• Tidak ada hasil yang ditemukan

Supply Chain Management

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Supply Chain Management"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ITS101

Supply Chain Management

Transkrip

Minggu 1: Definition and Scope of Supply Chain Management

Video 1: Perkenalan Dosen

Video 2: Sekilas tentang Kursus Supply Chain Management Video 3: Apa Itu Supply Chain Management

Video 4: Supply Chain Management dan Daya Saing - Part 1 Video 5: Supply Chain Management dan Daya Saing – Part 2 Video 6: Proses-proses Supply Chain Management

Video 7: Kolaborasi Pada Supply Chain Management Video 8: Tantangan Supply Chain Management – Part 1 Video 9: Tantangan Supply Chain Management – Part 2

Video 1: Perkenalan Dosen

Siswa IndonesiaX, selamat datang di kursus saya tentang Supply Chain Management. Saya, Nyoman Pujawan, guru besar di bidang Supply Chain Management Engineering dari ITS, akan bersama Anda selama empat minggu ke depan. Saya sangat menyukai pembahasan tentang Supply Chain Mangement. Saya sudah belajar tentang Supply Chain Management sejak saya kuliah, walaupun dengan nama yang berbeda saat itu. Saya melakukan banyak riset yang terkait dengan Supply Chain Management dan Logistik. Saya menulis buku tentang Supply Chain Mangement. Saya juga punya sekitar 30 artikel dalam jurnal internasional yang membahas berbagai aspek yang terkait dengan Supply Chain Management.

Supply Chain Management adalah ilmu yang sangat penting. Bisa diterapkan oleh berbagai macam perusahaan untuk menciptakan daya saing mereka di pasar. Hampir tidak ada perusahaan yang memproduksi produk dan mengirimkan produk itu ke pasar akan bisa lepas dari praktik-praktik Supply Chain Management. Apalagi, jika kita bicara tentang konteks Indonesia, di mana kita berada di negara kepulauan yang biaya logistiknya relatif masih sangat mahal dengan infrastruktur yang tidak terlalu bagus. Maka, cara mengelola Supply Chain Management dan Logistik yang sangat baik sangat diperlukan apabila kita ingin bersaing di pasar.

Selama empat minggu ke depan, saya akan mengajak Anda untuk membahas berbagai aspek tentang Supply Chain Mangement. Setiap minggu Anda akan mendengarkan video yang berdurasi total sekitar 50 menit sampai satu jam yang terbagi dalam beberapa sesi. Setiap minggu Anda bisa mengikuti tes dan di akhir kursus akan ada tes akhir yang perlu Anda ikuti untuk mendapatkan sertifikat jika Anda menginginkannya.

Silakan baca instruksi dan Course Outline yang tersedia di website. Saya tunggu partisipasi Anda dalam kuliah selama empat minggu ke depan. Sampai jumpa.

Video 2: Sekilas tentang Kursus Supply Chain Management

(2)

ITS101

Siswa IndonesiaX, selamat datang di kursus saya tentang Supply Chain Management. Di mana pun Anda berada, semoga Anda dalam keadaan sehat walafiat. Saya akan mengajak Anda selama empat minggu ke depan untuk mempelajari sesuatu yang sangat menarik yang mungkin sudah Anda tunggu-tunggu sejak cukup lama, yaitu, bagaimana perusahaan-perusahaan mengelola bisnisnya, mengantarkan produk dari hulu sampai ke hilir, yaitu, bagaimana produk itu mengalir dari pabrik sampai ke distributor kemudian sampai ke toko yang melibatkan, tentu saja, proses transportasi dan penyimpanan.

Dalam empat minggu ke depan, ada empat bahasan atau pokok yang akan kita bicarakan. Di minggu pertama, kita akan mempelajari bagaimana atau apa yang disebut Supply Chain Management dan kenapa Supply Chain Management ini penting bagi perusahaan.

Di minggu kedua, kita akan mempelajari apa yang kita sebut sebagai Supply Chain Strategy, yaitu bagaimana perusahaan memilih strategi yang tepat dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan supaya produk bisa tepat waktu sampai ke pelanggan dengan kualitas yang bagus, tidak terlambat dan lain sebagainya. Pada minggu ketiga, kita akan masuk ke pembahasan yang kita sebut sebagai Demand Management.

Demand Management, pada prinsipnya, adalah bagaimana perusahaan itu mengelola permintaan supaya pola permintaan yang dihadapi perusahaan atau yang diterima oleh perusahaan adalah permintaan yang lebih stabil, yang lebih mudah dipenuhi dengan cost yang lebih rendah. Dan, pada minggu keempat, kita akan mempelajari apa yang kita sebut sebagai Physical Distribution.

Physical Distribution, pada hakekatnya, adalah bagaimana produk itu secara fisik mengalir dari pabrik sampai ke toko. Jadi, ada beberapa tahapan yang akan dilalui di sana. Mulai dari pabrik yang mengirimkan produk itu ke distributor, distributor mungkin akan menyimpan selama beberapa waktu di gudang, kemudian gudang akan mendistribusikannya sampai ke toko. Empat bahasan itu yang akan kita diskusikan selama empat minggu.

Bagi Anda yang mengikuti kuliah-kuliah ini atau kursus ini, Anda diharapkan akan bisa memiliki dua hal nantinya. Yang pertama, Anda diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami konsep-konsep dari Supply Chain Management ini serta metode-metode atau teknik-teknik yang ada di dalamnya, dan yang kedua, terutama bagi Anda yang sudah bekerja, diharapkan bisa menggunakan sebagian dari tools atau teknik yang Anda pelajari untuk melakukan perbaikan di dalam perusahaan Anda, untuk menciptakan flow dari barang yang lebih efisien dari hulu sampai ke hilir. Kita akan pelajari satu per satu. Sebentar lagi, kita akan masuk ke modul yang pertama.

Video 3: Apa Itu Supply Chain Management

Kita akan masuk ke bahasan yang pertama tentang Apa Itu Supply Chain Management? Ada dua kata yang sangat penting dalam Supply Chain Management ini, yang pertama adalah supply, yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai pasokan, yang kedua adalah chain, yang dalam Bahasa Indonesia kita kenal sebagai rantai.

Jadi, rantai pasokan. Rantai pasokan apa? Ini adalah rantai pasokan barang, di mana barang itu mengalir dari hulu sampai ke hilir sebagai sebuah rantai, mengikuti sejumlah pelaku atau sejumlah pihak. Seperti yang tadi saya katakan, ada pabrik di hulu yang memproduksi. Di

(3)

ITS101

hulunya lagi, ada supplier yang memasok material. Kemudian, pabrik akan mengirimkan produk itu ke distributor.

Mungkin distributor akan mengirimkan ke wholesaler, kemudian wholesaler akan mengirimkan produk itu ke toko. Jadi, ada sejumlah pemain atau sejumlah organisasi yang terlibat dalam supply chain dan masing-masing organisasi ini mungkin beroperasi di tempat yang berbeda-beda, bahkan, di negara yang berbeda-beda.

Jadi, supply chain bisa menjadi sangat kompleks, melewati batas-batas negara, bahkan, batas-batas benua, panjangnya bisa sangat panjang, beribu-ribu mil, sehingga mengelola supply chain membutuhkan satu metode, satu kecermatan dan dibutuhkan kerja sama yang baik antara satu pelaku dengan pelaku yang lainnya.

Ambil saja contoh, jika kita bicara soal pakaian yang kita gunakan atau kita bicara soal makanan yang kita makan sehari-hari atau apa saja yang ada di sekitar kita, seperti jam tangan, komputer yang kita gunakan, handphone. Semua itu sebetulnya melalui proses panjang ini, melalui supply chain. Perusahaan mana pun yang bisa mengelola supply chain dengan baik, mereka akan kompetitif di pasar, mereka akan menang di dalam persaingan. Sebetulnya jika kita bicara, contohnya, kita bicara soal garment atau pakaian yang kita gunakan. Yang pertama, ada pihak-pihak yang bertugas untuk memproduksi barang baku. Mereka menyiapkan benang dan lain sebagainya. Di stage kedua, ada perusahaan yang memproduksi benang itu menjadi kain, yaitu perusahaan-perusahaan tekstil.

Di fase ketiga, ada perusahaan garment yang mengubah tekstil menjadi pakaian. Kemudian, setelah menjadi pakaian akan didistribusikan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki brand, yaitu brand owner, bisa jadi, ini adalah global brand owner yang akan menjual produknya di negara-negara mana pun mereka beroperasi. Bisa saja produk itu diproduksi di Indonesia, kemudian dipasarkan di Eropa atau di Amerika melalui jaringan toko atau jaringan retail.

Saudara sekalian, pemirsa IndonesiaX, sebetulnya yang kita kelola dalam supply chain bukan hanya aliran barang. Dari tadi saya katakan, itu adalah flow fisik dari hulu sampai ke hilir. Tapi, sebetulnya ada tiga hal yang mengalir. Di samping barang, supply chain juga mengelola aliran informasi.

Lalu satu hal lagi, supply chain juga mengelola aliran uang. Yang sangat penting di antara tiga hal ini, yang ingin saya garis bawahi adalah aliran informasi. Supply chain yang bagus, dewasa ini, sangat bergantung bagaimana mereka mengelola aliran informasi. Mereka yang bisa mengirim dengan lebih cepat, yang memiliki on time delivery lebih tinggi, saya lihat semua adalah perusahaan-perusahaan yang mampu menangangi flow informasi dengan baik. Saya akan beri contoh tentang apa itu flow informasi. Jika saya bekerja di pabrik dan bisa memantau perkembangan penjualan dari toko, dan tahu berapa stok yang tersisa di toko, maka saya bisa meramalkan kebutuhan ke depan dengan lebih akurat, saya bisa menentukan berapa barang yang akan dikirim ke toko dan saya bisa menentukan berapa yang harus saya produksi hari ini, misalnya.

Begitu juga, jika saya bekerja di pabrik, saya juga membutuhkan informasi flow material dari supplier. JIka saya tahu status order saya sudah sampai di mana sekarang, apakah ada

(4)

ITS101

kemungkinan akan terlambat atau on time, itu akan sangat membantu saya yang bekerja di pabrik untuk membuat keputusan.

Jadi, syarat kunci di dalam supply chain adalah how to manage information. Pergerakan barang sepenuhnya diatur oleh informasi. Jadi, objective dari supply chain untuk mengirimkan value kepada pelanggan sangat bergantung pada how to manage information.

Video 4: Supply Chain Management dan Daya Saing – Part 1

Siswa IndonesiaX, selamat jumpa kembali. Pada saat ini, kita akan membahas kenapa supply chain itu penting untuk menciptakan daya saing perusahaan. Kenapa perusahaan harus mengimplementasikan supply chain management untuk membuat produk menjadi available dengan lebih tepat waktu di pasar dengan harga yang lebih kompetitif, dengan harga yang tetap bagus di pasar.

Jadi, jika kita bicara soal daya saing, sebenarnya kuncinya adalah produk itu available at the right place, in the right quantity, juga pada waktu yang tepat.

At least, tiga hal tersebut harus dipenuhi. Kenapa supply chain ini menjadi sangat penting? Karena seperti yang kita bahas dari awal, supply chain inilah yang sebetulnya membuat produk, memproduksi barang, di mana cost akan banyak terlibat di sana, quality juga akan diciptakan atau dijaga di situ.

Kemudian, kecepatan juga menjadi unsur yang penting. Jadi, jika produksi bisa dilakukan dengan cycle time yang lebih pendek akan menciptakan kecepatan yang lebih baik. Jika kualitasnya bisa lebih bagus, itu akan membuat quality competitiveness di pasar.

Demikian juga, di fase lain dari supply chain jika kita bicara tentang distribusi atau bicara tentang penyimpanan. Quality, kecepatan maupun on time delivery, semua itu juga dipengaruhi oleh bagaimana kita mengelola proses-proses fisik, mengelola proses-proses yang ada di lapangan, mendistribusikan barang itu sampai ke toko sehingga di toko barang tersebut tersedia sesuai apa yang diinginkan oleh pelanggan.

Saya akan mengilustrasikan, ada satu studi yang rutin dilakukan atau sebuah kajian yang rutin dilakukan oleh Gartner. Gartner adalah sebuah consulting company yang setiap tahun mencoba membuat ranking perusahaan-perusahaan yang dianggap memiliki praktik supply chain management yang bagus.

Di sana ada, misalnya kita lihat hasil dari 2014, di enam urutan pertama ada Apple, ada McDonald, ada Amazon yang menjual buku dan lain sebagainya secara online, ada Unilever, ada P&G, ada Samsung Electronic dan beberapa list lain di bawahnya, ada 25 perusahaan, jadi, enam perusahaan yang saya sebutkan adalah enam perusahaan teratas.

Pertanyaannya, atas dasar apa Gartner mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan ini sebagai perusahaan-perusahaan yang praktik supply chain management-nya bagus. Ada dua aspek penilaian.

(5)

ITS101

Yang pertama adalah penilaian kualitatif yang merupakan judgement dari para expert. Mereka menggunakan keahlian internal dan eksternal mereka. Para expert ini ditanya perusahaan-perusahaan mana yang kira-kira memiliki supply chain management yang bagus. Jadi, mereka memberikan judgement.

Kira-kira 50% dari skor berasal dari qualitative judgment dari para expert. Lalu 50% lainnya berasal dari kinerja yang bisa diukur secara kuantitatif, yang ada angkanya. Tiga angka atau performance kuantitatif yang digunakan, yang pertama adalah turnover ratio dari inventory. Turnover ratio dari inventory ini mengukur kecepatan perputaran barang. Seberapa cepat barang itu bisa berputar atau mengalir dari inventory, kemudian berubah menjadi sales, menjadi penjualan.

Jika ada perusahaan yang memiliki banyak inventory, tapi penjualannya sedikit, maka turnover ratio-nya akan rendah. Sebaliknya, jika kita menyimpan persediaan sedikit, tapi bisa menghasilkan revenue yang besar, berarti turnover ratio-nya tinggi. Semakin tinggi turnover ratio, berarti semakin bagus kinerja supply chain perusahaan itu. Karena intinya, supply chain ini adalah mengelola aliran dari produk. Itu kinerja pertama yang diukur. Kinerja kedua yang diukur adalah return on asset.

Supply chain yang bagus, artinya yang memiliki asset kecil, tapi menghasilkan revenue yang besar. Supply chain punya berbagai macam asset. Ada pabrik yang mungkin investasinya besar di situ, ada mesin-mesin di dalamnya, ada bangunan dan lain sebagainya sehingga asset value-nya besar. Kemudian, mungkin ada kapal di situ jika perusahaan memiliki kapal, ada pesawat kargo, mungkin ada truk dan lain sebagainya.

Semua itu adalah asset. Jika kita punya asset yang nilainya besar, tetapi revenue-nya kecil, berarti return on asset-nya rendah. Kita ingin hal sebaliknya terjadi. Supply chain ingin punya revenue besar walaupun assetnya tidak terlalu besar. Itu hal kedua yang dilihat oleh Gartner. Yang ketiga adalah pertumbuhan revenue.

Prinsipnya begini, kenapa ini juga penting bagi supply chain? Jika supply chain kita bagus, artinya produk itu selalu ada, inovasi yang kita buat terkirim secara tepat waktu sehingga akan menciptakan sales yang lebih tinggi.

Ketika demand lebih tinggi, permintaan lebih tinggi, pertanyaannya, mampukah kita mengirim barang lebih banyak sesuai dengan permintaan tadi? Mampukah kita memproduksi lebih banyak sesuai dengan permintaan tadi? Jadi, kemampuan perusahaan untuk mengikuti ritme pasar yang meningkat ini, mengirimkan produk sesuai dengan permintaan pasar yang meningkat dari tahun ke tahun, itu adalah capability yang sangat penting yang harus dimiliki oleh suppy chain.

Seringkali kita lihat, perusahaan memiliki permintaan naik, tetapi mereka tidak memiliki cukup armada transport untuk mengirim, misalnya. Jadi, mereka tak mampu menunjang revenue growth. Saya mau tunjukkan, slide yang saya tunjukkan tadi atau ilustrasi yang saya tunjukkan tadi menunjukkan betapa pentingnya supply chain management untuk menciptakan daya saing bagi perusahaan.

Video 5: Supply Chain Management dan Daya Saing – Part 2

(6)

ITS101

Hal kedua yang juga sangat terkait adalah apa ciri-ciri dari perusahaan yang memiliki supply chain management yang bagus. Jika mengikuti konsep dari Supply Chain Council, Supply Chain Council punya satu metodologi yang disebut sebagai SCOR. SCOR singkatan dari Suply Chain Operation Reference.

Mereka mendefinisikan ada lima aspek yang penting dimiliki oleh supply chain agar supply chain berjalan dengan baik. Yang pertama adalah Reliability. Reliability artinya, dalam Bahasa Indonesia, adalah kehandalan. Handal.

Supply chain perlu handal. Handal artinya apa? Barang yang kita produksi, barang yang kita kirim ke pelaggan, spesifikasinya sesuai dengan quality yang diminta oleh pelanggan. Jadi, itu adalah kemampuan kita menciptakan kualitas sesuai dengan harapan pelanggan. Itu yang pertama. Yaitu, menunjukkan reliability.

Jadi, produk kita tidak terlalu jauh terdeviasi bahkan mungkin sama sekali tidak terdeviasi dari apa yang diinginkan oleh pelanggan secara teknis, secara kualitas. Kemudian, reliability juga mencerminkan kemampuan kita untuk mengirimkan barang secara on time. Jadi, kita bisa memenuhi harapan waktu. Jika kita bilang akan mengirim dalam dua minggu, kita akan lakukan dalam dua minggu.

Jika kita bilang dua hari, kita selesaikan dalam dua hari. Jadi, kita punya promised date dan actual delivery date. Seberapa jauh deviasi antara actual delivery date dengan promised date menunjukkan reliability kita dari sisi waktu. Supply chain sangat penting untuk menjaga supaya janji waktu kita bisa dipenuhi oleh actual delivery kita.

Itu yang pertama, reliability. Yang kedua adalah responsiveness, artinya, kecepatan. Responsiveness itu mengukur kecepatan. Customer responsiveness artinya kita mampu memenuhi order dari pelanggan dengan lebih cepat.

Jika tahun lalu, pagi kita terima order, mungkin baru lusa kita bisa deliver barangnya, berarti order cycle time kita dua hari. Bagaimana supaya tahun ini order cycle time turun menjadi satu hari misalnya? Pagi kita terima ordernya, besok pagi kita sudah deliver barangnya. Ini adalah order responsiveness.

Kecepatan kita di dalam memenuhi order dari pelanggan. Semakin cepat tentu saja semakin baik. Jika competitor kita bisa dua hari, apa kita bisa dua hari atau kurang dari itu? Itu menunjukkan responsiveness, dimensi yang kedua. Yang ketiga yang juga penting adalah agility. Agility adalah ukuran kemampuan kita untuk bisa fleksibel dan adaptif. Kita tahu bahwa supply chain itu tidak berada di ruang-ruang kosong.

Ruang yang tidak dipengaruhi oleh faktor luar karena pada intinya supply chain itu berada di dunia nyata yang mana perubahan lingkungan akan selalu terjadi. Demand yang tiba-tiba naik, misalnya. Demand juga tiba-tiba bisa turun. Jadi, permintaan bisa naik, bisa turun. Sekarang, pertanyaannya, mampukah kita sebagai anggota-anggota supply chain ini bisa menyesuaikan dengan perubahan yang ada di lapangan.

Jadi, ketika demand kita naik, kita bisa deliver lebih tinggi, produksi kita bisa meningkat. Jika misalnya demand turun, apa kita bisa menyesuaikan diri namun dengan tetap sustainable secara bisnis.

(7)

ITS101

Ini penting sekali. Ada beberapa perusahaan mungkin menaik-turunkan kapasitas sangat sulit, tapi ada perusahaan yang menaik-turunkan kapasitas produksi relatif mudah. Ini adalah ukuran seberapa agile kita, seberapa fleksibel kita dalam merespon perubahan yang terjadi di lapangan. Itu yang ketiga. Yang keempat, supply chain management yang bagus juga dicirikan oleh proses efisiensi.

Apa artinya? Proses kita dalam membeli material, proses kita dalam memproduksi barang, proses kita dalam mengirim barang, sedapat mungkin cost-nya dibuat rendah. Bagaimana kita menekan biaya ini? Proses kita supaya efisien. Ini penting sekali karena, tentu saja, apa pun barang yang kita jual, walaupun mungkin cost tidak selalu menjadi pertimbangan utama, tapi cost selalu penting.

Walaupun bukan kriteria pertama, tapi mungkin menjadi kriteria kedua bagi pelanggan untuk membeli produk kita. Jadi, bagaimana kita menunjang daya saing harga ini di pasar melalui proses yang efisien di sepanjang supply chain itu adalah kemampuan yang sangat penting bagi supply chain. Dan, yang terakhir adalah asset productivity. Tadi saya sudah katakan bahwa supply chain itu mengelola asset.

Ada pabrik, ada mesin produksi yang ada di dalam pabrik itu, ada bangunan, ada forklift yang mungkin ada di dalam gudang yang merupakan asset, ada kapal, ada truk, dan berbagai alat transportasi yang lainnya. Ini adalah asset. Bagaimana kita bisa menghasilkan revenue yang lebih besar dengan asset yang relatif lebih kecil? Ini merupakan ukuran yang juga sangat penting supaya asset kita produktif menghasilkan revenue.

Itu lima hal. Dari lima hal itu sebetulnya jika kita klasifikasikan, ada yang mencerminkan kepentingan customer. Ada tiga macam, yaitu reliability, responsiveness dan agility yang mencerminkan kepentingan pelanggan. Artinya, pelanggan ingin mereka bisa mendapatkan barang sesuai dengan janji dari sisi waktu dan kualitas. Kemudian, mereka ingin kecepatan yang lebih tinggi.

Mereka ingin kita bisa merespon perubahan. Itulah sifat pelanggan. Namun di sisi lain, kita tak mau merespon semua itu dengan cost yang terlalu tinggi, utilisasi asset kita akhirnya rendah dan lain sebagainya.

Sehingga dari sisi perusahaan yang mengelola supply chain ini, mereka ingin bisa mengirimkan apa yang diinginkan oleh pelanggan, tetapi dengan proses yang efisien, artinya dengan cost yang rendah, dan asset yang dimiliki menjadi produktif.

Jadi, dua hal itu yang saya kira cukup penting sehingga jika kita simpulkan, sebetulnya sangat penting bagi perusahaan untuk memuaskan pelanggan, artinya untuk deliver value kepada pelanggan dengan baik, tetapi di sisi lain kita tetap efisien, tetap bisa menjaga proses kita tetap acceptable dari sisi asset productivity and process efficiency.

Satu lagi, saya ingin menunjukkan, ada satu studi yang juga cukup menarik, kaitannya dengan daya saing dari perusahaan, jadi, ada studi yang dilakukan oleh kolega dari Amerika, yang mencoba mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan yang dianggap sebagai best in class dengan perusahaan-perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan yang berada sedikit di bawahnya. Comparable company.

(8)

ITS101

Jadi, perusahaan-perusahaan yang selama ini dipersepsikan oleh publik sebagai perusahaan yang kinerjanya sedikit di bawah ini diklasifikasikan kemudian dilihat kinerja-kinerja finansialnya.

Yang sangat menarik yang ingin saya highlight di sini adalah ada satu temuan dari sisi besaran gross profit yang bisa dicapai oleh dua kategori perusahaan ini. Yang menarik ternyata, jika kita lihat gross profit-nya, ternyata comparable company yang dianggap sedikit lebih di bawah itu, gross profit-nya lebih tinggi dibandingkan dengan top class company.

Jadi, sekitar 45% untuk comparable company, sekitar 40% untuk top company. Namun yang kita lihat juga sangat menarik itu, bahkan lebih penting dari yang sebelumnya, adalah net margin karena sebetulnya yang penting adalah net margin.

Walaupun perusahaan-perusahaan comparable company ini bisa mencapai gross margin yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan top company, ternyata menyisakan net margin yang lebih rendah. Yaitu, kira-kira 7% untuk comparable company dan 10% untuk top company.

Apa artinya? Artinya, walaupun kita menghasilkan revenue yang besar, tetapi jika masih ada cost yang tinggi untuk administrasi, untuk supply chain, yang terkait di dalamnya adalah untuk cost of capital dari barang yang ada di inventory dan lain sebagainya, tentu akhirnya hal ini akan menyebabkan kinerja finansial kita akan lebih rendah.

Jadi, sangat penting bagi perusahaan, sebagai kesimpulan dari yang kita lihat di sini adalah memiliki proses-proses supply chain yang efisien supaya financial performance kita juga bagus.

Video 6: Proses-proses Supply Chain Management

Siswa IndonesiaX, kita berjumpa kembali dalam kursus Supply Chain Management ini. Pada saat ini, kita akan membahas tentang proses-proses yang ada di sepanjang supply chain. Ada beberapa versi yang bisa kita lihat yang mendefinisikan proses-proses di sepanjang supply chain ini.

Namun, saya akan menggunakan satu pendekatan yang dibuat oleh yang disebut sebagai Supply Chain Council, mengikuti definisi apa yang mereka sebut sebagai SCOR, yaitu Supply Chain Operation Reference. Di situ ada lima proses utama yang dikategorikan di dalam supply chain.

Yang pertama adalah proses planning. Yaitu proses perencanaan. Jadi, supply chain ini sebetulnya harus dibuat atau dieksekusi berdasarkan rencana karena kita lihat bahwa supply chain ini kompleks, melibatkan material yang banyak, kemudian nanti produknya akan didistribusikan ke banyak lokasi, ke banyak tempat, maka, harus ada perencanaan yang baik. Jadi, ada perencanaan produksi, perencanaan pengiriman, perecanaan pembelian material dan lain sebagainya. Planning adalah proses atau aktivitas yang sangat penting dalam supply chain.

Yang kedua, ada proses yang disebut sebagai procurement atau sourcing. Yaitu, proses yang terkait dengan bagaimana bahan baku itu diperoleh atau input yang digunakan di dalam

(9)

ITS101

perusahaan kita. Bagaimana cara memperolehnya dan dari mana diperolehnya dengan harga berapa dan lain sebagainya.

Yang ketiga, tentu saja yang juga merupakan inti, adalah proses produksi. Bagaimana barang itu dibuat? Mulai dari bahan baku, barangkali mungkin menjadi barang setengah jadi lebih dulu, kemudian menjadi finish product.

Itulah proses produksi. Kemudian, berikutnya adalah proses distribusi yaitu bagaimana barang itu dialirkan atau dikirim dari pabrik sampai ke pelanggan. Dan, yang terakhir, yang juga menarik dan juga penting dalam supply chain adalah bagaimana return dari produk itu ditangani.

Jadi, produk yang kembali dari end-customer atau produk yang kembali dari toko dengan berbagai alasan itu juga harus kita kelola dengan baik. Ada juga yang mengklasifikasikan bahwa proses-proses dalam supply chain itu menjadi dua, yaitu proses yang disebut sebagai physical process, seperti proses produksi, proses pengiriman, proses penyimpanan dan lain sebagainya. Yang satu lagi adalah proses yang disebut sebagai market mediation.

Bagi saya atau bagi Anda semua, barangkali hal pertama bukan sesuatu yang baru karena dari tadi kita sudah bicara bahwa supply chain management itu terkait dengan bagaimana barang itu mengalir dari hulu sampai ke hilir. Namun, yang juga sangat penting sebetulnya adalah bagaimana memastikan bahwa apa yang kita produksi, apa yang kita simpan dan apa yang kita kirim itu terkait dengan ramalan permintaan atau terkait dengan demand yang ada di pelanggan.

Jadi, jika kita lihat di situ ada dua klasifikasi proses dan fokus dari tiap perusahaan ini tidak sama. Ada perusahaan yang sangat fokus pada physical process, tetapi tidak banyak melakukan market mediation process. Ambil saja contoh jika kita bicara soal semen atau bicara soal air mineral atau garam.

Produk-produk ini sangat didominasi oleh proses fisik, tetapi hampir tidak ada atau sangat sedikit aktivitas yang terkait dengan mediasi pasar. Anda tidak pernah lihat, misalnya, ada iklan garam di televisi atau iklan garam di surat kabar, tetapi hampir setiap minggu, Anda akan melihat ada iklan tentang ponsel baru, tentang produk-produk baru lainnya yang sangat inovatif.

Jadi, ada pabrik atau ada produk yang sangat dominan mengerjakan proses-proses fisik, tetapi relatif tidak mengerjakan market mediation. Namun, ada juga perusahaan atau produk yang aktivitas mediasi pasarnya cukup besar atau cukup intens, terutama produk-produk yang dikategorikan sebagai produk inovatif yang memiliki life cycle pendek yang memiliki banyak sekali peluncuran produk baru dari waktu ke waktu.

Video 7: Kolaborasi Pada Supply Chain Management

Siswa IndonesiaX, kita berjumpa kembali dalam kursus Supply Chain Management ini. Tadi kita sudah membahas beberapa hal pada video-video sebelumnya. Sekarang kita akan mempelajari lebih jauh. Ada prinsip yang sangat penting dalam supply chain management, yaitu kolaborasi.

(10)

ITS101

Kolaborasi yang artinya, kurang lebih, adalah kerja sama dalam Bahasa Indonesia. Ini sebetulnya adalah fondasi yang sangat penting yang membedakan bagaimana perusahaan zaman dulu mengelola supply chain-nya dengan pengelolaan supply chain di era modern ini. Saya berikan ilustrasi yang pertama. Jika kita bicara pada proses-proses supply chain yang terjadi di perusahaan yang sifatnya tradisional, maka, fungsi satu dengan fungsi yang lainnya sangat kuat, berdiri sendiri-sendiri, dipisahkan tembok penghambat atau tembok-tembok penghalang yang sangat kuat. Artinya, kolaborasi antar fungsinya sangat rendah. Jadi, banyak orang yang mengatakan itu sebagai Silo Model.

Kita seperti berada di dalam silo. Jika kita berada di dalam silo, berarti kita tidak tahu apa yang terjadi di dunia luar. Kita akan sangat terisolasi. Informasi yang kita miliki tidak akan bisa dibaca atau tidak akan bisa diketahui oleh orang lain. Bagian distribusi mengerjakan pekerjaannya sendiri, dengan datanya sendiri, dengan tujuannya sendiri.

Bagian sales juga begitu. Mereka punya objective sendiri, punya KPI sendiri yang jika itu tercapai belum tentu akan membuat bagian atau fungsi lain akan lebih baik. Bagian production juga begitu. Bagian material control juga demikian. Dan, bagian purchasing juga berdiri sendiri.

Yang dari dulu sampai sekarang sangat terkenal adalah bagaimana orang sales dan orang operation memiliki conflict of interest yang berbeda-beda dan dalam tradisional supply chain, conflict of interest yang berbeda-beda itu cukup terpelihara dan menyebabkan inefficiency di dalam perusahaan.

Sales tugasnya adalah menjual barang. Artinya, semakin banyak barang yang dijual, kinerjanya akan semakin baik. Volume atau nilai penjualannya akan menentukan apakah orang sales akan dapat bonus atau tidak.

Kemudian, jika misalnya ada dinamika pasar, ada market yang berubah, naik atau turun, atau ada customer order yang direvisi atau ada permintaan tambahan kiriman dan lain sebagainya, orang sales sedapat mungkin akan memenuhi kebutuhan atau permintaan pelanggan itu. Artinya, akan banyak terjadi perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh orang sales untuk bisa memenuhi apa yang diminta oleh customer terhadap apa yang terjadi secara internal. Orang operation, yang dalam hal ini paling banyak, barangkali, mewakili atau diwakili oleh kepentingan orang produksi punya interest yang berbeda. Orang production atau orang operation ingin agar proses produksinya atau operation process-nya efisien. Jika kita ingin efisien, sedapat mungkin perubahan yang terjadi itu sedikit.

Jika misalnya sekarang ada customer order minta produk A sepuluh buah, kemudian besok direvisi menjadi produk B 12 buah, tentu, orang sales mungkin akan berupaya untuk mengatakan ya kepada pelanggan, tetapi orang produksi dengan perubahan itu mungkin karena materi yang sudah disiapkan, sistem produksi atau fasilitas produksi sudah disiapkan untuk memproduksi A, maka, ketika menjadi perubahan ke produk B, ada banyak cost yang akan terjadi di situ.

Mesin harus di set-up ulang, mungkin material yang berbeda akan dibutuhkan sehingga di situ akan terjadi apa yang disebut sebagai conflict of interest antara orang operation dan orang sales.

(11)

ITS101

Oleh karena itu, maka karena conflict of interest ini sebetulnya costly, banyak menimbulkan biaya, banyak menimbulkan inefficiency karena masing-masing punya ego sendiri-sendiri, maka, sekarang ada konsep baru yang dikenal dengan Sales and Operation Planning atau yang disebut sebagai S & OP.

Singkatannya adalah S & OP. Ada kata “and” agar tidak tertukar dengan SOP. Sales and Operation Planning, seperti maknanya, atau seperti kata yang tertulis di situ sebetulnya menjembatani kepentingan antara sales dan operation.

Bagaimana supaya conflict of interest yang tadi bisa dijembatani melalui kolaborasi yang lebih baik di antara dua divisi ini? Supaya apa yang dijual oleh orang sales dan apa yang diproduksi oleh orang production memang betul-betul ingin memaksimalkan benefit bagi perusahaan, bukan untuk menciptakan benefit bagi fungsinya masing-masing.

Jadi, sales and operation planning ini adalah sebuah approach baru di mana bagian sales dan bagian operation secara bersama-sama menentukan target-target, mungkin bertemu setiap bulan.

Menentukan target dan bertemu kembali setiap bulan untuk mengevaluasi perkembangannya. Itu contoh pertama kolaborasi yang terjadi sekarang di dalam dunia supply chain.

Contoh yang kedua. Saya punya contoh kedua. Bagaimana kolaborasi ini terjadi dalam proses merancang produk? Jika sebelumnya, sales and operation planning dilakukan secara internal, yaitu antara fungsi dalam supply chain, jika dalam merancang produk, kolaborasi itu terjadi secara internal maupun eksternal dengan melibatkan supplier.

Secara internal, kita sebut dengan istilah concurrent engineering, yaitu bagian produksi, bagian desain dan bagian lainnya bekerja sama untuk menghasilkan desain baru.

Ambil contoh ketika kita melihat bagaimana sebuah mobil baru itu dikembangkan atau didesain, maka, jika yang membuat hanya orang desain saja, orang yang mengerti aspek desain, maka, mungkin banyak aspek-aspek lainnya yang akan tidak dimasukkan dalam desain itu, misalnya, mungkin hasil desain itu akan sulit dikerjakan di lantai produksi. Manufacturability-nya akan rendah.

Akan sulit bagi fasilitas produksi yang kita punya untuk mengerjakan desain itu. Mungkin ada bentuk-bentuk yang terlalu rumit, mungkin ada material yang dibutuhkan yang terlalu mahal, sehingga produk itu harganya akan mahal di pasaran.

Oleh karena itu, pada saat kita merancang produk, dibutuhkan masukan dari orang manufacturing yang mengerti proses. Dibutuhkan juga masukan dari orang logistik yang mengerti packaging, misalnya. Atau yang mengerti dimensi palet. Kemudian, dibutuhkan juga masukan dari supplier.

Ini sudah proses eksternal, tidak lagi merupakan proses internal di perusahaan kita. Dibutuhkan masukan dari supplier yang akan memproduksi komponen-komponen atau part yang akan digunakan untuk memproduksi produk yang kita produksi. Misalnya, di industri otomotif, yang dikerjakan oleh perusahaan mobil ini hanya merakit.

(12)

ITS101

Bisa jadi hanya 20% atau 30% dari value added yang ada dalam industri otomotif itu dikerjakan di assembly plant. Jadi, di pabrik perakitan. Selebihnya, hampir semua proses itu ada di supplier.

Akan sangat sulit atau akan sangat rumit dan bermasalah nantinya jika misalnya supplier tidak terlibat sejak awal. Oleh karena itu, supplier tidak hanya memasok komponen, tetapi juga dilibatkan sejak fase desain sehingga apa yang diproduksinya nanti memang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pabrik yang akan merakit komponen-komponen itu menjadi produk.

Ini disebut sebagai early supplier involvement. Artinya apa? Supplier harus terlibat lebih awal, tidak sekedar memasok sesuatu yang desainnya sudah jadi, tapi ikut sejak awal, yaitu sejak fase desain. Inilah dua contoh yang saya kira cukup relevan ketika kita bicara kolaborasi dalam supply chain.

Video 8: Tantangan Supply Chain Management – Part 1

Selamat berjumpa kembali, siswa IndonesiaX. Membicarakan tentang supply chain management sangat menarik, banyak sekali orang yang suka berdiskusi tentang supply chain management, banyak sekali tulisan-tulisan yang enak dibaca. Dalam kenyataannya, sebetulnya, jika kita melihat proses supply chain management di lapangan, bisa jadi, itu merupakan proses yang sangat kompleks.

Proses yang melibatkan kegiatan-kegiatan yang seringkali menyebabkan stress. Bayangkan, kita lihat kita harus menangani barang di gudang, kita harus mengirimkan produk itu dengan cepat, kita harus mendapatkan material dengan cepat dari supplier dan supplier itu mungkin tersebar di berbagai negara, melewati proses impor dan ekspor yang bisa jadi sangat kompleks. Banyak pekerjaan-pekerjaan kasar yang terlibat di dalamnya.

Transportasi yang melibatkan, tentu saja, berbagai macam moda transportasi, seperti kapal, pesawat, truk dan lain sebagainya yang sehari-harinya merupakan proses yang penuh dengan tantangan. Jadi, supply chain management ini sebetulnya di atas terlihat sangat menarik, sangat berpengaruh terhadap strategi performance perusahaan, tetapi di bawah adalah proses-proses yang sangat rumit, banyak melibatkan pekerjaan-pekerjaan yang kasar, berbagai macam tantangan ada di dalamnya.

Seiring dengan semakin kompleksnya supply chain, juga dengan tekanan kompetisi yang semakin ketat di pasar, semakin ketat di lapangan, banyak perusahaan yang mencari cara yang inovatif, cara yang lebih baik dalam mengelola aliran dari produk ini supaya bisa dinikmati dengan lebih baik oleh pelanggan.

Salah satu yang dilakukan oleh berbagai macam perusahaan adalah model yang disebut sebagai outsourcing. Outsourcing ini sebetulnya adalah bagaimana kita mengalihkan sebagian proses yang tadinya dikerjakan di dalam, kemudian dilemparkan kepada pihak ketiga atau diserahkan kepada pihak ketiga yang dianggap sebagai pihak yang lebih mampu untuk mengerjakannya.

(13)

ITS101

Secara tradisional, sebetulnya perusahaan-perusahaan mengelola supply chain dengan pendekatan yang disebut sebagai vertical integration. Integrasi vertical. Apa artinya? Hampir semua proses dari hulu sampai ke hilir dikerjakan oleh perusahaan yang memiliki ikatan kepemilikan yang sama.

Saya punya pabrik, saya punya pemasok material, saya punya distributor, saya juga punya armada transportasi. Dari hulu sampai hilir, kita yang mengerjakan semuanya. Ini yang kita sebut sebagai vertical integration.

Tentu ada plus dan minusnya jika kita bicara soal vertical integration. Tentu saja, jika bicara soal hal positifnya, kita bisa melihat dari sisi control kita yang lebih baik. Karena kita mengerjakan semua, manajer kita yang mengerjakan atau mengelola semua atau anak buah kita yang mengerjakan semuanya, maka, kendali kita terhadap proses-proses tadi akan lebih baik.

Begitu kita masuk ke model outsourcing, di mana kita melibatkan pihak ketiga, misalnya, dalam menyimpan barang, dalam mendistribusikan, bahkan, dalam memproduksi, maka, kontrol ini akan mulai sedikit demi sedikit melemah karena kita melepaskan kegiatan itu kepada pihak ketiga, tetapi kemudian muncul tantangan baru.

Bagaimana dengan melibatkan pihak ketiga yang lebih banyak kita tetap bisa mensinkronkan kegiatan-kegiatan di dalam supply chain ini? Jadi, perubahan dari vertical integration menuju ke model outsourcing di satu sisi akan membawa kebaikan, karena mungkin kita akan bisa memilih pemain-pemain yang terbaik yang ada di luar sana, misalnya dari pemilik gudang yang mampu mengelola kegiatan pergudangan yang lebih baik dari yang kita kerjakan secara internal, armada transportasi yang kita miliki mungkin tidak akan bisa mengerjakan sebaik perusahaan logistik yang ada di luar sana.

Jadi, kita akan mendapatkan best talent, artinya mereka-mereka yang bisa mengerjakan pekerjaan yang lebih baik dari kita. Itu hal positifnya.

Namun, seperti yang saya sampaikan tadi, kita akan sedikit kehilangan kontrol, oleh karena itu, tantangan yang kita hadapi ketika pindah dari vertical integration menuju outsourcing adalah bagaimana dengan melibatkan pihak ketiga, kita tetap bisa mensinkronkan kegiatan-kegiatan atau proses-proses dari hulu sampai hilir ini. Ini tantangan yang pertama.

Video 9: Tantangan Supply Chain Management – Part 2

Kita lihat tantangan yang kedua. Tantangan yang kedua adalah karena kita melihat supply chain semakin panjang. Melibatkan global movement dari barang. Barang yang mungkin materialnya ada di satu negara, kemudian proses menjadi barang setengah jadi ada di negara yang lain, kemudian menjadi finish product ada di negara lain lagi serta dipasarkan di negara yang berbeda juga.

Saya pernah melihat satu contoh produk yang sederhana sebetulnya, yaitu sepatu. Saya pernah melihat ada sepatu yang diproduksi di Indonesia hanya sebagian dari sepatu itu sendiri.

(14)

ITS101

Bukan seluruh sepatunya dikerjakan atau diproduksi di Indonesia. Hanya bagian bawah dari sepatunya. Kemudian barang dipindah ke negara lain untuk digabung dengan bagian yang lain menjadi sepatu yang utuh, dari situ kemudian dipasarkan ke berbagai negara yang akan membutuhkan atau yang akan membeli sepatu tadi.

Jadi, ini akan melibatkan global process atau movement dari material yang melibatkan berbagai macam negara dan ini adalah satu tantangan sendiri karena bisa jadi dengan adanya perpindahan produk lintas negara, kita akan terlibat dengan aturan perdagangan yang berbeda.

Kita akan terlibat dengan time zone yang berbeda. Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan di mana kita membeli material dari Eropa, kemudian kita gunakan material itu di Indonesia. Kita tahu bahwa beda waktu antara Indonesia dan Eropa antara sekitar tujuh sampai delapan jam, sehingga kita misalnya pagi di sini bekerja, mereka masih tidur di sana.

Kemudian, jika kita ada masalah, kita menunggu sampai besok karena mereka belum bangun saat kita menemukan masalah itu di sini. Ini adalah salah satu tantangan karena kita bekerja lintas negara, kita membuat supply chain itu mengalir dengan jarak yang sangat jauh melewati batas-batas negara yang berbeda zona waktunya dan perbedaan zona waktu itu mungkin cukup jauh antara satu dengan yang lainnya.

Pertanyaannya, kenapa perusahaan-perusahaan sudah tahu bahwa ini hal yang kompleks dan tidak mudah ditangani, tapi kenapa perusahaan-perusahaan masih melakukan ini? Kenapa supply chain tends to be going global? Kenapa perusahaan-perusahaan menyebarkan proses-proses ini di berbagai negara? Tentu ada alasannya. Salah satu alasannya adalah untuk mencari yang disebut sebagai cost competitiveness.

Jadi, kita ingin supaya total cost dalam supply chain kita lebih rendah. Karena ternyata jika kita lihat seperti misalnya biaya untuk memproduksi satu buah baju. Jika dilakukan di negara maju seperti Amerika, cost-nya bisa sangat tinggi.

Sehingga banyak sekali perusahaan-perusahaan yang menjual garment di Amerika atau di Eropa, mereka mengerjakan proses produksinya di negara-negara ketiga seperti Indonesia, Vietnam, Bangladesh dan lain sebagainya. Perusahaan yang membeli garment dari Bangladesh bisa mendapatkan harga per bajunya hanya sekitar, katakanlah, di bawah empat dolar.

Namun, jika produksi itu dilakukan di Amerika, mungkin production cost-nya sendiri sudah di atas sepuluh dolar atau di atas 12 dolar. Jadi, jika kita hitung-hitung, memproduksi, misalnya, di Bangladesh, ditambah biaya kirim ke Amerika masih lebih murah dibandingkan jika baju itu diproduksi di Amerika.

Ini yang menjadi salah satu alasan kenapa supply chain itu sekarang cenderung untuk bekerja lintas negara, karena untuk menciptakan cost competitiveness. Jadi, ini dilakukan untuk menciptakan cost competitiveness. Ini tentu saja adalah sebuah tantangan.

Bagaimana kita mengelola flow dari barang yang melintas negara, beda zona waktu, kemudian barangkali negara-negara ini juga punya beda budaya agar bisa lancer mulai dari ujung hulu sampai ke ujung hilir? Itulah tantangan yang kedua, yaitu karena supply chain itu panjang dan melewati batas-batas negara.

(15)

ITS101

Yang ketiga, tantangan berikutnya yang akan kita lihat adalah karena variasi produk yang semakin banyak. Ini juga tantangan yang tidak mudah.

Jika kita lihat sekarang, banyak sekali perusahaan-perusahaan yang awalnya hanya memiliki lima atau enam jenis produk, sekarang karena tuntutan pelanggan, keinginan pelanggan yang semakin bervariasi, mereka kemudian menciptakan produk menjadi 20, 30 jenis dan lain sebagainya.

Begitu produk semakin bervariasi, semakin banyak, kita sebagai pelanggan mungkin suka. Ada banyak pilihan pada saat kita berbelanja.

Kita pergi ke supermarket dan ada banyak pilihan sikat gigi yang tersedia, banyak pasta gigi yang tersedia, sabun ada bermacam jenis, makanan ada bermacam-macam. Variasi itu menyenangkan pelanggan. Namun, jangan lupa, variasi itu sebetulnya menciptakan kompleksitas yang luar biasa dalam supply chain.

Ambil contoh misalnya kita bicara soal produksi. Antara pabrik yang memproduksi satu jenis barang dengan pabrik yang memproduksi tiga jenis barang, kompleksitasnya jauh berbeda. Karena ketika kita memproduksi tiga jenis barang, maka, yang terjadi adalah mungkin ketika kita akan memproduksi produk yang kedua, lintasan untuk yang pertama dimatikan lebih dulu. Ada proses set-up untuk mengganti dari satu produk ke produk yang lain.

Begitu proses set-up terjadi kita akan kehilangan waktu karena waktu set-up itu adalah waktu yang tidak produktif. Kemudian, skala ekonomi kita akan turun.

Jika kita memproduksi satu barang sebanyak 1000 unit, dengan masing-masing barang 300, 300 dan 400 unit, jumlahnya sama-sama 1000 unit, tetapi cost per unit akan lebih rendah jika memproduksi 1000 barang dalam satu jenis karena skala ekonominya lebih bagus.

Jadi, variasi dari produk menciptakan kompleksitas juga berpotensi menciptakan cost yang lebih tinggi. Itu adalah tantangan yang ketiga. Variasi yang lebih banyak menciptakan kompleksitas di dalam supply chain, di dalam kegiatan produksi, di dalam kegiatan pengiriman, mereka yang mengelola gudang, inventaris dan sebagainya. Semua pekerjaannya akan lebih kompleks jika variasi produknya meningkat. Itu juga tantangan. Yang terakhir, saya akan mengajak Anda untuk melihat ketidakpastian. Karena di dunia ini hampir tidak ada yang pasti jika bicara soal supply chain. Barang datang dari supplier tidak bisa kita pastikan. Apakah akan datang hari ini pukul sepuluh atau besok atau mungkin lusa? Kita tidak bisa pastikan.

Jadi, karena ini melewati proses yang sangat panjang, melewati berbagai hambatan yang saya sampaikan tadi, maka, kedatangan material dari supplier itu tidak pasti. Waktunya tidak pasti. Setelah barang itu datang, mungkin juga setelah kita cek, ada yang rusak.

Kualitasnya juga mungkin tidak pasti. Tidak 100% bisa kita gunakan. Kemudian jika kita bicara soal membeli material dari supplier, harganya ada yang naik dan turun juga. Ada ketidakpastian harga. Jadi, jika kita bicara soal hulu saja, sudah ada ketidakpastian waktu kedatangan, ada ketidakpastian kualitas dari barang yang kita terima dari supplier, ada juga ketidakpastian dari sisi, misalnya, kualitas tadi, kemudian dari sisi harga.

(16)

ITS101

Jadi, harga bisa naik turun jika kita bicara soal harga dari supplier. Itu di hulu. Di hilir ada lebih banyak ketidakpastian. Jika kita bicara soal ketidakpastian pasar juga ada banyak ketidakpastian yang terjadi. Permintaan barang naik dan turun. Demand bisa naik, bisa turun. Itu adalah salah satu bentuk ketidakpastian yang sangat besar pengaruhnya terhadap supply chain. Ketika permintaan kita turun, pertanyaannya, masih bisakah kita memproduksi secara efisien jika volume produksi kita turun 20%? Di beberapa industri, ini sangat sulit.

Ambil contoh, misalnya di industri semen yang kapasitas produksinya sulit dinaikkan atau diturunkan, maka, permintaan yang naik turun ini akan menimbulkan cost yang cukup besar jika ini akhirnya berakibat pada pengurangan kapasitas. Jadi, ada demand uncertainty. Ketidakpastian dari pasar. Ketidakpastian itu bisa dari sisi jumlahnya, bisa dari jenisnya jika kita mengirim berbagai macam produk yang berbeda.

Bisa juga mungkin suatu saat barang itu dibutuhkan di wilayah A, tetapi tidak dibutuhkan di wilayah B, jadi, ada mixed of region yang mungkin akan membutuhkan barang yang Anda produksi, barang yang Anda jual dan demand itu tidak steady antara satu wilayah dengan wilayah yang lainnya. Ambil contoh misalnya saat di satu wilayah itu panas, di wilayah yang lain dingin, maka, kebutuhan pakaian akan berbeda mengikuti musim ini.

Jadi, ada ketidakpastian dari sisi demand di masing-masing wilayah. Ada spatial dimension, yaitu dimensi region. Ada dimensi kuantitas. Ada dimensi waktu. Itu jika kita bicara soal sisi hilir. Secara internal pun masih ada ketidakpastian. Pabrik mungkin tiba-tiba breakdown atau rusak, misalnya.

Lalu tidak ada spare part. Itu adalah ketidakpastian. Tenaga kerja tiba-tiba menjadi tidak produktif dan tiba-tiba berdemonstrasi karena tidak puas, misalnya. Inilah sesuatu yang tidak pasti secara internal. Kemudian, mungkin di luar sana ada ketidakpastian politik, regulasi dan lain sebagainya.

Jadi, sebenarnya jika kita mengelola supply chain, kita harus sangat mengerti berbagai macam ketidakpastian yang bisa terjadi di sepanjang supply chain ini. Ada yang terjadi di hilir, ada yang terjadi di tengah, ada yang di hulu, sehingga mengelola supply chain membutuhkan cara-cara untuk mengatasi uncertainty dan salah satu yang biasanya dilakukan oleh perusahaan adalah melalui apa yang disebut sebagai risk management.

Jadi, mereka memiliki manajemen pengelolaan risiko. Itulah kira-kira, saudara-saudara peserta IndonesiaX, beberapa tantangan yang biasanya kita hadapi dalam mengelola supply chain.

Referensi

Dokumen terkait

1) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan TAK dan akibatnya. Rasional : keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan. 2) Baringkan klie (

Metode dalam penelitian ini adalah reception analysis , dimana peneliti berusaha untuk mendeskripsikan bagaimana penerimaan khalayak perempuan terhadap identitas

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan pengetahun dan mengembangkan wawasan, khususnya dalam bidang manajemen yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan,

Tanggung jawab PR dalam melayani organisasi dan publik mencakup berbagai hal antara lain: membuat program PR secara terencana dan berkelanjutan di dalam organsasi;

Komunikasi yang terjadi pada area sirkulasi tersebut tentu sudah tercipta ruang sosial secara tidak langsung karena adanya interaksi antar penghuni.. itu, komunikasi sangat

Jika dua batang yang sama panjangnya saling berpotongan (bersilangan) dimana batang yang satu tertekan sedangkan yang lain pada waktu yang bersamaan tertarik dengan

perbedaan yang signifikan antara tahap perkembangan moral pada anak jalanan. ditinjau dari pola

Kerinci Nomor : 08 Tahun 2012 tanggal 22 Juni 2012 tentang Penunjukan panitia Pengadaan Barang dan Jasa pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kab.. Kerinci Tahun Anggaran