• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA KATOLIK DI PAROKI METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA KATOLIK DI PAROKI METRO"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA KATOLIK DI PAROKI METRO

Benedekta May Indrasari 1013033028

ABSTRAK

Masuk dan berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro tidak terlepas dari wilayah pelayanan Gereja Sumatera Bagian Selatan bernama Prefektur Apostolik Bengkulu yang meliputi empat wilayah yaitu Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung. Inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Keuskupan Agung Palembang dan Tanjungkarang. Pada tahun 1926 para misionaris menetapkan Tanjungkarang sebagai pos misi ke-4 penyebaran Agama Katolik di Sumatera. Wilayah penyebaran di Tanjungkarang ini terbagi lagi menjadi empat pos misi penyebaran Agama Katolik di Lampung, yaitu Tanjungkarang sebagai pos misi pertama, Pringsewu sebagai pos misi ke-2, Metro sebagai pos misi ke-3 dan Gisting sebagai pos misi ke-4. Metro ditetapkan sebagai pos misi ke-3 pada tahun 1937 karena sejak awal memang Metro diperkirakan akan berkembang menjadi pemukiman transmigran yang menjanjikan dan merupakan lahan yang subur bagi pertumbuhan Gereja Lampung.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro Tahun.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal. Teknik pengumpulan data yang dipakai penulis adalah teknik wawancara, teknik kepustakaan, teknik dokumentasi dan teknik observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.

(2)

MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA KATOLIK DI PAROKI METRO

Oleh

BENEDEKTA MAY INDRASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA KATOLIK DI PAROKI METRO

(Skripsi)

Oleh

BENEDEKTA MAY INDRASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah ... 4

1. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1. Tujuan Penelitian ... 4

2. Kegunaan Penelitian ... 4

3. Ruang Lingkup Penelitian... 5

II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Konsep Masuk dan Berkembang... 7

2. Konsep Agama Katolik ... 10

3. Konsep Paroki Metro... 12

C. Teknik Pengumpulan Data ... 22

1. Teknik Wawancara ... 22

2.Teknik Kepustakaan ... 24

3. Teknik Dokumentasi ... 25

4. Teknik Observasi... 26

D. Teknik Analisis Data ... 27

IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Paroki Metro ... 29

Sejarah Singkat Kota Metro ... 29

B. Hasil Penelitian ... 31

(5)

2. Perkembangan Agama Katolik di Paroki Metro

(1946-2013)... 42

C. Pembahasan... 59

1. Masuknya Agama Katolik di Paroki Metro (1935–1941)... 59

3. Perkembangan Agama Katolik di Paroki Metro (1946–2013) ... 63

1. Jumlah Umat ... 64

2. Jumlah Bangunan Gereja ... 66

3. Kelompok Kategorial ... 66

4. Karya Pendidikan ... 66

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara ... 75

2. Wawancara Hasil Penelitian ... 77

3. Indeks ... 85

4. Struktur Kewilayahan Gereja Katolik ... 86

5. Peta Wilayah Paroki Metro ... 87

6. Peta Keuskupan Tanjungkarang... 88

7. Peta Wilayah Gerejani... 89

8. Periodisasi Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Metro tahun 1935 ... 90

9. Foto-foto Hasil Penelitian ... 93

10. Surat Izin Penelitian ... 103

11. Surat Pernyataan... 106

12. Pengesahan Judul ... 110

(7)

DAFTAR TABEL

1...Tabel 4.1. Daftar Nama Stasi dan Wilayah Administratif

di Paroki Metro ... 30 2...Tabel 4.2.

Pastor-pastor yang meninggal di kamp Internir ... 40

3....Tabel 4.3. Daftar Nama Stasi dan Jumlah Umat di paroki

Metro Tahun 2014 ... 49

4...Tabel 4.4 Pastor-pastor Yang Pernah Berkarya di Metro

Dari Tahun 1936... 50 5...Tabel 4.5.

Daftar Gedung Gereja di Paroki Metro ... 53

6...Tabel 4.6. Perkembangan Agama Katolik di Paroki Metro ... 67

7...Tabel 4.7. Periodisasi Masuk Dan Berkembangnya

Agama Katolik Di Metro Sejak Dibukanya Daerah

(8)
(9)
(10)
(11)

MOTO

Aku Memang Pejalan Kaki Yang Lambat, Tapi

Aku Tidak Pernah Mundur

(12)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan keikhlasan hati dan mengharap ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada:

• Kedua orang tuaku tercinta Bapak Yulius Supriyono dan Ibu Theresia Sugiyarti yang selalu memberikan doa disetiap untaian kata dan harapan disetiap tetes keringat demi tercapainya cita-citaku.

• Para pendidik yang senantiasa selalu memberikan saran masukan dan ilmu yang bermanfaat kepadaku.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 3 Juni 1992, anak kedua dari tiga bersaudara buah cinta kasih dari pasangan Bapak Yulius Supriyono dengan Ibu Theresia Sugiyarti.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh:

1. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 5 Metro Utara, Kota Metro yang selesai pada tahun 2004

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 6 Metro Utara, Kota Metro yang selesai pada tahun 2007

3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di SMK Negeri 1 Kota Metro yang selesai pada tahun 2010

Tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur tes (SNMPTN).

(14)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan bimbingan Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Metro Sejak Dibukanya Daerah Transmigrasi Tahun 1935-2013” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si,Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

(15)

7. Bapak Drs. H. Ali Imron, M.Hum., Pemimbing Akademik sekaligus Pembimbing I yang dengan ikhlas dan sabar memberikan arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya kepada penulis dengan baik dalam menyelesaikan skripsi ini;

8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum., Pembimbing II yang dengan ikhlas dan senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Drs. H. Iskandar Syah, M.H., Drs. H. Ali Imron M.Hum., Drs. H. Maskun M.H., Drs. Wakidi, M.Hum., Drs. Tontowi Amsia, M.Si., Hendry Susanto, S.S, M.Hum., M. Basri, S.Pd, M.Pd., Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum., Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd.

10. Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung;

11. Terimakasih kepada seluruh responden dan narasumber yang telah memberikan pelajaran yang berharga Mgr. Andreas Henrisoesanta, Rm. Dwijosukarno SCJ, Rm. Dwijowandowo Pr, Rm. Indro Pandego Pr, Mas Andreas Adi Atmoko, Bapak Petrus Damianus Sucipto Adi Wardoyo, Bapak Wartomo, Bapak Jadi, Bapak Yohanes Ngatimin.

(16)

13. Kakak dan adikku, Anastasia Yuni Widiastuti dan Cornelis Tegar Prasetyo yang selalu menyayangi, mendoakan dan menjadi penyemangat dalam hidupku;

14. Sepupuku Florentius Yogi Anggraiwan yang turut membantu dan mendampingi dalam proses wawancara dan penelitianku.

15. Sahabat-sahabat terbaikku Yuliza Sushanty, Ria Setiawati, Nofria Yuliyanti, Della Hapmita, Nailur Rohmah, Linda Septiana, Rika Warda Julianti, Mei Destriani, Tila Paulina, Taufik Siswoyo, Dimas Rachat Rafendi, Khairul Afandi, Deka Satriya Imanda, Fadillah Makmur Arif, dan seluruh teman seperjuangan Sejarah angkatan 2010 Ganjil dan Genap terimakasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini;

16. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.

Semoga amal ibadah dan ketulusan hati saudara semua mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Metro, Oktober 2014 Penulis,

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masuk dan berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro tidak terlepas dari terbentuknya Prefektur Apostolik Sumatera tahun 1911-1923. Prefektur Apostolik adalah bentuk otoritas rendah untuk suatu wilayah pelayanan dalam Gereja Katolik Roma yang dibentuk di sebuah daerah misi dan di negara yang belum memiliki keuskupan. Prefektur Apostolik dipimpin oleh seorang Prefek Apostolik, yang biasanya adalah seorang Pastor dan bukan Uskup. Dari sanalah agama Katolik di Sumatera berkembang.

Pada saat itu Sumatera terdiri dari lima distrik:

1. Padang meliputi pantai Barat, Tapanuli dan Lampung 2. Tanjungsakti (Bengkulu)

3. Kutaraja (Aceh) 4. Medan (Pantai Timur)

5. Sungai Selan (Bangka Belitung) (Veronika Gunartati, 2003:1).

Titik pijak sejarah terbentuknya Prefektur Apostolik Sumatera ini dimulai dari tahun 1911, ketika berdiri Prefektur Apostolik Sumatera dengan tempat kedudukan di Padang.

(18)

2

1. Sumatera bagian Selatan diserahkan kepada Imam-imam Hati Kudus (SCJ) 2. Bangka Belitung diserahkan kepada Imam-imam Picpus (SSCC)

3. Padang dipegang oleh Pastor-pastor Kapusin (Veronika Gunartati, 2003:4). Daerah Sumatera bagian Selatan semula bernama Prefektur Apostolik Bengkulu. Inilah yang kemudian akan menjadi cikal bakal Keuskupan Agung Palembang dan Tanjungkarang. Tanjungkarang menjadi pos misi ke-empat di bawah Prefektur Bengkulu, bagian Sumatera. Dari sinilah para misionaris terus menyebarkan agama Katolik di Karesidenan Lampung termasuk daerah Metro yang ditetapkan menjadi pos misi ke-tiga di Karesidenan Lampung setelah Tanjungkarang dan Pringsewu.

Lampung Tengah telah dirancang menjadi areal transmigrasi sejak akhir dekade dua puluhan sampai paruh akhir dekade tiga puluhan, beberapa tahun sesudah Gedungtataan dan Pringsewu yang waktu itu disebut Onderafdeling Sukadana yang lebih cepat berkembang. Sensus 1940 menunjukkan bahwa di kawasan itu telah bermukim 68.000 transmigran (H.J. Heeren, 1979;14). Pada tahun 1931 transmigrasi dihentikan karena perdagangan dunia menurun khususnya untuk padi, rotan, kayu, jagung dan sebagainya. Tahun berikutnya mulai ramai kembali.

Pada tahun 1932 pembukaan kolonisasi di Gedung Dalam daerah Sukadana Lampung Tengah yang kemudian pada tahun 1935 menjelma menjadi kolonisasi metro. Daerah-daerah lain yang dibuka untuk kolonisasi misalnya Trimulyo pada tahun 1935. Metro kota pada tahun 1936, perluasan Gedung Dalam pada tahun 1937/1938. Batanghari 1941, menyusul Punggur, Probolinggo pada tahun 1943 (P.K. Manurung, 1956 : 346).

(19)

3

Gedongdalam dan Sukadana (Veronica Gunartati, 2003:16). Pemerintah Hindia Belanda mendapatkan ijin dari Ketua Adat Gedongdalam untuk memanfaatkan wilayah tanah marganya. Maka didatangkanlah transmigrasi khususnya dari Jawa Tengah, dan para penduduk itulah yang harus membuat jalan tembus antara Tegineneng ke Sukadana serta membuat saluran irigasi sepanjang 60 km dengan kerja paksa tanpa upah.

Sejak awal memang terlihat bahwa Daerah Lampung Tengah akan berkembang menjadi pemukiman transmigran yang mantap. Daerah-daerah tebangan baru terus dibuka. Para pendatang baru yang beragama Katolik terus bertambah, demikian pula para magangan (calon babtis).

Kawasan Lampung Tengah merupakan lahan yang subur bagi pertumbuhan Gereja Lampung. Seiring perjalanan itu, Pemerintah Belanda memberi perhatian terhadap Gereja Katolik di Metro. Pemerintah memberikan tanah dan sebuah bangunan sebelah selatan Jalan AH. Nasution untuk dipinjamkan selama 20 tahun. Di gedung yang sederhana ini umat merayakan Misa Kudus pada hari Minggu dan hari-hari besar umat Katolik. Disitu pulalah kemudian Pastor mendirikan sekolah rakyat misi (waktu itu hanya ada satu sekolah), dalam rangka menyebarkan agama Katolik di daerah Metro. Penelitian ini menarik karena:

1. Metro sebagai pos misi ke-3 dalam penyebaran Agama Katolik di Lampung

(20)

4

Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro.

B. Analisis Masalah

1. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro?

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro.

2. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini di harapkan akan memberikan manfaat baik secara praktis maupun akademis, sebagai berikut :

a. Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca untuk memperdalam dan memberikan pengetahuan serta wawasan tentang Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik.

(21)

5

Secara akademis di harapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya :

1. Sebagai sumbangan referensi bagi mahasiswa dan pembaca umumnya tentang Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro.

2. Sebagai bahan tambahan substansi materi tentang Sejarah Lokal dan Sejarah Daerah Lampung

3. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana kependidikan pada program studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Ruang Lingkup Penelitian

a. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro.

b. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah Tokoh dan Umat Katolik di Paroki Metro.

c. Ruang Lingkup Wilayah / Tempat Penelitian

(22)

6

d. Ruang Lingkup Waktu

Waktu dalam penelitian ini adalah tahun 2014 e. Ruang Lingkup Ilmu

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN

PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik

Masuk dan berkembangnya Agama Katolik di Indonesia dibagi menjadi tiga bagian waktu. Bagian pertama sebelum kolonialisme Belanda yaitu pada abad ke-7 di Sumatera Utara, bagian kedua saat Kolonialisme Belanda yaitu pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis, dan bagian ketiga setelah kolonialisme Belanda yaitu Pada abad ke 20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Katolik mulai berkembang pesat.

Hal ini didukung pula oleh beberapa pendapat tentang masuknya Agama Katolik di Indonesia yaitu teori Shaykh Abu Salih al-Armini, teori Portugis dan teori Santo Thomas.

a. Teori Shaykh Abu Salih al-Armini

(24)

8

Timur. Bahan historis itu mengenai kira-kira 900 tempat ibadah Kristiani di Afrika dan Asia, antara lain di Sumatera Utara. Judul bukunya ialah “Tadhakkur

fiha Akhbar min al-Kana‟is wa‟l-Adyar min Nawahin Misri w‟al Iqtha‟aihu”, artinya “Daftar berita tentang gereja-gereja dan pertapaan-pertapaan dari provinsi-provinsi di Mesir dan tanah-tanah di luarnya” yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia. Dalam buku itu terdapat suatu kutipan tentang Fansur dan Baros di Sumatera Utara sebagai berikut:

Fansur, di sana terdapat banyak gereja dan semuanya adalah dari “Nasara Nasathirah” (Nasrani = Serani = Kristiani), dan dengan demikian keadaan di situ. Dan dari itu berasal kapur Baros dan bahan itu merecik dari pohon. Dalam kota itu terdapat satu gereja dengan nama Bunda Perawan Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia jilid 1, diterbitkan oleh KWI : 156).

b. Teori Portugis

Agama Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah. Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di Kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547.

(25)

9

menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Xaverius, yang pada tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat (Gereja Katolik Indonesia jilid 1, diterbitkan oleh KWI : 174).

c. Teori Santo Thomas

Menurut buku “Gereja Katolik Indonesia Jilid 1”, Santo Thomas mewartakan Injil sampai di India Selatan sekitar tahun 70. Berabad-abad lamanya umat Katolik kecil berkembang di India Selatan, di mana sejak dulu ada kontak perdagangan dengan Sumatera Utara, khususnya dengan daerah Baros atau Sibolga. Rupanya ketika itu belum ada pelabuhan Belang di Sumatera Utara. melalui saudagar dari India agama Kristen Katolik mulai diwartakan di Sumatera Utara (Indonesia).

Dengan demikian kemungkinan agama Katolik memang telah masuk ke Indonesia sejak abad ke 7, namun kemudian masuk lagi dengan efek yang lebih meluas pada sekitar abad ke 15-20. Begitu pula masuknya Agama Katolik di Metro tidak terlepas dari sejarah masuknya Agama Katolik di Indonesia yang pertama kali di Sumatera Barat kemudian pada masa kolonialisme berkembang dengan salah satu titik karya misi di Sumatera Selatan yang menjadi cikal bakal berdirinya Keuskupan Tanjungkarang.

Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya ( Kasiram, 1983 : 23).

(26)

10

menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulangi kembali (Abu Ahmadi, 1991:6).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan proses pertumbuhan dan perubahan yang menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda dari sebelumnya.

Dalam hal ini adalah mengenai Perkembangan Agama Katolik di Metro Sejak Dibukanya Daerah Transmigrasi Tahun 1935 hingga saat ini. Perkembangan Agama Katolik mencakup perkembangan dari terbentuknya Keuskupan Tanjungkarang di bawah Prefektur Apostolik Sumatera hingga terbentuknya pos-pos misi di Lampung termasuk Metro dalam penyebaran Agama Katolik di daerah Metro.

2. Konsep Agama Katolik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

(27)

11

Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti luas. Dalam agama iman mendapat bentuk yang khas, yang memampukan orang beriman mengkomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang beriman maupun yang tidak (Konferensi Waligereja Indonesia, 1996:158).

Katolik berasal dari Bahasa Yunani, yang berarti “untuk umum”. Kalimat ini terbagi dalam dua suku kata yaitu: “Cathos‟ yang berarti „untuk‟ dan “Lichus” yang berarti umum‟. Cathoslichus berarti untuk umum atau universal. Kata ini

untuk pertama kalinya ditemukan dalam tulisan Ignatius dari Antiokia

(Antkhiocia) yaitu surat yang dikirim kepada jemaat-jemaatnya di Smirna. Dalam terminologi Kristen/Katolik, kata ini dipergunakan untuk beberapa arti sebagai berikut:

1. Gereja yang universal, sebagai unsur pembeda dengan Gereja-Gereja lokal.

2. Gereja yang benar, sebagai pembeda dengan aliran skimastik.

3. Bagi penulis sejarah , hal ini dipakai untuk menunjuk kepada Gereja sebelum perpecahan antara Gereja Barat dengan Gereja Timur pada tahun 1054 M.

4. Semenjak munculnya gerakan reformasi yang dipimpin oleh Marthinus Luther, Gereja Barat memakai kata ini untuk nama dirinya.

Dalam ajaran Katolik percaya kepada Yesus Kristus atau Nabi Isa Al-masih. Pokok-pokok ajaran Katolik salah satunya adalah Hukum Kasih yang berbunyi:

(28)

12

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Alkitab.Mrk 12:30-31)

Dalam hal ini adalah Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Metro Sejak Dibukanya Daerah Transmigrasi Tahun 1935 hingga saat ini. Perkembangan Agama Katolik di Metro tentunya tidak lepas dari sejarah perkembangan Agama Katolik di Lampung sendiri.

3. Konsep Paroki Metro

Paroki adalah jemaat tertentu kaum beriman Kristiani yang dibentuk secara tetap dalam Gereja partikular dan yang reksa pastoralnya, di bawah otoritas Uskup diosesan dipercayakan kepada pastor paroki sebagai gembalanya sendiri (KHK, 1983:515). Jemaat yang disebut paroki itu biasanya tempat tinggalnya tersebar di banyak tempat yang biasanya juga berjauhan, bahkan sangat berjauhan satu sama lain (Veronika Gunartati, 2003:49).

Paroki berasal dari kata „paroikeo‟ yang artinya tinggal berdekatan. Kata ini dipakai untuk menunjukkan suatu keadaan di mana orang hidup bersama saling berdekatan dalam suatu wilayah, lingkungan dan distrik tertentu. Kata ini digunakan juga untuk kelompok provinsi, yang dipimpin oleh seorang gubernur atau magister yang disebut dengan „parochus” atau “ copiarus”. Istilah ini juga berkembang pada abad IV dalam jabatan Gereja untuk wilayah yang lebih besar di bawah pimpinan seorang Uskup dengan nama “ dioses” (KHK, 1983:515).

(29)

13

pastoral. Pastor pembantu ditugaskan oleh Uskup untuk membantu pastor paroki dalam pelayanan pastoral.

Kitab Hukum Kanonik mendefinisikan sebagai berikut, “pastor pembantu, yang sebagai rekan kerja pastor paroki, hendaknya mengambil bagian dalam keprihatinannya, dengan musyawarah serta usaha bersama dan di bawah otoritasnya memberikan bantuan dalam pelayanan pastoral” (KHK, 1983 : 545.1). Mengingat luasnya wilayah sebagian paroki, para pastor pembantu sangat dibutuhkan dalam membantu pastor paroki menunaikan kewajibannya demi mewujudkan kesejahteran rohani dan duniawi paroki.

Paroki Metro yang memiliki nama Paroki Hati Kudus Yesus Metro berdiri tahun 1937. Saat ini memiliki seorang Pastor Paroki yaitu Pastor F. Fritz Dwi Sapto Adi dan dua Pastor Pembantu yaitu Pastor Joseph Gordon dan Pastor H. Indro Pandego. Paroki Metro saat ini memiliki jumlah umat yaitu 7.907 orang yang tersebar di 16 stasi. Stasi-stasi tersebut tidak hanya berada diwilayah Metro secara administratif, namun tersebar di sebagian wilayah Lampung Selatan, Lampung Timur dan Lampung Tengah. Dimasing-masing stasu tersebut juga sudah berdiri Gereja yang dilayani oleh Pastor-pastor dari Paroki.

B. Kerangka Pikir

(30)

14

menetapkan Tanjungkarang sebagai pos misi ke-4 penyebaran Agama Katolik di Sumatera. Wilayah penyebaran di Tanjungkarang ini terbagi lagi menjadi empat pos misi penyebaran Agama Katolik di Lampung, yaitu Tanjungkarang sebagai pos misi pertama, Pringsewu sebagai pos misi ke-2, Metro sebagai pos misi ke-3 dan Gisting sebagai pos misi ke-4. Metro ditetapkan sebagai pos misi ke-3 pada tahun 1937 karena sejak awal memang Metro diperkirakan akan berkembang menjadi pemukiman transmigran yang menjanjikan dan merupakan lahan yang subur bagi pertumbuhan Gereja Lampung..

(31)

15

Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro :

Masuk dan Berkembangnya Agama katolik di Paroki Metro

MASUK

Masa Penjajahan Belanda Tahun 1935-1941

Masuknya Agama Katolik di Metro terlihat pada masa penjajahan Belanda tahun 1935-1941. Ketika itu terdapat sekitar 150 orang Katolik yang berasal dari Jawa. Maka pada tahun 1937 Metro ditetapkan sebagai pos misi ke-3 penyebaran Agama Katolik di Lampung.

BERKEMBANG

(32)

16

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Yang Digunakan

Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur sebuah keberhasilan dalam suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang penting untuk memecahkan sebuah masalah dalam penelitian. Menurut Maryeini, metode adalah cara yang di tempuh oleh peneliti dalam menentukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan dari penelitian (Maryeini, 2005:24).

Menurut Husin Sayuti yang dimaksud metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu tersebut (Husin Sayuti, 1989:32). Winarno Surakhmad mengatakah bahwa yang dimaksud metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan misalnya, untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu (Winarno Surachmad, 1982:121).

(33)

17

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, karena data-data dan fakta diambil dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi sebelumnya baik yang terdapat pada buku, dokumen dan media cetak serta benda-benda peninggalan atau bangunan yang menjadi objek tempat penelitian.

Menurut Louis Gottschalk, metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu (Louis Gottschalk, 1983:32), sedangkan menurut Hadari Nawawi mengatakan:

Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Hadari Nawawi, 2001:79).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka metode historis adalah cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah yang meliputi proses mengumpulkan, menganalisa, dan memahami data-data historis, serta mengkaji benda-benda peninggalan yang ada kemudian ditafsirkan secara kritis untuk dijadikan bahan dalam penulisan sejarah guna merekonstruksi fakta-fakta sejarah dan menarik kesimpulan secara tepat.

Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode historis adalah: 1. Heuristik, yakni kegiatan menyusun jejak-jejak masa lampau.

2. Kritik sejarah, yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik bentuk maupun isi.

(34)

18

4. Historiografi, menyimpulkan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah (Nugroho Notosusanto, 1984:84).

Berdasarkan langkah-langkah penelitian historis di atas, maka langkah-langkah kegiatan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah:

1. Heuristik

Penulis mencoba mencari serta mengumpulkan data-data yang diperlukan dan berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan baik berupa tulisan maupun benda-benda peninggalangan atau bangunan yang terkait dengan permasalahan penelitian. Dalam hal ini penulis meneliti tentang Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro, maka penulis berusaha menghimpun jejak-jejak sejarah melalui sumber-sumber sejarah yakni:

a. Sumber Benda misalnya Bangunan Gereja dan artefak lainnya.

b. Sumber Tertulis misalnya buku-buku yang berkaitan dengan Sejarah Perkembangan Agama Katolik, Dokumen dan Arsip Gereja, Warta Gereja dan sebagainya yang penulis cari di Sekretariat Paroki Metro, Sekretariat Paroki Pringsewu, Keuskupan Tanjung Karang, dan Sekretariat Redaksi Buletin Nuntius Tanjungkarang.

(35)

19

Pastor yang pernah melayani umat Katolik di Metro dan Uskup Andreas Henrisoesanta selaku Uskup ke-2 di Lampung.

2. Kritik

Setelah data terkumpul, penulis akan melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah didapat untuk menguji apakah data tersebut valid atau tidak, serta menguji kelayakan sumber untuk menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan. Pengujian dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari sumber-sumber tersebut, maka kegiatan pengujian ini harus berdasar pada sumber sejarah. Akan tetapi sumber sejarah yang digunakan pun harus sumber yang memang benar-benar bukti yang sesuai dengan apa yang terjadi di masa lalu. Untuk menguji kebenaran sumber sejarah tersebut maka dilakukanlah kritik sumber. Jenis kritik yang dilakukan terbagi dalam dua bagian yaitu kritik ekstern dan kritik intern.

1. Kritik ekstern

Dalam kritik ekstern kali ini, penulis melakukan dengan cara melihat tahun arsip, pihak pembuat arsip dan dokumen, dan jenis tulisan dari sumber tertulis, misalnya dokumen tentang jumlah umat Katolik pada waktu dibukanya daerah transmigrasi di Metro tahun 1935.

2. Kritik intern

(36)

20

3. Interpretasi

Pada tahap ini, peneliti akan melakukan penafsiran terhadap data-data dan fakta yang telah diperoleh baik dari bukti tertulis atau pun dari hasil wawancara / lisan. Dalam penelitian ini penulis berusaha menafsirkan suatu peristiwa dengan cara menyeleksi dan menggabungkan berbagai data dari sumber, bahasa dan sudut pandang yang berbeda agar suatu peristiwa dapat direkonstruksikan dengan baik.

Menafsirkan catatan sejarah dari Paroki Tanjungkarang dan Paroki Pringsewu (dengan bahasa dan yang berbeda), yang pernah mencatat tentang sejarah masuk dan berkembangnya agama Katolik di Metro, dan menjadikan bahasan dengan bahasa yang lebih baik.

4. Historiografi

Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah melakukan penyusunan atau penulisan dalam bentuk laporan sehingga menjadi sebuah konsep sejarah yang sistematis. Dalam penelitian ini penulis menyusun fakta-fakta dan kronologi tentang Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Metro ke dalam tulisan yang sistematis, utuh, dan komunikatif sehingga terbentuklah sebuah laporan yang berjudul Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro.

B. Variabel Penelitian

(37)

21

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan sebelumnya, dapat diketahui bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah konsep yang diberi nilai untuk diteliti. Selain itu variabel penelitian sering juga dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

Suatu variabel dapat terdiri dari satu atau lebih gejala yang mungkin terjadi dari beberapa aspek yang tidak dapat dipisahkan. Aspek atau fungsi tersebut menentukan fungsi variabel sehingga salah satu diantaranya pada variabel yang memiliki lebih dari satu aspek akan mempengaruhi fungsinya terhadap masalah yang akan diselidiki. Pada awal perencanaan kegiatan secara jelas menunjukkan bahwa variabel-variabel yang ada harus dipisahkan untuk membedakan perubahan yang ada. Hal ini bertujuan sebagai strategi untuk memudahkan kita melihat perbedaan-perbedaan yang mungkin dapat tidak jelas atau kabur.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro. Penggunaan variabel tunggal bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam merumuskan objek atau inti dari penelitian yang hanya terdiri dari satu atau objek kajian penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

(38)

22

1. Teknik Wawancara

Moh. Nazir mengatakan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara sang penjawab dan pewawancara dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) (Moh. Nazir, 1985:234).

Menurut Kartono, wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik (Kartono, 1980:171). Terdapat dua pihak dengan kedudukan yang berbeda dalam proses wawancara. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi (information supplyer), atau informan.

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki kaitan langsung dengan proses perkembangan agama Katolik di Metro. Informan diambil dari umat Katolik, tokoh-tokoh Gereja serta Pastur dan Uskup yang mengetahui dan terlibat langsung tentang sejarah perkembangan agama Katolik di Metro dan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

(39)

23

diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. Adapun kriteria-kriteria informan tersebut adalah:

1. Orang yang bersangkutan merupakan tokoh masyarakat dan merupakan penduduk asli setempat.

2. Orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai objek permasalahan yang akan diteliti.

3. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

4. Informan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.

5. Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani.

Penulis akan melakukan wawancara dengan Bapak Cipto, Bapak Wartomo, Bapak Jadi selaku umat Katolik asli Metro, Pastor Kornelius Dwijo Soekarno adalah Pastor yang berasal dari Metro dan Uskup Andreas Henrisoesanta selaku Uskup ke-2 di Lampung.

(40)

24

permasalahan, dengan demikian dibuatlah suatu panduan wawancara yang disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi panduan wawancara untuk memudahkan penyusunan pertanyaan sehingga sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan.

b. Memilih pertanyaan yang relevan. Butir-butir pertanyaan yang tertian dalam kisi-kisi, selanjutnya dipilih mana yang diperlukan dan mana yang tidak, sehingga tidak terjadi tumpang tindih (dan penghamburan waktu maupun tenaga dalam pelaksanaan).

c. Mencobakan (try out). Daftar pertanyaan yang sudah disusun sebelum digunakan terlebih dahulu dicobakan, agar dapat diketahui kelemahan serta efektivitasnya. Hasil percobaan selanjutnya dijadikan dasar untuk perbaikan atau revisi.

d. Membuat panduan wawancara yang siap digunakan.

2. Teknik Kepustakaan

Menurut Hadari Nawawi, teknik studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku literature yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Hadari Nawawi, 2001:133).

(41)

25

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik kepustakaan adalah suatu cara yang digunakan seorang peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Teknik kepustakaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dalam usaha untuk memperoleh beberapa teori maupun argumen yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan masalah yang diteliti.

3. Teknik Dokumentasi

Menurut Koentjaraningrat, yang dimaksud teknik dokumentasi yaitu suatu metode atau cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti (Koentjaraningrat, 1997:188).

Menurut Suharsimi Arikunto, teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan dengan cara dokumentasi berarti menyelidiki benda-benda tertulis, baik berupa catatan, buku-buku, majalah, prasasti, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1989:48).

(42)

26

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa teknik dokumentasi adalah suatu metode atau cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis untuk mendapatkan informasi baik data tertulis maupun dalam bentuk gambar, photo, catatan, buku, surat kabar dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dengan menggunakan teknik dokumentasi peneliti berusaha untuk mengumpulkan buku-buku, surat kabar, catatan maupun manuskrip data yang sesuai dengan kajian penelitian yakni Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro tahun 1935-2013.

4. Teknik Observasi

Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan (Kartono, 1980:142).

Observasi diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian, baik penelitian kuantitatif dan kualitatif.

(43)

27

relevan maupun pengetahuan yang diperoleh dari data tentang masuk dan berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro.

D. Teknik Analisis Data

Setelah data-data dikumpulkan melalui berbagai macam penyeleksian, selanjutnya data-data tersebut akan dianalisis untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan. Teknik analisis data ada dua macam, yaitu teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif.

Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu data yang berupa fenomena-fenomena yang terjadi yang dikumpulkan dalam bentuk laporan dan karangan para sejarawan sehingga memerlukan pemikiran yang mendalam guna menyelesaikan masalah penelitian.

Menurut Miles dan Huberman, tahapan-tahapan dalam proses analisis data kualitatif, meliputi:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan kemudian akan dituangkan dalam bentuk laporan. Selanjutnya adalah proses mengubah rekaman data kedalam pola, kategori dan disusun secara sistematis. Proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstrakan dan transpormasi data dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian berlangsung. Fungsi dari reduksi data ini adalah untuk menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisir sehingga interpretasi bisa dilakukan dengan mudah. Data yang direduksi akan memberikan gambaran mengenai hasil pengamatan yang mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.

(44)

28

Penyajian data adalah penampilan data sekumpulan data yang memberi kemungkinan untuk menari kesimpulan dari pengambilan tindakan.

Bentuk penyajiannya antara lain dengan cara memasukkan data ke dalam sejumlah matrik, grafik dan bagan yang diinginkan atau bisa juga hanya dalam bentuk naratif saja.

3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah data direduksi, akan dimasukkan kedalam bentuk bagan, matrik, dan grafik, maka tindak lanjut peneliti adalah mencari konfigurasi yang mungkin menjelaskan alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan harus senantiasa diuji selama penelitian berlangsung (Miles dan Huberman, 1992:28).

Berdasarkan pendapat diatas, maka langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil kesimpulan pada penelitian ini adalah:

1. Mencari data-data yang relevan dengan penelitian.

2. Menyusun dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari sumber yang didapat dilapangan.

(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses masuknya Agama Katolik di Paroki Metro terlihat pada masa penjajahan Belanda tahun 1935-1941 melalui peran para misionaris yang giat mengajar agama berkeliling ke kampung-kampung (dakwah) dan melalui karya pendidikan yaitu pada tahun 1952 didirikan Sekolah Rakyat Xaverius yang membuat Agama Katolik cepat berkembang karena tidak sedikit yang memutuskan menjadi Katolik setelah mengenyam pendidikan di SR Xaverius.

(46)

73

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis yang telah penulis lakukan maka ada beberapa saran yang penulis sampaikan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada seluruh umat Katolik yang berada dalam Paroki Hati Kudus Yesus Metro agar menghargai perjuangan para Misionaris dalam membangun iman umat di Metro dengan menjaga warisan sejarah yang ditinggalkan oleh para Misionaris.

2. Diharapkan kepada Umat Katolik di Paroki Metro agar selalu menjaga kerukunan antar umat beragama demi terwujudnya Kota Metro yang tenteram, nyaman dan damai.

3. Diharapkan kepada Umat Katolik di Paroki Metro aktif di berbagai kegiatan agama dan kegiatan gereja agar penguatan iman terwujud dalam diri umat.

4. Karya pendidikan Katolik di Metro semakin ditingkatkan. Diharapkan para guru yang mengajar di sekolah Katolik di Metro menyelipkan informasi dan pengetahuan tentang sejarah masuk dan berkembangnya Agama Katolik di Metro agar mereka mengetahui bagaimana proses penyebaran agama Katolik di Metro.

(47)

74

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2005.Psikologi Perkembangan.Jakarta: Rineka Cipta. Alkitab. (2004). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.Bandung: Bina Aksara.

G. Budi Subanar, SJ,Kesaksian Revolusioner Seorang Uskup di Masa Perang (Catatan

Harian Mgr. A. Soegijapranata, SJ), Yogyakarta: Galang Press, 2003

Gottschalk, Louis. 1983. Mengerti Sejarah (Terjemahan Nugroho Notosusanto). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Gunartati, Veronika. 2003.Benih Yang Tertabur. Bandar Lampung: Panitia Perayaan 75 tahun Gereja Kristus Raja Tanjungkarang, Lampung.

Gunartati, Veronika. 2003.Benih Yang Tertabur. Bandar Lampung: Panitia Perayaan 75 tahun Gereja Kristus Raja Tanjungkarang, Lampung.

Gunartati, Veronika. 2003.Benih Yang Tertabur. Bandar Lampung: Panitia Perayaan 75 tahun Gereja Kristus Raja Tanjungkarang, Lampung.

Heeren, H.J. 1979.Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: Gramedia. Heeren, H.J. 1979.Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Kasiram, Moh. 1983.Ilmu Jiwa Perkembangan. Surabaya: Usaha Nasional Koentjaraningrat. 1997.Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta: Gramedia Konferensi Waligereja Indonesia (KHK).Op. Cit.hal 515

Konferensi Waligereja Indonesia. 1983.Kitab Hukum Kanonik.Yogyakarta : Kanisius.

Konferensi Waligereja Indonesia.1996. Iman Katolik: buku informasi dan referensi. Yogyakarta: Kanisius

Konferensi Waligereja Indonesia. 1996.Gereja Katolik Indonesia Jilid I.Yogyakarta: Kanisius.

Leysman C. & H.K. Theresia. 1984. Keuskupan Sufragan Tanjungkarang Selayang Pandang.Tanjungkarang.

(49)

Maryeini. 2005.Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Mathew G. Miles dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nawawi, Hadari. 2001. Instrument Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman).Jakarta: Inti Idayu.

Sayuti, Husein. 1989.Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung. Surachmat, Winarno. 1982.Pengantar Penelitian Ilmiah.Bandung: Tarsito.

Tim Penulis. 2007. Bunga Rampai Kenangan 75 Tahun Gereja Katolik di Paroki Santo Yosef Pringsewu. Pringsewu: Kanisius.

Tim Penyusun Keuskupan Tanjungkarang. 2001. Eritis Mihi Testes Kamu Akan Menjadi Saksiku.Medan. Bina Media

Tim Redaksi Obor. 2006. Obor Pembawa Terang Hati Edisi Juli 2006. Kota Metro: Komisi Komunikasi Sosial Dewan Pastoral Paroki Metro.

Tim Redaksi Obor. 2006. Obor Pembawa Terang Hati Edisi Juni 2006. Kota Metro: Komisi Komunikasi Sosial Dewan Pastoral Paroki Metro.

Yudhohusodo, Siswono. 1998.Transmigrasi Kebutuhan Negara Kepulauan Berpenduduk Heterogen dengan Persebaran yang Timpang. Jakarta: PT Jurnalindo Aksara Grafika.

Sumber lain:

Wahyuni, Nani. (2010).Definisi Perkembangan: Kompasiana [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/25/definisi-perkembangan-302556.html [diakses 20 Nopember 2013]

Referensi

Dokumen terkait

Manalu : Perkembangan Agama Katolik Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Di Lintongnihuta (1937 – 1985), 2010... Manalu : Perkembangan Agama Katolik Dan Pengaruhnya Terhadap

Yesus. Pendidik an Agama Katolik untuk SD kelas I..  Merumuskan pesan Kitab Suci tentang penggunaan anggota Tubuh sesuai kehendak Tuhan.  Mengemukakan contoh

Dalam melakukan penyebaran agama Katolik itu sendiri pastor atau misionaris menggunakan beberapa pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat mau masuk agama Katolik

Persoalan pokok dalam skrispi ini adalah bagaimana memberikan pendampingan bagi keluarga muda Katolik yang sesuai dengan kebutuhan dan selaras dengan ajaran Gereja di Paroki

Hasil penelitian ini menunjukan sebagai berikut: (1) Latar belakang terbentuknya Paroki Kristus Raja Tugumulyo dan perjuangan umat Katolik dalam membangun dan membina iman

Hasil penelitian ini menunjukan sebagai berikut: (1) Latar belakang terbentuknya Paroki Kristus Raja Tugumulyo dan perjuangan umat Katolik dalam membangun dan membina iman

Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan

Agama Islam secara resmi diterimadi kerajaan Konawe pada masa pemerintahan Lakidende II, Sebelum Lakidende II menerima gelar Mokole beliau telah diutus ayahnya untuk