• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PRAGMATIK FILM KARTUN KUNG FU PANDA VERSI ARABIC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PRAGMATIK FILM KARTUN KUNG FU PANDA VERSI ARABIC"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PRAGMATIK FILM KARTUN KUNG FU PANDA VERSI ARABIC

JURNAL

Siti Masitoh 180910090031

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

JATINANGOR

2013

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Penelitian Bahasa terdapat dua jenis disiplin ilmu yang mempelajari makna satuan-satuan kebahasaan yaitu secara internal dan eksternal. Secara internal, satuan-satuan kebahasaan dipelajari dalam struktur gramatika seperti fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Fonologi merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa. Selanjutnya, struktur internal suatu kata dipelajari dalam morfologi. Morfologi dan Sintaksis merupakan tataran ilmu bahasa yang bekerja secara berdampingan. Jika struktur internal kata dipelajari dalam morfologi maka struktur internal kalimat dipelajari dalam sintaksis. Ketiga cabang ilmu di atas selanjutnya dilengkapi oleh semantik. Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa (Darmojuwono dalam pesona bahasa, 2005 : 114). Dalam hal ini semantik hanya menelusuri makna kata atau klausa yang tidak terkait dengan konteks dan hanya bersifat internal.

Secara eksternal makna satuan-satuan lingual ditelusuri dalam bidang ilmu pragmatik, meskipun semantik dan pragmatik sama-sama bergerak dibidang pengkajian makna, tetapi keduanya memiliki perbedaan. Pragmatik menelaah satuan-satuan bahasa yang dikomunikasikan serta terikat dengan

(3)

konteks dan situasi antara penutur dan pendengar. Pandangan ini merujuk kepada dua pendapat linguis yang menyatakan bahwa :

Pragmatics is the study of how language is used to communicate. Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the I nternal structure of language ( parker,1986:11). I shall redefine pragmatics for the purpose of linguistics, as the study of meaning in relation to speech situation (Leech,1983:6)

Dalam hal ini penulis akan mengilustrasikan perbedaan semantik dan pragmatik dalam contoh analisis kalimat berikut :

1) Pintunya terbuka 2) Spidolnya mana?

Secara struktural kalimat (1) dan (2) merupakan kalimat deklaratif dan interogatif. Kalimat (1) dan (2) secara semantis bermakna "sebuah pintu yang terbuka atau tidak tertutup" dan "di manakah keberadaan spidol". Hal ini menunjukan bahwa pada kalimat (1) penutur menginformasikan sesuatu kepada mitra tuturnya, sedangkan pada kalimat (2) penutur ingin memperoleh informasi dari mitra tuturnya. Kalimat (1) dan (2) jika dikaji secara pragmatis maka akan menghasilkan makna yang berbeda. Kedua kalimat di atas berimplikasi perintah dengan memperhatikan konteks penggunaannya.

Misalnya bila kalimat (1) diucapkan oleh seorang ayah kepada anaknya yang baru saja masuk rumah. Kalimat ini tidak hanya semata-mata informasi dari seorang ayah kepada anaknya tentang pintu rumah yang terbuka, tetapi

(4)

adalah sebuah perintah kepada anak yang merupakan mitra tutur untuk menutup pintu rumah yang tadinya tertutup dan menjadi terbuka pada saat anaknya masuk.

Demikian pula halnya bila kalimat (2) di ucapkan oleh seorang dosen kepada mahasiswanya. Kalimat ini tidak hanya sekedar kalimat interogatif dari dosen kepada para mahasiswanya untuk menanyakan keberadaan spidol. Akan tetapi lebih dari itu, dosen tersebut menginginkan salah satu dari mahasiswanya untuk menyediakan spidol. Dari ilustrasi diatas dapat dilihat perbedaan antara semantik dan pragmatik. Dan demikian jelaslah bahwa semantik hanya menelaah makna kalimat secara intern, sedangkan pragmatik menelaah kalimat dalam bentuk tuturan secara ekstern.

Sehubungan dengan ilustrasi di atas, Lech (1983:5-6) memaparkan penjelasannya tentang perbedaan antara semantik dan pragmatik melalui dua jenis relasi, yaitu relasi diadis dan relasi triadis. Semantik menelaah makna sebagai relasi diadis, sedangkan pragmatik menelaah makna sebagai relasi triadis. Lech mendefinisikan relasi diadis dengan kalimat "what does X mean", sedangkan relasi diadis dengan kalimat "what do you mean by X". Dari dua kalimat ini semakin jelaslah bahwa semantik terlepas dari konteks penutur dan mitra tutur sedangkan pragmatik sangat terkait erat dengan penutur mitra tutur.

Berangkat dari teori yang telah disebutkan di atas, dapat dipahami bahwa penelitian bidang pragmatik hanya akan dilakukan apabila sebuah kalimat telah berubah menjadi sebuah ujaran. Jika sebuah ujaran diujarkan oleh orang-orang yang menggunakan bahasa yang berbeda, pastinya akan

(5)

menghasilkan makna yang berbeda pula. Hal ini di sebabkan oleh keberagaman bahasa yang hidup dalam suatu masyarakat (Suhardi dan Sembiring dalam buku

Pesona Bahasa, 2005 : 47).

Oleh karena itu, penelitian pragmatik dalam bahasa Indonesia berbeda dengan penelitian pragmatik dalam bahasa Arab. Pandangan ini selaras dengan pandangan Suhardi dan Sembiring dalam buku Pesona Bahasa (2005:48) yang menyatakan bahwa keberagaman bahasa dapat dilihat dari keberagaman pemakaiannya. Keberagaman ini secara mendalam dikaji dalam bidang ilmu-ilmu linguistik di antaranya sosiolinguistik. Bidang ilmu-ilmu ini sama seperti Pragmatik, mengkaji unsur-unsur luar bahasa. Akan tetapi sosiolinguistik menjelaskan fenomena bahasa dari dimensi-dimensi yang berbeda, seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial, tingkat pendidikan dan asal-usul daerah.

Untuk mewujudkan sebuah penelitian bidang pragmatik, terdapat banyak media yang dapat dijadikan korpus penelitian, salah satunya film. Dalam sebuah film terdapat banyak dialog yang tentunya memuat unsur-unsur bahasa yang dapat diteliti. Pada kenyataannya film memang memuat sumber lisan untuk kajian pragmatik yang tidak natural. Akan tetapi melalui sebuah film kita dapat melihat aneka dialog yang bersandarkan pada kehidupan sehari-hari. Dari sinilah kita dapat melihat objek-objek penelitian di bidang pragmatik selain dari objek nyata yang memang bersifat lebih natural.

Berangkat dari kenyataan inilah penulis menjadikan film kartun Kung

Fu Panda yang berbahasa Arab sebagai korpus Penelitian untuk meneliti

(6)

Film kartun Kung Fu Panda yang akan diteliti adalah film berbahasa Arab. Film ini di produksi oleh Dream Works Animation yang di Arabisasikan. Bahasa Arab yang digunakan dalam film ini adalah bahasa baku yang secara konvensional digunakan sebagai bahasa formal di negara-negara Arab. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti beberapa unsur-unsur pragmatik, yaitu: interaksi dan sopan santun, implikatur percakapan, pertuturan dan deiksis. Empat aspek pragmatik di atas akan menjadi objek analisis utama penulis dalam film kartun Kung Fu Panda.

Melalui film ini akan diketahui bagaimana cara berinteraksi dalam bahasa Arab yang dapat menggambarkan kepada kita status relatif antara penutur dan mitra tuturnya yang diwujudkan dalam bentuk kesadaran akan sopan santun. Pernyataan ini dipertegas oleh Kushartanti (2005:105) yang menyatakan bahwa sebuah interaksi dapat terwujud apabila kesadaran akan sopan santun dapat terpenuhi.

Menurut Wijana, implikatur adalah maksud yang terkandung di balik wujud satuan lingual (Wijana, 2004: xx). Wijana, 2004: xx juga mendefinisikan pertuturan sebagai peristiwa diutarakannya satuan-satuan lingual oleh seorang penutur dalam situasi tutur. Sedangkan deiksis adalah cara merujuk pada seseorang yang mengucapkan kalimat itu dan bukan diri kita (Kushartanti, 2005 :111). Berikut adalah salah satu cuplikan ujaran dalam film Kung Fu Panda :

3) باﺬﺟو ﻊﺋار ﮫﻧا

(7)

Kalimat (3) secara sintaksis mungkin hanyalah sebuah kalimat deklaratf. Akan tetapi, secara pragmatik kalimat di atas menunjukkan keberadaan penutur pada kondisi tertentu. Kalimat di atas diujarkan sebagai sebuah ungkapan perasaan penutur terhadap suatu hal yang menakjubkan.

Dalam bahasa Arab terdapat beberapa ungkapan yang diujarkan pada keadaan tertentu. Pada ujaran di atas kita dapat melihat ungkapan innahu rāi’

wa jadzāb yang menunjukkan rasa kagum penutur terhadap suatu hal yang

menakjubkan. Ungkapan inilah yang menandakan adanya sebuah bentuk pertuturan ekspresif dalam bahasa Arab. Ujaran berupa kalimat di atas secara pragmatik disebut sebagai pertuturan lokusioner, sedangkan pujian yang terkandung dalan ujaran di atas merupakan ilokusioner.

Bentuk pujian yang terdapat dalam ujaran di atas merupakan daya ilokusi yang terdapat dalam ujaran. Bentuk ini merupakan salah satu bagian dari analisis yang penulis lakukan. Ujaran di atas adalah salah satu bentuk pertuturan yang terdapat dalam film Kung Fu Panda. Berdasarkan daya ilokusi yang terdapat dalam ujaran, ujaran tersebut digolongkan sebagai salah satu bentuk pertuturan ekspresif.

Penelitian dalam bidang bahasa Arab memang telah banyak dilakukan tetapi yang mengkaji bidang pragmatik masih sangat sedikit, bahkan mungkin belum ada, terutama kalangan akademisi Program Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Padjajaran. Sebelum penulis telah banyak para peneliti yang mengambil novel, cerpen, puisi, drama, bahkan lagu-lagu berbahasa Arab sebagai korpus penelitian. Penelitian tersebut sebagian besar

(8)

merupakan penelitian kesusastraan. Akan tetapi, hingga detik ini belum ada satu orang pun yang menjadikan film berbahasa Arab sebagai korpus penelitian baik di bidang kesusastraan maupun bidang linguistik.

Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian di bidang pragmatik. Untuk kalangan Program Studi Arab FIB UNPAD, penelitian ini merupakan penelitian bidang pragmatik yang jarang dilakukan dalam lingkup Program Studi Arab FIB UNPAD. Selain itu, penelitian ini adalah penelitian pertama di program studi Arab yang menggunakan film berbahasa Arab sebagai korpus penelitian karena film ini berbahasa Arab dengan menggunakan bahasa Arab Baku, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sehingga memudahkan penulis untuk melakukan analisis. Selain itu film kartun ini memiliki muatan berbeda dengan film kartun berbahasa Arab lainnya.

Film ini memuat banyak dialog yang dapat dijadikan objek penelitian di bidang pragmatik. Film ini tidak berdurasi panjang, sehingga penulis dapat menghemat waktu untuk melakukan kegiatan transkripsi setiap dialog yang terdapat di dalamnya. Penulis menentukan pilihannya pada Film kartun Kung

Fu Panda.

Panda merupakan tokoh jenaka yang namanya telah akrab di kalangan banyak orang. Banyak cerita Kung Fu Panda yang menarik untuk disimak. Dialog-dialog dalam Film kartun Kung Fu Panda juga mempresentasikan dialog-dialog dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Arab, dengan demikian,

(9)

penulis akan menjadi lebih mudah untuk melihat fenomena-fenomena pragmatik dalam bahasa Arab.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana bentuk interaksi dan sopan santun dalam bahasa Arab melalui film Kung Fu Panda

2. Bagaimana bentuk implikatur percakapan yang berbentuk pemenuhan atau pelanggaran maksim dalam film kartun Kung Fu Panda

3. Bagaimana bentuk-bentuk pertuturan yang terdapat dalam film Kung Fu

Panda berdasarkan daya ilokusi yang terkandung dalam setiap tuturan

4. Bagaimana Deiksis serta bentuknya yang terdapat dalam film kartun

Kung Fu Panda.

1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah penulis sampaikan sebelumnya, kegiatan analisis ini penulis tunjukan untuk hal-hal berikut :

1. Menjelaskan bentuk interaksi dan penanda sopan santun dalam bahasa Arab melalui film kung Fu Panda.

2. Menjelaskan implikatur percakapan yang berbentuk pemenuhan atau pelanggaran maksim dalam film kartun Kung Fu Panda.

(10)

3. Menjelaskan bentuk-bentuk pertuturan yang terdapat dalam film Kung

Fu Panda berdasarkan daya ilokusi yang terkandung dalam setiap

tuturan.

4. Menjelaskan deiksis serta bentuknya yang terdapat dalam film kartun

Kung Fu Panda. 1.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini penulis berharap akan memberikan manfaat baik kepada penulis pribadi maupun kepada para pembaca yang membutuhkannya, diantara manfaat yang penulis harapkan adalah :

1. Skripsi ini merupakan skripsi yang menganalisis kajian pragmatik, kajian pragmatik merupakan kajian yang masih jarang atau bahkan belum pernah dilakukan sebelumnya di kalangan akademisi Program Studi Arab.oleh karena itu penulis beharap skripsi ini dapat mengisi kekosongan di bidang kajian Pragmatik Arab. Selain itu penulis juga berharap skripsi ini dapat menjadi pemicu bagi kemunculan skripsi lainnya di bidang pragmatik Arab.

2. Film berbahasa Arab merupakan salah satu korpus penelitian yang selama ini jarang dilirik oleh para peneliti di kalangan akademisi Program Studi Bahasa Arab. Oleh karena itu penulis berharap melalui skripsi ini akan muncul penelitian-penelitian film-film berbahasa Arab lainnya, baik bidang kesusastraan maupun bidang linguistik.

3. Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi sedikit kontribusi di bidang keilmuwan bagi para peneliti lain.

(11)

1.5 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti beberapa unsur-unsur pragmatik, yaitu: Interaksi dan Sopan santun, Implikatur Percakapan, Pertuturan dan Deiksis. Empat aspek pragmatik diatas akan menjadi objek analisis utama penulis dalam film kartun Kung Fu Panda.

Melalui Film ini akan diketahui bagaimana cara berinteraksi dalam bahasa Arab yang dapat menggambarkan kepada kita status relatif antara penutur dan mitra tuturnya yang diwujudkan dalam bentuk kesadaran akan sopan santun. Pernyataan ini di pertegas oleh Kushartanti (2005:105) yang menyatakan bahwa sebuah interaksi dapat terwujud apabila kesadaran akan sopan santun dapat terpenuhi.

Menurut wijana, Implikatur adalah maksud yang terkandung dibalik wujud satuan lingual (Wijana, 2004: xx). Wijana, 2004: xx juga mendefinisikan

pertuturan sebagai peristiwa diutarakannya satuan-satuan lingual oleh seorang

penutur dalam situasi tutur. Sedangkan deiksis adalah cara merujuk pada seseorang yang mengucapkan kalimat itu dan bukan diri kita (Kushartanti, 2005 :111).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi hanya pada kemunculan empat aspek pragmatik yang telah disebutkan sebelumnya. Kemunculan empat aspek pragmatik tersebut terdapat pada dialog dan monolog yang telah dipilih oleh penulis.

(12)

Dialog dan monolog tersebut juga telah diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan penelitian, sehingga akan menjadi lebih sistematis.

1.7. Metodologi Penelitian

1.7.1. Metode Pemerolehan Data

Sebagai data utama yang akan dianalisis, Penulis menentukan pilihannya pada film kartun Kung Fu Panda. Seperti yang telah disebutkan pada bab pertama, bahwa film kartun Kung Fu Panda ini merupakan film kartun berbahasa Arab. Sebelum menjatuhkan pilihan pada film ini sebagai korpus penelitian karena film ini banyak memuat dialog-dialog dan monolog serta narasi sarat akan unsur-unsur pragmatik. Pemilihan data ini sangat penting kedudukannya bagi penulis, karena hal ini merupakan langkah utama yang harus dilakukan dalam sebuah penelitian, terutama penelitian linguistik. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Sudaryanto (1992:57) yang menyatakan bahwa seorang linguis yang ingin meneliti bahasa harus mengawali penelitiannya dengan pengumpulan data tertentu.

Langkah pertama yang dilakukan oleh penulis adalah menonton keseluruhan adegan yang terdapat dalam film Kung Fu Panda. Langkah ini penulis lakukan untuk memahami jalan cerita film secara utuh dan memperhatikan unsur-unsur pragmatik yang ada didalamnya secara sekilas. Selanjutnya data yang telah ditranskripsikan menjadi sebuah naskah diolah kembali secara ortografis. Kegiatan ini merupakan kegiatan transkripsi yang kedua dalam kegiatan ini penulis menelaah kembali transkripsi naskah yang telah dibuat dengan tujuan untuk menemukan sejumlah dialog dalam adegan

(13)

yang mengandung unsur-unsur pragmatik. Setelah melakukan kegiatan ini, penulis akan menemukan sejumlah data yang nantinya akan diolah kembali.

1.7.2 Metode Pengolahan Data

Dalam kegiatan ini penulis akan mengolah data menjadi sebuah klasifikasi berdasarkan kebutuhan penelitian. Film Kung Fu Panda yang telah ditranskripsikan menjadi sebuah naskah dan transkripsi ortografis, selanjutnya akan dipilih kembali menjadi sebuah data penelitian yang utuh. Data yang telah ditranskripsikan secara ortografis selanjutnya diolah menjadi sejumlah data. Sejumlah data ini diperoleh berdasarkan kebutuhan penulis, yaitu data yang mencakup aspek pragmatik seperti pertuturan, interaksi dan sopan santun, implikatur percakapan, dan deiksis. Masing-masing dari sejumlah data tersebut diklasifikasikan berdasarkan empat aspek pragmatik yang akan dianalisis. Untuk aspek interaksi dan sopan santun, penulis mengambil beberapa data, beberapa data lainnya penulis tempatkan untuk aspek implikatur percakapan. Selanjutnya, penulis mengambil sejumlah data untuk aspek pertuturan. Sejumlah data yang terakhir penulis ambil untuk kebutuhan pada aspek deiksis. Dalam metode ini penulis tidak menyebutkan nominal data yang digunakan dalam analisis.

1.7.3 Metode Analisis Data

Pada Tahap ini Penulis mulai menempatkan sejumlah teori pada beberapa data yang telah dipilih. Selanjutnya, penulis akan menganalisis data-data tersebut. Dalam tahapan ini penulis akan melihat gejala-gejala pragmatik

(14)

pada data dan disesuaikan dengan empat aspek yang telah ditentukan. Kegiatan analisis ini akan dilakukan oleh penulis dengan menggunakan dua metode penelitian yaitu deskriptif dan komparatif.

Pada aspek pertama, penulis akan menganalisis bentuk interaksi dan sopan santun berbahasa Arab dalam Film kartun Kung Fu Panda. Pada kegiatan ini penulis akan menggunakan teori yang di kemukakan oleh Kushartanti (2005:104-106). Penulis akan melihat penggunaan pronominal yang menandakan kesantunan dalam berbahasa Arab. Selain itu, Penulis juga akan melihat pengungkapan suatu hal dalam berbahasa Arab yang dimaksudkan untuk hal lain secara sopan sesuai dengan yang di utarakan oleh Kushartanti (2005:105-106). Penulis juga akan melihat fenomena -fenomena pada aspek ini secara komparatif terhadap bahasa lain.

Aspek kedua yaitu implikatur percakapan. Dalam aspek ini penulis juga akan melakukan hal yang sama seperti pada aspek pertama. Penulis akan menggunakan sejumlah teori tentang implikatur percakapan terutama pada sejumlah prinsip dalam percakapan seperti yang di kemukakan oleh Grice (1975:44). Kegiatan ini ditunjukan untuk menemukan sejumlah pematuhan prinsip percakapan serta pelanggarannya dalam bahasa Arab yang terdapat dalam film kartun Kung Fu Panda. Selain itu, penulis juga akan melakukan kegiatan komparasi antara bahasa Arab dan bahasa non Arab.

Selanjutnya pada Aspek ketiga penulis akan melakukan kegiatan analisis dengan menggunakan teori pertuturan yang ada. Dalam kegiatan ini penulis akan menjelaskan tentang jenis-jenis tuturan dalam bahasa Arab yang

(15)

terdapat pada film Kung Fu Panda. Kemudian kegiatan analisis terakhir yaitu analisis tentang deiksis dalam data yang telah dipilih. Deiksis tersebut akan dijelaskan bentuk dan maknanya sesuai dengan konteks situasi ujaran.

1.7.4 Deskripsi Data Secara Umum.

Seperti yang telah disebutkan bahwa penulis akan mengambil sejumlah data untuk penelitian. Data ini diperoleh dari calon data yang berupa film kartun Kung Fu Panda verse Arabic. Film kartun Kung Fu Panda ini merupakan film anak-anak berbahasa Arab. Tokoh-tokoh dalam Film ini terdiri dari Panda (وﺎﺑ)Ayah Panda (وﺎﺑ ﺪﻟاو), Master Shifu (اﻮﻔﺷ ﻢّﻠﻌﻣ), Master Oogway

) يﻮﺟا ﻢّﻠﻌﻣ

( , Tai Lung (ﻎﻟ يﺎﺗ), Zenk (ﻎﯾز) dan lima pendekar kung fu yaitu : Tigress (هﺮﻤﻧ) , Monkey(دﺮﻗ) , Mantis (فﻮﻋﺮﺴﻟا ةﺮﺸﺣ , Viper () ﺔﻣﺎﺴﻟا ﻰﻌﻓﻻا) dan Crane (ﻊﻓاﺮﻟا ﺮﯿﻄﻟا).

Po (ﺪﻧﺎﺒﻟا) adalah seekor panda gendut yang bekerja membantu ayahnya yang menjual mie, di sebuah desa di Lembah Kedamaian. Ia seekor panda jenaka yang sangat tergila-gila dengan kung fu. Idolanya adalah Lima Pendekar yang tinggal di kuil di puncak bukit. Disana, tinggallah Oogway ﻢّﻠﻌﻣ)

يﻮﺟا

( , seekor kura-kura tua yang bijaksana, sebagai ketua di perguruan kung fu itu. Juga ada Shifu (اﻮﻔﺷ ﻢّﻠﻌﻣ) yang bertugas sebagai pelatih.

Kelima pendekar itu berlatih kepada Shifu setiap hari, tapi tetap saja Shifu menganggap mereka belum terlalu serius berlatih. Tigress (هﺮﻤﻧ) adalah harimau betina yang paling kuat dan cantik diantara semuanya. Lalu ada si ular Viper (ﺔﻣﺎﺴﻟا ﻰﻌﻓﻻا) yang paling lincah. Monkey (دﺮﻗ) yang lucu, si burung bangau Crane (ﻊﻓاﺮﻟا ﺮﯿﻄﻟا)yang anggun dan Mantis (فﻮﻋﺮﺴﻟا ةﺮﺸﺣ , si belalang )

(16)

yang lincah. Mereka semua adalah idola Po. Ia berharap suatu saat nanti, dia akan bisa bertemu dengan mereka.

Beberapa waktu sebelumnya, ada seorang murid Kung fu yang juga tinggal di perguruan itu. Namanya Tai Lung(ﻎﻟ يﺎﺗ), seekor macan yang sangat tangguh dan ahli kungfu. Tapi dia diusir dari Lembah itu dan dijebloskan ke dalam penjara, karena dia merusak seisi lembah dan perguruan. Masalahnya hanya satu, dia sangat ingin untuk bisa menjadi Pendekar Naga. Dan salah satu syarat untuk menjadi Pendekar Naga adalah dengan memiliki sebuah gulungan kitab yang disimpan di langit - langit aula. Tapi Master Oogway melihat kalau Tai Lung memiliki sifat jahat dan menganggap kalau dia bukanlah Pendekar Naga sejati. Tai Lung sangat marah dan berusaha mengambil paksa gulungan kitab itu. Tapi Oogway berhasil mencegahnya dengan menotok jalan darah Tai Lung hingga pingsan tak berdaya.

Belakangan, Oogway mendapat penglihatan kalau Tai Lung akan berhasil bebas dari penjara dan kembali ke lembah. Karena ketakutan, Shifu mengirim utusan untuk memberitahukan agar penjaga penjara melipat-gandakan penjagaannya. Belakangan diketahui, kalau kedatangan utusan Shifu itu malah membangunkan Tai Lung. Ia berhasil mengobrak-abrik penjara itu dan mengirimkan kembali utusan Shifu untuk menyampaikan pesan, bahwa ia akan segera sampai disana.

Begitu mengetahui hal itu, Oogway memutuskan untuk segera menemukan sang Pendekar Naga yang legendaris. Hanya dia saja yang mempu mengalahkan kekuatan Kung Fu Tai Lung. Kelima Pendekar sudah sangat

(17)

yakin, bahwa salah seorang diantara mereka lah yang ditakdirkan menjadi Pendekar Naga. Tapi mereka salah, karena takdir menunjukkan kalau Po lah Pendekar Naga sebenarnya.

Semua orang tidak percaya, apalagi Shifu. Dia menganggap Po adalah panda gendut dan bodoh yang seumur hidupnya tidak pernah belajar kung fu. Dia menganggap kalau pilihan Oogway sudah salah dan berniat menyingkirkan Po secepatnya. Dia tidak ingin menggantungkan harapan pada seekor panda yang bodoh seperti Po, tetapi Po adalah panda yang tekun dan pantang menyerah, bagaimanapun dinginnya perlakuan Shifu dan Tigress kepadanya, dia tetap bertahan. Apalagi Mantis, Monkey dan Viper cukup baik kepadanya. Ketika Shifu berkeras bahwa memilih Po sebagai Pendekar Naga adalah sebuah kesalahan, Oogway mengatakan kalau Shifu hanya perlu membantunya saja. Dia akan bisa menjadi Pendekar Naga yang sempurna, kalau Shifu mau dengan tulus mengasihi dan mengajarinya. Setelah itu, Master Oogway pergi meninggalkan dunia. Tinggallah Shifu seorang yang harus memutuskan apakah ia akan tetap menyingkirkan Po, apalagi setelah Oogway tiada, atau akan menuruti nasihat gurunya itu.

Shifu memutuskan untuk menuruti nasihat Oogway. Ia pun menerima keberadaan Po sebagai seorang Pendekar Naga dan mulai melatihnya. Membantu Po menghilangkan ketakutan dan rasa tidak percaya dirinya. Dan yang paling terutama, ia sudah menemukan cara paling ampuh untuk mendapatkan perhatian Po. Makanan. Dengan iming-iming makanan, Po berhasil berlatih kung fu dengan cepat.

(18)

Mengetahui kalau Shifu sudah memilih Po sebagai Pendekar Naga, Kelima Pendekar memutuskan untuk pergi sendiri menyongsong Tai Lung dan membereskan masalah itu. Tapi ternyata, bahkan mereka berlima sekalipun, bukanlah tandingan Tai Lung. Ia berhasil menotok mereka semua, meskipun tidak sampai tewas dan mengirimkan mereka kembali ke perguruan. Po menjadi sangat ketakutan. Bagaimana mungkin ia bisa menang melawan Tai Lung, sedangkan Kelima Pendekar saja bisa dikalahkannya dengan mudah. Ia sudah berniat mundur.

Sampai akhirnya Shifu memberitahukan tentang gulungan kitab Pendekar Naga itu kepadanya. Gulungan kitab itu belum pernah dibuka oleh siapapun. Hanya seorang Pendekar Naga lah yang berhak membukanya. Konon, setiap orang yang berhasil membuka dan membaca isi kitab itu, seluruh indra nya akan menjadi lebih sensitif.

Ia akan bisa mendengar suara alam dan memahami banyak hal dalam hidup ini. Dengan penuh semangat Po membuka gulungan kitab itu dan membacanya. Ternyata, gulungan kitab tersebut tidak berisi apa-apa. Kosong. Keadaan itu membuat mereka menjadi putus asa dan yakin bahwa tidak ada cara lagi untuk bisa selamat dari balas dendam Tai Lung. Shifu lalu meminta mereka mengungsikan seluruh penduduk lembah ke tempat yang aman, agar tidak menjadi korban kemarahan Tai Lung. Sementara itu, ia memutuskan untuk tetap tinggal di perguruan dan menghadapi Tai Lung. Ia akan berusaha menahannya sebisa mungkin untuk memberikan waktu bagi mereka melarikan diri.

(19)

Dengan sedih mereka meninggalkan lembah itu, termasuk Po yang kembali ke rumah ayahnya. Ketika itulah dia mendengar perkataan ayahnya yang menurutnya sangat luar biasa. Ayahnya adalah seorang pedagang mie yang warungnya selalu ramai. Ayahnya selalu mengatakan kalau ia memang memiliki sebuah resep rahasia yang diwarisinya turun temurun. Resep itulah yang membuat masakan mie nya selalu sedap. Tapi, ketika itu, ayahnya membongkar rahasianya. Bahwa sebenarnya dia tidak memiliki resep rahasia apapun. Alasannya, sesuatu yang istimewa itu tidak membutuhkan resep rahasia apapun. Kau hanya perlu percaya. Kalau kau percaya bahwa kau istimewa, maka kau akan menjadi istimewa, demikian pula sebaliknya.

Saat itu juga Po langsung memahami makna dari gulungan kitab Pendekar Naga yang kosong itu. Kitab itu kosong untuk memberikan tempat agar ia bisa melihat pantulan dirinya sendiri di dalamnya. Gulungan Kitab Pendekar Naga hanya bisa dibuka oleh Pendekar Naga sendiri. Dan ketika ia membukanya, ia akan melihat wajahnya sendiri, sang Pendekar Naga. Dengan keberanian baru, Po memutuskan untuk tidak jadi mengungsi dan kembali ke perguruan.

Sementara itu, Tai Lung sudah berhasil sampai disana terlebih dahulu dan bertemudengan Shifu. Kemampuan Kung Fu Tai Lung sudah sangat berkembang dan dalam waktu singkat saja ia berhasil mengalahkan Shifu. Tujuannya hanya satu, ia ingin mendapatkan gulungan kitab Pendekar Naga yang dulu gagal direbutnya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat kalau gulungan kitab itu sudah tidak berada di tempatnya lagi. Shifu mengatakan

(20)

kalau gulungan kitab itu sudah dibawa pergi oleh Sang Pendekar Naga dan Tai Lung tidak akan bisa bertemu dengannya sampai kapanpun.

Tai Lung sangat marah dan berniat membunuh Shifu ketika tiba-tiba Po muncul di pintu gerbang dan mengalihkan perhatiannya. Dengan kondisi masih ngos-ngosan karena baru menaiki ribuan anak tangga dari lembah menuju ke perguruan, Po memperkenalkan diri sebagai sang Pendekar Naga. Tai Lung tertawa dan melecehkannya.

Seekor panda gendut yang mengaku-ngaku sebagai Pendekar Naga tidak akan berhasil mengalahkan macan setangguh dirinya. Tapi ia salah.

Po sudah belajar banyak dari latihan Kung Fu yang diberkan Shifu kepadanya. Dia memang tidak sekuat Tai Lung dan semahir macan tutul itu dalam jurus-jurus kungfu. Tapi ia adalah panda yang cerdik dan banyak akal. Ada saja caranya untuk berhasil merebut kembali gulungan kitab itu dari Tai Lung. Setelah pertarungan yang cederung lucu, akhirnya Tai Lung berhasil merebut gulungan kitab itu dan membukanya. Betapa terkejutnya dia ketika menyadari kalau gulungan kitab itu kosong. Dia merasa segala usahanya selama ini sia-sia saja. Karena ternyata gulungan kitab itu tidak berarti apa-apa.

Dengan kemarahan dia berusaha membunuh Po. Tapi semua pukulan dan tendangannya itu tidak berhasil karena terhalang badan Po yang gendut. Bukannya kesakitan, ia malah mengeluh kegelian seperti sedang digelitiki. Tai Lung semakin berang. Tiba-tiba Po berhasil mengunci jarinya dengan jurus “Jari Wuxi”, sebuah jurus yang mematikan tapi cukup sulit. Tai Lung mengejeknya dan mengatakan kalau Po hanya menggertak. Karena jurus itu

(21)

adalah jurus yang sulit dan ia tak mungkin mengetahuinya. Tapi ia salah. Po ternyata mengetahui jurus itu dan berhasil mengalahkan Tai Lung.

Mengetahu bahwa Po berhasil mengalahkan Tai Lung seorang diri, Kelima Pendekar menyembah kepadanya dan memanggilnya Master, sementara semua penduduk lembah bersorak-sorai karena keberhasilannya. Saat itulah ia teringat pada Master Shifu yang ditinggalkannya di perguruan. Ketika ia kembali kesana, Shifu sedang terbaring di bawah pohon peach suci. Dia kelelahan tapi masih hidup.

Shifu sangat senang ketika mengetahui kalau Po berhasil mengalahkan Tai Lung. Ia senang karena menuruti nasihat gurunya dan ia senang akhirnya bisa merasa damai lagi, setelah Tai Lung tak ada lagi. Mereka berdua lalu berbaring di bawah pohon itu untuk sementara waktu.

1.8. Sistematika penulisan

Karya tulis ini disusun atas lima bab terdiri dari bab pendahuluan, bab tinjauan pustaka, bab kerangka teori, bab analisis dan bab kesimpulan. Bab1 (Pendahuluan) membahas tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian (yang terdiri dari metode pemerolehan data, metode pengolahan data, metode analisis data dan deskripsi data secara umum dan sistematika penulisan).

Bab II (Kajian Pustaka) membahas tentang penelitian terdahulu, pada bab ini terdapat subbab yang membahas tentang empat teori pragmatik yang

(22)

akan digunakan, yaitu interaksi dan sopan santun, implikatur dan percakapan, pertuturan dan deiksis.

Selanjutnya Bab III (analisis) menganalisis interaksi dan sopan santun, implikatur percakapan, pertuturan dan deiksis yang terdapat dalam film kartun

Kung Fu Panda. Bab IV (kesimpulan) menyimpulkan hasil analisis yang telah

(23)

Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pragmatik

Ilmu Pragmatik ialah cabang ilmu bahasa yang menelaah satuan-satuan bahasa yang dikomunikasikan serta terikat dengan konteks dan situasi antara penutur dan pendengar.Pandangan ini merujuk kepada dua pendapat linguis yang menyatakan bahwa :

Pragmatics is the study of how language is used to communicate. Parker (1986: 11) Pragmatics is distinct from grammar,which is the study of the I nternal structure of language ( parker,1986:11).I shall redefine pragmatics for the purpose of linguistics,as the study of meaning in relation to speech situation (Leech,1983:6)

2.2. Unsur- Unsur Pragmatik

2.2.1. Interaksi dan Sopan santun

Dalam sebuah interaksi, terdapat ujaran-ujaran dari kedua pihak yang akan menunjukkan status relatif masing-masing pengujar. (Kushartanti, 2005:104) .Kushartanti (2005: 105) juga menyatakan bahwa interaksi kedua

pihak akan berjalan dengan baik apabila keduanya dapat memenuhi kesadaran sopan santun dalam berkomunikasi. Dalam bahasa Indonesia kita dapat melihat

sopan santun dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan penggunaan pronominal seperti Anda, Beliau, dsb.Selain itu, sopan santun juga dapat

(24)

terlihat dari komposisi tuturan yang disampaikan. Perhatikan ilustrasi dalam bahasa Indonesia berikut :

1) A: Temui saya esok pagi B :Baikpak.

2) A: Ambilin donk bukunya ! B: iya,bawel lo !

Dari dua contoh diatas dapat diketahui bahwa pada contoh (1) terdapat perbedaan status sosial antara A dan B. Hal ini ditandai dengan penggunaan pronominal 'pak' dan bentuk tuturan B dalam menanggapi tuturan A. Hal ini tentunya akan bertolak belakang dengan contoh (2). Pada bagian ini tentunya dapat diketahui bahwa terdapat kesetaraan strata antara A dan B. Hal ini dapat di lihat dari penggunaan salah satu kata lo yang menunjukkan keakraban penutur dan mitra tuturnya.

Hal yang sama juga terdapat dalam bahasa Arab. Perhatikan contoh berikut :

3) ؟ رﻮﺘﻛد ﺎﯾﻢﻜﻟﺎﺣ ﻒﯿﻛ

Kaifahalukumyaduktur

Bagaimana kabar Anda, Dok? 4) ؟ﻲﻘﯾﺪﺻ ﺎﯾ ﻚﻟﺎﺣ ﻒﯿﻛ

Kaifahalukayashadiqi

(25)

Kedua contoh diatas menunjukkan perbedaan kesantunan dalam strata sosial antara penutur dan mitra tuturnya. Pada contoh (3) terlihat kesantunan dalam

tuturan yang di tunjukkan oleh penggunaan pronomina yang menunjukkan kepemilikan "ﻢﻛ"(kum). Pronomina ini seharusnya secara fungsional digunakan

untuk

menunjuk kepada mitra tutur yang berjumlah banyak. Akan tetapi pronomina ini

dalam Bahasa Arab digunakan untuk menunjukkan penghormatan seorang penutur terhadap mitra tuturnya yang lebih tinggi status sosialnya. Selanjutnya pada contoh (4) terlihat penggunaan pronomina yang sewajarnya.ini menunjukan bahwa hubungan antara penutur dan mitra tutur nya tidak terdapat perbedaan strata sosial.

Fenomena bahasa seperti inilah yang biasanya dalam kajian linguistik dibahas dalam bidang pragmatik. Selain itu, dalam komunikasi,sopan santun juga akan terlihat dalam penggunaan kalimat yang ditunjukkan untuk menyatakan suatu secara tidak langsung. Kalimat ini biasanya berbentuk ungkapan yang digunakan

Untuk menyatakan suatu hal yang mengimplikasikan makna berbeda apabila dilihat secara leksikal.Pengungkapan ujaran seperti ini biasanya dilakukan untuk menjaga sopan santun antara peserta percakapan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Kushartanti (2005) yang menyatakan :

(26)

Bentuk lain dari sopan santun adalah pengungkapan suatu hal dengan cara tidak langsung (2005 : 105)

Dalam bahasa Indonesia hal tersebut dapat dipahami melaui contoh yang dibuat oleh Kushartanti (2005: 105) :

5) A :Hari ini ada acara ? B :Kenapa ?

6) A: Kita makan-makan yuk !

B :Wah,terima kasih deh . saya sedang banyak tugas !

Kushartanti menjelaskan bahwa pada percakapan diatas , B menolak ajakan A untuk makan-makan secara tidak langsung . Dalam hal ini B tidak mengatakan 'tidak' ketika A mengajaknya makan-makan , tetapi dia mengatakan 'terima kasih' sebagai bentuk penolakan. Selain itu B juga melanjutkan ujarannya dengan ungkapan "saya sedang banyak tugas'.Kedua ungkapan ini merupakan sebuah cara penolakan B terhadap ajakan A secara halus. Dalam bahasa Arab dapat dilihat fenomena yang sama dalam contoh berikut.

7) ؟نﻻا ﻢﮭﻣ ﻞﻤﻋ يﺪﻟ ﻲّﻧﺎﻓ ؟ ﺔﻋﺎﺳ ﺪﻌﺑ ﻲﺗﺎﺗ ﻻ اذﺎﻤﻟ

/Limadza la ta'ti ba'da sa'atin ? fainni ladayya amalun muhimmun al-ana/

" kenapa tidak datang satu jam lagi ? Aku sedang ada pekerjaan penting sekarang".

Hal ini sama ditunjukkan oleh (7). Pada contoh ini kita dapat lihat kesantunan penutur yang menyuruh pergi mitra tuturnya dengan bentuk kalimat interogatif.Dalam hal ini penutur menyampaikan kalimat interogatif yang

(27)

berimplikasi imperative kepada mitra tuturnya. Cara pengungkapan sesuatu yang menandakan kesantunan ini akan dapat di pahami secara lebih pada pembahasan implikatur dan pertuturan atau tindak bahasa.

2.2.2. Implikatur Percakapan

Seperti yang telah diutarakan pada bab pendahuluan, bahwa implikatur percakapan adalah maksud yang terkandung di balik wujud satuan lingual yang diutarakan (Wijayana, 2004: xx). Definisi senada juga diutarakan oleh Kushartanti (2005 : 106) yang menyatakan bahwa implikatur adalah maksud yang terkandung di dalam ujaran. Cahyono (1995 : 220-221) yang merujuk kepada Levinson (1983: 97) menyatakan bahwa implikatur merupakan konsep yang cukup penting dalam kajian pragmatik karena empat hal :

1. Konsep implikatur memungkinkan penjelasan fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori linguistik.

2. Konsep implikatur memberikan penjelasan tentang makna berbeda dengan yang dikatakan secara lahiriah.

3. Konsep implikatur dapat menyederhanakan struktur da nisi deskripsi semantik.

4. Konsep implikatur dapat menjelaskan beberapa bahasa secara tepat. Selain itu Grice (1975) juga mengemukakan teorinya tentang implikatur yang menyatakan bahwa implikatur merupakan sebuah teori tentang penggunaan bahasa. Grice mengungkapkan bahwa dalam suatu percakapan dibangun berdasarkan efektifitas efesiensi. Kaidah –kaidah ini dikenal dalam kajian pragmatik dengan istilah prinsipkerjasama( cooperative principles ) (

(28)

Grice, 1975 : 45-46). Menurut Grice, seorang penutur dalam percakapan harus memenuhi empat maksim. Kushartanti (2005 :106) medefinisikan maksim sebagai berikut :

Maksim adalah prinsip yang harus ditaati oleh peserta pertuturan dalam berinteraksi,baik secara leksikal maupun interpersonal dalam upaya melancarkan jalannya proses komunikasi (2005: 106).

Empat maksim yang dimaksud adalah maksim kuantitas ( maxim of

quantity), maksim kualitas ( maxim of quality), maksim relevansi ( maxim of relevance) dan maksim cara ( maxim of manner).

2.2.2.1. Maksim Kuantitas

Dalam maksim ini setiap peserta percakapan dituntut untuk memberikan kontribusi yang secukupnya atau sesuai dengan ynng dibutuhkan oleh lawan bicaranya (Wijayana,2004:55). Perhatikanlah contoh berikut :

1) Anak gadis saya telah menikah.

2) Anak gadis saya yang perempuan telah menikah.

Dua kalimat diatas menunjukkan bahwa kalimat (1) lebih informatif dari pada kalimat (2) yang cenderung berlebihan. Kata 'gadis 'pada dasarnya telah mencakup makna 'perempuan'. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tuturan (2) menunjukkan kontribusi yang berlebihan dalam suatu tuturan. Dalam hal ini Kushartanti (2005: 107) menambahkan bahwa dalam mengungkapkan sebuah informasi,seorang penutur dapat mengggunakan

(29)

ungkapan di awal kalimat seperti singkatnya,dengan kata lain, kalau boleh

dikatakan dan lain sebagainya.Ungkapan-ungkapan tersebut oleh Kushartanti

disebut sebagai pembatas yang menunjukkan keterbatasan penutur dalam mengungkapkan sebuah informasi.

2.2.2.2. Maksim Relevansi

Maksim ini menuntut peserta percakapan untuk memberikan kontribusi yang relevan dengan situasi percakapan (Kushartanti, 2005:107). Perhatikan contoh berikut :

1) A :Nina, ada tamu.

B :suruh tunggu sebentar,Bu

2) A : Nina, ada tamu.

B : Airnya telah penuh, Bu

Kedua percakapan diatas masing-masing menunjukan bahwa percakapan (1) telah menunjukkan kontribusi yang relevan dari B, sedangkan percakapan (2) tidak relevan dengan situasi percakapan. Menurut Kushartanti (2005: 108),topic- topik yang berbeda di dalam sebuah percakapan dapat menjadi relevan apabila topic tersebut memiliki keterkaitan. Oleh karena itu,Kushartanti membuat pembatas yang dapat digunakan untuk memenuhi maksim relevansi dengan beberapa ungkapan seperti ngomong-ngomong….,sambil lalu…,atau by the way.

(30)

2.2.2.3. Maksim Cara

Dalam maksim ini,peserta percakapan diharapkan dapat berbicara secara langsung,tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih – lebihan (Wijana, 2004:59). Perhatikan contoh berikut:

A. : mau yang mana, komedi atau horror ?

B. : yang komedi saja. Gambarnya juga lebih bagus. A. : Mau yang mana, komedi atau horror ?

B. : sebetulnya yang drama bagus sekali .apalagi pemainnya aku suka

semua.Tapi ceritanya tidak jelas arahnya. Action oke juga, tapi ceritanya aku tidak mengerti

A. :jadi kamu pilih yang mana ?

( Kushartanti, 2005: 108)

Pada contoh (1) kita dapat melihat bahwa jawaban B sangat lugas dan tidak bertele-tele.Hal ini sangat bertolak belakang pada contoh (2). Pada contoh ini terlihat bahwa jawaban B sangat tidak lugas dan menunjukkan terjadinya pelanggaran terhadap maksim cara. Oleh karena itu,sebagai pembatas terdapat beberapa ungkapan yang sering di ungkapkan seperti bagaimanakalaumenurut saya……dll. (Kushartanti, 2005 : 108). Ungkapan-ungkapan seperti ini ditunjukkan untuk peserta percakapan dari pelanggaran terhadap maksim cara.

2.2.3. Pertuturan

Teori tentang pertuturan (tindak bahasa)pertamakali dikemukakan oleh Austin (1962 : 1-11). Menurut Austin berbahasa itu

(31)

berarti bertindak. Kushartanti (2005: 109) memberikan definisi pertuturan sebagai berikut :

Pertuturan adalah seluuh komponen bahasa dan non bahasa yang meliputi perbuatan bahasa yang utuh,yang menyangkut peserta didalam percakapan,bentuk penyampaian amanat,topic,dan konteks amanat itu ( 2005-109).

Dalam berbicara, setiap ujaran yang disampaikan dapat menjadi penguat terhadap suatu tindakan hasil ujaran tersebut.Pendapat ini selaras dengan yang dinyatakan oleh Austin kemudian menggolongkan pertuturan menjadi tiga bagian dan ketiganya dilaksanakan secara seentak. Ketiga bagian itu adalah pertuturan lokusioner, ilokusioner

dan perlokusioner .

Pertuturan lokusioner adalah dasar tindakan dalam sebuah ujaran atau sebuah ungkapan, sedangkan pertuturan ilokusioner adalah maksud atau tujuan yang terdapat dalam sebuah ujaran .adapun pengaruh dari maksud dan tujuan suatu ujaran adalah pertuturan perlokusioner. Pengaruh yang dihasilkan adalah tindakan.Perhatikan contoh berikut. 1) Buka jendela itu !

Pada contoh (1) ditemukan tiga macam pertuturan. ' buka jendela itu' merupakan pertuturan lokusioner. Perintah untuk membuka jendela itu merupakan pertuturan ilokusioner.Sedangkan tindakan membuka jendela yang di lakukan oleh lawan bicara merupakan bentuk dari pertuturan perlokusioner.

(32)

Searle (1969-12) menyebutkan bahwa berdasarkan daya ilokusi yang di kandung dalam setiap ujaran ,pertuturan dapat di kelompokkan sebagai berikut.

1. Asertif , pertuturan yang melibatkan penuturnya kepada kebenaran atau kesesuaian preposis, misalnya menyatakan,

menyarankan, melaporkan

2. Direktif, pertuturan yang tujuannya adalah tanggapan berupa tindakkan dari mitra tutur, misalnya menyuruh, memerintahkan ,meminta ,memohon,dan mengingatkan.

3. Ekspresif , pertuturan yang memperlihatkan sikap penutur pada keadaan tertentu, misalnya : berterima kasih, mengucapkan

selamat, memuji, menyalahkan,dan meminta maaf.

4. Komisif , pertuturan yang melibatkan penutur dengan tindakan

atau akibat selanjutnya misalnya : berjanji, bersumpah, dan

mengancam

5. Deklaratif ,pertuturan yang menunjukkan perubahan setelah

diujarkan misalnya mencerahkan, menikahkan, membaptiskan,

dan menyatakan. 2.2.4. Deiksis

Deiksis adalah cara merujuk terhadap sesuatu yang didasari pada konteks. Hal ini sesuai dengan yang di paparkan oleh cahyono (1995:277) yang menyatakan bahwa :

(33)

Deiksis adalah suatu cara mengacu ke hakekat tertentu dengan menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan di pengaruhi situasi pembicaraan.

Deiksis biasanya mengacu kepada orang-orang yang ditandai dengan pronomina, tempat yang di tandai dengan penggunaan keterangan waktu, dengan demikian terdapat tiga jenis deiksis, yaitu deiksis persona,deiksis ruang, deiksis waktu ( Kushartanti, 2005: 111).

2.2.4.1. Deiksis Persona

Deiksis persona dapat dilihat pada bentuk- bentuk pronomina yang dapat dibedakan atas pronomina orang pertama, kedua dan ketiga seperti pada contoh berikut .

1) Mereka harus menyelesaikannya segera

Dari contoh di atas yang mengetahui arah acuan kata 'mereka' adalah peserta percakapan yang menyatakan ujaran tersebut. Dalam hal ini kita tidak akan mengetahui arah acuannya apabila kita tidak mengetahui konteks ujaran tersebut misalkan jika ujaran diatas di ujarkan oleh oleh seorang mandor. Dari sini barulah dapat diketahui bahwa kata "mereka" diatas menunjukkan para kuli bangunan.

2.2.4.2. Deiksis Ruang

Deiksis ruang dapat dilihat dari penggunaan demonstrative yang menunjukkan tempat seperti pada contoh berikut.

(34)

Kata di sini diatas akan sulit diketahui di mana kalimat itu di ujarkan oleh seorang penghuni rumah kost, barulah dapat di identifikasikan bahwa kata di sini mengacu kepada sebuah tempat yaitu rumah kost.

2.2.4.3. Deiksis Waktu

Deiksis waktu dapat dilihat dari penggunaan sejumlah keterangan waktu .perhatikan contoh berikut.

3) Jangan pergi sekarang

Sebagai seorang pembaca tentunya akan sulit menginterpretasikan acuan kata 'sekarang' tanpa mengetahui acuan kata tersebut sebelumnya. Pembaca baru dapat mengetahui acuan kata 'sekarang' tanpa mengetahui konteks kalimat tersebut sebelumnya. Pembaca baru mengetahui acuan kata tersebut apabila dia mengetahui kapan kalimat itu diujarkan. Misalnya jika kalimat diatas diujarkan pada jam lima sore dan dalam keadaan hujan. Dari konteks ini barulah kita mengetahui bahwa kata 'sekarang' mengacu kepada waktu,yaitu waktu sore dan dalam keadaan hujan.

(35)

BAB III

ANALISIS PRAGMATIK FILM KARTUN KUNG FU PANDA

Dalam melakukan analisis pragmatik Film Kung Fu Panda terdapat empat aspek yang di bahas yaitu: (1) interaksi dan sopan santun, (2) implikatur percakapan, (3) pertuturan, dan (4) deiksis.

3.1. Analisis Interaksi dan Sopan Santun

Data 1

Dalam data ini, penulis menganalisis bentuk sopan santun dalam berbahasa Arab yang terdapat dalam film Kung Fu panda. Perhatikan cuplikan percakapan berikut :

Master Shifu: ﻲﻨﺘﯿﻋﺪﺘﺳإ ﺪﻘﻟ ؟ ﺎﻣ ٌﺊﺷ ثﺪﺣ ﻞھ

/ laqad ?istad‘aytaniy Hal hadatsa syai? mā/

hamba menghadap yang mulia master Ogoway, apa yang terjadi?

Ujaran ini disampaikan oleh seorang Master kepada seorang Master. Pada ujaran diatas dapat di lihat bentuk sopan santun pada ungkapan ﻢ ﻠﻌُﻣ (mu‘allim) yang diujarkan oleh seorang Master juga. Ungkapan ini menunjukan adanya penghormatan dari seorang Master pada Master. Melalui ungkapan ini terlihat persamaan kesetaraan status sosial yang menunjukan bahwa Master Shi-fu pada cuplikan film Kung Fu Panda ini sama atau sejajar dengan Master Oogway. Persamaan kedudukan inilah yang kemudian memicu cara berbicara seorang

(36)

penutur terhadap mitra tuturnya. Hal ini juga ditemui dalam bahasa Indonesia. Kata sapaan seperti "pak" atau "bu" yang cenderung digunakan sebagai kata sapaan hormat. Demikian halnya dalam bahasa Arab. Kata sapaan seperti"

ﻢ ﻠﻌُﻣ"(mu‘allim) digunakan oleh seorang penutur kepada mitra tuturnya sebagai

salah satu penghormatan.

3.2. Analisis Implikatur Percakapan

Data 1

Data yang pertama ini merupakan cuplikan percakapan dalam film Kung fu

Panda yang memuat unsur maksim kuantitas. Pada data ini penulis membatasi

analisisnya hanya pada bentuk pemenuhan maksim kuantitas dan pelanggaranya. Perhatikan cuplikan percakapan berikut :

ﺎﻨﯿﻠﻋ نأ ﻢﮭﺟﺮﺨﻧ ﻦﯿﻨﻣآ

Tigrees: /alainā an nukhrijahum āminīn/

Kita harus mengeluarkan mereka ke tempat yang aman

ﺎﻨﺴﺣ ,, ﻲﻟﺎﻌﺗ ﻲﺗﺮﯿﻐﺻ ... ﺎﻨﯿﻋد ِﻚﻣأﺪﺠﻧ Monkey :

/Hasanan, ta’ālī shagīratī da’īna najidu ?ummuki/

Mari nak, kita cari ibu

Pada cuplikan percakapan di atas dapat dilihat bahwa jawaban monkey terhadap namrah merupakan jawaban yang ringkas dan tidak berlebihan monkey telah memberi kontribusinya yang tidak berlebihan dalam

(37)

berkomunikasi sesuai dengan kebutuhan namrah sebagai mitra tutur. Ini berarti prinsip kerja sama berupa maksim kuantitas telah di patuhi oleh penutur sehingga terjadi komunikasi yang kooperatif dan baik antara kedua peserta tutur. Selain itu juga terlihat respon dari monkey terhadap ujaran yang disampaikan kepadanya. Hal ini berupa ungkapan ﺪ ﺠﻧ ﺎ ﻨﯿﻋد ... ﻲﺗﺮﯿﻐ ﺻ ﻲﻟﺎﻌﺗ,, ﺎﻨﺴﺣ

ِﻚ ﻣأ (Hasanan, ta’ālī shagīratī da’īna najidu ?ummuki). Menunjukkan bahwa

dia telah merasa puas dan dapat memahami apa yang disampaikan namrah kepadanya. Inilah yang semakin menegaskan bahwa komunikasi antara Namrah dan Monkey telah dibangun dengan memenuhi prinsip-prinsip yang sama dan baik. Prinsip kerjasama yang dimaksud adalah maksimum kuantitas yang dapat dilihat pada ujaran yang disampaikan oleh kelima pendekar.

3.3. Analisis Pertuturan

Data I

pada data yang pertama ini terdapat sejumlah ujaran yang mengandung unsur pragmatik pertuturan. Pertuturan yang akan dianalisis dalam data ini adalah pertuturan asertif. Menurut kushartanti (2005 : 110), pertuturan asertif adalah pertuturan yang melibatkan penutur kepada kebenaran atau kecocokan proposisi. Perhatikan contoh 1) ujaran berikut :

ﺔﯾؤر يﺪﻟ ﺖﻧﺎﻛ ....

دﻮﻌﯾ فﻮﺳ ،ﻎﻧﻮﻟ يﺎﺗ

Master Oogway :

(38)

aku dapat firasat..Tailung akan kembali

ﻞﯿﺤﺘﺴُﻣ اﺬھ !

ﻦﺠﺴﻟا ﻲﻓ ﮫﻧإ

Master Shifu :

/Hadzā mustahīl ! innahū fī al-sijni/

itu mustahil ! dia di penjara.

Ujaran diatas disampaikan oleh Master oogway kepada Master shifu. Bentuk ujaran tersebut adalah kalimat deklaratif. Tuturan yang disampaikan Master oogway ini meupakan salah satu bentuk tindak tutur asertif.

4.4. Analisis Deiksis

Pada subbab berikut ini penulis akan menganalisis unsur pragmatik yang keempat yaitu deiksis. Pada analisis berikut ini penulis membatasi analisis deiksis hanya pada tiga bentuk deiksis yaitu deiksis persona, ruang dan waktu.

Data 1 ﻮﻔﯿﺷ ﻢّﻠﻌﻣ : ؟ﺎﮭﺘﻠﻌﻓ ﺖﻧا .. . واااو . هﺆﺒﻧ ﺎﮭﻧإ يﻮﺟوا .. برﺎﺤُﻤﻟا ﻦﯿﻨﺘﻟا ﻮھ ﺖﻧا Master Shifu :

/?anta fa’altahā? waw..innahā nubu?ahu Oogway ?anta huwa tīn ?al-muhārab/

kau melakukannya? Waaw. janji shifu benar kamu adalah pendekar sejati.

Kalimat diatas diujarkan oleh Master Shifu. Pada kalimat di atas terdapat dua bentuk pronominal yaitu dia dan kamu, kedua pronominal ini menunjukkan orang kedua. Pada dua bentuk pronominal ini penulis menekankan analisisnya

(39)

pada pronomina kamu, karena pronominal dia secara langsung dapat di lihat dari bentuk rujukannya setelah melihat bentuk-bentuk ujaran sebelumnya.

Sedangkan pronominal kamu hanya akan diketahui rujukannya berdasarkan konteks. Pada konteks kalimat di atas kedua pronominal yang telah disebutkan masing-masing merujuk kepada Po dan Master Oogway. Pada kalimat di atas konteks kalimat adalah tentang keberhasilan Po atau Panda dalam mengalahkan Tai lung dalam pertarungan mendapatkan gulungan pendekar sejati dan akhirnya Tai lung kalah dan Master Shifu mulai mempercayai bahwa Po lah seperti yang dijanjikan Oogway. Oleh karena itu, kamu yang di maksud dalam ujaran tersebut adalah Panda.

Pada contoh di atas deiksis yang di tunjukkan oleh kata kamu tidak terlihat terpisah . hal ini disebabkan oleh bentuk pronominal dalam bahasa Arab dapat di lihat dari bentuk verba yang di gunakan. Penulis hanya membatasi analisisnya pada bentuk kemunculan pragmatik. Untuk melihat bentuk diksis persona lainnya yang terdapat dalam film Kung Fu Panda, seperti kalimat berikut :

ﻲﺒﻐﻟا ﺎﮭﯾأ ،ﺖﻣأ ﻢﻟ ﺎﻧا !

ﻦﯿﻨﺘﻟا برﺎﺤُﻤﻟا ﺪﺼﻗأ

Master Shifu

/?anā lam ?amūt, ?ayyuhā al-ghobā! Aqsud ?Al-Muhārab ?Al-Tīn/Aku belum

mati bodoh!! Maksudku pendekar sejati

Jika pada kalimat (1) bentuk deiksis berupa pronominal yang menunjukkan orang kedua, maka pada kalimat di atas bentuk deiksis tersebut juga

(40)

menunjukkan orang kedua. Pada kalimat diatas bentuk deiksis tidak di tunjukkan oleh pronominal tetapi ditunjukan oleh bentuk sapaan. Bentuk deiksis tersebut ditunjukkan oleh kata sapaan “bodoh” yang ditunjukan kepada orang kedua yaitu mitra tutur. Berdasarkan konteksnya , kata sapaan di atas merujuk kepada Po atau Panda yang pada saat itu Master Shifu sedang bergurau kepadanya karena Po telah memenangkan pertarungan dengan Tai-lung.

Sebenarnya terdapat pula bentuk deiksis waktu yang ditunjukkan oleh bentuk partikel ﻢﻟ disertai oleh verba (ﺖﻣا) mudhori yang memiliki makna “belum”

Dalam film Kung Fu Panda sebenarnya terdapat banyak bentuk kemunculan deiksis persona. Akan tetapi penulis hanya menampilkan dua bentuk deiksis persona yang dianggap telah mewakili bentuk bentuk deiksis persona lainnya. Dua bentuk deiksis persona tersebut penulis anggap sebagai bentuk deiksis yang menunjukkan peran ilmu pragmatik dalam pemahaman sebuah makna ujaran.

(41)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa unsur-unsur pragmatik dalam dialog-dialog film kartun Kung Fu Panda :

1. Interaksi sopan santun; Bentuk sopan santun terdapat dalam penggunaan pronomina orang kedua jamak (ﻢﺘﻧأ) digunakan untuk orang kedua tunggal yang menandai sopan santun dalam berinteraksi. Bentuk sopan santun juga terdapat pada ungkapan ﻢﻠﻌُﻣ (mu‘allim) yang diujarkan oleh seorang Master kepada Master yang menunjukkan kesetaraan status sosial. Bentuk sopan santun dalam penggunaan ungkapan ﺎّﯿھ (Hayya) yang merupakan bentuk Imperatif mashdar memiliki nilai kesopanan yang lebih tinggi dari pada imperatif yang menggunakan fi'il Amr. Bentuk sopan santun juga ditandai dengan ungkapan ﺎﻨﺴﺣ (Hasanan) yang memiliki nilai sopan santun lebih tinggi.

2. Implikatur percakapan; Dalam film kung Fu Panda terdapat Prinsip kerja sama saat berinteraksi yang terhimpun dalam empat bentuk maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, relevansi dan cara.

3. Pertuturan; ditemukan sejumlah bentuk pertuturan yang telah diklasifikasikan berdasarkan daya ilokusi yang terkandung dalam ujaran tersebut yaitu pertuturan asertif seperti pada ungkapan ﺎﻨﯿﻠﻋ (‘alaynā) yang

(42)

merupakan bentuk perfomatif, pertuturan direktif (ﻮﺟرا), pertuturan komisif (ﻚﻟ ﻞﯾﻮﻓ) dan pertuturan ekspresif (ﺮھﺂﻣ خﺎﺒﻃ ًﻼﻌﻓ ﺖﻧا(?anta fa’lan thabākhun māhirun)).

4. Deiksis; dalam Film Kung Fu Panda hanya ditemukan tiga bentuk deiksis yaitu : deiksis persona (ﺎﮭﺘﻠﻌﻓ ﺖﻧا ), ruang (نﺎﻜﻤﻟا اﺬﮭﻟ, ﺎﻨھ) dan waktu (مﻮﯿﻟا,ﻢﻟ ,

ﺲﻣﻷا ﺪﻐﻟا ) .

4.2. Saran

Penelitian ini merupakan sebuah analisis kajian pragmatik dari film berbahasa Arab yang berjudul Kung Fu Panda yang menjadi salah satu korpus penelitian. Penelitian film berbahasa Arab masih sangat jarang dilakukan oleh para peneliti di kalangan akademisi Program Studi Bahasa Arab. Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi pemicu bagi kemunculan skripsi lainnya di bidang pragmatik Arab. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan terhadap film Kung Fu Panda ini dari segi sosiolinguistik.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Aibel Jonathan, Glenn Berger.( 2008). Film Kung Fu Panda 1 : film

Animasi berbahasa inggris : Dream works. diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Tarafa Alkaddah .

Ahmad Badawi, Ahmad. 1950. (min Balaghati Qur'an. Kairo :

al-fajjaalah.

Allan, keith. 1986. Linguistic meaning. London : Rotledge & Keagan Paul. Austin, J.L. (1962). How to Do Things With Words. Oxford: Oxford University press.

Bakala, M.h (1984). Arabic Culture;Throught its Languange and

Literature.

London: Kegan paul International.

Cahyono, Bambang Yudi. (1995). Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.

Grice. 1975. Logic and conversation., dalam Cole dan Morgan, op.cit (hal:44).

Depdiknas. (2005) . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Darmojuwono. 2005. Pesona bahasa. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press. (hal 114).

Fuad, Nimah. Qawaid Al-Lughah Al-arabiyyah. Damaskus: Darul Hikmah. Gamalinda. (1991). Analisa Pramagtik Tujuan Ujaran Pelengkap dalam

Beberapa Naskah Drama Amerika. Skripsi Program Sarjana FIB UI.

Depok; tidak diterbitkan.

Ika Shinta, Febriana (1998) . Strategi dalam melakukan Tindak Ujar

Pengancam Muka: Telah Pramagtik Film Drama Titanic. Skripsi

Program Sarjana FIB UI. Depok: tidak di terbitkan.

Kushartanti. 2005. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. (Hal 105- 109-111)

(44)

Kridalaksana, Harimurti. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Leech. 1983. Study Pragmatic. edisi kedua, Harmondsworth :

penguin (Hal 6).

Levinson, S. C. (1978), Activity types and language, Pragmatics Microfische, 3, Fische 3-3, D.1- G5.

Mukhtar Umar, Ahmad. (1982). Ilmu ad-dilaalah. Kuwait: Maktabah Daar El-Aruubah.

Parker.1986. language and Pragmatic. Harmoundswort: penguin education (hal 11).

Prasetyani,Rita. (2004). Deiksis dalam bahasa arab. Tesis Program Pascasarjana FIB UI. Depok: Tidak diterbitkan.

Rahardi, Kunjana. (2005). Pramagtik; Kesantunan Imperatif Bahasa

Indunesia. Jakarta: Erlangga.

Searle, J.R. (1969). Speech Acts. London: Cambidge University Press. Searle, J.R.1969. Speech Acts: An Essay in the philosophy of Language.

Cambridge : Cambridge University Press. (Hal12).

Stubs, Michael. (1983). Discourse Analiysis: The Sociolingustics Analysis

of Natural Languange. Oxford: Basil Blackwell.

Sudaryanto (1992). Metode Linguistik: ke arah Memahami Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Suhardi, Sembiring. 2005. Pesona Bahasa.. Jakarta : Roneka Cipta (Hal

47,48).

Waton, Chusnul. (1997). Aspek Sematintik Humor Lisan; suatu studi

tentang Bentuk-bentuk Keterlibatan Peranggapan, Implikatur, dan Dunia Kemungkinan dalam humor Lisan Bagito. Skripsi Program Sarjana FIB UI.

Depok: tidak diterbitkan.

Wijana, I Dewa Putu. (2004). Kartun: study Tentang Permainan Bahasa. Yogyakarta: Ombak.

Wehr,Hans.1960. A dictionary of modern written Arabic (Arabic-English)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam pembangunan jalan di Nagari Pasir Talang Selatan Kabupaten Solok Selatan tersebut menerapkan

Terdapat pengaruh signifikan variabel disiplin keja, lingkungan kerja dan semangat kerja terhadap prestasi kerja Guru dan Pegawai SMP Perintis Kecamatan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan kultur antera adalah (A) genotip tanaman dimana antera berasal; (B) komposisi media kultur; (C) kondisi tanaman donor;

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Sudjarni, 2015 yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan serologi sifilis dan HIV pada ABK dan TKBM Kantor

Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru, memiliki fungsi sebagai wadah untuk memperkenalkan beranekaragam makanan Solo kepada masyarakat, dan mengangkat citra kota

Peraturan Menteri Agama Nomor 68 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua pada Perguruan Tinggi Keagamaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah (Berita

STMIK AMIKOM Yogyakarta telah menerapkan perencanaan strategi yang selama ini sudah dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi belum pernah dilakukan suatu penelitian