• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Relasi Parmalim dengan Agama yang Diakui dan Dilayani oleh Negara ( Studi Pada Aliran Kepercayaan Parmalim di Desa Saornauli Hatoguan,Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir )"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Keberagaman suku dan agama di Indonesia adalah sumber kekayaan yang

tidak ternilai harganya. Secara horijontal dalam struktur masyarakat Indonesia

ditandaioleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan

agama, adat dan perbedaan kedaerahan (Nasikun, 1993). Salah satu dari unsur

keberagaman bangsa Indonesia adalah keberagaman keagamaan.

Menurut Yinger, agama merupakan “sistem kepercayaan dan peribadatan

yang digunakan oleh berbagai bangsa dan perjuangan mereka mengatasi

persoalan-persoalan tertinggi dalam kehidapan manusia” (Scharf 2004: 35). Agama memiliki

peran sentral dalam perkembangan komunitas dan sebuah Negara, agar mampu

mendorong terciptanya sebuah kondisi yang baik melalui ajaran dan dogma-dogma

agamanya. Keberagaman beragama yang mendorong terciptanya sebuah kondisi yang

baik telah melekat dalam tubuh bangsa Indonesia.

Keberagaman agama di Indonesia telah ditetapkan pemerintah yang mengacu

pada ketetapan presiden Nomor 1 tahun 1998. Dalam penjelasannya disebutkan

bahwa agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu

adalah agama- agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia. Selanjutnya, di dalam

ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978, Nomor II/MPR/1983 dan Nomor

II/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dipertegas kembali

(2)

merupakan agama. Pembinaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dilakukan: (a) agar

tidak mengarah terhadap pembentukan agama baru.(b) untuk mengefektifkan

pengambilan langkah yang perlu agar pelaksanaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa benar-benar sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradap.

Secara filosofis, sosio-politis dan historis agama bagi bangsa Indonesia sudah

berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Agama telah menjadi bagian dari

sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan konvensi dalam praktek

kenegaraan Republik Indonesia. Sejak pemerintahan Orde Baru, Indonesia selalu

memperhatikan pembangunan di bidang agama bersama dengan pembangunan

dibidang lainnya. Keharusan pembangunan di bidang agama merujuk kepada falsafah

hidup bangsa Indonesia Yaitu Pancasila, yang mana dari salah satu sila itu ialah “

Ketuhanan Yang Maha Esa”. Artinya, bahwa pembangunan dibidang agama adalah

suatu hal yang tidak boleh diabaikan karena Republik Indonesia pada masa awal

pembentukannya dilandasi oleh semangat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa,sebagaimana juga tertuang salam pembukaan Undang-Undang 1945 pasal 29

ayat 2 dinyatakan bahwa: “Negara menjamin kemerdekaan penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya tersebut”.

Maksudnya, setiap warga negara Indonesia berhak menentukan sesuatu agama dan

kepercayaan yang dianutnya. Tidak ada halangan dan hambatan bagi setiap warga

Negara Indonesia untuk memilih salah satu agamanya.

Di Indonesia agama sangat diperlukan sebagai salah satu pembentuk integrasi

(3)

satu jawaban untuk membuat pedamaian. Hal tersebut terlihat dari setiap ajaran

agamanya. Agama di Indonesia dilandaskan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa memiliki sifat serba maha. “Maha Esa,

Mahakuasa, Maha Penyayang, Maha Pengasih, Maha Pemurah, Mahatau, Maha

Pendengar, Mahabenar, Mahajujur, Maha Adil, Maha Penuntun, dan Maha

Pelindung.” Dengan sifat-sifat ini Tuhan mengendalikan kehidupan manusia sejak

berada dikandungan sampai kepada kehidupan abadi di akhirat. “ kepercayaan dan

tingkah laku” itu kemudian terintegrasi dalam wadah budaya spiritual, budaya ini

terus berkembang dalam kehidupan manusia Indonesia, yang meliputi:

1). Ajaran yang mengandung nilai religius seperti :

a. Ajaran tentang Ketuhanan Yang Maha Esa

b. Ajaran tentang kewajiban manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2). Ajaran Budi Luhur yang mengandung nilai moral seperti :

a. Nilai Moral dalam hubungan antara manusia terhadap Tuhan Yang Maha

Esa

b. Nilai Moral dalam hubungan antara manusia dengan sesamanya

c. Nilai Moral yang terkandung dalam hubungan antara manusia dengan alam.

Budaya spiritual tersebut diatas memberikan gambaran awal dari wujud

budaya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu hubungan antara manusia

dengan sang pencipta (vertikal) dan hubungan antara sesama manusia dan alam jagat

(4)

Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah berkembang sejak masa

silam . sebagian aliran kepercayaan ini membawa dampak, yaitu adanya usaha agar

aliran kepercayaan tersebut disejajarkan dengan agama. Sebelum masuknya agama-

agama besar atau agama yang diakui oleh negara ternyata di Indonesia sendiri telah

ada agama yang menjadi nilai luhur yang dipedomani dan diikuti oleh para

pengikutnya, terbukti mampu mendorong pengikutnya menuju kehidupan yang lebih

baik, dan ajarannya mampu menggiring para pengikutnya mengikuti perkembangan

jaman. Sehingga para pengikutnya mampu hidup dan bersaing secara sosial dan

ekonomi dengan para pemeluk agama besar lainnya.

Agama asli terbentuk dari kebudayaan suku bangsa itu sendiri yang pada

dasarnya belum dipengaruhi oleh ajaran agama besar lainnya. Oleh karena itu,

keaslian suatu agama suku ditandai dengan tidak bercampurnya dengan keruhanian

agama lain dan pada hakikatnya hanya terdapat pada masyarakat tertutup dengan

suku bangsa yang lain. Agama yang mewadahi keruhanian semacam itu disebut juga

dengan agama etnis, agama suku, agama preliterate atau agama sederhana (subagya,

1979:1). Salah satu dari agama asli yang dimaksudkan adalah agama Malim yang

lahir ditengah-tengah suku bangsa Batak yang berkedudukan ditanah Batak.

Agama Malim merupakan salah satu kepercayaan yang dianut oleh

masyarakat yang ada di provinsi Sumatera Utara. Penganut Parmalim menyebutnya

Ugamo Malim yang merupakan agama asli suku Batak Toba dan merupakan

kelanjutan dari agama lama yaitu Parbaringin dan Parhudamdam (Muhammad,dkk

2008: 113). Dasar agama ini adalah melaksanakan titah-titah yang dipercayai berasal

(5)

langit, bumi dan segala isinya. Segala perintah dan ajaran-ajaran Debata Mulajadi

Nabolon disampaikan melalui Raja Uti, Raja Nasiakbagi, Raja Simarimbulubosi dan

Raja Sisingamangaraja yang disebut juga nabi Parmalim. Sisingamangaraja adalah

salah satu roh yang diyakini kesaktiannya karena dialah yang “maningahon adat

dohot uhum (menyampaikan segala perintah hukum dan adat istiadat kepada

keturunannya).

Agama Malim juga mempunyai struktur organisasi, boleh dikatakan sangat

sederhana. Struktur kepemimpinannya hanya terdiri dari pimpinan pusat dan

pimpinan cabang. Pimpinan pusat adalah pimpinantertinggi yang diketuai oleh

seorang ihutan yang dalam bahasa Batak bermakna yang diikuti atau ikutan. Selain

dari ihutan ada juga pengurus lain yang terlibat didalamnya seperti sekretaris dan

bendahara yang keduanya bertugas sebagai pembantu dalam menjalankan

administrasi organisasi agama Malim.

Pada saat ini agama Malim dipimpin oleh seorang ihutan, seorang pimpinan

tertinggi yaitu, Raja Marnangkok Naipospos yang berpusat di Pardomuan Nauli. Dan

dibawah pimpinan tertinggi ada juga disebut denganulupunguan (pimpinan

cabang).Pimpinan cabang(ulupunguan) merupakan pimpinan disetiap cabang

Parmalim yang terletak dibeberapa daerah. Desa Saornauli Hatoguan adalah salah

satu tempatatau cabang para penganut Parmalim. Cabang Parmalim di Desa tersebut

dikepalai oleh seorang pimpinan cabang (Ulupunguan) yaitu Bapak Sinaga.

Ulupunguan (pimpinan cabang) bertugas memimpin dan mengontrol penganut

(6)

ajaran-ajaran atau perintah Mulajadi Nabolon yang harus diamalkan dalam setiap kehidupan

masyarakat.

Agama Malim sebagaimana juga kepercayaan keagamaan lain yang tumbuh

ditengah suku bangsa Indonesia sejak dahulu terus menerus mengalami tantangan

dari pihak luar, bahkan boleh dikatakan mengalami krisis keberadaan. Krisis agama

asli ini memuncak pada penjajahan belanda dimana agama malim menjadi mangsa

dari pihak penjajah karena perlakuan mereka yang senantiasa diskriminatif. Para

penganutnya dimasukkan kedalam kategori kafir sebagai barang yang tersisa

(Subagya, 1979: 240) demikian juga pada masa lepas Indonesia merdeka, agama ini

juga masih tetap mengalami hambatan dalam pengembangannya yang kali ini bukan

berasal dari tangan penjajah, akan tetapi muncul dari dalam negeri sendiri. Paling

tidak para penganut agama Malim merasakan bahwa mereka belum merasakan

perlakuan yang wajar atau mendapat tempat yang sejajar dengan agama-agama

lainnya.

Seperti telah dinyatakan diatas Negara Indonesia mengakui agama Islam,

Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu sebagai agama yang mendapat

legitimasi dari pemerintah dan untuk dapat hidup dan berkembang di Indonesia.

Undang-Undang tersebut masih berlaku sampai saat ini. Keenam agama tersebut

dibina dan dilayani oleh negara dibawah naungan Dapartemen Agama. Sementara

agama Malim belum mendapatkan pengakuan yang resmi dari Negara.

Memang tidak dapat dinafikkan bahwa keberadaan agama Malim belum

(7)

yang diakui oleh Negara, yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa mereka

sangat sulit mendapatkan pengakuan tersebut (Subagya,1976:135)

Untuk menelusuri lebih jauh alasan Negara tidak meloloskan agama Malim

sebagai agama resmi adalah, pertama; karena alasan yang bersifat ideologis dan

politis disamping hal yang bersifat subjektif. Alasan secara ideologis mungkin

bermakna bahwa semakin banyak agama yang diakui seiring dengan banyaknya suku

bangsa di Indonesia dikhawatirkan akan menimbulkan pertelingkahan (konflik)

sesama penganut agama maupun antar umat agama itu sendiri, lebih-lebih lagi

masyarakat indonesia dikenal dengan masyarakat majemuk. Kedua; karena

kurangnya pemahaman yang mendalam dari berbagai pihak termasuk pemerintah

terhadap sistem kepercayaan ritual dan ajaran agama Malim sehingga masyarakat dan

pemerintah tetap memandang sebelah mata untuk menolak agama Malim sebagai

agama yang resmi.

Melalui hasil observasi awal yang dilakukan peneliti terhadap Agama Malim.

Peneliti mendapatkan penjelasan bahwa masyarakat Batak Toba juga sangat teguh

dalam memegang adat istiadat. Dalam pandangan mereka adat istiadat sejajar dengan

agama. Adat istiadat dan agama Malim diibaratkan dua sisi mata uang logam yang

tidak dapat dipisahkan. Tetapi pada saat ini, keberadaan agama Malim mengalami

krisis dilingkungan masyarakat.

Disamping pemerintahan Negara Indonesia memutuskan adanya enam agama

yang diakui Indonesia, penganut agama Malim tidak bisa lepas darikeenam agama

yang dikui oleh Negara. Dengan kata lain, Parmalim mempunyai hubungan (relasi)

(8)

bahwa agama Malim memiliki ketergantungan dengan agama yang diakui dan

dilayani oleh Negara, baik itu dalam pergaulan hidupdimasyarakat maupun identitas

mereka sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).

Fakta yang menggambarkan adanya relasi diantara Parmalim dengan agama

yang diakui dan dilayani oleh Negara yaitu; Pertama, pada saat mereka memasuki

lembaga pendidikan formal.Anak atau umat Parmalim harus memasuki atau memilih

salah satu dari agama yang diakui oleh Negara. Hal tersebut Sesuai dengan kurikulum

yang telah dibuat oleh pemerintah. Karena dibangku sekolah seluruh siswa harus

mendapatkan pendidikan agama untuk mengembangkan moral melalui nilai-nilai

agama dan tentunya ada pada agama yang diakui oleh Negara. Pendidikan Agama

Malim belum ada dan memang tidak diperbolehkan oleh Negara dibuat

disekolah.Kedua, ketikamereka yang bekerja di instansi pemerintahan. Ketika mereka

menjadi bagian dari instansi pemerintah, mereka memiliki sebuah agama tentunya

pada agama yang diakui oleh Negara tersebut.Ketiga, ketika mereka mengurus KTP

(Kartu Tanda Penduduk) dan KK(Kartu Keluarga) dan administrasi lainnya yang

berhubungan sebagai kelengkapan identitas Warga Negara Indonesia.Keempat, proses

pelakasanaan adat dalam masyarakat Batak. Adat Batak telah mengalami perubahan

pasca berkembangnya agama yang diakui dan dilayani oleh Negara. Keempat fakta

ini menggambarkan relasi agama Malim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh

Negara terjadi karena identitas agama Malim belum mendapatkan pengakuan dari

Negara.

Dalam penelitian ini, yang menjadi landasan penelitian adalahpeneliti

(9)

terdiri dari dua aspek yaiturelasi atas dasar kepentingan identitas Negara dan relasi

dalam pelaksanaan adat dalam masyarakat. Peneliti melihat fakta ini sering terjadi

pada umat Parmalim. Peneliti melihat disana adanya relasi atau hubungan Agama

Malim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara. Bertitik tolak dari hal

tersebut peneliti hendak melakukan suatu kajian ilmiah yang holistik dan menyeluruh

terhadap fenomena atau keadaan Parmalim pada saat ini.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan topik

atau judul penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini

yang menjadi perumusan masalah adalah:

1. BagaimanarelasiParmalim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh

Negara dalam konteks Politik

2. Bagaimana relasi Parmalim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh

Negara dalam proses pelakasanaan adat Batak.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkap keinginan peneliti dalam suatu

penelitian (Bungin,2007:77). Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui relasi parmalim dengan agama yang diakui dan

dilayani oleh Negara dalam konteks politik dan mengetahui bentuk relasi

Parmalim dengan agama yang diakui dan dilayani oleh Negara dalam

(10)

2. Untuk menggambarkan keberadaan agama Malim di tengah-tengah

masyarakat Batak Toba disamping berkembangnya agama yang diakui

oleh Negara.

1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat maupun sumbangsihnya bagi

diri sendiri khususnya maupun bagi masyarakat pada umumnya. Terutama pada

perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Adapun manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini adalah.

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan

sosial dan instansi yang terkait.

b. Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan penulis

melakukan penelitian di bidang ilmu sosial, khususnya dalam ilmu

sosiologi.

c. Hasil dari penelitian ini bisa menjadi kajian ilmiah bagi mahasiswa

khususnya sosiologi, dan dapat memberikan kontribusi baik secara

langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan dapartemen

sosiologi.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan sebagai masukan terhadap agama Malim dalam

menjalani kehidupan ditengah sistem agama yang dibuat oleh

(11)

b. Menjadi sumbangan kepada agama Malim dengan masyarakat atau

agama lainnya supaya terbentuk relasi(hubungan) yang baik.

1.5. Defenisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dalam memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan

kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini, maka dibuat batasan

makna dan arti konsep yang dipakai. Konsep konsep yang penting dilakukan dalam

penelitian ini adalah

1. Agama

Secara sosiologis agama dilihat sebagai pemahaman dan pengalaman

masyarakat. Dalam konsep sosiologi, agama adalah suatu yang konfleks,

berbagai macam ragam, mengandung berbagai aspek: yang gaib dan yang

nyata, material dan spiritual, sosial dan individual, dihayati dengan

berbagai penekanan oleh individu dan kelompok masyarakat,

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek aspek sosio cultural, Artinya

agama dapat dilihat sebagai berikut:

Secara eksklusif, agama merupakan seperangkat kepercayaan dan simbolis

yang berkaitan dengan perbedaan antara sumber empiris dan super

empiris.

Secara inklusif, agama adalah suatu sistem kepercayaan yang disatukan

oleh praktek-praktek yang bertalian dengan hal-hal yang suci, hal-hal yang

(12)

2. Relasi

Relasi merupakan adanya hubungan antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dilandasi dengan

adanya permasalahan dan kepentingan.Defenisi relasi disini bisa

menghasilkan nilai positif maupun negatif. Dalam penelitian ini yang yang

menjadi konsep relasi merupakan hubungan antara Parmalim dengan

Agama yang diakui dan dilayani oleh Negara meliputi2 (dua) aspek;

1. Relasi Parmalim dengan Negara.

2. Hubungan Parmalim dengan Adat

3. Kepercayaan

Kepercayaan mengandung pengertian: kebatinan yang mengandaikan

adanya ruang lingkup didalam diri manusia yang bersifat kekal; kejiwaan

yang mengajarkan psychotehnik (tehnik kejiwaan) manusia menyadari apa

yang ada diluar dirinya. Kepercayaan yang bersifat abstrak atau yang

bersifat diatas pemikiran manusia.

PEMERINTAH/ NEGARA

ADAT

PARMALIM dan AGAMA YANG DIAKUI OLEH

(13)

4. Parmalim

Kata “Parmalim” berasal dari bahasa Batak Toba yang berarti pengikut

kerajaan kesucian (hamalimon), par adalah pengikut dan malim adalah

suci, sedaangkan hamalimon berarti kesucian. Agama Malim atau disebut

Ugamo Malim menurut guru somalaing pardede merupakan lanjutan dari

agama lama, tetapi cara peribadatannya dipengaruhi oleh agama-agama

lain. Mereka berkumpul untuk berdoa kepada Debata Mulajadi Nabolon

(Tuhan Yang Maha Esa). Adakalanya mereka menggunakan istilah “

jahowa” yang berasal dari injil.

Agam parmalim adalah suatu bentuk keyakinan, kepercayaan (agama)

pada masyarakat batak yang menganggap bahwa manusia tidak lepas dari

eksistensi alam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

kehidupan leluhur yang dianggap mengawasi kehidupan mereka sehari

hari.

5. Masyarakat Batak Toba

Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku bangsa besar yang ada di

Indonesia dan berasal dari daerah Sumatera Utara. Dalam penelitian ini,

Batak Toba adalah bagian masyarakat yang merupakan bagian khusus

batak bagian utara yang ada di Desa Saornauli Hatoguan, Kecamatan

(14)

6. Adat Batak Toba

Adat Batak Toba merupakan budaya atau kebiasaan yang dilakukan oleh

masyarakat Batak sebagai turunan dari pada nenek moyang. Adat Batak

Toba merupakan hal yang tidak dapat dihilangkan. Hal tersebut bisa

dilihat dari umpasa (wejangan) nenek moyang terdahulu yang berkata “

Ompunta naparjolo martungkonton salagundi, Pinungka ni naparjo si

ihutononi na parpudi”, artinya apa yang sudah dibuat oleh nenek moyang

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu

FTP ( File Transfer Protocol ) adalah sebuah protocol internet yang berjalan di dalam lapisan aplikasi yang merupakan standar untuk pentransferan berkas (file) computer

Hasil Penelitian yang diperoleh dari peran pemandu wisata dalam upaya meningkatkan sektor pariwisata di Kota Solo, didapatkan kesimpulan bahwa peran sebagai

paket Penyediaan Belanja Makanan dan Minuman Pasien Rawat Inap dengan Perawatan. Multiyears Mei 2013-Maret 2014 dengan uraian

Pada bagian ini kamu diminta menyusun teks secara berkelompok atau bersama. Setiap kelompok terdiri atas 3—5 orang anggota. Akan tetapi, sebelum melakukan tugas tersebut, kamu

Oleh sebab itu dengan bantuan internet penulis membuat situs Toko ponsel yang dapat membantu toko tersebut dalam mempromosikan dan menjual ponselnya, karena disini konsumen

Pada penulisan ilmiah ini, penulis mencoba mendesain web non komersial mengenai jenis hama tanaman serta cara penanggulangannya dengan menggunakan Flash MX dan PHP serta

tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah