• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

EVALUASI PERKEMBANGAN USAHATANI KAKAO DI

KABUPATEN TAPANULI UTARA

(Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara)

SKRIPSI

OLEH :

SIMON K.V. NAPITUPULU 030304037

SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI

PADA TANAMAN KOPI DI KABUPATEN DAIRI

(Studi Kasus : Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul dan Desa Bintang Kecamatan

Sidikalang)

USULAN PENELITIAN

OLEH :

MEIJONA SINAGA 030304001 SEP/AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Ini Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. HIRAS M.L. TOBING Ir. HASUDUNGAN BUTAR-BUTAR, MSi

Ketua Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

RINGKASAN

SIMON KUMARA VARIANTO NAPITUPULU (030304034) dengan

judul skripsi “

EVALUASI PERKEMBANGAN USAHATANI

KAKAO DI KABUPATEN TAPANULI UTARA“

Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alasan pemilihan judul ini karena tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya. Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Di Sumatera Utara pada umumnya, dan Tapanuli Utara khususnya tanaman kakao kurang berkembang, dan masih kurang perhatian khusus.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan usahatani kakao di daerah penelitian, dan mengetahui kelayakan usahatani kakao secara finansial di daerah penelitian.

Untuk mencapai tujuan itu, maka diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

1) Perkembangan usahatani kakao selama 5 tahun terakhir mengalami

peningkatan di daerah penelitian

2) Sub-sub sistem agribisnis (input, budidaya, pengolahan, pemasaran) kakao di daerah penelitian mengalami perkembangan yang signifikan.

3) Secara finansial usahatani kakao layak untuk diusahakan di daerah penelitian.

4) Ada masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian

5) Ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purpossive, pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Simple Random Sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 30 sampel. Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari data yang diambil dari lapangan sesuai dengan kuesioner. Sedangkan data sekunder bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan BPS Kabupaten Tapanuli Utara, Monografi Desa, dan Dinas Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara dari tahun 2003-2007.

(4)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Produksi usahatani kakao selama 5 tahun terakhir (2003-2007) di daerah penelitian mengalami kenaikan sebesar 49,75 ton atau sekitar 92,23%. Perkembangan sub-sub sistem agribisnis (input produksi, pengolahan, pemasaran) mengalami peningkatan. Usahatani kakao di daerah penelitian layak diusahakan karena memiliki rata-rata nilai ROI sebesar 163%. Artinya dengan penggunaan modal 100%, maka usahatani memberikan keuntungan sebesar 163%. Masalah-masalah yang terjadi di daerah penelitian adalah serangan hama dan penyakit, harga kakao yang rendah dibandingkan dengan tempat lain, kurangnya pengetahuan petani dengan informasi pasar, transportasi yang tidak lancer karena jalan rusak, modal yang terbatas, tidak adanya lembaga yang menyatukan petani, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat petani. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah sebagai berikut : pemberantasan hama dan penyakit, berusaha meningkatkan harga dengan cara mengetahui informasi harga di pasaran dan membentuk kelompok tani, meminta bantuan pemerintah dan menggalakkan gotong royong untuk memeperbaiki jalan rusak, meminjam modal, menggalakkan penyuluhan kepada masyarakat

(5)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

SIMON KUMARA VARIANTO NAPITUPULU, lahir pada 18

Desember 1986 di Medan, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara. Anak

keempat dari empat bersaudara, dari Ayahanda Ir. B. Napitupulu (alm) dan Ibunda

S br. Dairi.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997, menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Immanuel

Medan

2. Tahun 2000, menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

di SLTP Immanuel Medan.

3. Tahun 2003, menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di

SMU Immanuel Medan.

4. Tahun 2003, diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Agribisnis melalui

jalur SPMB.

5. Tahun 2007, mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung

Beringin I, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

6. Tahun 2008, melakukan penelitian di Desa Pagaran Pisang Kecamatan

(6)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menjalani

perkuliahan dan mengakhiri masa perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara dengan judul “EVALUASI PERKEMBANGAN

USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

Studi Kasus :

Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara,

Provinsi Sumatera Utara..”

Tulisan ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan ketulusan hati

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, Msi, sebagai Ketua Komisi

Pembimbing

2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Anggota Komisi Pembimbing

dan sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

(7)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

3. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh instansi yang terkait dengan penelitian ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Rekan-rekan Mahasiswa SEP angkatan 2003, atas bantuan dan

dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Ir. B. Napitupulu dan Ibunda S. Br. Dairi,

kakanda Ir. Edward Napitupulu, Gordon Napitupulu dan Ade Melawaty, SEAK,

atas segala perhatian dan kasih sayang, dukungan moril dan materil serta doa yang

telah diberikan kepada penulis hingga saat ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

atas bantuan dan perhatiannya

Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan

semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta

kepentingan penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2009

(8)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

2.1. Tinjauan Pustaka ... 8

2.2. Landasan Teori ... 13

2.3. Kerangka Pemikiran ... 16

2.4. Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 21

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4. Metode Analisis Data ... 22

3.5. Definisi Dan Batasan Operasional ... 24

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 25

(9)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

4.2. Karakteistik Petani sampel... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1. Hasil Penelitian... 35

5.1.1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Usahatani Kakao selama 5 tahun terakhir ... 35

5.1.2. Perkembangan Sub-sub Sistem Agribisnis ... 39

5.1.3. Kelayakan Usahatani Kakao Secara Finansial ... 40

5.1.4. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam usahatani kakao ... 41

5.1.5 Upaya-upaya yang diatasi untuk mengatasi masalah ... 43

5.2. Pembahasan... 44

5.2.1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Usahatani Kakao selama 5 tahun terakhir ... 44

5.2.2. Perkembangan Sub-sub Sistem Agribisnis ... 48

5.2.3. Kelayakan Usahatani Kakao Secara Finansial ... 52

5.2.4. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam usahatani kakao ... 54

5.2.5 Upaya-upaya yang diatasi untuk mengatasi masalah ... 56

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Kakao Menurut Kecamatan

Tahun 2006 ... 5

2. Luas Tanam, Produksi Usahatani Kakao di Kecamatan Adian Koting Tahun 2006... 20

3. Luas Wilayah Menurut Jenis Pengguna Tanah Di Desa Pagaran Pisang Tahun 2006 ... 26

4. Komposisi Penduduk Pagaran Pisang Menurut Kelompok Umur Tahun 2007 ... 27

5. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut tahun 2007 ... 28

6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan tahun 2007 ... 29

7. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian ... 30

8. Jumlah Sarana dan Prasarana di Desa Pagaran Pisang tahun 2007 ... 31

9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pagaran Pisang tahun 2008 ... 32

10.Luas Tanam usahatani tahun 2003-2007 di daerah penelitan... 35

11.Produksi usahatani kakao tahun 2003-2007 di desa Pagaran Pisang dan Kecamatan Adian Koting ... 37

(11)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

13.Rata-rata dan Total Nilai Returns On Investments (ROI)

Usahatani Kakao di Daerah Penelitian ... 53

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Gambar Tanaman Kakao ... 8

2. Gambar Buah Kakao ... 9

(12)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk

negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah suatu realitas. Tetapi apakah

kehidupan para petani menjadi semakin baik dari hari ke hari, merupakan suatu

pertanyaan. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa kehidupan para petani di

negara-negara berkembang semakin sulit karena sebagian besar sumber kehidupan

warga negara tergantung dari pertanian, maka kesulitan tersebut menjadi

tantangan utama bagi negara juga (Pakpahan, 2004 hlm. 12).

Sektor pertanian Indonesia, dewasa ini dan pada masa mendatang, masih

akan menghadapi tantangan yang besar, terutama pada sub sektor non pangan

utama, seperti hortikultura dan buah-buahan, perikanan, peternakan, perkebunan

dan perhutanan. Persaingan yang ketat antar negara produsen komoditas

komersial diduga akan semakin terjadi. Bukan mustahil, produsen komoditas

(13)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

menyaksikan pergulatan para produsen agribisnis dari negara lain untuk merebut

pasar dalam negeri yang sangat potensial

(Gumbira, dkk, 2001 hlm. 16 ).

Potensi sub sektor perkebunan untuk dijadikan andalan ekspor di

masa-masa mendatang sebenarnya sangat besar. Prasyarat yang diperlukan hanyalah

perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan struktur pasar komoditas

perkebunan dari sektor hulu sampai hilir. Mustahil kinerja ekspor akan lebih baik

jika kegiatan produksi di sektor hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditas

perkebunan (Arifin, 2001 hlm. 77).

Usahatani yang dijalankan petani adalah usahataninya membentuk suatu

sistem yang khas, memadukan berbagai komoditas yang diintegrasikan dalam satu

kesatuan usaha. Pola umum yang dibentuk dalam sistem usahatani adalah tanaman

pangan, ternak, tanaman tahunan, dan atau kombinasi dari dua sampai tiga

komoditas utama tersebut, yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan

disekitarnya (fisik, biologi, sosial buda ya). Dari beberapa komoditas yang

diusahakan petani terlihat ada komoditas yang diunggulkan atau diandalkan dalam

perekonomian keluarga. Sehingga muncul penciri usahatani berbasis komoditas

seperti usahatani berbasis kakao.

Tanaman perkebunan seperti kakao menjadi andalan ekonomi petani di

wilayah tersebut. Namun produksi dan produktivitas kakao masih tergolong

rendah. Petani masih menjalankan usahatani kakao secara tradisional seperti tanpa

pemberian pupuk, pengendalian OPT belum optimal dan pemeliharaan seperti

(14)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

banyak dihasilkan, namun penyebaran ke tingkat petani/pengguna belum optimal.

Berdasarkan kondisi sistem usahatani demikian, maka teknologi yang dipilih

adalah teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao, seperti

pemangkasan, pemupuka n, pengendalian OPT dan perangsang bunga/buah.

Pemilihan teknologi ini disesuaikan dengan kondisi lapangan dan keinginan

kelompok tani kooperator setelah diidentifikasi masalah dan pemecahan masalah

dengan teknologi tersedia (Anonimous, 2008 hlm. 4).

Mutu biji kakao sangat dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya tingkat

produsen, jenis kakao, keadaan tanah, tinggi tempat, suhu, kelembaban udara,

curah hujan, dan lain-lain. Namun yang paling menentukan adalah proses

fermentasi biji kakao, sebab kegagalan pada proses fermentasi tidak dapat

diperbaiki pada proses selanjutnya. Dalam fermentasi akan ditentukan cita rasa,

kenampakan kakao, pengurangan rasa pahit, dan sepat pada biji. Demikian pula

adanya mata rantai yang cukup panjang sebelum di ekspor, yang memungkinkan

terjadinya pencampuran berbagai mutu biji kakao. Hal ini juga akan menurunkan

mutu keseluruhan biji yang akan kita ekspor. Selanjutnya akan mengurangi daya

saing kakao kita di luar negeri, bahkan tidak menutup kemingkinan ekspor kakao

kita ditolak (Susanto, 1994 hlm. 72).

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki

perkebunan kakao rakyat dan pemerintah yang cukup luas, seperti di Nias,

Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba

(15)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Langkat, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir dan

Serdang Bedagai.

Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah penghasil kakao. Hal ini bisa

dilihat dari perkembangan produksi kakao pada tahun 2003 sebesar 506,30 ton,

pada tahun 2004 sebesar 520,17 ton, pada tahun 2005 sebesar 530,71 ton dan pada

tahun 2006 sebesar 534,60 ton dan pada tahun 2007 sebesar 546,40ton. Dalam hal

ini dapat dilihat terjadi kenaikan yang cukup signifikan.

Pada tahun 2007 produksi kakao di Kabupaten Tapanuli Utara memiliki

luas tanaman yang cukup besar, dengan total luas tanaman menghasilkan sebesar

2.583,64 Ha, pada tahun 2006 memiliki luas 2.564,35 Ha, pada tahun 2005

memiliki luas 2.458,30 Ha, pada tahun 2004 memliki luas 2.369,00 Ha, dan pada

tahun 2003 memiliki luas 2.084,00 Ha. Inilah mengapa diperlukan suatu strategi

pengembangan yang baik agar perkembangan produksi kakao semakin baik,

sehingga hasil produksi tidak mengalami kelebihan produksi dalam negeri, akan

tetapi dapat menghasilkan pendapatan devisa dengan memasarkan ke luar negeri,

dangan tujuan memperoleh devisa (BPS, 2008 hlm. 56).

Sistem agribisnis merupakan suatu rangkaian dari beberapa kegiatan

subsistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, antara lain

subsistem faktor input pertanian atau pengadaan sarana produksi pertanian,

subsistem produksi pertanian atau budidaya pertanian/ usahatani, subsistem

pengolahan hasil pertanian atau agroindustri hasil pertanian, subsistem pemasaran

faktor produksi, hasil produksi dan hasil olahan, dan subsistem kelembagaan

(16)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Kegiatan kerjasama antara pemerintahan daerah Kabupaten Tapanuli Utara

dengan HSF (Hanns Seidel Foundation) Republik Federal Jerman berlangsung

mulai tahun 1998. Ini merupakan program kerjasama dalam pelestarian Danau

Toba dan difokuskan kepada program pelestarian lingkungan hidup.

Kegiatan-kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pedesaan

terhadap lingkungan hidup setempat, memberikan langkah-langkah yang nyata

dalam pelestarian lingkungan hidup kepada masyarakat setempat dan

meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pelatihan selama proyek

percontohan (Anonimous, 2007 hlm. 2).

Setelah pemekaran, Tapanuli Utara menjadi terdiri dari 15 kecamatan yang

sebelumnya terdiri dari 24 kecamatan. Namun tidak secara keseluruhan memiliki

perkebunan kakao. Berikut adalah tabel luas areal dan produksi kakao menurut

kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara.

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara, 2007

Tabel 1. Tabel Luas Tanaman, Produksi dan Rata-rata Produksi Tanaman Kakao Menurut Kecamatan Pada Tahun 2006

No Kecamatan Luas Tanaman Produksi Rata-rata Produksi

(17)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa Kecamatan Adian Koting adalah salah

satu kecamatan yang memiliki luas areal dan produksi tertinggi di Kabupaten

Tapanuli Utara, dengan luas areal 786 ha. Adapun persentase luas lahan usahatani

kakao kecamatan Adian Koting untuk kabupaten Tapanuli Utara adalah sebesar

23 %. Sedangkan produksi kakao di kecamatan Adian Koting sebesar 195,53 ton.

Adapun persentase produksi kakao di kecamatan Adian Koting untuk kabupaten

Tapanuli Utara adalah sebesar 37 %.

Usahatani kakao di kecamatan Adian Koting merupakan daerah yang

memiliki luas lahan dan produksi terbanyak di kabupaten Tapanuli Utara.

Meskipun usahatani perkebunan kakao masih belum merata diusahakan di

kabupaten Tapanuli Utara, perlu dianalisis, dievaluasi perkembangannya apakah

usahatani tersebut layak diusahakan atau tidak. Untuk mengetahui apakah

perkebunan kakao di kabupaten Tapanuli Utara layak dikembangkan atau tidak,

perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam, dengan menganalisis kondisi

setiap faktor yang terkait dengan pengelolaan perkebunan kakao.

1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian diatas maka dapat diidentifikasikan beberapa hal

yang menjadi permasalahan didalam pengembangan usaha tani kakao di daerah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perkembangan luas tanam dan produksi usahatani kakao

selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian?

2. Bagaimana perkembangan sub-sub sistem agribisnis (input, budidaya,

(18)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

3. Apakah usahatani kakao secara finansial layak diusahakan didaerah

penelitian?

4. Apakah ada masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan

produksi usahatani kakao di daerah penelitian?

5. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam pengembangan produksi

(19)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

1.3 Tujuan

Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan luas tanam dan produksi usahatani

kakao selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui perkembangan sub-sub agribisnis (input, budidaya,

pengolahan, pemasaran, lembaga penunjang) kakao di daerah

penelitian.

3. Untuk mengetahui apakah usahatani kakao secara finansial layak

diusahakan di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam

pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam pengembangan

produksi usahatani kakao di daerah penelitian.

1.4

Kegunaan

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi petani kakao dalam

menjalankan usahataninya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak pengambil keputusan

dalam mengambil kebijakan untuk pengembangan usahatani kakao.

3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang

(20)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek

menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara

terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama

dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka

tingkat produksi dan kualitas akan rendah.

Berikut adalah taksonomi tanaman kakao:

Divisio : Spermatophyta

Klas : Dycotiledon

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao L

(Soehardjo dkk., 1996 hlm. 53).

Berikut adalah gambar tanaman kakao dan buah yang dihasilkannya:

Gambar 1, Tanaman Kakao

(21)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Pengembangan kakao di Indonesia sudah dilaksanakan cukup lama baik

oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta.

Dalam upaya meningkatkan produksi kakao sekaligus peningkatan pendapatan

petani maupun masyarakat, pemerintah telah mengembangkan berbagai pola

pengembangan perkebunan yang dibiayai dari APBN dan bantuan luar Negeri

(BLN) antara lain melalui proyek-proyek pola Unit Pelayanan Pengembangan

(UPP), Perkebunan Inti Rakyat (PIR) , Perkebunan Besar (PB) dan pola Swadaya.

Untuk pengembangan agribisnis kakao kedepan, kegiatannya akan lebih banyak

mengandalkan inisiatif petani melalui pola swadaya. Pemerintah diharapkan lebih

berperan dalam upaya pengendalian hama PBKdan percepatan perluasan adopsi

teknologi budidaya maju Untuk melaksanakan program pengembangan agribisnis

kakao tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar yang mencakup kegiatan

investasi peningkatan produktivitas kebun, biaya pengendalian hama PBK,

investasi pengembangan sistem usahatani terpadu, dan pengenbangan industri hilir

kakao serta pembangunan infrastruktur pendukunnya termasuk kegiatan penelitian

dan pengembangan hasil penelitian. Berikut ini akan diuraikan secara singkat

(22)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

agribisnis kakao periode tahun 2005-2010 khusus untuk peningkatan produksi

dengan target rehabilitas 2%/tahun, peremajaan 0,5%/tahun dan perluasan areal

2,5%/tahun diperkirakan mencapai Rp 3,87 triliun. Selanjutnya untuk periode

2010-2025 dengan target rehabilitas 3%/tahun, peremajaan 1%/tahun dan

perluasan areal 1,5%/tahun diperlukan biaya mencapai Rp 12,85 triliun. Total

biaya investasi yang dibutuhkan untuk rehabilitasi, peremajaan dan perluasan

kebun kakao 2005-2025 mencapai Rp 16,72 triliun dengan (Deptan, 2005 hlm.37)

Nilai ekspor kakao asal Sumatera Utara terus meningkat dalam beberapa

tahun terakhir, mutu atau kualitas kakaonya masih belum terlalu baik. Masih

banyak petani kakao di Sumatera Utara yang belum bisa menyeragamkan mutu

sesuai standar permintaan luar negeri. Akibatnya, potongan harga untuk kakao

asal Indonesia selalu lebih besar dibanding kakao dari negara lain. Bahkan kakao

dari Indonesia lebih banyak menjadi campuran kakao asal Pantai Gading Afrika

yang terkenal aromanya (Anonimous, 2007 hlm. 3)

Penerapan sistem agribisnis akan memperkuat kedudukan masing-masing

sub sistem agribisnis atau setiap bisnis dalam suatu sistem agribisnis. Habitat asli

tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon-pohon yang tinggi,

curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta kelembaban tinggi dan

realtif tetap. Dalam habitat seperti itu, tanaman kakao akan tumbuh tinggi tetapi

bunga dan buahnya sedikit. Jika dibudidayakan di kebun, tinggi tanaman umur

tiga tahun mencapai 4,50 - 7,0 meter. Tinggi tanaman beragam, dipengaruhi oleh

intensitas naungan serta faktor-faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao

(23)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air

(wiwilan atau chupan), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping

disebut dengan plagiotrop atau cabang kipas atau fan.

(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004 hlm. 24).

Pertumbuhan daun pada cabang kipas terjadi dengan terbentuknya “flush”.

Setiap flush terbentuk daun akan bertambah 4-6 helai per cabang. Flush adalah

kumpulan daun muda, pada saat mulai terbentuk sangat lunak dan lembut dengan

warna hijau muda atau kemerahan sampai merah. Daun-daun ini lama kelamaan

mengeras dan berwarna hijau; cabang tersebut “dorman” untuk sementara sampai

terbentuknya flush kembali. Flush ini akan terbentuk berulang-ulang: yaitu satu

tahun 4-5 kali dan pembentukan flush sangat dipengaruhi oleh berbagai factor

lingkungan. Faktor-faktor tersebut adalah temperatur, hujan dan lamanya

penyinaran. Pada periode “flush” seharusnya muncul, bila hujan tidak turun

banyak flush tidak terbentuk. Hujan yang mendorong pembentukan daun bila

flush sudah terbentuk (Soehardjo, dkk, 1996 hlm. 56 ).

Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari biji yang baru berkecambah,

dari panjang akar 1 cm pada umur 1 minggu tumbuh menjadi 16-18 cm pada umur

1 bulan dan 25 cm pada umur 3 bulan. Pertumbuhan akan mencapai 50 cm pada

umur 2 tahun. Jadi, makin lama kecepatan pertumbuhan akar semakin berkurang.

Pada akar kakao terdapat cendawan mikoriza yang membantu penyerapan unsure

hara tertentu terutama unsure P. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif

tidak memiliki akar tunggang, namun nantinya akan terbentuk dua akar yang

(24)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Ekonomi petani ditopang oleh tiga hal yakni bagaimana alat produksi

(tanah, air, bibit, dll), proses produksi (teknologi, pupuk, pengolahan tanah) dan

kegiatan pasca produksi (distribusi dan pengolahan pasca panen) dimiliki dan

dikelola secara hakiki oleh petani sendiri

(Anonimous, 2006 hlm. 1)

Selama ini, hasil tanaman kakao berupa biji kakao ada yang diolah tanpa

fermentasi dan ada pula yang difermentasi. Karena harga jual yang tidak jauh

berbeda dan fermentasi memakan waktu yang cukup lama, petani lebih cenderung

mengolah hasilnya menjadi produk biji kering tanpa difermentasikan. Pengelolaan

kakao ini menghasilkan hasil sampingan. Hasil sampingan ini tidak banyak

diperhatikan oleh masyarakat dan cenderung dianggap sampah sehingga pada

akhir proses fermentasi hasil sampingan ini dibuang begitu saja. Salah satu hasil

sampingan yang diperoleh dari proses fermentasi kakao adalah limbah pulp.

Cairan pulp adalah cairan yang diperoleh dari proses fermentasi biji kakao.

Limbah ini mencapai sekitar 10 % dari berat basa biji (Quesnel, 1967) dan

mempunyai potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan. Limbah pulp ini dapat

dimanfaatkan menjadi suatu produk yang berguna dan mempunyai nilai jual yang

tinggi. Salah satu produk yang bisa dihasilkan dari limbah pulp ini adalah cuka.

Cuka merupakan salah satu kebutuhan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan,

seperti pemberi rasa pada asam pada makanan serta dalam industri makanan, asam

(25)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

masyarakat diperoleh dari fermentasi buah-buahan dan bahan-bahan yang lain.

Limbah pulp yang selama ini tidak diperhatikan masyarakat ternyata dapat

digunakan sebagai bahan baku pembuatan cuka alternatif. Selain bahan bakunya

melimpah dapat juga memberi keuntungan bagi petani dan masyarakat dalam hal

penciptaan lapangan kerja baru (Kamaruddi dan Sudirman, 2008 hlm. 1)

2.2 Landasan Teori

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman

perkebunan penting yang secara hirstoris pertama kali dikenal di Indonesia pada

tahun 1560, namun baru menjadi komoditas penting sejak tahun 1951. Kemudian

pemerintah mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun

1975, yaitu setelah PTP VI berhasil meningkatkan produksi tanaman ini melalui

penggunaan bibit unggul Upper Amazon Interclonal Hybrid

(Sunanto,1992 hlm.89).

Faktor iklim merupakan salah satu syarat utama pembudidayaan tanaman

kakao. Tanaman kakao tumbuh di daerah yang berada pada 100 LU hingga 100 LS,

namun dilihat dari penyebaran pertanaman kakao terdapat pada daerah antara 70

LU hingga 180 LS. Tampaknya penyebaran tanaman kakao erat kaitannya dengan

penyebaran curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Oleh

karena itu, Indonesia yang terletak diantara 50 LU dan 100 LS merupakan daerah

pengembangan yang cocok. (Poedjiwidodo, 1996 hlm. 19).

Pohon kakao mencapai tingkat produksi yang matang sesudah enam atau

tujuh tahun, dan mulai berbuah sesudah 4-5 tahun. Ada banyak varietas hibrida

(26)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

varietas tradisional. Pohon terus menerus berbuah selama beberapa tahun,

kadang-kadang sebanyak 50-60 tahun, tetapi pada umumnya hasil buah turun sesudah

umur kira-kira 20-25 tahun, atau lebih awal lagi kalau pohon tidak dipelihara

dengan baik atau mengalami penyakit yang serius. Memang hasil sangat

bergantung pada varietas yang dibudidayakan, usia pohon dan manajemen serta

factor cuaca/ iklim dan lingkungan. Dalam keadaan yang normal, varietas

tradisional yang dibudidayakan tanpa pupuk dapat menghasilkan antara 150

sampai dengan 500 kg kakao (biji kering = dry beans) per hektar, kuantitasnya

sangat tergantung kepada usia pohon, sedangkan beberapa varietas hybrida baru

dapat menghasilkan sampai jauh diatas 1000 kg pada tahap matang. Pernah

dilaporkan bahwa beberapa varietas menghasilkan lebih dari 2500 kg dengan

kondisi yang ideal (Cocoa, 1993 hlm. 83).

Tanaman kakao diperkirakan akan mengalami puncak produksi pada umur

tanaman memasuki tahun ke-10 sampai tahun ke-15, kemudian akan menurun

pada tahun-tahun berikutnya. Hingga saat ini pengembangan jenis cokelat

Indonesia sebagian besar ditujukan pada jenis Bulk/Hibrida. Jenis ini agak tahan

lama dibandingkan jenis Fine/ Flavour Cacao. Hal ini untuk menunjang program

pengembangan coklat di Indonesia (Tumpal, dkk, 2003 hlm 67).

Studi kelayakan pada hakekatnya adalah metode penjajagan dari suatu

gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut

dilakukan (Najiyanti dan Danarti, 2001 hlm. 92).

Evaluasi dan monitoring pada usahatani kakao perlu dilakukan. Hal ini

(27)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

khususnya di Tapanuli Utara mengalami penurunan. Penurunan ini dikarenakan

kurangnya peran banyak faktor, misalnya : minat petani kakao kurang untuk

mengusahakan tanaman kakao, peran pemerintah kurang berfungsi dengan baik

sebagai penentu kebijakan dan memberi stimulus bagi petani. Evaluasi dan

monitoring untuk berbagai program yang telah dijalankan pemerintah itu perlu

dilakukan, agar dapat melihat sejauh mana program-program tersebut berhasil.

Pada usahatani kakao perlu juga dilihat bagaimana posisi usahatani

tersebut di daerah penelitian. Untuk melihat posis tersebut perlu dilakukan suatu

analisis kelayakan usahatani secara finansial. Kelayakan finansial suatu usahatani

dinilai dengan menggunakan konsep nilai uang yang akan didapatkan dari

usahatani tersebut pada nilai uang bersih pada saat ini (net present value, NVP)

dengan menggunakan tingkat faktor terdiskon tertentu. Nilai NVP pada tingkat

persentase sektor terdiskon tertentu yang memberikan nilai 0 dinamakan tingkat

pengembalian internal (internal rate of return, IRR) proyek

(Iyung, 2007 hlm. 102).

Analisis kelayakan finansial dapat dianalisa dengan menghitung ROI,

dimana:

ROI =

Suatu proyek dapat dianjurkan untuk dilaksanakan atau tidak, dan

dinyatakan terbaik untuk dipilih diantara berbagai alternatif, hanyalah bila

hasil-hasil yang diperoleh dari proyek tersebut dapat dibandingkan dengan

sumber-sumber yang diperlukan. Pengukuran ini dinamakan criteria investasi. Tiap

criteria investasi didasarkan pada asumsi bahwa bagi masyarakat tingkat kepuasan Laba bersih

Modal awal

(28)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

yang diperoleh pada saat ini adalah lebih besar daripada saat yang akan datang

atau kebalikannya, disebut time preference (Gray dkk, 2002 hlm. 46).

Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan

output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisa secara teknis

akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek

pertanian yang diusulkan. Analisa secara teknis akan dapat mengidentifikasikan

perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik

sebelum perencanaan proyek atau tahap awal pelaksanaan

(Gittinger, 1986 hlm. 49).

Teknologi merupakan cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan

manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga seakan-akan memperpanjang,

memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak

manusia (Daniel, 2002 hlm. 110).

2.3 Kerangka Pemikiran

Evaluasi dan monitoring perlu dilakukan untuk mengkaji apakah suatu

proyek atau usaha layak atau tidak layak untuk dikembangkan dan apakah mampu

memberikan profit dan benefit untuk daerah yang mengalami pengembangan

tersebut. Namun pengembangan tersebut bukanlah hal yang mudah, karena

banyak faktor yang mempengaruhinya.

Seperti usaha pertanian yang lainnya, kakao sebagai komoditi yang ingin

dikembangkan di Tapanuli Utara juga harus memperhatikan alam, dalam hal ini

(29)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Sub-sub sistem agribisnis juga sangat erat hubungannya dengan

perkembangan usahatani kakao, hal ini dilihat dari bagaimana kemampuan

masing-masing sub sistem seperti sub sistem input produksi, budidaya,

pengolahan, pemasaran dan lembaga penunjang yang tepat untuk pengembangan

komoditi tersebut dengan memperhatikan faktor yang tersedia.

Melalui pengolahan yang baik, tentu kakao tidak hanya dipasarkan dalam

bentuk bahan mentah. Melalui proses tertentu maka biji kakao akan diolah ke

bentuk yang lebih lanjut dan akan membuat semakin tinggi harga kakao di daerah

penelitian yang hal ini tentu saja akan berdampak baik bagi petani kakao di daerah

penelitian. Produk kakao tersebut juga membutuhkan pemasaran, hal ini

membantu pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian.

Masalah dan upaya mengatasi masalah tersebut merupakan bagian yang

penting dalam pengembangan usahatani kakao di Kabupaten Tapanuli Utara, oleh

karena itu perlu disiasati bagaimana mengelola masalah tersebut agar tidak

menyulitkan pengembangan usahatani kakao tersebut

Setiap bagian dari sub-sub sistem agribisnis memiliki peran untuk

mengembangkan usahatani kakao sehingga dapat ditentukan kelayakan dari

usahatani kakao di daerah penelitian apakah layak untuk diusahakan atau tidak..

(30)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN 1. Serangan hama dan penyakit 2. Harga kakao yang relatif rendah 3. Kurangnya pengetahuan petani

tentang informasi pasar 4. Transportasi yang tidak lancar 5. Modal yang terbatas

6. Tidak adanya lembaga yang menyatuka petani

7. Kurangnya penyuluhan pertanian

Upaya

Perkembangan Usahatani Kakao 1.Produksi

2.Luas

Layak Tidak Layak

(31)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis

Dari uraian diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

1) Perkembangan usahatani kakao selama 5 tahun terakhir mengalami

peningkatan di daerah penelitian

2) Sub-sub sistem agribisnis (input, budidaya, pengolahan, pemasaran) kakao

di daerah penelitian mengalami perkembangan yang signifikan.

3) Secara finansial usahatani kakao layak untuk diusahakan di daerah

penelitian.

4) Ada masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan

produksi usahatani kakao di daerah penelitian

5) Ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah

(32)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah Kecamatan Adian Koting yang ditentukan secara

purposive, dengan pertimbangan data luas areal dan produksi kakao dari Dinas

Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan Adian Koting merupakan salah

satu daerah yang terbesar untuk areal pertanaman kakao. Mudahnya aksesibilitas

ke daerah penelitian juga menjadi acuan dalam penentuan daerah sampel

penelitian.

Tabel 2. Luas Tanam, Produksi Usahatani Kakao di kecamtan Adian Koting

No Desa/Kelurahan Luas Tanam (ha) Produksi (ton)

1 Pagaran Lambung I 52,41 10,87

2 Sibalanga 52,41 10,78

3 Pagaran Lambung II 52,41 13,6

4 Pagaran Lambung III 88,46 25,00

5 Pagaran Pisang 88,47 25,86

6 Adian Koting 70,38 24,25

(33)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

8 Banuaji IV - -

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa desa Pagaran Pisang merupakan daerah

yang memiliki luas tanam usahatani kakao terluas, yaitu seluas 88,47 ha. Akan

tetapi produksinya sebesar 25,86 ton.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani

kakao di Desa Pagaran Pisang, Kecamatan Adian Koting. Adapun sampel dalam

penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani kakao yang mendapat

program bantuan dari pemerintah. Penentuan jumlah (besar) sampel dan

penetapan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling. Jumlah populasi

petani sampel di daerah penelitian sebanyak 107 petani kakao. Besarnya sampel

ini ditentukan secara purposive yaitu sebanyak 30 orang. Adapun dasar

penentuannya 30 petani sampel yaitu sesuai dengan pendapat Wirantha, 2006;

233, mengatakan bahwa uji statistik dapat dilakukan dengan jumlah sampel kecil

yaitu sebanyak 30 sampel, dengan tingkat homogenitas yang tinggi. Selain itu ada

juga beberapa dasar yaitu untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya tanpa

mengurangi tingkat akurasi dari penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

(34)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani

kakao di Kecamatan Adian Koting pedagang dan pengolah kakao di Kecamatan

Adian Koting dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait: Dinas Perkebunan

Sumatera Utara, Dinas Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara, Kantor Kecamatan

Adian Koting, serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh, kemudian ditabulasi untuk selanjutnya dianalisa

dengan menggunakan metode analisa sebagai berikut:

Identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan metode analisis

deskriptif dengan menganalisa perkembangan luas lahan dan produksi usahatani

kakao selama 5 tahun terakhir.

Identifikasi masalah 2, dianalisis dengan menggunakan metode analisis

deskriptif dengan menganalisis perkembangan sub-sub agribisnis (input,

budidaya, pengolahan, pemasaran, lembaga penunjang) usahatani kakao di daerah

penelitian selama 5 tahun terakhir.

Identifikasi masalah 3, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

(35)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Kabupaten Tapanuli Utara dalam pengembangan usahatani kakao di daerah

penelitian selama 5 tahun terakhir.

Hipotesis 1, bagaimana kelayakan usahatani kakao secara finansial di

daerah penelitian, dianalisis dengan menggunakan: analisis kelayakan finansial

yakni Return On Investment (ROI). Metode ROI menjelaskan variabel

pengamatan berupa produksi, biaya produksi dan laba bersih pada tahun

2006-2007

ROI =

Identifikasi masalah 5, masalah-masalah apa saja yang terjadi pada

usahatani kakao di daerah penelitian, dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif dengan mengamati masalah yang dihadapi petani dalam berusahatani

kakao.

Identifikasi masalah 6, upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk

mengatasi masalah-masalah tersebut di daerah penelitian, dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif dengan mengamati upaya-upaya apa saja yang

dilakukan di dalam mengatasi masalah-masalah.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran penelitian ini, maka

digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman kakao sebagai

sumber pendapatan utamanya dan merupakan pekerjaan utamanya.

Laba bersih

(36)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

2. Perkebunan rakyat adalah suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan

oleh rakyat yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan areal

pengusahaannya dalam skala yang terbatas luasnya.

3. Usahatani kakao adalah suatu usaha yang dilakukan di atas sebidang lahan

usahatani kakao.

4. Sistem usahatani kakao adalah pola monokultur yaitu hanya menanam satu

jenis komoditi yaitu tanaman kakao.

5. Input produksi adalah suatu masukan pengorbanan yang diberikan kepada

tanaman agar dapat berproduksi yaitu terdiri dari lahan, tenaga kerja,

pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pupuk kandang dan herbisida.

6. Biaya produksi adalah jumlah yang dikorbankan selama proses produksi

yang berlangsung dalam usahatani kakao yang dihitung dalam satuan

rupiah.

7. Produksi kakao adalah hasil panen buah kakao yang merupakan biji kakao

kering.

8. Penerimaan usahatani kakao adalah total produksi yang dihasilkan dalam

usahatani kakao dikali dengan harga jual kakao tersebut, dihitung dalam

satuan rupiah.

9. Pendapatan usahatani kakao adalah selisih antara total penerimaan

usahatani kakao dengan total biaya produksi usahatani kakao.

3.6 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Adian Koting, Kabupaten Tapanuli

(37)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2008.

3. Modal awal usahatani kakao diasumsikan sama dengan total biaya

produksi usahatani kakao.

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapauli Utara

a. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Desa Pagaran Pisang berada di Kecamatan Adian Koting, Kabupaten

Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan Adian Koting merupakan

salah satu dari 15 kecamatan di kabupaten Tapanuli Utara, yang memiliki luas

(38)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

yang ada di kecamatan Adian Koting. Desa Pagaran Pisang memiliki topografi

datar dengan kemiringan 0%-30%, dengan ketinggian antara 370 m-1500 m di

atas permukaan laut. Desa Pagaran Pisang terletak + 2 km dari ibukota kecamatan

Adian Koting dan + 28 km dari ibukota kabupaten Tapanuli Utara . Desa Pagaran

Pisang memiliki luas wilayah sebesar 26.87 km2.

Secara administratif Desa Pagaran Pisang mempunyai batas-batas sebagai

berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Parmonangan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung

b. Tata Guna Tanah

Pola penggunaan tanah di Desa Pagaran Pisang memberikan gambaran

bagaimana tingkat kemampuan dalam masyarakat untuk memanfaatkan alam

demi kesejahteraannya. Penggunaan tanah desa Pagaran Pisang dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 3. Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah di desa Pagaran Pisang Tahun 2007

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahan Sawah 101, 00 3,76

2 Lahan Kering 2.504, 00 93,19

3 Bangunan dan halaman sekitarnya 76,00 2,83

4 Lainnya 6, 00 0,22

Jumlah 2.687, 00 100,00

Sumber : Monografi Desa Pagaran Pisang, 2007

(39)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 3, dapat menjelaskan bahwa luas wilayah desa Pagaran Pisang

adalah 2.687,00 ha. Penggunaan lahan yang terluas ada pada lahan kering, yakni

2.687,00 ha atau berkisar sekitar 93,19% dari total wilayah desa Pagaran Pisang,

untuk lahan sawah yakni 101,00 ha (3,76%), sebagian besar lagi digunakan untuk

bangunan dan halaman sekitar yakni 76,00 ha (2,83%), sebagian besar digunakan

untuk lainnya.yakni 6,00 ha (0,22%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat.

Dengan luas lahan kering yang besar, maka Desa Pagaran Pisang pada

umumnya cocok untuk ditanami tanaman kebun atau tanaman keras seperti

tanaman kakao dan tanaman kopi.

c. Keadaan Penduduk

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk kecamatan Adian Koting tahun 2007 adalah 13.116,00

jiwa. Jumlah penduduk ini terdiri dari laki-laki sebanyak 6.574,00 jiwa,

perempuan sebanyak 6.542,00 jiwa. Jumlah rumah tangga di kecamatan Adian

Koting adalah 2.908 rumah tangga. Jumlah penduduk di desa Pagaran Pisang

tahun 2007 adalah 1.235,00 jiwa, terdiri dari 636,00 jiwa laki-laki dan 599,00 jiwa

perempuan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Pagaran Pisang Menurut Kelompok Umur Tahun 2007

No Umur (Tahun) Jumlah Penduduk

(40)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

7 30-34 78 6,32

Sumber : Profil Desa Pagaran Pisang, 2007

Dari Tabel 4, dapat diketahui bahwa penduduk Desa Pagaran Pisang

paling banyak pada umur /usia produktif 15-59 yaitu 652 (52,79%) jiwa, usia

belum produktif yaitu 539 jiwa (43,64%) dan usia tidak produktif yaitu 44 jiwa

(3,56%).

Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut

Penduduk desa Pagaran Pisang menganut 3 (tiga) agama yaitu Islam,

Kristen Protestan dan Katholik. Agama Kristen Protestan merupakan agama yang

dominan dianut oleh penduduk desa Pagaran Pisang. Komposisi penduduk

menurut agama yang dianut dapat dilihat lebih jelas pada tabel 5:

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut Tahun 2007

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Jumlah (Jiwa)

Jiwa Persentase %

1 Islam 262 21,43

2 Katholik 52 4,48

3 Kristen Protestan 921 74,89

Total 1.235 100,00

(41)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Penduduk Desa Pagaran Pisang menganut agama Kristen Protestan sebesar

921 jiwa (74,89% dari total penduduk di desa Pagaran Pisang), agama Islam

sebesar 262 jiwa (21,43% dari total penduduk Pagaran Pisang), dan agama

Katholik sebesar 52 jiwa (4,48% dari total penduduk Pagaran Pisang).

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Sebagian besar penduduk Desa Pagaran Pisang telah mengenyam

pendidikan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. berikut :

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007

No Jenjang Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Belum Sekolah 22 1,80

Sumber : Profil Desa Pagaran Pisang , 2007

Dari tabel 6, dapat diketahui bahwa persentase tingkat pendidikan terbesar

adalah terdapat pada tingkat SLTA, yaitu sebesar 24,44 % atau sebanyak 411

jiwa.

d. Sosial Ekonomi

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Pagaran Pisang adalah

(42)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

karyawan swasta dan berdagang.Berikut ini komposisi penduduk menurut mata

pencaharian dapat dilihat pada tabel 7:

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2007

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Jumlah (Jiwa)

Jiwa Persentase %

1 Petani 460 76,67

2 PNS/ABRI 11 1,83

3 Industri/Jasa 19 3,16

4 Lainnya 110 18,34

Total 600 100,00

Sumber : Profil Desa Pagaran Pisang, 2007

Pada tabel 7 dapat diketahui bahwa penduduk di daerah penelitian

mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Adapun besarnya persentasenya

adalah 77,27 %. Sedangkan mata pencaharian yang terendah adalah sebagai

PNS/ABRI, yaitu sebesar 1,83 %.

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di desa Pagaran Pisang terdiri dari

sarana dan prasarana transportasi, sarana dan prasarana pertanian, sarana dan

prasarana kesehatan, peribadatan dan olahraga. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8:

Tabel 8. Jumlah Sarana dan Prasarana di Desa Pagaran Pisang Tahun 2007

(43)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

1 Sarana dan PrasaranaTransportasi

a. Jalan

2 Sarana dan Prasarana Pertanian

- Traktor

3 Sarana dan Prasarana Pendidikan

- SD Sederajat

4 Sarana dan Prasarana Kesehatan

(44)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

2 Orang

5 Sarana dan Prasarana Peribadatan

- Gereja Kristen Protestan - Gereja Katolik

- Mushola

3 Unit

1 Unit

2 Unit

6 Sarana dan Prasarana Olahraga

- Lapangan Sepak Bola

- Lapangan Badminton 1 Unit

1 Unit

Sumber: Profil Desa Pagaran Pisang, 2007

4.2. Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik seseorang sangat mempengaruhi tindakan, pola pikir, serta

wawasan yang dimilikinya. Karakteristik petani yang menjadi sampel pada daerah

penelitian meliputi, umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani,

jumlah tanggungan petani dan luas lahan usahatani. Karakteristik Petani sampel

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pagaran Pisang tahun 2008

(45)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Sumber : Analisis Data Primer (lampiran 1)

Dari tabel 8 dapat dijelaskan bahwa karakteristik petani sampel sebagai

berikut :

Umur Petani

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan

kemampuan petani dalam mengelolah usahataninya. Semakin tua umur petani

kemampuan kerja cenderung menurun, yang akhirnya dapat mempengaruhi

produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Rata-rata umur petani sampel adalah

26,80 tahun, dengan range umur petani sampel antara 21-60 tahun. Dapat dilihat

bahwa petani sampel masih tergolong muda, sehingga masih berpotensi untuk

mengembangkan usahatani kakao.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam

mengadopsi teknologi yang dapat menunjang peningkatan optimasi penggunaan

input dalam usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka

semakin tinggi pula tingkat kemudahan petani untuk mengadopsi teknologi baru.

Rata-rata tingkat pendidikan petani 6,9 tahun, dengan range antara 6-15 tahun.

Dapat dilihat bahwa taraf pendidikan petani sampel adalah masih di tingkat

tamatan Sekolah Dasar (SD). Hal ini berarti taraf pendidikan untuk menerima

teknologi baru masih sulit untuk diterima di daerah penelitian. Hal ini dikarenakan

bahwa pada umumnya adopsi teknologi berbanding lurus dengan tingkat

pendidikan.

(46)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

produksi usahatani. Semaking tinggi tingkat pengalaman bertani maka semakin

baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata dari pengalaman bertani petani

sampel 7,23 tahun, dengan range antara 6-10 tahun. Dapat dilihat dalam

pengelolaan usahatani kakao petani sampel memiliki pengalaman bertani di atas

nilai minimum dari range, artinya lebih besar dari nilai minimum range tersebut.

Luas Lahan

Rata-rata dari luas lahan petani sampel 1,28 ha, dengan range antara 0,5-3

ha. Dapat diketahui bahwa rata-rata kepemilikan luas lahan petani sampel di

daerah penelitian lebih besar dari 1 ha.

Jumlah Tanggungan

Rata-rata jumlah tanggungan petani sampel 4,13 jiwa, dengan range antara

2-6 jiwa. Dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah tanggungan petani sampel di

(47)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1. 1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Usahatani Kakao Selama 5 Tahun Terakhir

1. Perkembangan Luas Tanam 2003-2007 di Daerah Penelitian

Perkembangan luas tanam usahatani kakao di daerah penelitian mengalami

perubahan. Perubahan luas tanam usahatani kakao ini mengalami peningkatan dari

tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Peningkatan luas tanam ini dapat dilihat

pada tabel 11 berikut :

Tabel 10. Luas Tanam Usahatani Kakao Tahun 2003-2007 di Desa Pagaran Pisang

Tahun

Luas Tanam (ha)

Pagaran Pisang Perkembangan (%) Adian Koting Perkembangan (%)

2003 3 - 19 -

2004 71 2.666,67 448 2.257

2005 74 4,23 473 5,58

2006 76 2,70 486 2,75

2007 76 0 486 0

(48)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 9, menjelaskan bahwa perkembangan luas tanam usahatani kakao di

desa Pagaran Pisang kecamatan Adian Koting antara tahun 2003-2007 yaitu

sebagai berikut:

Persentase perkembangan luas tanam secara rata-rata tahun 2003-2007 di

Pagaran Pisang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Adian koting

Besarnya perkembangan persentase luas tanam secara rata di desa Pagaran Pisang

adalah 668,41 % dan di kecamatan Adian Koting adalah 566,335.

Pada tahun 2003, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani

kakao sebesar 3 ha. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki luas

tanam usahatani kakao sebesar 19 ha.

Pada tahun 2004, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani

kakao sebesar 71 ha. Peningkatan luas tanam di desa Pagaran Pisang pada tahun

2004 adalah seluas 68 ha. Sedangkan untuk luas tanam kecamatan Adian Koting

adalah seluas 448 ha. Peningkatan luas tanam kecamatan Adian Koting adalah

seluas 427 ha.

Pada tahun 2005, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani

kakao sebesar 74 ha. Peningkatan luas tanam usahatani kakao di desa Pagaran

Pisang adalah seluas 3 ha. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki

luas tanam sebesar 473 ha. Kecamatan Adian Koting memiliki peningkatan luas

tanam usahatani kakao seluas 25 ha.

Pada tahun 2006, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani

kakao sebesar 76 ha. Peningkatan luas tanama usahatani kakao di desa Pagaran

(49)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

tanam sebesar 486 ha. Peningkatan luas tanam untuk kecamatan Adian Koting

adalah seluas 13 ha.

Pada tahun 2007, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani

kakao seluas 76 ha. Sedangkan kecamatan Adian Koting memiliki luas tanam

usahatani kakao seluas 486 ha. Pada tahun 2007, luas tanam usahatani kakao tidak

mengalami peningkatan.

2. Perkembangan Produksi tahun 2003-2007 di Daerah Penelitian

Produksi usahatani kakao di daerah penelitian juga mengalami perubahan.

Perubahan yang tersebut adalah terjadinya peningkatan produksi dari tahun

2003-2007.

Peningkatan perkembangan produksi untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 10 berikut :

Tabel 11. Produksi Usahatani Kakao Tahun 2003-2007 di Desa Pagaran Pisang dan Adian Koting

Tahun

Produksi (ton) Pagaran Pisang Perkembangan

(%)

(50)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 10, menjelaskan bahwa perkembangan produksi usahatani kakao di

desa Pagaran Pisang dan kecamatan Adian Koting antara tahun 2003-2007 yaitu

sebagai berikut:

Secara rata-rata persentase perkembangan produksi kakao lebih tinggi di

kecamatan Adian Koting dari pada di desa Pagaran Pisang. Persentase

perkembangan produksi di kecamatan Adian Koting sebesar 169,47 % dan di desa

Pagaran Pisang sebesar 169,16 %.

Pada tahun 2003, produksi usahatani kakao di desa Pagaran Pisang adalah

sebanyak 4,20 ton, sedangkan untuk kecamatan Adian Koting adalah sebesar

28.00 ton.

Pada tahun 2004, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao

sebesar 29,33 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2004 adalah sebesar 25,13

ton. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki produksi sebesar 195,53

ton. Peningkatan produksi untuk kecamatan Adian Koting adalah sebesar 167,53

ton.

Pada tahun 2005, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao

sebesar 53,42 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2005 adalah sebesar 24,09

ton. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki produksi usahatani

kakao sebesar 338,25 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2005 adalah sebesar

(51)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008.

USU Repository © 2009

Pada tahun 2006, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao

sebesar 54,05 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2006 adalah sebesar 0,63 ton.

Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki produksi usahatani kakao

sebesar 341,75 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2006 adalah 13,50 ton.

Pada tahun 2007, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao

sebesar 54,05 ton. Sedangkan produksi di kecamatan Adian Koting sebesar

341,75 ton. Produksi ini dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 tidak ada

mengalami perubahan.Di desa Pagaran Pisang dan Kecamatan Adian Koting tidak

terjadi perkembangan produksi dari tahun 2006-2007.

5.1.2 Perkembangan Sub-sub Sitem Agribisnis ( input produksi, budidaya, pengelolaan, pemasaran)

Perkembangan sub sistem agribisnis usahatani kakao di daerah penelitian

ini terdiri dari beberapa hal yang dijelaskan. Hal-hal yang berkaitan dengan sub

sistem agribisnis di dalam penelitian ini adalah input produksi yang digunakan,

budidaya yang dilaksanakan, cara pengelolaan, dan cara pemasaran. Untuk lebih

jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

Input Produksi

Penggunaan input produksi pada usahatani kakao di daerah penelitian

adalah luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk (TSP, KCl, Urea, Kandang), dan

herbisida.

Gambar

Tabel 1. Tabel Luas Tanaman, Produksi dan Rata-rata Produksi  Tanaman Kakao Menurut Kecamatan Pada Tahun 2006 Kecamatan Luas Tanaman Produksi
Gambar 1, Tanaman Kakao
Gambar 2. Buah Kakao
Tabel 2. Luas Tanam, Produksi Usahatani Kakao di kecamtan Adian Koting
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Anak d a n Fertilitas pada Masyarakat Batak Toba (Studi Kasus di Kampung Lumban Batu, Desa Aeksiansimun, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi

Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara. Memperkaya pengetahuan mengenai kemenyan di

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Tiga Tipe Komunitas Kebun (Studi Kasus: Kebun Kopi, Kebun Kakao dan Agroforestri di Desa Telagah, Kabupaten Langkat, Sumatera

Analisis Usahatani Bawang Prei dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus: Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo).. Medan : Universitas

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Studi Tutupan Karang di Pulau Janggi Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara ” adalah

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Pisang Ambon Melalui Program Primatani (Kasus : Desa Talaga, Kecamatan Cugenang,

Potensi aren di Desa Simanampang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara sangat baik melihat kerapatan aren tinggi dengan masing masing

Desa Pohan Tonga adalah salah satu desa tua yang ada di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, yang memiliki adat isitiadat yang sangat ketat