KENDALA-KENDALA PENYEBARAN AWAL AGAMA
KATOLIK DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR
(1936-1961)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi sebagian
Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
TARAPUL THERESIA SITOHANG NIM. 309121078
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
▸ Baca selengkapnya: doa pemberkatan rumah agama katolik
(2)(3)(4)ABSTRAK
Tarapul Theresia Sitohang. NIM. 309121078. Kendala-kendala Penyebaran Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir (1936-1961). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. Medan 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih setianya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dengan judul “
Kendala-kendala Penyebaran Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi
Kabupaten Samosir (1936-1961).
Sebelumnya penulis ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada
Ayahanda (B.Sitohang) dan Ibunda tercinta (J.Sinaga) yang selalu setia
menyemangati, mendidik, menasehati serta membantu penulis dalam doa maupun
materi untuk penyelesaian skripsi dan dalam banyak hal lainnya. Kalau ada
ucapan diatas terimaksih itulah yang akan penulis ucapkan kepada ayah dan ibu,
tetapi hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis ucapkan. Semoga
bapak/mama sehat selalu dan panjang umur dan selalu dalam lindungan Tuhan.
Serta Kapada Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi
penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran dan
kritikan mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
Dalam melaksanakan penelitian maupun dalam menyelesaikan skripsi ini
penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum, selaku ketua jurusan dan sekaligus
penguji skripsi penulis yang menberikan saran, masukan dan
memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku sekretaris jurusan yang
telah banyak meluangkan waktu untuk kelancaran pembuatan skripsi
dan mempermudah kelengkapan berkas skripsi serta sebagi dosen
penguji skripsi penulis.
5. Bapak Drs. Ponirin,M.Si selaku dosen penasehat akademik sekaligus
penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan dan dalam penyelesaian skripsi.
6. Kepada ibu Mina selaku tata usaha jurusan Sejarah yang banyak
membantu dalam kelengkapan berkas yang dibutuhkan penulis.
7. Kepada Oppung Drs.S. Rajagukguk/ R.Sinaga trimakasih buat kesediaan
oppung menyediakan tempat yang bisa penulis nikmati mulai penulis
menginjakkan kaki ke Medan ini sampai penulis mengakhiri studi juga.
8. Kepada Pastor Damianus Gultom OFMCap, dan Pastor Nicolaus
Manurung OFMCap selaku pemimpin pastoran Palipi yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis disaat penelitian dan
memperlancar penelitian penulis..
9. Buat kakak dan Abang penulis (kak Nelly Sitohang dan abang iparku
O.Simbolon, Bg Cristian dan keluarga, Bg Sony Sitohang) yang bukan
selalu mendukung penulis secara moral, spritual maupun material mulai
dari penulis kuliah hingga selesainya..
10. Kakak Mak Aprianty Sitohang(alm) terimakasih buat bantuan dana
kepada penulis pada saat awal perkuliahan, semoga kakak diterima disisi
Tuhan.
11. Kepada tulang R Sinaga dan keluarga terimakasih buat nasehat dan
kucuran dana yang selalu mengisi kantong penulis disaat tulang datang
ke Medan ini.
12. Kepada kak Pelina terimakasih buat kebaikan dan telah bersedia
mendengarkan keluhan dan menyemangati penulis.
13. Kepada semua keponakan Cristian,Ketlyn, Weldy, Aprianty, Aziz
terimakasih buat hiburan dan senyumannya. Semoga menjadi anak-anak
yang baik.
14. Sahabat penulis Group ACP yaitu Sarah, Lely N, Lusi,leli V, febry
Yosephine, Devita thanks buat canda tawa dan bantuannya fren, semoga
persahabatan ini sampai tua nanti dan semoga kita mendapatkan segala
cita-cita dan impian masing-masing. Good luck for all.
15. Teman-teman seperjuangan kelas A-reguler 2009 (Irma, Sarah Sartika,
Rara Kalidazia, Nasria, Mehawani, Darnita, Asmidar, Maylina, Novita,
Saspikanta, Syaripudin B, Leo, Januar, Armiendo, Novriandi, Irvan,
M.Ikshan, Risdam, syarifudin S, Augus, Arif B) serta Kelas B-reguler
dan ekstensi mungkin penulis tidak bisa menyebutkan namanya satu
16. Teman seperjuangan satu PS (Margaretha, Siti Fatima, Hotnida, Ahmad
Husni, Nella, Arif Budiman) yang banyak menyemangati penulis mulai
penulisan skripsi ini sampai selesai.
17. Buat Dian Lestiani yang banyak meluangkan waktu untuk menemani
penulis dan bersedia mendengarkan ocehan dan keluhan penulis.
18. Buat pariban Dion Sinaga yang telah meluangkan waktu untuk
menemani penulis pada saat penelitian.
19. Buat satu organisasi IMKP trimakasih buat semua kebersamaan dan
senyuman kalian yang membuat penulis semangat.
20. Teman-teman satu PPL SMP N 1 P.MERBAU (Amelia,Renata,
Bg.sovian, Elia, Nila, Cut, Frengky, Dedi,Raden,Iin, Davit,Putry, Lia,
Esty, K’Nisa, K’Ida, B’Zai, Dana,Dila, Eka).
21. Buat teman satu kost sweet 17 K’Rifka, K’Lina trimakasih canda tawa,
motivasi yang saya dapatkan dari kakak dan Amelia teman satu kamar
yang setia mendengarkan keluhan dan cerita penulis.
Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak. Dan
kepada teman-teman dan pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu
namanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini
bisa bermamfaat bagi semua pembaca.
Medan, Juni 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Pembatasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Mamfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Konseptual... 9
1. Palipi Sekilas Pintas... 9
2. Kendala Penyebaran Awal... 10
3. Penyebaran... 11
4. Agama Katolik... 12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian... 19
B. Lokasi Penelitian... 19
C. Sumber Data... 20
D.Teknik Pengumpulan Data... 21
E. Teknik Analisis Data... 23
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 24
a. Letak dan Geografis... 24
b. Luas wilayah dan rasio terhadap luas kecamatan menurut Desa.. 26
c. Populasi Masyarakat... 28
d. Komposisi Masyarakat Berdasarkan Agama... 30
e. Komposisi Rumah Ibadah... 31
f. Komposisi Ketenagakerjaan... 32
g. Pendidikan Dan Kesehatan... 33
B. Hasil Penelitian 1. Kepercayaan masyarakat Palipi sebelum masuknya agama Katolik... 35
2. Awal Misi Misionaris di Sumatera... 37
2.1.Stasi-stasi awal di Sumatera... 38
2.2.Perjuangan bermisi di Tanah Batak... 40
3. Pendekatan yang dilakukan misionaris dalam menyebarkan
agama Katolik ... 47
3.1.Pendekatan pendidikan... 47
3.2.Pendekatan sosial-ekonomi... 53
3.3.Pendekatan kesehatan... 56
4. Kendala-kendala Penyebaran awal agama Katolik... 59
4.1.Kendala dari dalam (intern)... 59
4.2.Kendala dari luar (ekstern)... 66
5. Strategi yang dilakukan dalam mengatasi kendala... 70
5.1.Strategi lopen en dopen... 71
5.2.Strategi pendekatan budaya... 73
5.3.Strategi perekrutan raja huta... 75
5.4.Pembangunan fasilitas Katolik di tempat startegis... 76
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 80
B. Saran... 84
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Letak geografis dan ketinggian kecamatan di Kabupaten Samosir...25
2. Tebel 2. Luas Kecamatan dan Rasio menurut Desa...27
3. Populasi Masyarakat Palipi...29
4. Jumlah penduduk dirinci menurut Agama...30
5. Banyaknya rumah ibadah menurut jenis dan Desa... 31
6. Komposisi sarana kesehatan Umum... 34
7. Daftar Pastor yang pernah bertugas di Palipi... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Lampiran 2. Daftar Nama Informan
Lampiran 3. Peta Paroki Palipi
Lampiran 4. Peta lokasi Penelitian
Lampiran 5. Daftar Foto Penelitian
Lampiran 6. Permohonan Judul Skripsi
Lampiran 7. Penerbitan Surat Izin Penelitian Dari Jurusan
Lampiran 8. Izin Mengadakan Penelitian Dari Fakultas
Lampiran 9. Surat Telah Menyelesaikan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Palipi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir,
daerah ini dekat dengan Danau Toba, memiliki kekayaan alam yang berpotensi
dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok
tanam, beternak, berladang, dan ada juga sebagian yang menangkap ikan ke
Danau Toba. Setiap harinya di desa ini ada pajak kecil, di tempat itulah hasil
tangkapan ikan setiap hari dijual.
Kehidupan masyarakat palipi sebelum masuknya agama sangatlah berbeda
bila dibandingkan dengan sesudah masuknya agama. Dahulu sebelum masuknya
agama katolik masyarakat Palipi telah menganut religi tradisional yang
merupakan kepercayaan sekaligus adat-istiadat orang Batak yaitu menyembah roh
nenek moyang atau bahasa setempat di sebut dengan “ugamo sipele begu”, namun
sekarang setelah masuknya Agama, masyarakat sudah mengenal adanya Tuhan.
Agama kuno orang Indonesia pada hakikatnya bertipe sama. Meskipun
jumlah, nama, dan mitos dewa-dewa berbeda, penyembahan nenek moyang dan
pemujaan roh-roh dijumpai pada semua bangsa Melayu, artinya agama mereka
didasarkan atas pandangan animistik tentang roh. Inti agama kuno adalah
pemujaan terhadap roh-roh dan rasa takut terhadap arwah-arwah. Joosten
Ketika melancong ke Samosir khususnya Palipi pengunjung pasti bakal
terperanjat menyaksikan begitu banyak kuburan dan makam. Arti dari kuburan
dan makam besar tersebut adalah orang-orang masih percaya kapada roh-roh
nenek moyang. Tipe monumen yang tampak sejak tahun limapuluhan mempunyai
sebuah patung leluhur dalam posisi berdiri dan mengenakan busana tradisional
Batak. Bila leluhur telah dimuliakan kedalam kedudukan Ompu, atau sang Kakek
dia siap mendatangkan berkah atas semua keturunannnya. Dia bukan lagi arwah
yang suka menghantui, melainkan roh yang pantas untuk disembah dimuliakan
dan dihormati. Joosten (1992:72)
Awal masuknya agama Katolik di Palipi tidak terlepas dari datangnya Para
misionaris Belanda ke Tanah Batak. Pada tahun 1934 Pastor Sybrandus Van
Rossum OFM Cap tinggal dan menetap tinggal di Balige. Selanjutnya agar
seluruh penjuru dan tanah Batak mendapatkan pelayanan Katolik maka pada
tahun 1936 Pastor Diego Van Den Binggelaar, OFM Cap datang ke Samosir pada
tanggal 20-01-1936 tepatnya di Simbolon kecamatan Palipi.
Dengan dibukanya post pertama di Simbolon-Palipi maka P.Van Den
Binggelaar naik turun lembah dan bukit pulau Samosir dia berjalan kaki dari
kampung ke kampung, berunding dengan orang Batak dan mengurus apa saja
yang dibutuhkan oleh orang-orang kampung.
Pada awal penyebaran agama katolik ke Palipi jalan panjang dan penuh
liku, ada hambatan yang dihadapi para misionaris dan pembawa agama katolik itu.
Pada saat datangnya agama katolik masyarakat sudah memliki agama tradisional
saat itu sulit untuk menerima perubahan yang dibawa para misionaris katolik,
mereka bertahan dalam kepercayaan dan kebiasaan yang diyakininya benar.
Tanggapan awal yang kurang antusias dari misi katolik. Tahun 1912 pastor
Jesuit menyerahkan misi di sumatera kepada kapusin Belanda. Namun pada awal
misi para misionaris kurang dipersiapkan untuk bermisi di indonesia terutama
untuk orang-orang pribumi. Mereka kurang memahami budaya, agama, dan
adat-istiadat setempat. Orang Belanda yang mereka kenal di Indonesia berbeda dengan
ketika mereka masih di Belanda. Hal ini mengakibatkan banyak misionaris yang
tidak bertahan. Misi menjadi dianggap sangat berat bahkan pada tahun 1917
pimpinan Propinsi Belanda memohon kepada Kuria general di Roma agar
provinsi Belanda dibebaskan dari misi di Sumatera tetapi permohonan di tolak.
Purba (2009:2)
Pada tahun 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang.
Ketika kekuasaan diambil alih oleh Jepang maka orang-orang Belanda yang masih
tinggal di Indonesia ditawan oleh tentara Jepang tidak terkecuali para pastor yang
sedang menjalankan misi di tanah Batak. Situasi bahwa semua orang Belanda
akan di interniran, sudah diketahui oleh para misionaris sebelumnya. Maka
mereka mulai memikirkan pelayanan kepada umat saat mereka di interniran.
Penawanan para misionaris kapusin tidak serentak, tetapi menurut
sampainya Jepang dimana misionaris-misionaris tinggal. Mereka ditawan di tiga
kamp bersama-sama dengan orang Belanda lainnya. Di kamp itu mereka
yang berat, tetapi juga menderita kerana kena wabah penyakit menular. Joosten
(2011:7).
Sesudah Jepang menyerah kepada Sekutu, para misionaris Kapusin
dibebaskan tetapi mereka masih berkumpul di kota-kota. Mereka tidak diizinkan
ke kampung-kampung. Setelah proklamasi kemrdekaan Indonesia, suasana
semakin panas dan gawat. Joosten (2008:25)
Sebelum masuknya pengaruh katolik ke Palipi terlebih dahulu berkembang
pengaruh Zending protestan di daerah ini, jadi pengaruh dan pengikut zending
protestan sudah banyak dan meluas pada masyarakat. Dan pada saat penyebaran
misi katolik itu ke tanah batak termasuk ke Palipi tidak ada izin dari pemeritah
Hindia Belanda. Peraturan itu adalah buatan pemrintah hindia Belanda yang
disebut dengan artikel 123 indische Regeringsreglement atau artikel 177 yang
merupakan revisi dari artikel 123 1925 ditulis bahwa “ untuk melaksanakan tugas
dan pelayanannya, guru-guru kristen, imam-imam dan para penginjil harus
mempunyai izin masuk yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal, untuk
melaksanakan tugas pelayanannya.
Dengan adanya peraturan tersebut membuat Gubernur Jenderal berhak
untuk tidak memberikan izin kepada misionaris katolik untuk masuk ke Palipi
alasannya bahwa di palipi dan daerah tanah batak lainnya sudah ada zending
protestan, maka kalau diberikan izin maka akan tenjadi dubbele Zending.
Zending ganda tersebut bisa mengundang perkelahian antara denominasi gereja.
Pemerintah tetap menjamin dan memberikan izin kepada misionaris mengunjungi
ada di suatu daerah tertentu atau misionaris diizinkan masuk tetapi tidak boleh
membuat propoganda.
Melihat banyaknya tantangan yang dihadapi oleh misionaris katolik pada
saat awal penyebaran agama katolik di tanah batak maka dari pemasahan itu,
maka penulis merasa tertarik untuk membahas “ Kendala-Kendala Penyebaran
Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir (1936-1961). Dan alasan penulis membuat tahun dari 1936-1961 karena mulai tahun 1936
datang misionaris katolik ke Samosir yaitu P.Van Den Biggelar dan pada tahun
1961 itulah awal mulai pendirian hierarki katolik di Indonesia yang mengandaikan
harapan yang pasti bahwa gereja Indonesia akan dapat jadi dewasa dan berdikari.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dalam penelitian ini dapat
di identifikasikan beberapa permaslahan yaitu sebagai berikut:
1. Kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum masuknya agama
katolik.
2. Masuknya agama katolik ke Palipi.
3. Pendekatan yang dilakukan misionaris dalam penyebaran Agama
Katolik di Palipi.
4. Kendala-kendala penyebaran awal agama katolik di palipi
5. Strategi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan penyebaran awal
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan masalah, serta keterbatasan peneliti untuk
meneliti keseluruhan permasalah di atas, maka dari berbagai masalah yang di
identifikasikan, penulis hanya mebatasi masalah pada:”Kendala-kendala
Penyebaran Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir (1936-1961)”.
D. Perumusan Masalah
Untuk lebih mendekatkan tujuan penulis dan mempermudah pembahasan,
maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum
datangnya agama katolik?
2. Sejak kapan agama katolik masuk ke Palipi?
3. Bagaimana pendekatan yang dilakukan misionaris dalam menyebarkan
Agama Katolik?
4. Apa yang menjadi kendala-kendala penyebaran awal agama katolik?
5. Bagaimana strategi untuk mengatasi kendala penyebaran awal agama
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum
datangnya agama katolik
2. Untuk mengetahui sajak kapan agama katolik itu masuk ke Palipi
3. Untuk mengetahui pendekatan yang dilakukan misionaris dalam
menyebarkan Agama Katolik
4. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam penyebaran awal agama
katolik
5. Untuk mengetahui srtategi mengatasi kendala penyebaran awal agama
katolik di Palipi.
F. Manfaat penelitian
Dengan mencapai tujuan penelitian di atas, diharapkan hasil penelitian ini
dapat memberikan mampaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan tentang kendala apa saja yang
di alami para misionaris dalam membawa agama katolik pertama
kalinya di samosir tepatnya di Palipi dan juga sebagai bahan masukan
bagi peneliti selanjutnya dlam usaha pengembangan pengetahuan
sejarah lokal.
2. Bagi guru, sebagai referensi untuk bahan ajar tentang sejarah lokal
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan pembelajaran bahwa pada saat
masuknya agama katolik ke Palipi banyak tantangan yang di hadapi dan
pada akhirnya masyarakat merasakan adanya pengaruh datangnya
agama katolik itu sampai sekarang baik di bidang pendidikan, kesehatan,
dan kepercyaan dan juga di bidang sosial dan perekonomian.
4. Bagi pembaca, untuk menembah wawasan pembaca mengenai
kendala-kendala masuknya agama katolik itu ke samosir khususnya di palipi.
5. Bagi UNIMED, untuk menambah perbendaharaan karya imiah bagi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yakni:
1. Kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum datangnya agama
Katolik adalah menyembah di rumah-rumah atau disebut sipele begu dan
ada juga sebagian memiliki tempat ibadah yaitu parmalim, samisara, ini
merupakan suatu kepercayaan yang yang dianut oleh masyarakat Palipi.
Pada dasarnya masyarakat Palipi pada saat sebelum datangnya agama
Katolik menagakui lima dewa utama, Batara Guru, Soripada,
Mangalabulan, Ompu Mula Jadi Nabolon dan Debata Asiasi. Bapa para
dewa dan dewa pencipta adalah Ompu Mulajadi Nabolon. Hampir tidak
ada perbedaan antara kelima dewa tersebut kadangkala mereka dapat
dipertukarkan begitu saja
2. Sejarah masukya Agama katolik ke Palipi pada umumnya berawal sejak
pemerintah Hindia Belanda memberi izin masuk dan tinggal di Tanah
Batak. Sejak misionaris-misionaris masuk Sumatera 1911
kelompok-kelompok orang Batak telah menyatakan keinginannya untuk masuk
agama Katolik. Mgr. Brans mengangkat Pastor Sybrandus Van Rossum
sebagai misionaris pertama di Daerah Misi Tanah Batak dan di suruh ke
Balige. Pada tanggal 08 November 1935 Mgr.Brans mengunjungi
Samosir. Karena menurut Mgr.Brans yang pada masa itu merupakan
mengangkat pastor Diego Van Den Biggelar (ompu Bornok) pada tanggal
20-01-1936 untuk tinggal menetap dan meyebarkan agama katolik di
Palipi. Pada saat itulah awal mula penyebaran agama Katolik di Samosir
dan Paroki Pertama di Samosir terdapat di kecamatan palipi Tepatnya di
Simbolon.
3. Pendekatan yang dilakukan para misionaris dalam melancarkan
penyebaran awal agama Katolik adalah dengan melakukan pendekatan
dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Pada dasarnya
misionaris memberikan bantuan baik dalam memberikan obat-obatan
kepada masyarakat yang pada saat itu sangat sulit didapatkan disebabkan
kerana belum ada rumah sakit di daerah itu, memberikan bantuan dana
kepada masyarakat miskin, dan membantu dalam bidang keterampilan
melalui pendidian yang mereka ajarkan.
4. Yang menjadi kendala penyebaran awal agama katolik di Palipi
Kendala-kendala dari dalam (intern) larangan dari Hindia Belanda
Artikel 123, sifat tanggapan awal yang kurang antusias dari misi
Katolik, masa pendudukan Jepang di Indonesia, masa kelabu
1945-1949,
Kendala-kendala dari luar (extern) adalah pada saat itu misionaris
banyak yang tidak mengerti akan bahasa setempat dan mereka
telah memiliki agama suku yang sangat kental mereka yakini.
Selanjutnya yang membuat misi itu terkendala karena pada saat
Protestan sudah pertama masuk ke tanah batak dan Palipi sehingga
para masionaris kesulitan dalam mengembangkan Agama Katolik.
5. Strategi misionaris dalam mengatasi keulitan penyebaran Agama katolik di
Palipi dengan berbagai macam pendekatan. Mereka berusaha mempelajari
bahasa setempat yaitu bahasa batak, dan berusaha memahami adat-istiadat
yang masyarakat lakukan setiap harinya. Mendirikan sarana dan prasarana
yang megah yan berhasil menarik perhatian masyarakat untuk mendekat.
Pada dasarnya misionaris yang menyebarkan agama katolik itu juga tidak
sungkan-sungkan berjalan kaki menapaki jalan-jalan kecil dan menaiki
pegunungan dan bertutur sapa kepada masyarakat. Misionaris pada
dasarnya memberikan bantuan kepada masyarakat baik dalam materi dan
tenaga. Melakukan pendekatan kepada Raja Huta sebagai jalan pertama
mendekatkan diri dengan masyarakat. Dan memudahkan penyebaran
B. SARAN
1. Sebaiknya Agama Katolik lebih aktif dalam kontrol sosial dan moral bagi
masyarakat Palipi dengan melakukan pembinanaan-pembinaan seperti
yang dilakukan pada saat penyebaran awal agama Katolik itu sendiri ke
Palipi, dengan merangkul dan memberikan pengajaran dan bimbingan
kepada masyarakat awam agar mengerti akan arti agama, supaya
masyarakat jangan semakin terjebak dalam kehidupan yang hedonisme
seperti perjudian, seks bebas, penyimpangan dari ajaran agama, dan
kehidupan hura-hura lainya. pihak katolik juga harus mampu menegakkan
nilai kebenaran baik dalam daerah dan benar-benar mengenali
undang-undang kedaerahan yang tidak sesuai ajaran moral.
2. Katolik yang berarti universal atau bersifat umum. Dalam hal ini
diharapakan kepada pihak katolik tidak membedakan pelayanannya
kepada semua masyarakat. Pada dasarnya diharapkan kepada semua pihak
katolik dalam melakukan pelayanan tidak mengenal suku, ras, kulit dan
agama dan golongan. Dengan pelayanan holistic merupakan ajaran dari
setiap gereja termasuk juga katolik, untuk itu dalam memberikan
bantuan-bantuannya kepada masyarakat sebaiknya tidak hanya terbatas kepada
3. Dengan adanya sarana dan prasarana yang dikelola pihak katolik itu
sendiri seperti sekolah-sekolah, balai pengobatan dan credit union yang
diharapkan memberikan keringanan seperti sekolah memberikan
subsidi/bantuan kepada pihak yang kurang mampu agar semakin menarik
perhatian masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah
tersebut , balai pengobatan atau polyklinik yang dikelola pihak katolik
agar meminimalisasi biaya berobat yang dikenakan kepada masyarakat
tanpa mengurangi kualitasnya karena penulis yakin bahwa visi, misi,
katolik hadir bukan hanya untuk orang-orang yang mampu tetapi juga
1
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Aster, Gentiles OFM Cap. 1961. Kepentingan Kita Berbeda, Lima Puluh Tahun
Misi Kapusin Di Sumatera (1911-1961). Medan: Bina Media Perintis
Aster, Gentiles OFM Cap. 2008. Mujizat di Tanah Batak ( Awal Misi Katolik di
Tanah Batak (1934-1961). Kabanjahe
Bintarto. 1978. Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES
BPS. 2013. Samosir Dalam Angka 2012. ( Badan Pusat Statistika Samosir )
BPS.2012. Palipi Dalam Angka 2012. ( Badan Pusat Statistika Samosir )
Geertz, Clifford.1992. Kebudayaan dan agama. Yokyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI)
Joosten, Leo OFM Cap.1993. Samosir Selayang Pandang. Medan: Penerbit Bina Media perintis.
Joosten, Leo OFM Cap. 2008. Tali Pengukur Jatuh Ke tanah Permai. Medan: Bina Media Perintis
Joosten, Leo OFM Cap.2011. Awal Gereja Katolik Di samosir 1936-2011. Medan :Bina Media Perintis
Koentjaraningrat.1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia
Marannu, Maris Pr. 2003. Mengapa saya memilih agama katolik?. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama
Nainggolan, Togar. 2012. Batak Toba, Sejarah dan Trasformasi Religi. Medan: Bina Media Perintis
Prasetya. 2006. Panduan menjadi katolik. Yogyakarta: penerbit kanisius
Purba, Angelo OFM.Cap. 2009. Matahari terbit di Tanah Batak. Balige
Raho, Bernard SVD.2013. Agama Dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta: obor
Simamora, Yosafat,dkk. Jubileum 100 Tahun Kapusin Di Indonesia. Medan: PT. Bina media perintis
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2002. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang
2
Sinaga, Anicetus OFM Cap. 2007. Imamat Batak Menyongsong Katolik. Medan: Bina Media Perintis
Situmorang, Bonaventura OFM Cap. 2010. Parbarita Na Tongtong Marbarita
(Apologia do Mulana, Barita do Impolana. Pematang Siantar : Biara
Kapusin St. Fransiskus
Sjamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Theeuwes, Crispinianus, dkk.1990. Cita Dan Cerita Kapusin. Medan: Bina Media Perintis
Vandiemen, Arie OFM Cap. 2010. Seratus Tahun Kapusin di Sumatera. Pematang Siantar
.2001. ALKITAB. Jakarta: Lembaga Alkitan Indonesia