menangani kualitas produk
secara keseluruhan, sehingga produk part yang sama hanya berbeda pada proporsinya saja.
Sumber : “ A Conceptual Framework For Assesing Supply Chain Fleksibility", Pujawan,I Nyoman (2002), Proceeding 7th Asia Pacific Decissions Sciences Conference, Bangkok
Gambar 2.1 Kategori fleksibilitas sel dan sistem
(Groover, P. Mikell (2001), Automation, Production Systems, and Computer Integrated Manufacturing, Prentice Hall International, Inc.)
Gambar tersebut menggambarkan hubungan antara fleksibilitas manufaktur dangan customer satisfaction.
Keterangan :
H0 : Hipotesis H0 , Fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak positif secara signifikan terhadap volume fleksibility.
Fleksibilitas Manufakturing Competence
Machine Fleksibility Labor Fleksibility
H1 : Hipotesis H1 fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak positif secara signifikan terhadap mix fleksibility.
H0 : Hipotesis H0, Volume fleksibility mempunyai dampak positif terhadap
costumer satisfaction.
H1 : Hipotesis H1 mix fleksibility mempunyai dampak positif tehadap costumer
satisfaction.
Keuntungan dari fleksibilitas manufaktur (Groover 2000) :
a. Menambah Utilisasi mesin
b. Berkurangnya mesin yang membutuhkan perbaikan. c. Mengurangi kebutuhan Factory floor space.
d. Lebih mudah untuk melakukan perubahan, e. Mengurangi kebutuhan inventory
f. Mengurangi lead time manufacturing.
g. Mengurangi kebutuhan tenaga kerja langsung dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
h. Kesempatan untuk melakukan Unattended production.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa fleksibilitas tidak hanya
tersusun dari single variable, namun merupakan suatu multi-dimensi banyak teori
yang menyatakan dimensi-dimensi (type) apa saja yang menyusun fleksibilitas manufaktur seperti dikutip oleh Duclos, yaitu teori Browne Dubois, et al (1984)
membagi fleksibilitas manufaktur menjadi 8 dimensi, Sethi dan Sethi (1990) 11
dimensi, Vokurka dan O’leary-kelly (2000) 15 dimensi, dan masih banyak lagi.
1. Fleksibilitas Mesin
Merupakan kemampuan membuat perubahan diantara operasi-operasi yang
memproduksi beberapa produk diukur dari jumlah operasi dan waktu yang
dibutuhkan untuk berpindah dari satu operasi ke operasi yang lain.
Parameter yang digunakan :
a. Setup atau chargeover time
Yaitu berhubungan dengan variasi persiapan seperti peralatan, positioning part dan release, perubahan software dan lain-lain.
b. Versatility
Yaitu variasi operasi yng mampu dilakukan untuk mesin c. Adjustability
Yaitu berhubungan dengan ukuran ruang kerja dan dimensi yang dapat
ditangani mesin. 2. Fleksibilitas Routing
Merupakan kemampuan sistem untuk memproduksi part dengan menggunakan beberapa alternatif rute dan dibagi menjadi beberapa rute professional, dan mesin cadangan untuk mengatasi terjadinya breakdown. Parameter yang digunakan :
a. OperationCommonality
Merupakan jumlah operasi yang mampu dilakukan oleh sekelompok mesin secara bersamaan untuk memproduksi satu set part.
b. Substitutability
3. Fleksibilitas Material Handling System
Merupakan kemampuan sistem transportasi untuk memindah beberapa jenis part dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien.
Parameter yang digunakan : a. Faktor Rerouting
Kemampuan material handling yang mengubah jalur perpindahan secara otomatis atau hanya dengan sedikit setup delay dan biaya.
b. Variasi Lead
Batasan yang dimiliki oleh MHS mulai dari volume dimensi dan berat untuk dapat memindahkan bawaannya yang ada, seperti work places, tools, jugs, fixlures dan lain-lain
c. Kecepatan Transfer
Fleksibilitas dari transportasi
4. Fleksibilitas Produk
Merupakan kemampuan dalam mengubah part ini dalam rangka produksi baru secara kwantitatif dapat diukur melalui waktu dan cost yang diperlukan untuk setiap perubahan yang terjadi.
Parameter yang digunakan :
a. Variasi Part
Jumlah produk baru pada sistem manufaktur yang mampu diproduksi tanpa adanya tambahan investor namun cukup dengan menggunakan mesin yang
b. ChargeoverPart
Menggambarkan kemampuan untuk menampung variasi yang menjadi tuntutan pasar.
c. PartCommonality
Namun merupakan jumlah part yang sama, diassembly untuk menghasilkan produk final. Hal ini juga menunjukkan kamampuan untuk membuat produk baru dengan cepat dan ekonomis, dan juga mengindikasikan perbedaan antara dua part.
5. Fleksibilitas Operasi
Merupakan kemudahan mengubah urutan operasi dari proses produksi. Dapat diukur dengan mengatur jumlah urutan proses yang berbeda yang dapat dilakukan.Parameter yang digunakan adalah : Jumlah urutan produksi
6. Fleksibilitas Proses
Merupakan kemampuan sistem manufaktur untuk memproduksi beberapa jenis part tanpa melakukan konfigurasi ulang.
Parameter yang digunakan :
a. SetTipe Part b. SetupCost 7. Fleksibilitas Volume
Merupakan kemampuan sistem untuk mengubah volume produksi dan tetap mampu beroperasi untuk mencapai keuntungan.
8. Fleksibilitas Ekspansi
Merupakan kemampuan sistem disusun dalam bentuk model-model dan
melakukan perluasan.
Parameter yang digunakan : a. Modularity Index
Merepresentasikan kemudahan dalam menambah mesin-mesin pada sistem produksi tanpa melakukan effort dan perubahan yang signifikan.
b. Kemampuan Ekspansi
Kemampuan untuk menambah kapasitas tanpa harus membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar.
9. Fleksibilitas Labour
Merupakan kemudahan untuk menempatkan personel pada suatu departemen
yang dapat dicapai dengan adanya multi-trained off, sehingga mampu melakukan berbagai macam tugas.
2.5 Fleksibilitas Supply Chain.
Supply Manufacturing Distribution Customer Gambar 2.2 rangkaian Supply Chain
(Sumber : beamon, B. M. (1999) Measuring Supply Chain Performance, International Journal Of Operation and Production Management).
Keterangan :
Suppliers
Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan
pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan
suppliers. Dalam artinya yang murni, ini termasuk juga suppliers’suppliers atau sub-suppliers. Jumlah suppliers bisa banyak atau sedikit, tetapi suppliers’suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai pertama.
Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan ranatai kedua, yaitu manufacture. Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan
jadi yang berada di pihak suppliers, manufavturer,dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%,
bahkan lebih, dapat diperoleh inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep suppliers partnering misalnya, penghematan ini dapat diperoleh.
Distribution
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya
ditempuh oleh sebagaian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepad retailers atau pengecer.
Customer
Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi,
baru betul-betul berhanti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa yang dimaksud.
Rantai penyediaan (Supply Chain) terdiri dari berbagai aspek yang secara langsung maupun tak langsung dapat memenuhi permintaan dari pelanggan, Supply Chain tidak terdiri dari manufaktur dan supplier tetapi juga termasuk di dalamnya transportasi, informasi, warehouse, retailer dan pelanggan itu sendiri.
Fleksibilitas di titik beratkan pada kemampuan mengalokasikan fluktuasi yang terjadi pada komponen-komponen dari Supply Chain yaitu : supplier, distributor dan konsumen.
Pengukuran fleksibiltas Supply Chain ini sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa fleksibel suatu Supply Chain terhadap perubahan-perubahan dan fluktuasi-fluktuasi yang mungkin akan dihadapi.
Menurut Beamon (1999) Supply Chain adalah sebuah proses yang terintegrasi dimana didalamnya bahan baku dikenai proses manufaktur untuk
dijadikan produk akhir, kemudian dikirimkan kepada konsumen (baik itu melalui distribusi, retail, ataupun keduanya).
Dari pemahaman inilah berkembang sebuah ide untuk menganalisa tentang Supply Chain lebih jauh termasuk dalam hal ini melakukan pengukuran terhadap Fleksibilitas Supply Chain tersebut.
internal perusahaan, sehingga pengaruh Fleksibilitas Manufakturing terhadap Fleksibilitas dalam Supply Chain sangat luas dibandingkan dengan Fleksibilitas dalam Internal perusahaan, hal ini tidak lain disebabkan oleh luasnya jaringan dalam Supply Chain itu sendiri. Fleksibilitas SupplyChain dapat digunakan untuk menganalisa terhadap kemampuan system secara keseluruhan untuk menghandel
fluktuatif yang bisa terjadi pada volume dan jadwal dari supplier, pabrik dan konsumen yang merupakan rangkaian dari pada Supply Chain itu sendiri.
Fleksibilitas Supply Chain sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan Supply Chain itu sendiri, terlebih lagi pada perusahaan yang mempunyai kondisi ketidak pastian yang sangat tinggi.
Fleksibilitas merupakan tanggung jawab setiap elemen yang berada dalam Supply Chain, baik itu internal perusahaan, yakni departemen-departemen yang ada dalam perusahaan maupun eksternal perusahaan mulai dari supplier, distributor, retailer termasuk disini pihak yang membantu dalam penyediaan informasi.
Komponen – komponen dari fleksibilitas yang mempengaruhi pada aktivitas dalam Supply Chain, termasuk di dalamnya fleksibilitas untuk memperoleh informasi mengenai permintaan dan selanjutnya digunakan sebagai pertukaran informasi antar organisasi yang ada dalam Supply Chain tersebut.
Menurut Garavelli (2003) fleksibilitas dalam suatu Supply Chain sangat kompleks dan terdiri dari multi dimensi konsep dan sangat sulit untuk diringkas. Namun satu hal yang perlu ditekankan pada fleksibilitas dalam suatu
terjadi baik itu perubahan yang datang dari dalam perusahaan sebaik dengan perubahan yang datang dari luar perusahaan.
Menurut Duklos et al (2001) enam komponen fleksibilitas Supply Chain telah diidentifikasikan berdasarkan fleksibilitas manufacturing yang telah dibahas sebelumnya, yaitu :
1. Production System Fleksibility
Kemampuan untuk menyusun modal dan operasi-operasi untuk melakukan
respon dari kecenderungan yang dimiliki oleh konsumen (perubahan produk, volume) pada setiap titik dalam Supply Chain.
2. Market Fleksibility
Kemampuan untuk dapat melakukan produksi sesuai pesanan dan mampu membangun hubungan dekat dengan konsumen dan melibatkan mereka (
konsumen) dalam design dan melakukan modifikasi produksi baru maupun produksi yang telah ada.
3. Logistik Fleksibility
Kemampuan melakukan perubahan dalam penerimaan dan delivery produksi baik dari pihak supplier maupun konsumen dengan pengeluaran biaya yang seefektif mungkin ( perubahan lokasi konsumen, globalisasi dan penundaan).
4. Supply Fleksibility
5. Organizazional Fleksibility
Kemampuan untuk menggalang tenaga kerja ahli untuk kebutuhan Supply Chain dalam menentukan permintaan dari konsumen.
6. Information Fleksibility
Kemampuan untuk menyusun struktur system informasi sesuai dengan
dinamika perubahan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam rangka untuk memenuhi permintaan dari konsumen.
Penggambaran Fleksibilitas suatu Supply Chain pada dasarnya haruslah meliputi secara keseluruhan dari pada sistem yang ada dalam Supply Chain itu sendiri, yaitu dimulai dari Supplier sampai dengan konsumen, dimensi-dimensi fleksibilitas yang ada dalam suatu Supply Chain haruslah mampu mencerminkan seluruh elemen tersebut.
Kemudian model dan karakteristik tersebut dikembangkan oleh Swafort yang menyatakan bahwa dimensi-dimensi fleksibilitas yang lebih umum namun mencakup keseluruhan elemen dalam Supply Chain, dimensi-dimensi itu adalah: Sourcing, produck, development, production, delivery.
Sourcing adalah penilaian yang diberikan pada kemampuan yang di miliki dalam hal pengadaan bahan baku dan berkaitan dengan supplier system. Product development merupakan penilaian yang diberikan atas kemampuan yang dimiliki untuk membuat variasi produk dan melakukan perencanaan terhadap
adanya produk baru yang disebut juga sebagai produk design. Production adalah penilaian yang diberikan atas kemampuan dari dalam perusahaan, yang pada
dikenal dengan production system. Delivery merupakan penilaian yang diberikan atas kemampuan untuk hal yang berhubungan langsung dengan konsumen untuk
delivery system.
Penjelasan yang lebih lanjut dan untuk memudahkan melakukan penilaian (assessment) terhadap fleksibilitas yang telah disebutkan diatas diuraikan menjadi parameter-parameter yang lebih spesifik, seperti dapat dilihat pada tabel 2.3 yang secara umum dapat dipakai untuk melakukan penilaian
terhadap target Fleksibilitas Supply Chain
Tabel 2.3 Parameter Fleksibilitas Supply Chain
No. Deskripsi
Supplier System
1.1 Perusahaan memiliki lebih dari satu pemasok untuk setiap produk
1.2 Biaya rendah untuk mengalihkan pembelian dari satu pemasok ke yang lainnya 1.3 Sebagian besar pemasok memiliki kemampuan produksi/memasok bermacam-macam
tipe produk yang berbeda
1.4 Sebagian besar produk memiliki kapasitas persediaan yang besar
1.5 Sebagian besar pemasok mampu memproduksi produk dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat
1.6 Dengan biaya setup yang rendah, sebagian besar pemasok mampu memproduksi dalam jumlah yang kecil
1.7 Memiliki bermacam-macam model transportasi untuk pengiriman produk dari pemasok 1.8 Jumlah pesanan kecil maupun jumlah pesanan banyak selalu ada
1.9 Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali pengiriman dari pemasok ke perusahaan
1.10 Pemasok mampu mengirim permintaan yang mendesak dengan lebih cepat dan biaya murah
Product Design
2.1 Ketika produksi menurun, sebagian pekerja bisa difungsikan di divisi lain
2.2 Dengan biaya rendah, outsourcing kegiatan pengembangan produk dapat dilakukan 2.3 Tim pengembangan produk memiliki kemampuan mengembangkan beragam produk
dengan tipe dan spesifikasi yang berbeda
2.4 Memiliki software dan sumber daya lain untuk mempermudah membuat, memodifikasi, dan mensimulasi desain
2.5 Ketika desain produk melibatkan tim yang jauh lebih besar, ada jaringan untuk mempermudah berkomunikasi, tentang ide, desain dokumen, dsb
2.6 Tim mampu menghasilkan desain yang berbeda dalam jumlah besar
2.7 Ketika desain baru membutuhkan material baru, mudah untuk mendapatkan konfirmasi kemampuan pemasok untuk memasok material baru
Production System
3.1 Ada beragam fasilitas produksi yang terletak di lokasi yang berbeda
No. Deskripsi
3.3 Ketika total permintaan tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas/kemampuan gudang, mudah untuk melakukan outsourcing
3.4 Fluktuasi dalam permintaan dapat diatasi dengan kerja lembur
3.5 Sebagian besar pekerja adalah multi-terampil, sehingga mereka dapat mudah beralih dari satu pekerjaan/tugas lain
3.6 Mesin adalah serbaguna sehingga dapat mengolah tugas/pekerjaan yang berbeda
3.7 Mampu mengakomodasi sampai batas waktu tertentu bila ada perubahan dari konsumen
3.8 Waktu setup untuk sebagian besar mesin rendah, sehingga untuk ukuran golongan rendah diproses secara ekonomis
3.9 Ada alternatif jalan yang ditempuh untuk menghasilkan produk
3.10 Sistem perencanaan produksi mampu merubah jadwal produksi yang sudah ada
3.11 Biaya merubah jadwal produksi rendah, sehingga perubahan jadwal dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat
Delivery System
4.1 Memiliki model transportasi yang berbeda untuk pengiriman produk ke pelanggan 4.2 Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali
pengiriman dari perusahaan ke pelanggan
4.3 Jumlah pengiriman sangat kecil, sehingga pengiriman pemesanan ke pelanggan dapat dipenuhi
4.4 Dapat melakukan pengiriman walaupun dalam jumlah yang kecil
4.5 Jika ada permintaan mendadak, perusahaan dapat mengirimkan produk dengan memilih model transportasi yang lebih cepat
4.6 Dapat mengirimkan pesanan ke pelanggan lebih dari satu gudang atau pabrik, berguna untuk memuaskan pelanggan
4.7 Perusahaan merancang jadwal pengiriman lebih awal, sehingga pelanggan dapat mengubah jumlah, tipe, dan/atau tanggal jatuh tempo pengiriman dalam periode yang singkat
4.8 Biaya rendah untuk merubah jumlah, tipe dan/atau tanggal pengiriman
Sumber : “Assessing supply chain flexibility: a conceptual framework and case study", Pujawan, I Nyoman (2004), Int. J. Integrated Supply Management, Vol. 1, No. 1, pp.79–97
Seperti yang telah disebutkan pada bagian atas bahwa tidak semua
parameter penilaian Fleksibilitas Supply Chain ini digunakan untuk menilai. Penggunaannya disesuaikan dengan kondisi riil yang terjadi pada perusahaan yang menjadi objek penelitian.
Untuk dimensi Production System, parameter yang tidak terpakai adalah Penggunaan bahan pengganti karena UD. Anggun Raya tidak memiliki material pengganti.
Tabel 2.4 Parameter-Parameter Fleksibilitas Supply Chain yang Relevan di
Perusahaan memiliki lebih dari satu pemasok untuk setiap produk 1.2
(SS2)
Sebagian besar produk memiliki kapasitas persediaan yang besar 1.3
(SS3)
Sebagian besar pemasok mampu memproduksi produk dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat
1.4 (SS4)
Memiliki bermacam-macam model transportasi untuk pengiriman produk dari pemasok 1.5
(SS5)
Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali pengiriman dari pemasok ke perusahaan
1.6 (SS6)
Jumlah pesanan kecil maupun jumlah pesanan banyak selalu ada 1.7
(SS6)
Pemasok mampu mengirim permintaan yang mendesak dengan lebih cepat dan biaya murah
2. Product Design (PD) 2.1
(PD1)
Ketika produksi menurun, sebagian pekerja bisa difungsikan di divisi lain 2.2
(PD2)
Dengan biaya rendah, outsourcing kegiatan pengembangan produk dapat dilakukan 2.3
(PD3)
Tim pengembangan produk memiliki kemampuan mengembangkan beragam produk dengan tipe dan spesifikasi yang berbeda
2.4 (PD4)
Ketika desain baru membutuhkan material baru, mudah untuk mendapatkan konfirmasi kemampuan pemasok untuk memasok material baru
3. Production System (PS) 3.1
(PS1)
Ada beragam fasilitas produksi yang terletak di lokasi yang berbeda 3.2
(PS2)
Ketika total permintaan tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas/kemampuan gudang, mudah untuk melakukan outsourcing
3.3 (PS3)
Fluktuasi dalam permintaan dapat diatasi dengan kerja lembur 3.4
(PS4)
Sebagian besar pekerja adalah multi-terampil, sehingga mereka dapat mudah beralih dari satu pekerjaan/tugas lain
3.5 (PS5)
Mesin adalah serbaguna sehingga dapat mengolah tugas/pekerjaan yang berbeda 3.6
(PS6)
Biaya merubah jadwal produksi rendah, sehingga perubahan jadwal dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat
4 Delivery System (DS) 4.1
(DS1)
Memiliki model transportasi yang berbeda untuk pengiriman produk ke pelanggan 4.2
(DS2)
Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali pengiriman dari perusahaan ke pelanggan
4.3 (DS3)
Dapat melakukan pengiriman walaupun dalam jumlah yang kecil 4.4
(DS4)
Jika ada permintaan mendadak, perusahaan dapat mengirimkan produk dengan memilih model transportasi yang lebih cepat
4.5 (DS5)
Dapat mengirimkan pesanan ke pelanggan lebih dari satu gudang atau pabrik, berguna untuk memuaskan pelanggan
4.6 (DS6)
Perusahaan merancang jadwal pengiriman lebih awal, sehingga pelanggan dapat mengubah jumlah, tipe, dan/atau tanggal jatuh tempo pengiriman dalam periode yang singkat
Tingkat fleksibilitas untuk tiap Supply Chain belum tentu sama hal ini disebabkan pengaruh oleh tingkat ketidak pastian demand yang dialami tiap supply chain, semakin tinggi tingkat ketidakpastian, maka Supply Chain harus semakin Fleksibel, seperti ditunjukkan oleh gambar 2.3 berikut :
Low demand Somewhat Somewhat high demand
Uncertainty demand demand uncertainty
certainty uncertainty
1 2 3 4
Semakin Fleksibel
Gambar 2.3 Tingkat fleksibilitas Supply Chain
(Pujawan, I Nyoman (2002), “ A Conceptual Framework For Assesing Supply Chain Fleksibility” Proceeding 7th Asia Pacific Decissions Sciences Conference, Bangkok.
Keterangan :
1. Low demand uncertainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang rendah dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi.
2. Somewhat demand certainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang sedang dengan tingkat kepastian tinggi.
3. Somewhat demand uncertainty
4. High demand uncertainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang tinggi dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi pula.
2.6 Tingkat kebutuhan Fleksibilitas berdasarkan Demand
Perbedaan tingkat fleksibilitas pada Supply Chain berarti terjadi perbedaan pada parameter-parameter fleksibilitas yang dijadikan acuan, tidak
semua parameter fleksibilitas yang disebutkan atas cocok untuk semua supply chain itu sendiri, pada suatu supply chain suatu parameter bisa jadi merupakan suatu faktor yang penting, namun pada model supply chain yang lain faktor tersebut, dianggap tidak terlalu penting.
Menurut Beamon (1999) keuntungan dari fleksibilitas Supply chain adalah :
• Mereduksi jumlah backorder yang ada.
• Mereduksi jumlah lost sales.
• Mereduksi jumlah order yang terlambat.
• Menambah kepuasan konsumen.
• Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi variasi demand, misalkan Faktor musiman.
• Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi
mesin (machine breakdown).
• Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performansi
• Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi
pengiriman.
• Memudahkan untuk merespondan mengakomodasi produk baru, pasar baru dan
pesaing baru
2.7 Pengukuran Fleksibilitas Supply Chain
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa terhadap fleksibilitas suatu supply chain adalah melakukan penilaian atau assessment
mengenai seberapa fleksibel suatu supply chain untuk memenuhi kebutuhan pasar mengingat kebutuhan pasar yang sangat bersifat fluktuatif. Parameter-parameter fleksibilitas supply chain lah yang digunakan ketika melakukan penilaian ini dengan sebelumnya menyesuaikan parameter-parameter mana sesuai dengan kondisi perusahaan yang sedang diukur fleksibilitas supply chain yang dimilkinya
menurut Pujawan (2002) yang dikutip oleh Eunike (2002), identifikasi kondisi fleksibilitas supply chain dapat digambarkan dalam kuadaran fleksibilitas sebagai berikut :
Gambar 2.4 Kuadran fleksibilitas Supply Chain. II
Unmatched condition Over design system
I
Matched condition
Requirement hight
Unmatched condition Fleksibility is too low IV
(Sumber : Pujawan (2002)) A Coceptual Frame work for Assessing supply chain. Flexibility, ' Proceeding 7)
Kondisi I dan III adalah keadaan yang menunjukkan keadaan
seimbang, yakni antara kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki dan fleksibilitas sebanding, kebutuhan yang tinggi akan mampu memenuhi (I) dan walaupun fleksibilitasnya rendah, hal ini tidak menjadi masalah karena kebutuhan akan
fleksibilitasnya juga rendah.
Kondisi II dan IV menggambarkan keadaan yang bermasalah dan
memerlukan penanganan. Kondisi II dapat terjadi pada saat kebutuhan akan fleksibilitas rendah namun kemampuan akan fleksibilitasnya tinggi, hal inilah yang dinamakan Overdesign. Overdesign dapat mengakibatkan terjadinya ketidak efisien dalam perusahaan dan akan memyebabkan pula banyaknya cost yang akan terbuang secara sia-sia.
Kondisi IV merupakan kebalikan daripada kondisi II, pada kondisi IV ini yang terjadi ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi tuntutan akan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan
terjadinya Nervousness. Nervousness ini akan menyebabkan terjadinya Lost Oppurtunity yaitu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan memenuhi permintaan yang ada, dan lama kelamaan kondisi ini dapat mengakibatkan perusahaan tidak akan dapat bersaing dipasar. Selanjutnya dapat diketahui tingkat fleksibilitas SupplyChain sebagai berikut:
Tbk = x100%
Terbobot Kebutuhan
Nilai Total
Terbobot Kemampuan
2.8 Perhitungan Skor Gap
Penilaian Fleksibilitas suatu Supply Chain berdasarkan perhitungan yang merupakan perbedaan antara penilaian terhadap pasangan pernyataan untuk
requirement (kebutuhan) dan kapasitas untuk tiap parameter Fleksibilitas untuk perhitungan ini perlu adanya suatu skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi tersebut, skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi
tersebut skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi tersebut yang digunakan disini adalah skala Likert yaitu skala 1 s.d 5.
Definisi dari setiap skala untuk Kebutuhan adalah:
1. Elemen dan fleksibilitas tidak relevan untuk supply chain tersebut dan tidak perlu dipertimbangkan.
2. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang rendah. 3. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang sedang.
4. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang tinggi.
5. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi. Definisi dari setiap skala untuk Kemampuan adalah :
1. Supply Chain tidak fleksibel untuk elemen fleksibilitas yang bersangkutan. 2. Supply Chain sangat memiliki fleksibel yang rendah untuk elemen fleksibilitas
yang bersangkutan.
3. Supply Chain memiliki fleksibilitas yang sedang untuk elemen fleksibilitas yang bersangkutan.
5. Supply Chain memiliki Fleksibilitas yang sangat tinggi untuk elemen fleksibilitas yang bersangkutan.
Perhitungan Gap atau skor fleksibilitas untuk setiap pasangan pertanyaan dihitung sebagai berikut :
Flexibilitas = Requirement Score – Capability Score
Jika hasil pengurangan positif, maka menunjukkan bahwa perlu untuk dilakukan perbaikan terhadap elemen fleksibilitas yang bersangkutan, sedangkan bila hasil
pengurangannya negatif menunjukkan sebaliknya.
2.9 Uji Validitas
Untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan kuesioner yang disebar, maka dilakukan uji validitas. Apabila data valid, dilanjutkan dengan pengujian reliabilitas. Apabila data tidak valid maka perlu ditinjau ulang pada penyusunan kuesionernya. Validitas dihitung dengan menggunakan rumus korelasi produk momen :
r =
2.10 Uji Reliabilitas
Untuk menguji ketepatan hasil pengukuran kuesioner dilakukan uji
reliabilitas. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan jika tes tersebut memberikan hasil yang tepat. Cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus ‘alpha’ :
Besarnya reliabilitas yang paling baik adalah 1 dan yang paling jelek adalah 0. Semakin besar nilai yang diperoleh, maka semakin besar reliable atribut tersebut, apabila perhitungan tidak reliable, maka perlu ditinjau pada penyusunan kuisionernya.
2.11 Analitic Hierarchy Process (AHP)
Pengertian AHP adalah merupakan model pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty yang merupakan suatu model yang
Model AHP menggunakan persepsi manusia yang dianggap sebagai input utamanya. AHP menggunakan model hierarkis yang terdiri dari satu tujuan (goal), kriteria (atau beberapa sub criteria) dan alternatif untuk setiap masalah keputusan dalam menentukan penelitian diantara alternatif digunakan skala tertentu agar dapat dihasilkan bobot dari masing-masing alternatif keputusan,
skala yang dipakai dalam perbandingan berpasangan terdiri dari 9 angka yaitu:
Tabel 2.5 Skala Perbandingan Berkala
Intensitas kepentingan
Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan.
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong suatu elemen dibandingkan elemen yang lain. 5 Elemen yang satu lebih penting dari
elemen yang lain
Pengalaman dan penilaian sangat mendukung satu elemen dibandingkan dengan elemen yang lain. 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting
dari elemen yang lain.
Satu elemen yang kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek. 9 Satu elemen mutlak lebih penting dari
pada elemen yang lain.
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain dan memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
Intensitas kepentingan
Keterangan Penjelasan
2,4,6,8 . Nilai-nilai antara 2 nilai pertimbangan yang berdekatan
Nilai diberikan bila ada 2 kompromi diantara 2 pilihan.
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya
Kelebihan AHP
AHP mempunyai banyak keunggulan jika dibandingkan dengan proses
pengambilan keputusan yang lainnya antara lain adalah sebagai-berikut :
a. Konsistensi
AHP mempunyai kemampuan untuk melacak konsistensi langsung dari
pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
b. Sintesis
AHP mampu menuntun kepada suatu taksiran yang bersifat menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.
c. Pengukuran
AHP mempunyai kemampuan untuk memberikan suatu skala yang digunakan untuk mengukur hal yang tidak berwujud dan suatu metode untuk menetapkan
prioritas.
d. Kompleksitas
AHP mempunyai kemampuan untuk memadukan rancangan deduktif dan
rancangan berdasarkan system untuk memecahkan suatu permasalahan yang kompleks.
e. Kesatuan
AHP mampu memberikan suatu model tunggal yang mudah untuk dimengerti, luwes untuk digunakan pada aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur.
f. Saling ketergantungan
AHP mampu menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
Salah satu keistimewaan dan keuntungan utama dari AHP yang berbeda dengan model pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya
syarat konsistensi mutlak, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan yang dibuat oleh manusia sebagian didasari atas logika dan sebagian yang didasari atas unsur bukan logika seperti perasaan, pengalaman dan intuisi.
Model AHP memiliki pendekatan yang hampir identik dengan model perilaku politis yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusan, pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan metode AHP adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarchy yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, criteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan criteria yang paling bawah.
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau
criteria yang setingkat diatasnya, perbandingan dilakukan berdasarkan “judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai target kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x [ ( n-1 ) / 2 ] buah , dengan n adalah banyaknya
elemen yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai Eigen (Eigen Value) dan menguji konsistensinya,jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
7. Menghitung Vektor Eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan, riil vector eigen merupakan bobot setiap elemen, langkah ini dilakukan untuk mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hierarki terendah seperti pencapaian tujuan.
8. Memeriksakan konsistensi hierarki jika nilainya lebih besar dari 10% maka
penilaian data Judgement harus diperbaiki.
Untuk mengukur bobot prioritas setiap element dalam matrik
perbandingan maka digunakan operasi matematis berdasarkan operasi matrik dan vector yang disebut eigenvektor. Eigenvektor adalah sebuah vector yang apabila dikalikan dengan sebuah bilangan scalar / parameter yang tidak lain adalah eigen value, persamaannya adalah sebagai berikut :
A ×w=λ×w
Dimana : w = Eigenvektor
λ = Eigenvalue
A = Matrik bujur sangkar
Pengukuran konsistensi dalam model AHP dilakukan dalam 2 tahap, yaitu mengukur konsistensi setiap matriks perbandingan dan mengukur
konsistensi keseluruhan hierarki suatu matrik, misalnya dengan 3 unsur ( i, j, k ) dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a, akan konsistensi 100% jika
memenuhi syarat : aij ×ajk= aik
Pengukuran konsistensi dari suatu matrik itu sendiri didasarkan atas
biasa dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan. Rumus dari hierarki konsistensi :
CI = ( λmaks – n ) / ( n – 1)
Dimana : λmaks = Eigen Value
n = ukuran matrik
CI = Indek konsistensi
Indek konsistensi tersebut dapat diubah kedalam bentuk rasio konsistensi dengan membaginya dengan suatu Indeks random, indeks random menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1-10. yang
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran matriksnya, makin tinggi tingkat konsistensi yang dihasilkan.
Berdasarkan perhitungan saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika
judgement numeric diambil secara acak diri skala 1/9, 1/8, …,1, 2,…,9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran yang berbeda, adapun
Tabel 2.6 Nilai Random Indeks
Nilai Random Indeks
Ukuran Matrik Random Indeks (inkonsisten)
1,2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
Sumber : Pengambilan Keputusan (bagi para pemimpin), Saaty, Thomas L, 1993. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Perbandingan indeks konsistensi dibandingkan dengan indeks random dapat dituliskan sebagai berikut :
CR = CI / RI
Dimana : CR = rasio konsistensi
CI = indeks konsistensi
RI = indeks random
2.12 Program Expert Choice
Untuk memudahkan pengolahan data pada proses analytic hierarcy process maka digunakan software expert choice.
Expert Choice merupakan suatu software yang dipakai untuk melakukan pembobotan berdasarkan metode analytic hierarchy process, dalam penelitian tugas akhir ini pembobotan dilakukan dengan menggunakan expert choice agar proses pembobotan yang dilakukan lebih cepat.
Keuntungan dengan menggunakan software ini adalah :
1. Proses pembobotan dapat dilakukan dengan cepat dari pada dengan proses manual.
2. Nilai dari responden yang tidak konsisten bisa dicari sehingga hanya perlu meminta pertimbangan lagi kepada responden untuk nilai-nilai yang tidak
konsisten tadi.
2.13 Skala Servqual
Konsep Servqual disini digunakan untuk melakukan penelitian terhadap tingkat fleksibilitas Supply Chain dari perusahaan yang diteliti, kemampuan dari SupplyChain perusahaan untuk fleksibilitas diidentikkan dengan persepsi, sedangkan kebutuhan dari Supply Chain perusahaan untuk Fleksibel diidentikkan dengan harapan skala yang digunakan adalah Skala Likert yaitu 1-5. nilai Gap didapatkan dengan mengurangi nilai kebutuhan dengan nilai kemampuan. Gap yang didapatkan akan dikalikan dengan bobot yang berasal dari
Gap terbobot suatu criteria, semakin besar nilai Gap terbobot suatu kriteria, berarti semakin perlu dilakukan perbaikan terhadap kriteria tersebut.
2.14 Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri – ciri atau keadaan
tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua cara dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan
menggunakan sampel yang mewakilinya.
Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmat (1998:82) sebagai berikut:
1 . 2+
=
d
NN n
Dimana: n=Jumlah sampel N=Jumlah populasi
d
2 =Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan2.15 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu perlu dijadikan referensi oleh peneliti, seperti
pada Tugas Akhir yang berikut ini:
1. Eunike, Agustina. Analisis Terhadap Fleksibilitas Suatu Supply Chain (StudiKasus PT. Philips Ralin Electronics Surabaya), Tugas Akhir Teknik
a. Permasalahan : mengenai cara untuk mengukur fleksibilitas supply chain di PT. Philips Ralin Electronics
b. Hasil penelitian :
1. Dari evaluasi bobot yang diberikan oleh pihak manajemen terhadap dimensi dan parameter-parameternya, dimensi delivery system dan production system memiliki prioritas yang lebih besar bagi supply chain Philips, yaitu masing-masing dengan bobot yang sama, sebesar 30.9%,
supplier system diberi bobot 24.10%, dan terakhir product design dengan bobot 14.2%
2. Kemampuan dari supply chain Philips 87.5% masih dibawah kebutuhan
yang ada, hanya 8.33% saja yang berada pada kondisi ideal, dan 4.17% yang mampu melebihi kebutuhan yang ada. Berdasarkan evaluasi yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa untuk dapat mencapai tingkat fleksibilitas yang diinginkan terdapat 37.5% (9 dari 24) parameter fleksibilitas yang memerlukan prioritas untuk ditingkatkan. Dari
kesembilan parameter tersebut 44.4% berasal dari dimensi supplier system, ditambah 11.11% berasal dari product design namun juga berhubungan dengan kemampuan supplier. Ini berarti 50% dari parameter tersebut berhubungan dengan kemampuan supplier.
tingkat fleksibilitas menjadi kurang optimal akibat rendahnya fleksibilitas yang dimiliki oleh pihak supplier. Hal ini nampak pada
angka fleksibilitas masing-masing dimensi tersebut, yaitu delivery system 79.77%, production system 79.67%, product design 73.70%, dan paling rendah adalah supplier system dengan tingkat fleksibilitas 65.38%. penyebaran nilai tingkat fleksibilitas yang merata menunjukkan kemampuan yang hampir sama pada masing-masing dimensi bila
dibandingkan dengan kebutuhan yang ada, namun berbeda dengan kondisi dari supplier system, tingkat fleksibilitas yang dimiliki rendah, dan hal ini berpengaruh pada fleksibilitas supply chain secara keseluruhan.
2. Aprillianti, Susan. Penilaian Fleksibilitas Supply Chain (Studi Kasus PT.
Philips Ralin Electronics Surabaya), Tugas Akhir Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2003.
a. Permasalahan : mengenai penilaian fleksibilitas supply chain di PT. Philips Ralin Electronics dengan menggunakan model yang relatif mudah
b. Hasil penelitian :
1. Perlu adanya penilaian terhadap fleksibilitas supply chain agar PT. Philips Ralin Electronics mengetahui level fleksibilitas supply chain perusahaan saat ini
3. Sucipto, Wawan. Pengukuran Dan Analisis Fleksibilitas Supply Chain Pada Divisi General Engineering PT. PAL INDONESIA, Skripsi Teknik Industri
UPN “Veteran” Surabaya, 2005.
a. Permasalahan : bagaimana pengukuran fleksibilitas suatu supply chain pada Divisi General Engineering PT. PAL Indonesia dan apakah hasil
pengukuran terhadap fleksibilitas supply chain tersebut dapat digunakan untuk mengakomodasi Perubahan-perubahan yang dihadapinya.
b. Hasil penelitian :
1.Tingkat Fleksibilitas Supply Chain pada Divisi General Engineering PT. PAL Indonesia masih cukup fleksibel dari masing – masing dimensi dan
parameternya sebesar 70,35% sedangkan tingkat Fleksibilitas Supply Chain Dimensi Utama secara berurutan adalah Product Design 77,5%, Delivery System 72,20%, Production System 65,90% dan Supplier System 65,80%.
2.Tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Supplier System tertinggi adalah Lead time suplier 91,7% dan yang terendah adalah Kemudahan menjalankan sistem penjadwalan 60,80%. Untuk tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi
Product Design tertinggi adalah Menghasilkan desain berkulitas dengan cepat 85% dan terendah adalah Kemampuan mengkonfirmasikan suplier untuk menyediakan bahan baku pendukung produk baru 72,10%. Untuk
tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Production System yang tertinggi adalah Perbaikan mesin yang rusak dengan cepat 72,70%, sedangkan