• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemahaman Sanksi Pajak terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak)

4.1.7 Hasil Pengujian hipotesis (Uji F dan t)

4.1.7.3 Pengaruh Pemahaman Sanksi Pajak terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak)

Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan secara parsial apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari Pemahaman Sanksi Pajak terhadap Tindakan

Tax Evasion (Penggelapan Pajak). Hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai

berikut:

H0: 2= 0 Tidak terdapat pengaruh Pemahaman Sanksi Pajak terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak)

Ha : 2 ≠ 0 Terdapat pengaruh Pemahaman Sanksi Pajak terhadap Tindakan

Tax Evasion (Penggelapan Pajak)

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji-t. Hasil perhitungan nilai t dengan bantuan SPSS diperoleh dari output Coefficients yang disajikan pada Tabel 4.22.

Diperoleh nilai thitung variabel Pemahaman Sanksi Pajak sebesar -6,208 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Nilai statistik uji t yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai tabel yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) yang diperoleh dari tabel distribusi t untuk  = 0,05 dan derajat bebas (db) = 400-2-1=397 sebesar 1,966 dan kriteria uji menggunakan nilai signifkansi (p-value) adalah sebagai berikut:

Tolak H0 jika nilai–p (Sig) ≤ α = 0,05 Terima H0 jika nilai–p (Sig) > α = 0,05

Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis dirangkum pada tabel 4.24.

Tabel 4. 24 Uji t Pemahaman Sanksi Pajak (X2)

Hipotesis thitung Sig (p) ttabel α Keputusan Keterangan H0 : 2 = 0 -6,208 0,000 1,966 5% H0 ditolak Signifikan

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung < negatif ttabel (-6,208 < -1,966) dan hasil uji yang diperoleh dengan mebandingkan nilai signifikansi dapat dilihat bahwa Pemahaman Sanksi Pajak berpengaruh terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) karena diperoleh nilai sig (0,000) lebih kecil dari 0,05 yang berarti uji signifikan.

Ini berarti Pemahaman Sanksi Pajak berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) pada WP UMKM di Kota Bandung). 4.1.8 Koefisien Determinansi (R2)

Koefisien determinasi dihitung untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Penetapan Tarif Pajak dan Pemahaman Sanksi Pajak secara bersama-sama terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak). Koefisien Determinasi untuk persamaan yang regresi yang diperoleh dapat dilihat dari nilai R2 pada tabel 4.26

berikut:

Tabel 4. 25 Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .731a .535 .533 .47487

a. Predictors: (Constant), Pemahaman Sanksi Pajak (X2), PenetapanTarif Pajak (X1) b. Dependent Variable: Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) (Y)

Tingkat hubungan Penetapan Tarif Pajak dan Pemahaman Sanksi Pajak dengan Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) dengan besar korelasi (R) pada tabel 4.25 sebesar 0,731 yang masuk dalam kategori kuat.

Hasil nilai koefisien determinasi (R Square) model regresi pada tabel 4.26 diperoleh sebesar 0,535. Nilai koefisien determinasi menunjukan Penetapan Tarif Pajak dan Pemahaman Sanksi Pajak memberikan pengaruh sebesar 53,5% terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) pada WP UMKM di Kota Bandung. Sedangkan 38,3% sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Besar pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial dapat dihitung dengan cara mengalikan nilai standardized coefficients dengan zerro-order

correlationyang terdapat pada tabel 4.26 berikut.

Tabel 4. 26 Koefisien Determinasi Parsial X-Y Coefficientsa

Model

Standardized

Coefficients Correlations

Beta Zero-order Partial Part 1 (Constant)

Penetapan Tarif Pajak (X1)

-.289 -.700 -.191 -.132 Pemahaman Sanksi

Pajak (X2)

-.463 -.719 -.297 -.212 a. Dependent Variable: Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) (Y)

Sumber : Lampiran Output SPSS

Berdasarkan data pada tabel 4.26 di atas didapat Pengaruh Penetapan Tarif Pajak terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) secara parsial diperoleh sebesar -0,289  -0,700 = 0,202 atau 20,2%. Artinya Penetapan Tarif Pajak memberikan pengaruh sebesar 20,2% terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) pada WP UMKM di Kota Bandung).

Pengaruh Pemahaman Sanksi Pajak terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) secara parsial diperoleh sebesar = -0,463  -0,719 = 0,333 atau 33,3%. Artinya Pemahaman Sanksi Pajak memberikan pengaruh sebesar 33,3% terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) pada WP UMKM di Kota Bandung).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Penetapan Tarif Pajak terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak)

Hasil analisis regresi berganda diperoleh koefisien regresi Penetapan Tarif Pajak bertanda negatif sebesar -0,401. Nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin sesuai Penetapan Tarif Pajak akan diikuti dengan menurnnya Tindakan Tax

Evasion (Penggelapan Pajak).

Dari pengujian menggunakan nilai uji t diperoleh secara parsial nilai statistik uji t untuk variabel Penetapan Tarif Pajak sebesar -3,869 lebih kecil dari nilai negatif t(0.05;397) = -1,966 dan dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hasil uji hipotesis pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho. Ini berarti Penetapan Tarif Pajak berpengaruh terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak).

Penetapan Tarif Pajak memberikan pengaruh sebesar 20,2% terhadap Tindakan Tax Evasion (Penggelapan Pajak) pada WP UMKM di Kota Bandung.

Hal ini berarti Penetapan Tarif Pajak berpengaruh terhadap Tindakan Tax

dirasakan oleh wajib pajak, maka wajib pajak akan melakukan penggelapan pajak. Sama halnya dengan semakin wajib pajak merasa tidak mampu membayar pajak, maka semakin tinggi tindakan wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak.

Untuk dimensi keadilan pada tabel 4.5 diperoleh secara keseluruhan responden yang menyatakan sangat setuju ada 41,4%, yang menyatakan setuju ada 47,3%, yang menyatakan tidak setuju ada 9,8,0% dan yang menyatakan sangat tidak setuju ada 1,5%. Untuk dimensi ability to pay, secara keseluruhan responden yang menyatakan sangat setuju ada 40,1%, yang menyatakan setuju sebanyak 51,9%, tidak setuju sebanya 6,6%, dan 1,4% menyatakan sangat tidak setuju.

Hal ini berarti sebagian besar wajib pajak sangat setuju dan setuju bahwa penetapan beban pajak atau tarif pajak harus berdasarkan dengan salah satu teori pemungutan pajak yaitu teori daya pikul dalam Halim (2014:5) yaitu bahwa dasar keadilan dalam pemungutan pajak adalah terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Untuk memenuhi kepentingan tersebut dibutuhkan biaya yang harus dipikul oleh warga dalam bentuk pajak. Tekanan pajak itu haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul seseorang dan untuk mengukur daya pikul dapat dilihat dari penghasilan, kekayaan dan besarnya pengeluaran seseorang dan memperhatikan besar kecilnya tanggungan keluarga. Hasil penelitian ini sejalan pula dengan perkataan Syarifudin (2015) dalam penelitian sebelumnya yaitu penetapan tarif pajak dalam PP NO 2013 bisa mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak karena merasa mendapat perlakuan yang kurang bijak dari pemerintah sehingga memicu perlawanan pajak baik secara pasif maupun aktif.

Perlawan pasif bisa dalam bentuk mengabaikan sedangkan perlawan aktif misalnya melakukan penggelapan pajak melalui manipulasi catatan peredaran usaha.

Penelitian ini mengukur variabel penetapan tarif pajak dari sisi keadilan dan kemampuan membayar wajib pajak dan jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu, adanya kesamaan yang dilihat dari sisi keadilan penetapan tarif pajak yaitu dalam penelitian Permatasari & Laksito (2013) menyatakan bahwa “Keadilan merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi seorang wajib pajak untuk membayar kewajiban perpajakannya. Jika seorang wajib pajak yang memiliki pendapatan tinggi, tetapi membayar kewajiban pajaknya dalam jumlah yang kecil, maka wajib pajak yang lain enggan untuk membayar pajak karena besarnya pajak yang dibebankan sama besarnya”. Dan dibuktikan dengan hasil penelitiannya keadilan pajak mempengaruhi secara negatif terhadap tindakan penggelapan pajak (tax evasion). Dalam penelitian Kurniawaty & Toly (2014) juga memperoleh hasil secara parsial variabel keadilan pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak, dan menyatakan bahwa “apabila Wajib Pajak memperoleh perlakuan yang tidak adil, maka mereka akan mendapat tekanan sosial dan memotivasi individu untuk cenderung melakukan tindakan menggelapkan pajak”.

Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian Majid, Rantelangi, dan Iskandar (2015) yang meneliti dari sisi keadilan tarif berdasarkan PP 46 tahun 2013 menyatakan sebelumnya dalam hipotesisnya bahwa “Ketika wajib pajak orang pribadi merasa tarif yang dikenakan telah diterapkan secara adil kepada setiap individu dengan penghasilan yang sama, maka secara tidak langsung akan

mengurangi keinginan individu untuk melakukan penggelapan pajak, maupun bersikap tidak patuh dalam membayar pajak atau melaporkan SPT”. Namun hasil penelitiannya mengatakan bahwa “keadilan pajak tidak mempengaruhi persepsi wajib pajak atas tindakan penggelapan pajak dikarenakan kewajiban untuk membayar pajak merupakan kewajiban mutlak wajib pajak orang pribadi, sehingga ketika adil atau tidaknya perlakuan pajak yang berlaku bukan merupakan hal yang mempengaruhi wajib pajak orang pribadi dalam melakukan penggelapan pajak”.

PP 46 Tahun 2013 menetapkan tarif 1% (sekarang 0,5% sejak 1 Juli 2018) dari omzet/peredaaran bruto WP dan tidak memperhitungkan untung atau rugi yang diperoleh dari usaha WP dan pengenaannya bersifat final sehingga tidak memperhitungkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan tanggungan yang dimiliki oleh WP. Hal ini dinilai tidak sebanding dengan keadilan yang harus ditetapkan berdasarkan teori daya pikul dalam pemungutan pajak sehingga dapat menyebabkan wajib pajak memilih untuk melakukan perlawan aktif berupa tindakan penggelapan pajak karena merasa mendapatkan perlakuan tidak bijak dari pemerintah.

Selama waktu penelitian, pada tanggal 1 Juli 2018 dikeluarkan peraturan baru yaitu PP No. 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh WP yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Dalam peraturan tersebut, tarif yang dikenakan oleh UMKM di turunkan menjadi 0,5% dari peredaran bruto. Jika dilihat dari sisi besarnya tarif, hal ini memberikan manfaat bagi WP karena beban WP akan sedikit berkurang dari peraturan yang sebelumnya. Namun dari sisi lainnya, ada konsekuensi atas diberlakukannya

peraturan baru tersebut yaitu adanya keterbatasan waktu yang berlaku untuk WP OP selama 7 tahun, WP Badan berbentuk PT selama 3 tahun dan untuk CV, firma dan koperasi selama 4 tahun. Peraturan baru ini juga masih bersifat final yang dikenakan dari omset atau peredaran bruto WP sehingga hal ini masih dapat menimbulkan ketidakadilan karena pengenaan tarif tersebut tidak mementingkan kerugian yang dihadapi WP serta tidak memperhitungkan PTKP bagi WP OP. Namun peraturan baru ini mengarah ke hal-hal yang lebih baik bagi WP karena mempermudah WP dalam perhitungan, mengurangi beban pajak WP dari yang sebelumnya. Peraturan baru tersebut diberlakukan dengan maksud lebih memberikan rasa keadilan terhadap WP UMKM oleh karena itu, dapat mempengaruhi hasil dari penelitian ini.

4.2.2 Pengaruh Pemahaman Sanksi Pajak terhadap Tindakan Tax Evasion

Dokumen terkait