• Tidak ada hasil yang ditemukan

KENDALA-KENDALA PENYEBARAN AWAL AGAMA KATOLIK DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR (1936-1961).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KENDALA-KENDALA PENYEBARAN AWAL AGAMA KATOLIK DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR (1936-1961)."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KENDALA-KENDALA PENYEBARAN AWAL AGAMA

KATOLIK DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

(1936-1961)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi sebagian

Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

TARAPUL THERESIA SITOHANG NIM. 309121078

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

▸ Baca selengkapnya: doa pemberkatan rumah agama katolik

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Tarapul Theresia Sitohang. NIM. 309121078. Kendala-kendala Penyebaran Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir (1936-1961). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. Medan 2013

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih setianya

penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dengan judul “

Kendala-kendala Penyebaran Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi

Kabupaten Samosir (1936-1961).

Sebelumnya penulis ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada

Ayahanda (B.Sitohang) dan Ibunda tercinta (J.Sinaga) yang selalu setia

menyemangati, mendidik, menasehati serta membantu penulis dalam doa maupun

materi untuk penyelesaian skripsi dan dalam banyak hal lainnya. Kalau ada

ucapan diatas terimaksih itulah yang akan penulis ucapkan kepada ayah dan ibu,

tetapi hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis ucapkan. Semoga

bapak/mama sehat selalu dan panjang umur dan selalu dalam lindungan Tuhan.

Serta Kapada Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi

penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran dan

kritikan mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

Dalam melaksanakan penelitian maupun dalam menyelesaikan skripsi ini

penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada

kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

(6)

3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum, selaku ketua jurusan dan sekaligus

penguji skripsi penulis yang menberikan saran, masukan dan

memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku sekretaris jurusan yang

telah banyak meluangkan waktu untuk kelancaran pembuatan skripsi

dan mempermudah kelengkapan berkas skripsi serta sebagi dosen

penguji skripsi penulis.

5. Bapak Drs. Ponirin,M.Si selaku dosen penasehat akademik sekaligus

penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan dan dalam penyelesaian skripsi.

6. Kepada ibu Mina selaku tata usaha jurusan Sejarah yang banyak

membantu dalam kelengkapan berkas yang dibutuhkan penulis.

7. Kepada Oppung Drs.S. Rajagukguk/ R.Sinaga trimakasih buat kesediaan

oppung menyediakan tempat yang bisa penulis nikmati mulai penulis

menginjakkan kaki ke Medan ini sampai penulis mengakhiri studi juga.

8. Kepada Pastor Damianus Gultom OFMCap, dan Pastor Nicolaus

Manurung OFMCap selaku pemimpin pastoran Palipi yang selalu

memberikan motivasi kepada penulis disaat penelitian dan

memperlancar penelitian penulis..

9. Buat kakak dan Abang penulis (kak Nelly Sitohang dan abang iparku

O.Simbolon, Bg Cristian dan keluarga, Bg Sony Sitohang) yang bukan

(7)

selalu mendukung penulis secara moral, spritual maupun material mulai

dari penulis kuliah hingga selesainya..

10. Kakak Mak Aprianty Sitohang(alm) terimakasih buat bantuan dana

kepada penulis pada saat awal perkuliahan, semoga kakak diterima disisi

Tuhan.

11. Kepada tulang R Sinaga dan keluarga terimakasih buat nasehat dan

kucuran dana yang selalu mengisi kantong penulis disaat tulang datang

ke Medan ini.

12. Kepada kak Pelina terimakasih buat kebaikan dan telah bersedia

mendengarkan keluhan dan menyemangati penulis.

13. Kepada semua keponakan Cristian,Ketlyn, Weldy, Aprianty, Aziz

terimakasih buat hiburan dan senyumannya. Semoga menjadi anak-anak

yang baik.

14. Sahabat penulis Group ACP yaitu Sarah, Lely N, Lusi,leli V, febry

Yosephine, Devita thanks buat canda tawa dan bantuannya fren, semoga

persahabatan ini sampai tua nanti dan semoga kita mendapatkan segala

cita-cita dan impian masing-masing. Good luck for all.

15. Teman-teman seperjuangan kelas A-reguler 2009 (Irma, Sarah Sartika,

Rara Kalidazia, Nasria, Mehawani, Darnita, Asmidar, Maylina, Novita,

Saspikanta, Syaripudin B, Leo, Januar, Armiendo, Novriandi, Irvan,

M.Ikshan, Risdam, syarifudin S, Augus, Arif B) serta Kelas B-reguler

dan ekstensi mungkin penulis tidak bisa menyebutkan namanya satu

(8)

16. Teman seperjuangan satu PS (Margaretha, Siti Fatima, Hotnida, Ahmad

Husni, Nella, Arif Budiman) yang banyak menyemangati penulis mulai

penulisan skripsi ini sampai selesai.

17. Buat Dian Lestiani yang banyak meluangkan waktu untuk menemani

penulis dan bersedia mendengarkan ocehan dan keluhan penulis.

18. Buat pariban Dion Sinaga yang telah meluangkan waktu untuk

menemani penulis pada saat penelitian.

19. Buat satu organisasi IMKP trimakasih buat semua kebersamaan dan

senyuman kalian yang membuat penulis semangat.

20. Teman-teman satu PPL SMP N 1 P.MERBAU (Amelia,Renata,

Bg.sovian, Elia, Nila, Cut, Frengky, Dedi,Raden,Iin, Davit,Putry, Lia,

Esty, K’Nisa, K’Ida, B’Zai, Dana,Dila, Eka).

21. Buat teman satu kost sweet 17 K’Rifka, K’Lina trimakasih canda tawa,

motivasi yang saya dapatkan dari kakak dan Amelia teman satu kamar

yang setia mendengarkan keluhan dan cerita penulis.

Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak. Dan

kepada teman-teman dan pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu

namanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini

bisa bermamfaat bagi semua pembaca.

Medan, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Mamfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Konseptual... 9

1. Palipi Sekilas Pintas... 9

2. Kendala Penyebaran Awal... 10

3. Penyebaran... 11

4. Agama Katolik... 12

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian... 19

B. Lokasi Penelitian... 19

C. Sumber Data... 20

D.Teknik Pengumpulan Data... 21

E. Teknik Analisis Data... 23

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 24

a. Letak dan Geografis... 24

b. Luas wilayah dan rasio terhadap luas kecamatan menurut Desa.. 26

c. Populasi Masyarakat... 28

d. Komposisi Masyarakat Berdasarkan Agama... 30

e. Komposisi Rumah Ibadah... 31

f. Komposisi Ketenagakerjaan... 32

g. Pendidikan Dan Kesehatan... 33

B. Hasil Penelitian 1. Kepercayaan masyarakat Palipi sebelum masuknya agama Katolik... 35

2. Awal Misi Misionaris di Sumatera... 37

2.1.Stasi-stasi awal di Sumatera... 38

2.2.Perjuangan bermisi di Tanah Batak... 40

(11)

3. Pendekatan yang dilakukan misionaris dalam menyebarkan

agama Katolik ... 47

3.1.Pendekatan pendidikan... 47

3.2.Pendekatan sosial-ekonomi... 53

3.3.Pendekatan kesehatan... 56

4. Kendala-kendala Penyebaran awal agama Katolik... 59

4.1.Kendala dari dalam (intern)... 59

4.2.Kendala dari luar (ekstern)... 66

5. Strategi yang dilakukan dalam mengatasi kendala... 70

5.1.Strategi lopen en dopen... 71

5.2.Strategi pendekatan budaya... 73

5.3.Strategi perekrutan raja huta... 75

5.4.Pembangunan fasilitas Katolik di tempat startegis... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 80

B. Saran... 84

(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Letak geografis dan ketinggian kecamatan di Kabupaten Samosir...25

2. Tebel 2. Luas Kecamatan dan Rasio menurut Desa...27

3. Populasi Masyarakat Palipi...29

4. Jumlah penduduk dirinci menurut Agama...30

5. Banyaknya rumah ibadah menurut jenis dan Desa... 31

6. Komposisi sarana kesehatan Umum... 34

7. Daftar Pastor yang pernah bertugas di Palipi... 45

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Daftar Nama Informan

Lampiran 3. Peta Paroki Palipi

Lampiran 4. Peta lokasi Penelitian

Lampiran 5. Daftar Foto Penelitian

Lampiran 6. Permohonan Judul Skripsi

Lampiran 7. Penerbitan Surat Izin Penelitian Dari Jurusan

Lampiran 8. Izin Mengadakan Penelitian Dari Fakultas

Lampiran 9. Surat Telah Menyelesaikan Penelitian

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Palipi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir,

daerah ini dekat dengan Danau Toba, memiliki kekayaan alam yang berpotensi

dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

tanam, beternak, berladang, dan ada juga sebagian yang menangkap ikan ke

Danau Toba. Setiap harinya di desa ini ada pajak kecil, di tempat itulah hasil

tangkapan ikan setiap hari dijual.

Kehidupan masyarakat palipi sebelum masuknya agama sangatlah berbeda

bila dibandingkan dengan sesudah masuknya agama. Dahulu sebelum masuknya

agama katolik masyarakat Palipi telah menganut religi tradisional yang

merupakan kepercayaan sekaligus adat-istiadat orang Batak yaitu menyembah roh

nenek moyang atau bahasa setempat di sebut dengan “ugamo sipele begu”, namun

sekarang setelah masuknya Agama, masyarakat sudah mengenal adanya Tuhan.

Agama kuno orang Indonesia pada hakikatnya bertipe sama. Meskipun

jumlah, nama, dan mitos dewa-dewa berbeda, penyembahan nenek moyang dan

pemujaan roh-roh dijumpai pada semua bangsa Melayu, artinya agama mereka

didasarkan atas pandangan animistik tentang roh. Inti agama kuno adalah

pemujaan terhadap roh-roh dan rasa takut terhadap arwah-arwah. Joosten

(15)

Ketika melancong ke Samosir khususnya Palipi pengunjung pasti bakal

terperanjat menyaksikan begitu banyak kuburan dan makam. Arti dari kuburan

dan makam besar tersebut adalah orang-orang masih percaya kapada roh-roh

nenek moyang. Tipe monumen yang tampak sejak tahun limapuluhan mempunyai

sebuah patung leluhur dalam posisi berdiri dan mengenakan busana tradisional

Batak. Bila leluhur telah dimuliakan kedalam kedudukan Ompu, atau sang Kakek

dia siap mendatangkan berkah atas semua keturunannnya. Dia bukan lagi arwah

yang suka menghantui, melainkan roh yang pantas untuk disembah dimuliakan

dan dihormati. Joosten (1992:72)

Awal masuknya agama Katolik di Palipi tidak terlepas dari datangnya Para

misionaris Belanda ke Tanah Batak. Pada tahun 1934 Pastor Sybrandus Van

Rossum OFM Cap tinggal dan menetap tinggal di Balige. Selanjutnya agar

seluruh penjuru dan tanah Batak mendapatkan pelayanan Katolik maka pada

tahun 1936 Pastor Diego Van Den Binggelaar, OFM Cap datang ke Samosir pada

tanggal 20-01-1936 tepatnya di Simbolon kecamatan Palipi.

Dengan dibukanya post pertama di Simbolon-Palipi maka P.Van Den

Binggelaar naik turun lembah dan bukit pulau Samosir dia berjalan kaki dari

kampung ke kampung, berunding dengan orang Batak dan mengurus apa saja

yang dibutuhkan oleh orang-orang kampung.

Pada awal penyebaran agama katolik ke Palipi jalan panjang dan penuh

liku, ada hambatan yang dihadapi para misionaris dan pembawa agama katolik itu.

Pada saat datangnya agama katolik masyarakat sudah memliki agama tradisional

(16)

saat itu sulit untuk menerima perubahan yang dibawa para misionaris katolik,

mereka bertahan dalam kepercayaan dan kebiasaan yang diyakininya benar.

Tanggapan awal yang kurang antusias dari misi katolik. Tahun 1912 pastor

Jesuit menyerahkan misi di sumatera kepada kapusin Belanda. Namun pada awal

misi para misionaris kurang dipersiapkan untuk bermisi di indonesia terutama

untuk orang-orang pribumi. Mereka kurang memahami budaya, agama, dan

adat-istiadat setempat. Orang Belanda yang mereka kenal di Indonesia berbeda dengan

ketika mereka masih di Belanda. Hal ini mengakibatkan banyak misionaris yang

tidak bertahan. Misi menjadi dianggap sangat berat bahkan pada tahun 1917

pimpinan Propinsi Belanda memohon kepada Kuria general di Roma agar

provinsi Belanda dibebaskan dari misi di Sumatera tetapi permohonan di tolak.

Purba (2009:2)

Pada tahun 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang.

Ketika kekuasaan diambil alih oleh Jepang maka orang-orang Belanda yang masih

tinggal di Indonesia ditawan oleh tentara Jepang tidak terkecuali para pastor yang

sedang menjalankan misi di tanah Batak. Situasi bahwa semua orang Belanda

akan di interniran, sudah diketahui oleh para misionaris sebelumnya. Maka

mereka mulai memikirkan pelayanan kepada umat saat mereka di interniran.

Penawanan para misionaris kapusin tidak serentak, tetapi menurut

sampainya Jepang dimana misionaris-misionaris tinggal. Mereka ditawan di tiga

kamp bersama-sama dengan orang Belanda lainnya. Di kamp itu mereka

(17)

yang berat, tetapi juga menderita kerana kena wabah penyakit menular. Joosten

(2011:7).

Sesudah Jepang menyerah kepada Sekutu, para misionaris Kapusin

dibebaskan tetapi mereka masih berkumpul di kota-kota. Mereka tidak diizinkan

ke kampung-kampung. Setelah proklamasi kemrdekaan Indonesia, suasana

semakin panas dan gawat. Joosten (2008:25)

Sebelum masuknya pengaruh katolik ke Palipi terlebih dahulu berkembang

pengaruh Zending protestan di daerah ini, jadi pengaruh dan pengikut zending

protestan sudah banyak dan meluas pada masyarakat. Dan pada saat penyebaran

misi katolik itu ke tanah batak termasuk ke Palipi tidak ada izin dari pemeritah

Hindia Belanda. Peraturan itu adalah buatan pemrintah hindia Belanda yang

disebut dengan artikel 123 indische Regeringsreglement atau artikel 177 yang

merupakan revisi dari artikel 123 1925 ditulis bahwa “ untuk melaksanakan tugas

dan pelayanannya, guru-guru kristen, imam-imam dan para penginjil harus

mempunyai izin masuk yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal, untuk

melaksanakan tugas pelayanannya.

Dengan adanya peraturan tersebut membuat Gubernur Jenderal berhak

untuk tidak memberikan izin kepada misionaris katolik untuk masuk ke Palipi

alasannya bahwa di palipi dan daerah tanah batak lainnya sudah ada zending

protestan, maka kalau diberikan izin maka akan tenjadi dubbele Zending.

Zending ganda tersebut bisa mengundang perkelahian antara denominasi gereja.

Pemerintah tetap menjamin dan memberikan izin kepada misionaris mengunjungi

(18)

ada di suatu daerah tertentu atau misionaris diizinkan masuk tetapi tidak boleh

membuat propoganda.

Melihat banyaknya tantangan yang dihadapi oleh misionaris katolik pada

saat awal penyebaran agama katolik di tanah batak maka dari pemasahan itu,

maka penulis merasa tertarik untuk membahas “ Kendala-Kendala Penyebaran

Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir (1936-1961). Dan alasan penulis membuat tahun dari 1936-1961 karena mulai tahun 1936

datang misionaris katolik ke Samosir yaitu P.Van Den Biggelar dan pada tahun

1961 itulah awal mulai pendirian hierarki katolik di Indonesia yang mengandaikan

harapan yang pasti bahwa gereja Indonesia akan dapat jadi dewasa dan berdikari.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dalam penelitian ini dapat

di identifikasikan beberapa permaslahan yaitu sebagai berikut:

1. Kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum masuknya agama

katolik.

2. Masuknya agama katolik ke Palipi.

3. Pendekatan yang dilakukan misionaris dalam penyebaran Agama

Katolik di Palipi.

4. Kendala-kendala penyebaran awal agama katolik di palipi

5. Strategi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan penyebaran awal

(19)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan masalah, serta keterbatasan peneliti untuk

meneliti keseluruhan permasalah di atas, maka dari berbagai masalah yang di

identifikasikan, penulis hanya mebatasi masalah pada:”Kendala-kendala

Penyebaran Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir (1936-1961)”.

D. Perumusan Masalah

Untuk lebih mendekatkan tujuan penulis dan mempermudah pembahasan,

maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum

datangnya agama katolik?

2. Sejak kapan agama katolik masuk ke Palipi?

3. Bagaimana pendekatan yang dilakukan misionaris dalam menyebarkan

Agama Katolik?

4. Apa yang menjadi kendala-kendala penyebaran awal agama katolik?

5. Bagaimana strategi untuk mengatasi kendala penyebaran awal agama

(20)

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum

datangnya agama katolik

2. Untuk mengetahui sajak kapan agama katolik itu masuk ke Palipi

3. Untuk mengetahui pendekatan yang dilakukan misionaris dalam

menyebarkan Agama Katolik

4. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam penyebaran awal agama

katolik

5. Untuk mengetahui srtategi mengatasi kendala penyebaran awal agama

katolik di Palipi.

F. Manfaat penelitian

Dengan mencapai tujuan penelitian di atas, diharapkan hasil penelitian ini

dapat memberikan mampaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan tentang kendala apa saja yang

di alami para misionaris dalam membawa agama katolik pertama

kalinya di samosir tepatnya di Palipi dan juga sebagai bahan masukan

bagi peneliti selanjutnya dlam usaha pengembangan pengetahuan

sejarah lokal.

2. Bagi guru, sebagai referensi untuk bahan ajar tentang sejarah lokal

(21)

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan pembelajaran bahwa pada saat

masuknya agama katolik ke Palipi banyak tantangan yang di hadapi dan

pada akhirnya masyarakat merasakan adanya pengaruh datangnya

agama katolik itu sampai sekarang baik di bidang pendidikan, kesehatan,

dan kepercyaan dan juga di bidang sosial dan perekonomian.

4. Bagi pembaca, untuk menembah wawasan pembaca mengenai

kendala-kendala masuknya agama katolik itu ke samosir khususnya di palipi.

5. Bagi UNIMED, untuk menambah perbendaharaan karya imiah bagi

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil

beberapa kesimpulan yakni:

1. Kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum datangnya agama

Katolik adalah menyembah di rumah-rumah atau disebut sipele begu dan

ada juga sebagian memiliki tempat ibadah yaitu parmalim, samisara, ini

merupakan suatu kepercayaan yang yang dianut oleh masyarakat Palipi.

Pada dasarnya masyarakat Palipi pada saat sebelum datangnya agama

Katolik menagakui lima dewa utama, Batara Guru, Soripada,

Mangalabulan, Ompu Mula Jadi Nabolon dan Debata Asiasi. Bapa para

dewa dan dewa pencipta adalah Ompu Mulajadi Nabolon. Hampir tidak

ada perbedaan antara kelima dewa tersebut kadangkala mereka dapat

dipertukarkan begitu saja

2. Sejarah masukya Agama katolik ke Palipi pada umumnya berawal sejak

pemerintah Hindia Belanda memberi izin masuk dan tinggal di Tanah

Batak. Sejak misionaris-misionaris masuk Sumatera 1911

kelompok-kelompok orang Batak telah menyatakan keinginannya untuk masuk

agama Katolik. Mgr. Brans mengangkat Pastor Sybrandus Van Rossum

sebagai misionaris pertama di Daerah Misi Tanah Batak dan di suruh ke

Balige. Pada tanggal 08 November 1935 Mgr.Brans mengunjungi

Samosir. Karena menurut Mgr.Brans yang pada masa itu merupakan

(23)

mengangkat pastor Diego Van Den Biggelar (ompu Bornok) pada tanggal

20-01-1936 untuk tinggal menetap dan meyebarkan agama katolik di

Palipi. Pada saat itulah awal mula penyebaran agama Katolik di Samosir

dan Paroki Pertama di Samosir terdapat di kecamatan palipi Tepatnya di

Simbolon.

3. Pendekatan yang dilakukan para misionaris dalam melancarkan

penyebaran awal agama Katolik adalah dengan melakukan pendekatan

dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Pada dasarnya

misionaris memberikan bantuan baik dalam memberikan obat-obatan

kepada masyarakat yang pada saat itu sangat sulit didapatkan disebabkan

kerana belum ada rumah sakit di daerah itu, memberikan bantuan dana

kepada masyarakat miskin, dan membantu dalam bidang keterampilan

melalui pendidian yang mereka ajarkan.

4. Yang menjadi kendala penyebaran awal agama katolik di Palipi

 Kendala-kendala dari dalam (intern) larangan dari Hindia Belanda

Artikel 123, sifat tanggapan awal yang kurang antusias dari misi

Katolik, masa pendudukan Jepang di Indonesia, masa kelabu

1945-1949,

 Kendala-kendala dari luar (extern) adalah pada saat itu misionaris

banyak yang tidak mengerti akan bahasa setempat dan mereka

telah memiliki agama suku yang sangat kental mereka yakini.

Selanjutnya yang membuat misi itu terkendala karena pada saat

(24)

Protestan sudah pertama masuk ke tanah batak dan Palipi sehingga

para masionaris kesulitan dalam mengembangkan Agama Katolik.

5. Strategi misionaris dalam mengatasi keulitan penyebaran Agama katolik di

Palipi dengan berbagai macam pendekatan. Mereka berusaha mempelajari

bahasa setempat yaitu bahasa batak, dan berusaha memahami adat-istiadat

yang masyarakat lakukan setiap harinya. Mendirikan sarana dan prasarana

yang megah yan berhasil menarik perhatian masyarakat untuk mendekat.

Pada dasarnya misionaris yang menyebarkan agama katolik itu juga tidak

sungkan-sungkan berjalan kaki menapaki jalan-jalan kecil dan menaiki

pegunungan dan bertutur sapa kepada masyarakat. Misionaris pada

dasarnya memberikan bantuan kepada masyarakat baik dalam materi dan

tenaga. Melakukan pendekatan kepada Raja Huta sebagai jalan pertama

mendekatkan diri dengan masyarakat. Dan memudahkan penyebaran

(25)

B. SARAN

1. Sebaiknya Agama Katolik lebih aktif dalam kontrol sosial dan moral bagi

masyarakat Palipi dengan melakukan pembinanaan-pembinaan seperti

yang dilakukan pada saat penyebaran awal agama Katolik itu sendiri ke

Palipi, dengan merangkul dan memberikan pengajaran dan bimbingan

kepada masyarakat awam agar mengerti akan arti agama, supaya

masyarakat jangan semakin terjebak dalam kehidupan yang hedonisme

seperti perjudian, seks bebas, penyimpangan dari ajaran agama, dan

kehidupan hura-hura lainya. pihak katolik juga harus mampu menegakkan

nilai kebenaran baik dalam daerah dan benar-benar mengenali

undang-undang kedaerahan yang tidak sesuai ajaran moral.

2. Katolik yang berarti universal atau bersifat umum. Dalam hal ini

diharapakan kepada pihak katolik tidak membedakan pelayanannya

kepada semua masyarakat. Pada dasarnya diharapkan kepada semua pihak

katolik dalam melakukan pelayanan tidak mengenal suku, ras, kulit dan

agama dan golongan. Dengan pelayanan holistic merupakan ajaran dari

setiap gereja termasuk juga katolik, untuk itu dalam memberikan

bantuan-bantuannya kepada masyarakat sebaiknya tidak hanya terbatas kepada

(26)

3. Dengan adanya sarana dan prasarana yang dikelola pihak katolik itu

sendiri seperti sekolah-sekolah, balai pengobatan dan credit union yang

diharapkan memberikan keringanan seperti sekolah memberikan

subsidi/bantuan kepada pihak yang kurang mampu agar semakin menarik

perhatian masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah

tersebut , balai pengobatan atau polyklinik yang dikelola pihak katolik

agar meminimalisasi biaya berobat yang dikenakan kepada masyarakat

tanpa mengurangi kualitasnya karena penulis yakin bahwa visi, misi,

katolik hadir bukan hanya untuk orang-orang yang mampu tetapi juga

(27)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Aster, Gentiles OFM Cap. 1961. Kepentingan Kita Berbeda, Lima Puluh Tahun

Misi Kapusin Di Sumatera (1911-1961). Medan: Bina Media Perintis

Aster, Gentiles OFM Cap. 2008. Mujizat di Tanah Batak ( Awal Misi Katolik di

Tanah Batak (1934-1961). Kabanjahe

Bintarto. 1978. Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES

BPS. 2013. Samosir Dalam Angka 2012. ( Badan Pusat Statistika Samosir )

BPS.2012. Palipi Dalam Angka 2012. ( Badan Pusat Statistika Samosir )

Geertz, Clifford.1992. Kebudayaan dan agama. Yokyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI)

Joosten, Leo OFM Cap.1993. Samosir Selayang Pandang. Medan: Penerbit Bina Media perintis.

Joosten, Leo OFM Cap. 2008. Tali Pengukur Jatuh Ke tanah Permai. Medan: Bina Media Perintis

Joosten, Leo OFM Cap.2011. Awal Gereja Katolik Di samosir 1936-2011. Medan :Bina Media Perintis

Koentjaraningrat.1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia

Marannu, Maris Pr. 2003. Mengapa saya memilih agama katolik?. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama

Nainggolan, Togar. 2012. Batak Toba, Sejarah dan Trasformasi Religi. Medan: Bina Media Perintis

Prasetya. 2006. Panduan menjadi katolik. Yogyakarta: penerbit kanisius

Purba, Angelo OFM.Cap. 2009. Matahari terbit di Tanah Batak. Balige

Raho, Bernard SVD.2013. Agama Dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta: obor

Simamora, Yosafat,dkk. Jubileum 100 Tahun Kapusin Di Indonesia. Medan: PT. Bina media perintis

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2002. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang

(28)

2

Sinaga, Anicetus OFM Cap. 2007. Imamat Batak Menyongsong Katolik. Medan: Bina Media Perintis

Situmorang, Bonaventura OFM Cap. 2010. Parbarita Na Tongtong Marbarita

(Apologia do Mulana, Barita do Impolana. Pematang Siantar : Biara

Kapusin St. Fransiskus

Sjamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Theeuwes, Crispinianus, dkk.1990. Cita Dan Cerita Kapusin. Medan: Bina Media Perintis

Vandiemen, Arie OFM Cap. 2010. Seratus Tahun Kapusin di Sumatera. Pematang Siantar

.2001. ALKITAB. Jakarta: Lembaga Alkitan Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Sangat sedikit diperoleh bahan-bahan mengenai sejarah masuk dan berkembangnya agama Katolik di daerah Kabupaten Pasaman Barat, baik dari segi buku ataupun tulisan

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui tentang proses penyebaran Agama Kristen oleh Missionaris Jerman di Narumonda, untuk mengetahui peran dari situs dan bangunan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui awal mula Penyebaran Agama Buddha pada Masyarakat Karo di Kabupaten Langkat, apa latar belakang yang menyebabkan agama Buddha

Guru Pendidikan Agama Katolik juga memberi tugas berupa pekerjaan rumah (PR) agar siswa semakin memahami materi Pendidikan Agama Katolik yang telah disampaikan oleh guru

Pembinaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dilakukan: (a) agar tidak mengarah terhadap pembentukan agama baru.(b) untuk mengefektifkan pengambilan langkah yang perlu agar

Sampai pada akhir tahun 1957, wilayah Gumawang yang telah dijadikan sebagai pusat misi penyebaran agama Katolik untuk daerah Belitang, hanya memiliki bangunan

Parmalim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara dalam. pelaksanaan adat

Ungkapan informan di atas menyatakan bahwa sebagian besar ajaran agama hindu di pelajari setelah masuk ke agama hindu. Hal tersebut dilakukan melalui belajar