• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN AGAMA KATOLIK DI KABUPATEN TAPANULI UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN AGAMA KATOLIK DI KABUPATEN TAPANULI UTARA."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN AGAMA KATOLIK DI KABUPATEN

TAPANULI UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ELWI A A SIMBOLON

NIM. 3133121017

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Elwi A A Simbolon. NIM 3133121017. Perkembangan Agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (a) Kepercayaan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara sebelum masuknya agama Katolik khususnya di Kecamatan Siborongborong (b) Sejarah masuknya agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya di Kecamatan Siborongborong, dan (c) Perkembangan agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Sipahutar, dan Kecamatan Muara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data field research (penelitian lapangan) yaitu terjun langsung ke lapangan dan memperoleh data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode lainnya adalah studi kepustakaan (library

research) dengan mengumpulkan buku-buku, arsip dan dokumen. Dari penelitian

yang dilakukan dapat diketahui bahwa kepercayaan masyarakat Tapanuli Utara khususnya di Siborongborong adalah hasipelebeguon serta percaya kepada Debata Mulajadi Nabolon (Parmalim). Zending Protestan masuk dan menjadi dominan di Siborongborong. Agama Katolik masuk ke Tapanuli Utara tahun 1934 dan ke Siborongborong tahun 1936. Pada masa kolonial, berdiri stasi (gereja) di Sitabotabo (1936). Pada masa kemerdekaan, berdiri stasi Dolok Bintatar (1953), Hutabulu (1958), dan Pangambatan (1959). Pada masa orde lama, berdiri stasi di Lobu Siregar (1962). Pada masa orde baru, berdiri stasi Bahal Batu (1966), Buhit Nangge (1968), Hariara Silaban (1975), Purba Sinomba (1994), dan stasi pusat Siborongborong (1971). Pada masa reformasi, didirikan Paroki St. Kristoforus Siborongborong (2012) terdiri dari 23 stasi yang tersebar di Kecamatan Siborongborong, Pagaran, Sipahutar, dan Muara. Perkembangan dalam bidang pendidikan ditandai dengan berdirinya TK (1996), SD (1997), dan SMP (2008). Dalam bidang kesehatan didirikan klinik (1996). Sikap masyarakat penganut agama Katolik terhadap adat istiadat seperti pernikahan, pemakaman dan

mangokal holi sangat positif.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skipsi ini dengan judul: “Perkembangan Agama Katolik di Kabupaten Tapanuli

Utara”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Dalam melaksanakan penelitian maupun penulisan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah 4. Bapak Syahrul Nizar Saragih, M. Hum, M.A selaku sekretaris Jurusan

Pendidikan Sejarah

5. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, arahan serta petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikan Ibu.

(7)

iii

7. Bapak Tappil Rambe, S.Pd, M.Si selaku dosen pengajar dan penguji bebas yang telah memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.

8. Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M. Pd selaku dosen penguji bebas yang telah memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini. 9. Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Sejarah serta administrasi di Jurusan

Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan yang telah berbagi ilmu melalui proses belajar mengajar selama beberapa tahun ini. Penulis ucapkan banyak terima kasih atas bimbingan bapak dan ibu dosen.

10. Terkhususnya untuk kedua orang tua, Ayah Jaten Simbolon dan ibu Romeo Sardenta Situmorang yang tercinta. Terima kasih atas doa, harapan, dukungan, semangat, bimbingan, biaya, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan mendapat gelar sarjana pendidikan.

11. Buat saudara/i ku tersayang Andri Simbolon, Sandro Simbolon, Lusi Simbolon, Yianti Simbolon, Angelina Simbolon, Fernando Simbolon, Theodora Simbolon, Isabella Simbolon, dan Febinawaty Simbolon terimakasih atas dukungan, bantuan dan semangat yang telah diberikan. Terkhusus untuk itoku Andri Simbolon dan Sandro Simbolon, dan anggiku Lusi Simbolon serta Yianti Simbolon yang senantiasa menemani penulis selama penelitian untuk penulisan skripsi ini.

(8)

iv

13. Buat teman-teman penulis selama kuliah, teman-temanku Yosep Zebua, Lia Santika Hutasoit, Lestari Hasimpulan Sianipar, Melindayani Silaban, Abet Nego Silaen, Adelina Simanjuntak dan Sutra Sihite serta teman-teman Pendidikan Sejarah stambuk 2013 khususnya Kelas A Reguler seluruhnya. Terimakasih atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.

14. Buat teman-teman PPL “Gapura, Gabungan Guru PPL Imut dan Ramah” 2016 di SMP Negeri 35 Medan. Semua kebersamaan dalam suka dan duka kita selama masa PPL di SMP Negeri 35 akan menjadi kenangan tak terlupakan seumur hidupku. Salam sukses untuk kita semua.

15. Kantor BPS Kabupaten Tapanuli Utara dan Kantor Kecamatan Siborongborong yang telah memberikan informasi yang penulis perlukan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Namun, sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima masukan berupa saran serta kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, 11 Desember 2016

Penulis,

Elwi A A Simbolon

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Pembatasan Masalah ... 6

1.3. Rumusan Masalah ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS 2.1. Kajian Pustaka ... 9

2.2. Kerangka Teori ... 12

2.2.1. Teori Adaptasi ... 12

2.3. Kerangka Konseptual ... 14

2.3.1. Konsep Perkembangan Agama ... 14

2.3.2. Konsep Agama Katolik ... 16

2.3.3. Sekilas Tentang Kabupaten Tapanuli Utara ... 17

(10)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ... 23

3.2. Lokasi Penelitian ... 23

3.3. Sumber Data ... 24

3.3.1. Sumber Primer... 24

3.3.2. Sumber Sekunder ... 24

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4.1. Wawancara ... 25

3.4.2. Observasi ... 26

3.4.3. Dokumentasi... 26

3.5. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 28

4.1.1. Sejarah Tapanuli Utara ... 28

4.1.2. Keadaan Geografis Kabupaten Tapanuli Utara ... 32

4.1.3. Keadaan Demografi Kabupaten Tapanuli Utara ... 34

4.2. Kepercayaan Masyarakat Tapanuli Utara Sebelum Masuknya Agama Katolik ... 39

4.3. Sejarah Masuknya Agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara ... 40

4.4. Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Kecamatan Siborongborong ... 48

(11)

vii

4.4.2. Pada Masa Kemerdekaan ... 53

4.4.3. Pada Masa Orde Lama ... 59

4.4.4. Pada Masa Orde Baru ... 60

4.4.5. Pada Masa Reformasi ... 62

4.5. Perkembangan Jumlah Gereja Katolik Di Kabupaten Tapanuli Utara ... 71

4.6. Perkembangan Agama Katolik Dalam Bidang Pendidikan Di Kecamatan Siborongborong... 88

4.7. Perkembangan Agama Katolik Dalam Bidang Kesehatan Di Kecamatan Siborongborong ... 91

4.8. Perkembangan Agama Katolik Dalam Adat Istiadat Di Kecamatan Siborongborong ... 93

4.8.1. Adat Pernikahan ... 93

4.8.2. Adat Orang Meninggal/Pemakaman ... 94

4.8.3. Adat Mangokal Holi ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 98

5.2. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA

(12)
(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Luas wilayah Kecamatan Siborongborong

menurut Desa/Kelurahan ... 33 Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Siborongborong

menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Kelamin tahun 2015 ... 35 Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut

Desa/Kelurahan tahun 2015 ... 36 Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Kecamatan Siborongborong

Berdasarkan Penganut Agama tahun 2015 ... 37 Tabel 4.5. Jumlah Rumah Ibadah Menurut Desa/Kelurahan

dan Jenis Rumah Ibadah tahun 2015 ... 38 Tabel 4.6. Data Perkembangan stasi/gereja dan Jumlah

(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Pedoman Wawancara ... 103

Lampiran II. Daftar Narasumber ... 104

Lampiran III. Peta Lokasi Penelitian ... 105

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Agama merupakan realitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan yang didalamnya terdapat aturan atau tatacara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Hal ini menjadikan agama sangat penting dalam kehidupan manusia karena didalamnya terdapat nilai-nilai yang dapat mengatur kehidupan manusia.

Berbicara mengenai agama, sebagaimana dalam penjelasan pasal 1 UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama dikatakan bahwa terdapat enam agama yang dianut oleh penduduk di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Cu (Confusius). Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat empat agama yaitu Islam, Kristen dan Katolik dan Budha.

(16)

2

pembunuhan dan terjadi saling balas dendam secara turun temurun. Meskipun pada awal proses ke-Kristenan di Tanah Batak penuh dengan tantangan dan pergumulan, namun yang pasti bahwa ke-Kristenan telah membawa Tanah Batak menuju terang. Lumban Gaol (2011:xxxi).

Sejak misionaris Kapusin masuk Sumatera tahun 1911, kelompok-kelompok orang Batak telah menyatakan keinginannya untuk masuk agama Katolik. Surat-surat maupun utusan-utusan dari berbagai tempat tidak henti-hentinya mendatangi pastor. Antara tahun 1922-1924 ada lebih dari selusinan permohonan yang dikirim ke Prefek Misi Katolik yang baru di Padang. Hampir semua permohonan berasal dari satu marga dan kebanyakan berasal dari Tarutung dan Sipirok. Beberapa ditandatangani oleh 40-50 kepala keluarga. Permohonan itu ditulis diatas kertas bermeterai dengan menggunakan bahasa Batak modern bergaya formal. Steenbrink (2006:561). Tetapi ada kesulitan untuk masuk daerah Batak karena ada larangan dari Pemerintah kolonial Hindia Belanda yang tertuang dalam Buku Hukum pasal 123 (pasal 177) yang menyatakan larangan adanya

dobel-zending dilarang (dua Misi sekaligus, yaitu Misi Katolik dan Zending

Protestan pada daerah yang sama). Datubara (2008:20)

(17)

3

pastor Kapusin, permintaan orang Batak untuk menjadi Katolik dan mendirikan sekolah di daerah mereka semakin banyak hingga permintaan terus datang, maka diuruslah izin di Jakarta supaya bisa berkarya di Tanah Batak.

Akhirnya pada tanggal 8 Desember 1928 diberikan izin membuka sebuah tempat pemeliharaan rohani Katolik di Sibolga. Pusat misi untuk daerah Batak seluruhnya berada di Balige dan selanjutnya akan bersinar di atas Tanah Toba, Samosir, Dataran Tinggi Toba, Habinsaran, dan seterusnya. Datubara (2008:24) Pada akhir tahun 1934, sekelompok anggota Ordo Kapusin mulai bergerak dari kota Balige dengan semangat misioner yang mengagumkan. Dalam waktu yang relatif singkat, para misionaris yang semuanya masih muda berhasil menanam Gereja Katolik di banyak pelosok di seantero Tapanuli sampai bala tentara Jepang pada tahun 1942 merebut Hindia Belanda dan memenjarakan semua misionaris. Ternyata, karya menanam R.K. begitu Gereja Katolik biasanya disebut di Sumatera Utara: Rom Katolik ditengah suku Batak, yang mayoritas sudah kurang lebih di-Kristenkan oleh HKBP, dapat dilaksanakan oleh para misionsaris hanya selama delapan tahun. Kurris (2010:10).

(18)

4

membuka stasi di Siborongborong. Namun gagasan itu tidak disetujui dan lebih memilih Lintongnihuta yang letaknya lebih terpencil agar dapat menghindari kemungkinan terjadinya pertentangan antara Misi dan Zending mengingat Tarutung merupakan pusat Huria Kristen Batak Protestan saat itu. Kurris (2010:86-87).

Perkembangan agama Katolik pada masa kolonial yang dimulai dengan masuknya agama Katolik di Balige pada tahun 1934. Balige sebagai pusat misi di Tanah Batak telah membawa banyak perubahan, berangsur-angsur salah satunya berkat usaha agama Katolik menyebarkan ajaran-ajarannya, animisme perlahan-lahan semakin ditinggalkan. Misionaris berusaha memberantas kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran agama Katolik seperti pemujaan kepada arwah nenek moyang, magis dan lain-lain. Pada masa penjajahan Jepang seluruh karya misi dilumpuhkan dan para misionaris dibawa ke kamp-kamp tawanan. Maka karya misi dilanjutkan oleh para orang-orang pribumi yang diberikan tanggung jawab oleh para misionaris.

Kemudian sesudah penjajahan Jepang dan pergolakan kemerdekaan para misionaris Kapusin melanjutkan karya mereka. Perkembangan mulai tampak dari segi jumlah umat dan jumlah gereja. Penambahan jumlah gereja ditandai dengan didirikannya stasi-stasi untuk menampung umat Katolik yang semakin bertambah. Kemudian pada masa orde lama dan orde baru juga tampak dengan bertambahnya

stasi-stasi dan sekolah-sekolah berbasis agama Katolik. Dibidang kesehatan juga

(19)

5

Siborongborong pada tanggal 15 Desember 2012 yang terdiri dari 23 stasi dimana

stasi-stasi yang termasuk dalam paroki ini bukan hanya di wilayah Kecamatan

Siborongborong saja namun mencakup tiga kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Pagaran, Kecamatan Sipahutar, dan Kecamatan Muara. Paroki St. Kristoforus Siborongborong inilah yang menjadi pusat untuk stasi-stasi yang menjadi bagian dari paroki yang berasal dari 3 kecamatan diluar Kecamatan Siborongborong tersebut.

Pelayanan yang diberikan oleh para biarawan-biarawati yang turut terjun juga baik sebagai tenaga pengajar dan tenaga kesehatan yang berkualitas menjadikan agama Katolik sangat berkembang di daerah ini. Bahkan yang tidak beragama Katolik juga tertarik untuk bisa belajar di sekolah-sekolah berbasis agama Katolik tersebut. Kemudian sikap positif dari Gereja Katolik terhadap kebudayaan Batak seperti gondang, seruling, kemenyan, air suci asal dibersihkan dari unsur-unsur magis yang tidak sesuai ajaran agama Katolik boleh digunakan dalam ibadat maupun dalam bangunan. Kurris (2010:47).

(20)

6

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara khususnya di Kecamatan Siborongborong sebelum masuknya agama Katolik

2. Sejarah masuknya agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya di Kecamatan Siborongborong

3. Pendekatan yang dilakukan oleh para misionaris dalam penyebaran agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara

4. Perkembangan agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Sipahutar, dan Kecamatan Muara

1.3. Pembatasan Masalah

Karena terlalu luasnya masalah yang teridentifikasi dan untuk memberi arah yang jelas dalam proses penelitian, maka dalam hal ini perlu dilakukan batasan terhadap penelitian yaitu:

1. Kepercayaan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara khususnya di Kecamatan Siborongborong sebelum masuknya agama Katolik

(21)

7

3. Perkembangan agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Sipahutar, dan Kecamatan Muara

1.4. Perumusan Masalah

Untuk lebih mendekatkan tujuan dan mempermudah pembahasan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kepercayaan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara khususnya di Kecamatan Siborongborong sebelum masuknya agama Katolik?

2. Bagaimana sejarah masuknya agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya di Kecamatan Siborongborong?

3. Bagaimana perkembangan agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Sipahutar, dan Kecamatan Muara?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana kepercayaan masyarakat Kabupaten

Tapanuli Utara khususnya di Kecamatan Siborongborong sebelum masuknya agama Katolik

(22)

8

3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Sipahutar, dan Kecamatan Muara

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Menambah wawasan tentang bagaimana perkembangan agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong

2. Menjadi referensi bagi guru untuk bahan mengajar tentang sejarah lokal khususnya mengenai perkembangan agama

3. Memperkaya informasi bagi masyarakat agar mengetahui tentang perkembangan agama Katolik di Kecamatan Siborongborong

4. Bahan masukan bagi peneliti atau penulis lain yang bermaksud melakukan penelitian atau penulisan karya ilmiah pada permasalahan yang relevan. 5. Hasil penelitian ini menjadi gambaran untuk menambah pembendaharaan

(23)

98

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada bab ini dapat disimpulkan bahwa Perkembangan Agama Katolik di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong adalah sebagai berikut:

1. Sebelum masuknya agama Kristen ke Tanah Batak, masyarakat Siborongborong sudah memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme yang disebut dengan hasipelebeguon, percaya kepada Debata Mulajadi Nabolon (Parmalim).

(24)

99

(1958), Dolok Bintatar (1953), dan Pangambatan (1959). Pada masa Orde Lama, didirikan stasi Lobu Siregar (1962). Pada masa Orde Baru, didirikan

stasi Bahal Batu (1966), Buhit Nangge (1968), Hariara Silaban (1975), Purba

Sinomba (1994), dan stasi pusat Siborongborong (1971). Pada masa Reformasi, didirikan paroki Siborongborong (15 Desember 2012) oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFM. Cap. Terdapat susteran Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Lusia (KSFL) untuk memperlancar kegiatan paroki. 3. Perkembangan stasi maupun gereja di Paroki St. Kristoforus Siborongborong

(25)

100

5.2. Saran

1. Sebagai umat ParokiSiborongborong harus digerakkan dan dimotivasi untuk maju melalui pembinaan hidup rohani umat karena ini menjadi suatu kegiatan yang sangat penting.

2. Semangat kebersamaan dan gotong-royong yang diwariskan oleh para pendiri gereja harus tertanam di dalam diri pengurus dan umat disetiap stasi yang ada di Paroki Siborongborong

3. Seluruh pengurus Yayasan Perguruan Katolik Santa Lusia agar bekerja sama dengan masyarakat dan juga pemerintah agar mengembangkan mutu pendidikan di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya Kecamatan Siborongborong sehingga menghasilkan alumni-alumni yang berkualitas. 4. Seluruh pengurus Klinik Katolik Santa Lusia agar bekerja sama dengan

(26)

101

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Apri. 2015. Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di

Kecamatan Pakkat Kabupaten Humbang Hasundutan (1938-2015). Skripsi.

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Medan

Ary, dkk. 2011. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Aster, Gentilis. 2008. Kepentingan Kita Berbeda Lima Puluh Tahun Misi Kapusin

di Sumatera. Kabanjahe

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. 2016. Siborongborong Dalam

Angka 2016. Tarutung

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. 2016. Kabupaten Tapanuli

Utara dalam Angka 2016. Tarutung

Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Dalman, H. 2013. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Datubara, Pius, A.G. 2008. Omnibus Omnia. Medan: Penerbit Bina Media Perintis

Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia,. Kamus Teologia. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius

Hendropuspito. 2000. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Indrasari, dkk. 2015. Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro. Jurnal FKIP Unila

Ismartono. 2006. Kuliah Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Penerbit Obor

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia

Koentowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT Benteng Pustaka Kurris, R. 2010. Pelangi di Bukit Barisan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Lumban Gaol, J, Hotman. 2011. Sang Apostel Batak Dari Munson-Lyman Hingga

(27)

102

MAWI. 1974. Sejarah Gereja Katolik Indonesia jilid 1. Jakarta: Bagian Dokumentasi Penerangan Kantor Waligereja Indonesia

MAWI. 1974. Sejarah Gereja Katolik Indonesia jilid 3a. Jakarta: Bagian Dokumentasi Penerangan Kantor Waligereja Indonesia

Nottingham, K, Elizabeth. 1994. Agama Dan Masyarakat Suatu Pengantar

Sosiologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Scharf, R, Betty. 2004. Sosiologi Agama. Jakarta: Prenada Media

Simanjuntak dan Sosrodihardjo. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Sinulingga, Risnawaty. 1994. Pendidikan Agama Kristen. Medan

Situmorang, Lusia, Lusi. 2013. Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di

Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir (1936-2011). Skripsi. Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Medan

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Steenbrink, Karel. 2006. Orang-orang Katolik di Indonesia 1808-1942. Yogyakarta: CV. Titian Galang Printika

Gambar

Tabel 4.1. Luas wilayah Kecamatan Siborongborong

Referensi

Dokumen terkait

Manalu : Perkembangan Agama Katolik Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Di Lintongnihuta (1937 – 1985), 2010... Manalu : Perkembangan Agama Katolik Dan Pengaruhnya Terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Persebaran potensi objek wisata yang ada di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara (2) Keadaan potensi

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Alat Pelindung Diri pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli

TOLERANSI AGAMA ISLAM DAN KRISTEN DALAM TRADISI BELASUNGKAWA DI DESA SIPOGU KECAMATAN ARSE.. KABUPATEN

GABE MANGATUR SIMANJUNTAK, NIM 107003008, dengan judul Tesis: Analisis Lokasi Pasar Hewan Siborongborong Dalam Pengembangan Subsektor Peternakan di Kabupaten Tapanuli Utara,

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis posisi subsektor peternakan dalam basis ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara, untuk menganalisis fungsi pasar hewan

Berkembangnya agama Katolik akibat kebijakan pemerintah yang melarang keberadaan agama, adat istiadat dan kepercayaan etnis Tionghoa di Indonesia pada tahun 1967, disamping itu usaha

Jika sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2012-2021 dirinci maka diketahui bahwa terdapatsepuluh 10 sektor ekonomi di Kabupaten Tapanuli Utara memiliki rata-