1. Pengertian kanker nasofaring
Nasofaring merupakan suatu ruangan yang berbentuk mirip kubus yang terletak di belakang rongga hidung diatas tepi bebas palatum molle yang berhubungan dengan rongga hidung dan ruang telinga melalui koana dan tuba eustasius. Atap nasofaring terbentuk dari dasar tengkorak dan tempat keluar dan masuknya syaraf otak dan pembuluh darah. Nasofaring diperadarahi oleh cabang arteri karotis eksterna, yaitu faringeal ascenden dan descenden serta cabang faringeal arteri sfeno palatine. Darah vena dari pembuluh darah balikfaring pada permukaanluar dinding muskulermenuju pleksus pterigoid dan vena jugularis interna. Daerah nasofaring dipersyarafi oleh syaraf sensoris yang terdiri darinervus glossofaringeus (N.IX) dan cabang maksila dari syaraf trigeminus (N.V2) yang menuju ke anterior nasofaring.
Kanker nasofaring adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di ringga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut yang tumbuh dari jaringan epitel yang meliputi jaringa limfoit denga predileksi di fosa rossenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi skuamusa dan atap nasofaring (Brunner & Suddarth.2002)
karsinoma nasofaring merupakan tumor yang berasal dari sel-sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring (Arima,2006).
karsinoma nasofaring adalah tumor jinak yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa rossenmuller dan atap nasofaring. tumor ganas ini mayoritas terjadi di kepala dan leher (Arief mansjoer, 2006).
2. Klasifikasi kanker nasofaring 1. Ukuran tumor (T)
T0
tidak tampak tumor T1
Tumor terbatas pada satu lokasi saja T2
T3
Tumor telah kaluar dari rongga nasofaring T4
Tumor yang telah keluar dari rongga nasofaring merusak tulang tengkorak atau syaraf-syaraf otak
2. Reginal limfe nodus (N) N0
Tidak ada pembesaran N1
Terdapat pembesaran tetapi homolatral dan masih bias digerakan N2
Terdapat pembesaran di kontralateral dan masih bias digerakkan N3
Terdapat pembesaran baik, homolateral, kontralateral, bilalateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar
3. Metatase jauh (M) Mo
Tidak terdapat metatase jauh M1
Metatase jauh
Stadium Tumor Nasofaring, antara lain: Stadium 0
sel-sel kanker masih beada dalam batas nasopaing, biasanya bisa disebut dengan nasopharynx in situ
Stadium I (T1, N0, M0)
sel kanker menyebar pada bagian nasopharing Stadium II (T2, N0, M0)
sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga hidung. atau dapat pula menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher
kanke ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher Stadium IV (T4 dan N0/N1 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N0/N1/N2/N3 dan M1)
kanker ini sudah menyebar di syaraf dan tulang sekitar wajah.
3. Etiologi kanker nasofaring
a) Kontak dengan zat karsinogenik
Kontak denga zat karsinogenik yag terlalu sering dapat mengakibatkan munculnya kanker, antara lain:gas kimia, asap industri
b) Keturunan
Kejadian KNF mayoritas ditemukan pada kerturunan ras mongoloid dibandimgkan dengan ras lainnya.
c) Radang kronis di daerah nasofaring
Terjadinya perdangan di daerah nasofering dapat membuat mukosa nasofaring menjadi lebih rentan terhadap mikroorganisme.
d) Faktor lingkungan
Aanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka dapat memberikan efek mutagenic bagi masyarakat
e) Keadaan social ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk
Kedaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang dapat tercermin dari ventilasi yang kurang baik, sehingga sirkulasi udara menjadi terhambat.
f) Genetik g) umur
lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ. h) daya tahan tubuh pasien yang menurun
i) kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan asin
4. Manifestasi klinis kanker nasofaring
Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada penderita kanker nasofaring, antaralain: a) Gelaja telinga
Pasien sering mengeluh rasa penuh ditelinga, rasa kadang-kadang berdengung disertai dengan gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala awal. Radang telinga tengahsampai perforasi membrane timpani
Keadaan ini merupakan kelainan lanjutan yang terjadi akibat penyumbatan muara tuba dimana rongga telinga aka terisi cairan yang semakin lama makin banyak, sehingga dapat menyebabkan perforasi gendang telinga dengan akibat gangguan pendengaran.
b) Gejala hidung Epiktasis
Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi perdarahan hidung yang ditunjukan dengan keluarnya darah secara berulang-ulang dengan jumlah yang sedikit dan kadang-kadang bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan
Sumbatan hidung
Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung dan menutupi koana.gejala menyerupai pilek kronis,kadang-kadang disertai dengan ganggguan penciuman dan ingus kental.
c) Gejala lanjutan
Pemberasaran kelenjar limfe leher
Sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat pada otot dan sulit untuk digerakan. Gejala ini dapat menjadi gejala yag lebih lanjut.
Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar
dapat juga disertai dengan destruksi tulang tengkorak. Jika keadaannya seperti itu menjadikan prognosis menjadi buruk.
Gejala akibat metastasis
Sel-sel kanker dapat ikut bersama aliran darah dan mengenai bagian organ tubuh yang jauh dari nasofaring.Organ yang paling seting terkena adalah tulang, hati dan paru.
5. Patofisiologi kanker nasofaring
Kanker nasofaring dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu dari penyebab dari kanker nasofaring ini adalah adanya virus eipstein yang dapat menyebabkan ca nasofering. Sel yang terinfeksi noleh sel EBV akan dapat menghasilkan sel-sel tertentu yang berfungsi untuk mengadakan proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus dalam sel host. Protein tersebut dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1, dan LPM-1, LPM-2A dan LPM-2B. EBV dapat mengaktifkan dan memmapakan zat kasinogenik yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol sehingga tejadilah defeensiasi dan polifeasi potein laten, sehingga memicu petumbuhan sel kanker pada nasofaring terutama pada fossa rossenmuller. Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi perdarahan hidung yang ditunjukan dengan keluarnya darah secara berulang-ulang dengan jumlah yang sedikit dan kadang-kadang bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan. Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung dan menutupi koana.gejala menyerupai pilek kronis,kadang-kadang disertai dengan ganggguan penciuman dan ingus kental. Sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat pada otot dan sulit untuk digerakan.
dan mengenai bagian organ tubuh yang jauh dari nasofaring.Organ yang paling sering terkena adalah tulang, hati dan paru.
6. Pemeriksaan Penunjang
a) pemeriksaan penunjang pada kanker nasofaring ada beberapa, yaitu:
b) pemeriksaan CT Scan pada daerah kepala dan leher untuk menhetagui keberadaan kanker yang berrsembunyi
c) pemeriksaan serologi igA anti EA dan igA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B
d) biopsy nasofaring dapat dulakukan dengan dua cara, taitu: dari hidung dan mulut dengan anastesi topical dengan xylocain 10%.
e) pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narcosis
7. Penatalaksanaan
a) radioterapi merupakan pengobatan utama
b) pemberian adjuvant kemoterapi yaitu: Cis-Platinum, bleomycin dan 5-fluororauncil c) kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis platinum.
8. Komplikasi dan Prognosis a) komplikasi akut
1) mukositis
inflamasi pada mukosa mulut berupa eitema dan adanya ulser yang biasanya ditemukan opada pasien yang mendapatkan terapi kanker. pasien akan mengeluhkan rasa sakit pada mulut dan dapat mempengaruhi nutrisi dan kualitas hidup pasien.
2) kandidiasis
infeksi opurtunitik berupa kandidiasis pada mukosa mulut yang disebabkan oleh jamu candida albicans.
3) dysgeusia
respon awal berupa hilangnya salah satu indra pengecapan oleh terapi radiasi. b) komplikasi kronis
merupakan akibat dari terapi radiasi berupa gigi yang mengalami destruktif dan mengalami kerusakan.
2) gagal napas
gagal napas terjadi dikarenakan adanya metastase darri tumor nasofaring sampai pada trachea sehingga terjadi penyumbatan total pada trachea.
3) peningkatan tekanan intakanial
10. Konsep asuhan keperawatan
Pengkajian pada diabetes mellitus meliputi, antara lain: 1) Biodata
a) Nama klien : untuk membedakan pasien satu dengan yang lain
ffffffffffffffffffffffffffffffffdf(identifikasi pasien)
b) Umur : untuk mengetahui apakah pasien mempuyai faktor resiko c) Agama : untuk menentukan bagaimana perawat memberikan
fffffffffffffffffffffffffffffffffffdukungan kepada pasien selama persalinan d) Suku : untuk mengetahui adat istiadat/ budaya pasien e) pendidikan : untuk menentukan bagaimana perawat memberikan
ddddddddddddddddddddddddkonseling kepada pasien
f) Pekerjaan : untuk mengetahui status ocial dan ekonomi pasien g) Alamat : untuk mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggal
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaapasien
h) Nama penanggung jawab : untuk mengetahui orang yang bertanggungjawab
membiayai pengobatan pasien dan juga menjadi perantara perawat untuk menyetujui inform konsen untuk tindakansyang akan dilakukan kepada pasien
2) Keluhan utama/Alasan masuk rumah sakit a. Keluhan utama
Pasien biasanya dibawa ke rumah sakit dengan keluhan lemas, nyeri dan muncul benjolan di pipi dan leher
b. keluhan saat pengkajian
pasien mengeluh sakit kepala dan pandangan kabur c. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan lemas, nyeri dan muncul benjolan di pipi dan leher. pasien juga mengeluh mual muntah dan nafsu makan berkurang.
d. Riwayat sebelumnya
e. riwayat kesehatan keluarga
ada/tidak keluarga pasien yang pernah mengidap penyakit kanker nasofaring dan penyakit menurun seperti: DM, hipertensi, dan lainnya.
3) Riwayat psikososial dan status spiritual a. riwayat psikologis
menggambarkan respon psikologis pasien dalam menghadapi keadaannya sekarang. b. aspek sosial
menggambarkan cara interaksi pasien kepada orang sekitarnya dan peran sosial di keluarga
c. aspek spiritual
menggambarkan tentang cara pasien menganggap penyakitnya dan cara pasien beribadah
4) pola kebiasaan sehari-hari a. pola nutrisi
menggambarkan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi pasien sebelum dan sesudah di rawat dirumah sakit
b. pola eliminasi
menggambarkan pola BAK dan BAB pasien sebelum dan sesudah dirawat di rumah sakit.
c. pola kebersihan diri
menggambarkan cara pasien untuk membersihkan diri sebelum dan sesudah dirawat di rumah sakit
d. pola aktivitas, latihan, dan bermain
mnggambarkan tentang aktivitas yang dilakukan oleh pasien saat pasien sebelum dam sesudah di rawat di rumah sakit
e. pola istirahat dan tidur
menggambarkan tentang durasi, kualita istirahat tidur pasien. 5) pemeriksaan fisik
keadaan umum a. keadaan sakit
b. tanda-tanda vital
yang meliputi tekanan darah,suhu, BB, RR, nadi,TB c. Head to toe
1) kepala dan rambut
Distribusi rambut merata, tidak terdapat lesi dan benjolan, rambut tampak bau dan kotor.
2) hidung
ada pendarahan hidung, tidak ada lesi, ada pernafasan cuping hidung, 3) telinga
gangguan pendengaran (-), serumen (-), tidak ada lesi, dan telinga kanan dan kiri simetris.
4) mata
mata kanan dan kiri simetris, konjungtivis anemis (-), sclera tidak ikterik, pupil isokor, dan reflek cahaya (-).
5) mulut, lidah, tonsil, dan faring mulut:
mulut kering, kebersihan mulut bersih, caries gigi (+), tidak ada pembengkakan gusi, dan bau mulut (-)
gigi:
gigi berjumlah 32 buah, caries gigi (+) tonsil:
tidak ada pembesaran tonsil faring:
terdapat sumbatan sekret 6) leher dan tenggorokan
leher
peningkatan JVP
warna kulit leher merata
pembesaran kelenjar tyroid dan limfe tenggorokan
7) dada/thorax
a) pemeriksaan paru inspeksi
gerakan dada simetris, retraksi dada (+), warna kulit merata, sesak napas (+), RR: >20x/menit, bentuk dada normal
palpasi akral hangat perkusi
suara perkusi paru sonor auskultasi
suara napas ronkie b) pemeriksaan jantung
inspeksi
warna kulit merata, tidak ada lesi , bentuk dada normal palpasi
terdapat kardiomegali perkusi
suara perkusi redup auskultasi
suara mur-mur (-) c) pemeriksaan payudara
inspeksi
rabas (-), warna kulit merata, putting menonjol, payudara kiri lebih besar daripada payudara kanan.
palpasi
tidak ada massa, tida ada lesi dan rabas, akral hangat, tidak ada pembesaran limfe di axilla
tidak ada asites, warna kulit merata, tidak ada lesi dan jaringan parut, pelvis tampak kotor
palpasi
peristeltik >35x/menit perkusi
tidak ada hepatomegali dan splenomegali auskultasi
suara abdomen timpani 9) ekstermitas, kuku, kekuatan otot
ektermitas
terpasang infuse di tangan kiri, terpasang sensor tekanan darah di tangan kanan, CRT< 2 detik
kuku
clubbing finger (-), kuku sianosis, sianosis (-). kekuatan otot lemah
3 3 3 3
10) genetalia dan anus
kebersihan genetalia dan anus terjaga, tidak terpasang poli kateter urine, tidak ada lesi
11) pemeriksaan neurologis
kesadaran GCS komposmentis respon AVPU : alert
reflek pupil isokor reflek cahaya (+)
11. Diagnosa Keperawatan
a) nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan dan kekakuan otot leher b) perubahan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan kemampuan menelan
c) gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan pertumbuhan sel kanker menjalar ke otak.
d) bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pembengkakan jaringan dan menurunnya reflek menelan
e) fatigue berhubungan dengan penurunan kadar HB dan pendarahan pada hidung
12. Rencana Tindakan Keperawatan No Diagnosa
keperawatan
kriteria hasil dan tujuan
Intervensi Rasionlisasi 1 nyeri berhubungan
dengan selama 1x6 jam jam diharapkan nyeri ekspresi wajah
tenang
c) Nadi 60-100x/ menit
d) RR
16-20x/menit
2 perubahan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan kemampuan menelan terganggu
Setelah dilakukan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan criteria hasil , yaitu:
TTV normal
4. kaji makanan kesukaan 6. berikan oral
13. Referensi
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC