• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Bahan Humat dan Abu Terbang

sifat Kimia Tanah

Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah meliputi parameter pH, C-Org, N-Total, P-tersedia, K, Na, Ca, dan Mg yang dapat dipertukarkan, serta KTK dan Aldd. Secara umum pemberian amelioran bahan humat dan atau abu terbang berpengaruh nyata meningkatkan kandungan hara tanah namun tidak ada interaksi antara kedua amelioran (Tabel 6-11).

Nilai pH tanah

Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap pH tanah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Pengaruh bahan humat dan abu terbang terhadap parameter pH tanah

Amelioran P-I sengon P-I meranti P-II

Bahan Humat H0 4,62a 4,35 5,39 H1 4,68b 4,36 5,46 H2 4,68b 4,35 5,61 Abu Terbang F0 4,58a 4,20a 5,41 F1 4,67b 4,35b 5,23 F2 4,72c 4,51c 5,71

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Keterangan :

P-I sengon : Percobaan I di rumah kaca dengan indikator tanaman sengon P-I meranti : Percobaan I di rumah kaca dengan indikator tanaman meranti

P-II : Percobaan II di lahan bekas tambang dengan indikator tanaman sengon

Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian bahan humat atau abu terbang berpengaruh nyata meningkatkan nilai pH tanah pada percobaan I tanaman sengon sedangkan pada percobaan I tanaman meranti hanya abu terbang saja yang berpengaruh nyata meningkatkan nilai pH. Pada dosis abu terbang F2

27

Peningkatan pH tanah tidak terlalu besar dibandingkan kontrol (H0 dan F0), karena sifat tanah lahan bekas tambang di PT KPC mempunyai kandungan Aldd yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan buffering capacity yang tinggi. Pemberian abu terbang dosis maksimal pada tanah tersebut tidak menunjukkan peningkatan pH tanah yang tinggi.

Kandungan C-Org dan N tanah

Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan C-organik (C-org) dalam tanah disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan C-org dalam tanah

Amelioran P-I sengon P-I meranti P-II ---(%)--- Baha Humat H0 1,05 0,63a 1,20 H1 1,09 1,35b 1,02 H2 1,11 1,28b 1,30 Abu Terbang F0 0,94a 1,09 1,07 F1 1,10b 0,98 1,09 F2 1,20b 1,18 1,37

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Hasil analisis menunjukkan peningkatan C-org tanah dalam media polybag dengan indikator tanaman sengon nyata dipengaruhi oleh abu terbang saja (Tabel 7) sedangkan pada percobaan I tanaman meranti peningkatan C-org tanah nyata dipengaruhi oleh bahan humat. Pada percobaan percobaan II pemberian amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan C-org dalam tanah (Tabel 7). Kenaikan C-org tanah oleh penambahan abu terbang disebabkan adanya sisa kandungan C dalam abu terbang (1,84%) akibat pembakaran batubara yang tidak optimal. Kenaikan C-org oleh penambahan bahan humat disebabkan adanya kandungan org dalam bahan humat (10-13%). Lebih tingginya peningkatan C-org akibat bahan humat karena kadar C-C-org bahan humat lebih tinggi daripada abu terbang. Menurut Hwang (1991) komponen mineral utama abu terbang adalah aluminosilikat, besi oksida, silikat densitas rendah, dan sisa karbon, serta

kemungkinan adanya mineral mullite, sehingga kemungkinan masih ada sisa C dalam abu terbang.

Hasil analisis pemberian amelioran terhadap peningkatan N tanah pada percobaan I tanaman sengon nyata dipengaruhi oleh abu terbang saja (Lampiran 6). Pada percobaan I tanaman meranti dan percobaan II, kedua amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap N tanah (Lampiran 6). Secara umum kedua amelioran tidak memberikan sumbangan terhadap ketersediaan N dalam tanah.

Kandungan P–tersedia dalam tanah

Pengaruh ameliorasi terhadap kandungan P-tersedia tanah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Pengaruh bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan P-tersedia tanah

Amelioran P-I sengon P-I meranti P-II --- (ppm) --- Bahan Humat H0 5,95ab 4,14 1,68 H1 5,14a 4,62 1,56 H2 7,18b 4,68 2,01 Abu Terbang F0 5,48 3,99a 1,13a F1 5,99 4,56ab 1,63ab F2 6,81 4,88b 2,50b

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan P–tersedia dipengaruhi secara nyata oleh bahan humat pada percobaan I tanaman sengon. Percobaan I tanaman meranti dan percobaan II, abu terbang berpengaruh nyata terhadap peningkatan P-tersedia (Tabel 8). Peningkatan kandungan P–tersedia dalam tanah oleh penambahan abu terbang disebabkan adanya kandungan P dalam abu terbang. P-tersedia dalam abu terbang mencapai 48,8 ppm (Tabel 1). Pengaruh bahan humat dalam meningkatkan P tersedia dalam tanah adalah karena kemampuan bahan humat dalam menjerap Al dari ikatan Al-P sehingga ion P menjadi tersedia dalam tanah.

29

percobaan I tanaman sengon dan meranti, abu terbang berpengaruh nyata terhadap peningkatan kandungan Kdd dan Nadd (Tabel 9). Pada percobaan II, pemberian amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan K-tersedia dan Na-tersedia (Tabel 10). Peningkatan kandungan Kdd dan Nadd dalam tanah diperoleh dari kandungan K dan Na dalam abu terbang. Pada percobaan I dan II, Kdd dan Nadd dalam tanah lebih kecil daripada kandungan Cadd dan Mgdd. Hal ini disebabkan sumbangan hara K dan Na lebih kecil daripada Ca dan Mg dalam abu terbang.

Tabel 9 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan Kdd, Nadd, Cadd dan Mgdd tanah pada percobaan I

Amelioran N NH4OAc pH 7.0 (me/100 g) Kdd Nadd Cadd Mgdd P-I sengon P-I meranti P-I sengon P-I meranti P-I sengon P-I meranti P-I sengon P-I meranti Bahan Humat H0 0,19 0,22 0,41 0,37 1,73b 0,86 0,17 0,51a H1 0,20 0,24 0,44 0,41 1,53a 0,89 0,16 0,68ab H2 0,20 0,24 0,44 0,44 2,17c 1,15 0,18 0,85b Abu Terbang

F0 0,17a 0,19a 0,35a 0,34a 1,57b 0,65a 0,15 0,52a F1 0,20b 0,23b 0,45b 0,42b 1,94c 0,93a 0,18 0,58a F2 0,23c 0,27c 0,49b 0,46b 1,2a 1,32b 0,18 0,94b Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Tabel 10 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan Kdd, Nadd, Cadd dan Mgdd tanah pada percobaan II

Amelioran N NH4OAc pH 7.0 (me/100 g)

Kdd Nadd Cadd Mgdd Bahan Humat H0 0,3 0,68 2,21 4,59a H1 0,31 0,73 2,64 5,13b H2 0,49 0,66 2,84 5,74c Abu Terbang F0 0,3 0,63 2,45 4,76a F1 0,31 0,73 2,62 5,32b F2 0,49 0,71 2,62 5,39b Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa bahan humat atau abu terbang berpengaruh nyata terhadap peningkatan kandungan Cadd tanah pada percobaan I dengan tanaman sengon sedangkan pada percobaan I dengan tanaman meranti,

abu terbang berpengaruh nyata terhadap Cadd. Pada percobaan II menunjukkan kedua amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan Cadd (Tabel 10). Pada percobaan I dengan tanaman sengon, kedua amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan Mgdd (Tabel 9). Percobaan I dengan tanaman meranti dan percobaan II, kedua amelioran berpengaruh nyata terhadap peningkatan Mgdd

(Tabel 9 dan 10). Peningkatan kandungan Ca dan Mg dalam tanah disumbangkan oleh adanya kandungan Ca dan Mg dalam abu terbang. Pengaruh bahan humat dalam meningkatkan kandungan Ca dan Mg dalam tanah terutama dalam menjerap Ca dan Mg.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Pengaruh ameliorasi terhadap nilai KTK tanah disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap nilai KTK tanah

Amelioran KTK(N NH4OAc pH 7.0)

P-I sengon P-I meranti P-II Bahan Humat H0 7,81 9,22 9,21a H1 8,39 9,13 10,24b H2 9,22 10,89 11,27c Abu Terbang F0 8,08 8,82 9,83 F1 8,61 9,75 10,2 F2 8,73 10,67 10,74

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Tabel 11 menunjukkan bahwa bahan humat bepengaruh nyata terhadap peningkatan nilai KTK tanah pada percobaan II. Percobaan I pengaruhnya tidak nyata. Lebih tingginya KTK pada percobaan II karena nilai pH percobaan II lebih tinggi daripada percobaan I. Pengaruh bahan humat terhadap KTK tanah disebabkan oleh adanya gugus karboksil (-COOH) dan OH fenolat yang jika ion H terdisosiasi akan bermuatan negatif, sehingga mampu menarik kation-kation basa.

31

kondisi basa kuat dimana molekul Al2O3 dalam kondisi stabil sehingga tidak mudah terserap oleh tanaman. Namun ion Al3+ akan mudah terhidrolisis pada saat terjadi proses oksidasi berantai dan melepaskan H+ sehingga pH tanah menjadi masam.

Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa penambahan bahan humat dapat meningkatkan nilai KTK dan kandungan C-org tanah sedangkan penambahan abu terbang dapat meningkatkan ketersediaan hara C-org, P-tersedia, Kdd, Nadd, Cadd dan Mgdd dalam tanah.

4.2. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dan Abu Terbang terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pengaruh pemberian amelioran terhadap pertumbuhan tanaman dievaluasi dalam hal tinggi tanaman, banyaknya percabangan akar, bobot kering daun. Pada tanaman sengon diukur bintil akar sedangkan pada tanaman meranti diukur panjang akar. Perubahan beda tinggi tanaman merupakan beda tinggi tanaman bulan ke-3 setelah perlakuan dengan tinggi tanaman awal. Jumlah bintil dan percabangan dihitung secara kualitatif (naik, tetap dan turun) karena sulit dihitung dengan kuantitatif. Dalam analisis lanjutan, data jumlah percabangan dan bintil akar diubah menjadi parameter kuantitatif untuk mempermudah perhitungan. Jumlah perkembangan naik diberi nilai 3, jumlah tetap diberi nilai 2, dan jumlah turun diberi nilai 1. Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap perubahan beda tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bintil akar dan bobot kering daun pada percobaan I tanaman sengon disajikan pada Tabel 12 dan 13.

Tabel 12 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap beda tinggi tanaman, perkembangan cabang perakaran dan bobot kering daun pada percobaan I tanaman sengon

Amelioran Beda tinggi tanaman (cm)

Percabangan akar

Bobot kering daun (g/tanaman) Bahan Humat H0 28,0a 2a (tetap) 5,274 H1 40,1b 2a (tetap) 5,706 H2 40,27b 3b (naik) 6,653 Abu Terbang F0 29,2a 2a (tetap) 5,592 F1 33,4a 2b (tetap) 5,918 F2 45,7b 3b (naik) 6,122

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji

Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa bahan humat atau abu terbang berpengaruh nyata terhadap peningkatan beda tinggi dan cabang tanaman sengon pada percobaan I.

Tabel 13 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap perkembangan bintil perakaran pada percobaan I tanaman sengon

Bahan humat Abu Terbang

F0 F1 F2

H0 1a (turun) 1a (turun) 2ab (tetap) H1 1a (turun) 3cd (naik) 2bc (tetap) H2 2ab (tetap) 3d (naik) 3d (naik)

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji

DMRT (taraf α=5%)

Bahan humat dan abu terbang berpengaruh nyata terhadap peningkatan perkembangan jumlah bintil akar serta ada interaksi antara kedua amelioran tersebut (Tabel 13). Perlakuan H2F2 dan H2F1 memberikan hasil pertumbuhan bintil akar yang paling baik dibanding kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis bahan humat maksimal, baik dosis abu terbang F1 maupun F2 tetap memberikan pengaruh terhadap peningkatan jumlah bintil akar tanaman sengon.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah nilai pH tanah, ketersediaan hara dan faktor penghambat tumbuh (Leiwakabessy 1988). Korelasi antara pH, ketersediaan hara, dan Aldd dengan beda tinggi tanaman dan perakaran disajikan dalam Tabel 14.

Tabel 14 Korelasi antara pH, ketersediaan hara, dan Aldd terhadap beda tinggi tanaman dan perakaran

Korelasi antara Beda tinggi tanaman Jumlah bintil akar Jumlah cabang akar P tersedia 0,279 0,604 0,567 Kdd 0,494 0,159 0,316 Cadd 0,474 0,589 0,542 Mgdd 0,642 0,683* 0,747* pH 0,775* 0,617 0,778* Aldd -0,766* -0,836** -0,912**

33

Tabel 14 diatas menunjukkan bahwa pH dan ketersediaan hara berkorelasi positif terhadap perubahan beda tinggi dan perakaran tanaman. Nilai pH dan ketersediaan C-org berpengaruh signifikan pada taraf 99% dan 95%. Menurut Lakitan (2007) perkembangan sistem percabangan akar akan lebih terangsang pada tempat-tempat dimana air dan unsur hara lebih tersedia. Perkembangan percabangan akar sampai pada bagian bulu-bulu akar diikuti dengan pertumbuhan bintil-bintil akar. Semakin bertambahnya Aldd dalam tanah menyebabkan pertumbuhan tinggi dan perakaran tanaman menurun, yang ditunjukkan dengan nilai korelasi negatif dan signifikan pada taraf 99% untuk perakaran tanaman dan 95% untuk beda tinggi tanaman. Reaksi tanah (pH) berkorelasi positif dan nyata dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi dan perakaran tanaman (jumlah bintil dan cabang), terutama yang berkaitan dengan pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur-unsur hara tertentu. Adanya Aldd dalam tanah dapat menyebabkan kerusakan fungsi tanaman terutama pada sistem perakaran. Tabel 14 menunjukkan bahwa sistem perakaran baik jumlah cabang dan bintil menurun dengan adanya penambahan Aldd dalam tanah.

Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap perubahan beda tinggi, perkembangan akar dan bobot kering daun tanaman meranti disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap beda tinggi tanaman, jumlah cabang perakaran, panjang akar dan bobot kering daun pada percobaan I tanaman meranti

Amelioran Beda tinggi tanaman (cm) Percabangan akar Panjang akar (cm) Bobot kering daun (g/tanaman) Bahan Humat H0 21,61b 2 (tetap) 5,83 1,35 H1 17,45ab 3 (naik) 6,73 1,40 H2 14,40a 2 (tetap) 7,80 1,42 Abu Terbang F0 11,93a 2 (tetap) 6,20 1,34 F1 23,82c 2 (tetap) 6,33 1,37 F2 17,71b 2 (tetap) 7,83 1,45

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji

Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa bahan humat atau abu terbang berpengaruh nyata terhadap peningkatan beda tinggi tanaman meranti. Pada peningkatan dosis abu terbang dari kontrol (F0) ke F1 terjadi kenaikan tinggi tanaman kemudian turun pada F2 walau masih lebih tinggi dibandingkan kontrol sedangkan penambahan bahan humat menyebabkan penurunan tinggi tanaman. Kedua amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan percabangan perakaran, panjang dan bobot kering daun (Tabel 15). Tanaman meranti mempunyai karakteristik fisiologis yang berbeda dengan jenis sengon. Tanaman meranti muda biasanya mempunyai sifat intoleran terhadap sinar matahari sehingga memiliki pertumbuhan vertikal yang lambat. Pada masa muda, meranti lebih banyak melakukan pertumbuhan akar dan daun. Tabel 15 menunjukkan bahwa penambahan bahan humat dan abu terbang dapat meningkatkan bobot kering daun. Pertumbuhan akar lebih banyak memanjang ke bawah untuk menunjang berdirinya pohon karena pohon meranti jika dewasa cenderung besar dan tinggi sehingga diperlukan penahan akar yang kuat.

Pengaruh pemberian amelioran terhadap pertumbuhan tanaman sengon pada percobaan II disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 16 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap beda tinggi tanaman, perkembangan jumlah bintil dan cabang perakaran serta bobot kering daun pada percobaan II dengan tanaman sengon

Amelioran Beda tinggi tanaman (cm)

Jumlah bintil akar

Percabangan akar

Bobot kering daun (g/tanaman) Bahan Humat

H0 2,57 2 (tetap) 2 (tetap) 0,729a H1 3,54 2 (tetap) 2 (tetap) 0,857a H2 3,76 2 (tetap) 2 (tetap) 1,638b Abu Terbang

F0 1,77 2 (tetap) 2 (tetap) 0,708 F1 4,24 2 (tetap) 2 (tetap) 0,883 F2 3,86 2 (tetap) 2 (tetap) 1,632

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji

35

perlakuan. Bahan humat berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot kering daun (Tabel 16).

4.3. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dan Abu Terbang Terhadap Serapan Daun Tanaman

Bahan sampel yang diambil untuk analisis serapan daun tanaman adalah seluruh daun tanaman kecuali kuncup daun muda. Jika ketersediaan unsur hara esensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman akan terganggu metabolismenya yang secara visual dapat terlihat dari penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhannya.

Pengaruh ameliorasi terhadap serapan daun tanaman sengon pada percobaan I disajikan pada Tabel 17, 18 dan 19.

Tabel 17 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap serapan N daun tanaman sengon pada percobaan I

Bahan Humat

Abu Terbang

F0 F1 F2

---mg/tanaman---

H0 134,21abc 134,02abc 201,92cd

H1 132,03abc 108,58ab 80,06a

H2 142,43abc 174,22bc 253,67d

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Tabel 18 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap serapan Ca daun tanaman sengon pada percobaan I

Bahan Humat

Abu Terbang

F0 F1 F2

---mg/tanaman---

H0 16,68ab 19,74ab 26,54bcd

H1 22,30ab 21,24ab 14,04a

H2 24,15abc 35,67d 33,49cd

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji

DMRT (taraf α=5%)

Pada percobaan I tanaman sengon, kedua amelioran berpengaruh nyata terhadap serapan N, Ca dan Mg daun tanaman dan kedua amelioran saling interaksi (Tabel 17, 18 dan 19). Tabel 17 menunjukkan bahwa serapan N daun tanaman tertinggi pada perlakuan H2F2 dan terendah pada perlakuan H1F2. Tabel 18 menunjukkan bahwa serapan Ca daun tanaman tertinggi pada perlakuan H2F1

dan terendah pada perlakuan H1F2 dan tidak berbeda dengan H2F2. Tabel 19 menunjukkan bahwa serapan Mg daun tanaman tertinggi pada perlakuan H2F2 dan terendah pada perlakuan H0F1. Namun kedua amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap serapan P dan K daun tanaman (Lampiran 29 dan 30).

Tabel 19 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap serapan Mg daun tanaman sengon pada percobaan I

Bahan Humat

Abu Terbang

F0 F1 F2

---mg/tanaman---

H0 13,24ab 6,08a 11,91ab

H1 9,10ab 14,82ab 13,45ab

H2 15,64b 7,28ab 30,42c

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji

DMRT (taraf α=5%)

Pengaruh pemberian amelioran terhadap serapan daun tanaman meranti pada percobaan I disajikan pada Tabel 20 dan 21.

Tabel 20 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap serapan N, K dan Mg daun tanaman meranti pada percobaan I

Amelioran N K Mg

---mg/tanaman--- Bahan Humat

H0 33,51a 7,47a 1,42a

H1 47,07b 10,49b 1,85ab H2 23,69a 11,06b 2,49b Abu Terbang F0 32,07 8,79 1,49a F1 36,34 10,01 1,83ab F2 35,87 10,23 2,44b

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Tabel 21 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap serapan Ca daun tanaman meranti pada percobaan I

Bahan Humat

Abu Terbang

F0 F1 F2

---mg/tanaman---

H0 3,60a 3,02ab 3,00ab

37

Tabel 20 menunjukkan bahwa bahan humat berpengaruh nyata terhadap serapan N dan K daun tanaman meranti. Bahan humat atau abu terbang berpengaruh nyata terhadap peningkatan serapan Mg daun tanaman meranti namun tidak saling berinteraksi. Tabel 21 menunjukkan bahwa kedua amelioran berpengaruh nyata dan saling berinteraksi terhadap peningkatan serapan Ca daun tanaman meranti. Serapan Ca daun tanaman meranti tertinggi adalah pada perlakuan H1F2 dan H1F1 dan terendah pada H0F0. Kedua amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap serapan P daun tanaman meranti.

Pengaruh ameliorasi terhadap serapan daun tanaman sengon pada percobaan II disajikan pada Tabel 22 dan 23.

Tabel 22 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap serapan N, P, K dan Ca daun tanaman sengon pada percobaan II

Amelioran N P K Ca

---mg/tanaman--- Bahan Humat

H0 34,26 2,133a 10,58a 0,83a

H1 33,91 2,425a 12,12a 1,10a

H2 46,52 3,8733b 23,86b 1,88b

Abu Terbang

F0 38,20ab 2,553 10,96a 0,63a

F1 25,10a 2,387 10,90a 1,40b

F2 51,38b 3,487 24,72b 1,77b

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Tabel 23 Pengaruh pemberian bahan humat dan abu terbang terhadap serapan Mg daun tanaman sengon pada percobaan II

Bahan Humat Abu Terbang F0 F1 F2 ---mg/tanaman--- H0 0,28a 0,93a 4,52b H1 0,78a 1,16a 4,64b H2 4,17b 4,00b 4,02b

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji

DMRT (taraf α=5%)

Tabel 22 di atas menunjukkan bahwa abu terbang (F2) berpengaruh nyata terhadap peningkatan serapan N daun tanaman sengon dibandingkan F1. Bahan humat (H2) berpengaruh nyata terhadap peningkatan serapan P daun tanaman sengon. Bahan humat (H2) atau abu terbang (F2) berpengaruh nyata terhadap peningkatan serapan K dan Ca daun tanaman sengon namun tidak ada interaksi

antara kedua amelioran. Tabel 23 menunjukkan bahwa kedua amelioran berpengaruh nyata dan saling berinteraksi terhadap serapan Mg daun tanaman sengon. Pada percobaan II, serapan Mg daun tanaman sengon tertinggi pada perlakuan H1F2, tidak berbeda dengan perlakuan H2F0, H2F1, dan H2F2 sedangkan terendah pada perlakuan H0F0 tetapi tidak berbeda dengan H0F1, H1F0, dan H1F1.

Rata-rata kandungan hara, pH dan KTK tanah yang dipengaruhi oleh amelioran pada masing-masing percobaan disajikan dalam Tabel 24.

Tabel 24 Rata-rata peningkatan kation basa-basa, nilai pH dan KTK tanah masing-masing percobaan yang dipengaruhi amelioran

No Sifat Kimia Tanah Tanah Awal P-I Sengon P-I

Meranti P-II Pengaruh Amelioran

1 pH 4,20 4,70 4,58 5,71 Abu Terbang 2 C-Org (%) 0,40 1,14 1,47 1,37 Abu Terbang/Bahan

Humat 3 P (ppm) 4,10 6,49 4,89 2,49 Abu Terbang

Kation Basa (me/100g)

4 Kdd 0,13 0,23 0,29 0,32 Abu Terbang 5 Nadd 0,26 0,46 0,44 0,71 Abu Terbang 6 Mgdd 0,68 0,20 1,94 5,39 Abu Terbang 7 Cadd 4,70 2,01 1,58 2,62 Abu Terbang 8 KTK (me/100g) 7,22 8,76 12,10 11,27 Bahan Humat 9 Aldd (me/100g) 0,48 2,10 2,10 0,41 Abu Terbang

Rata-rata serapan hara tanaman masing-masing percobaan yang dipengaruhi amelioran disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25 Rata-rata serapan N, P, K, Ca, Mg masing-masing percobaan yang dipengaruhi amelioran

Percobaan Serapan Daun Tanaman (mg/tanaman)

N P K Ca Mg

Serapan dipengaruhi Abu Terbang

P-I sengon 178,551 18,560 137,901 21,581 14,936

P-I meranti 34,937 3,080 10,520 4,765 1,890

P-II 38,654 3,380 18,996 1,379 3,653

Serapan dipengaruhi Bahan Humat

P-I sengon 190,14 17,27 133,41 28,53 14,01

P-I meranti 31,90 3,16 10,38 5,11 1,83

P-II 34,49 3,00 18,11 1,42 3,39

Serapan dari perlakuan H2F2

P-I sengon 253,673 21,698 163,170 25,900 21,630

39

Rata-rata beda tinggi, perakaran dan bobot kering daun tanaman masing-masing percobaan yang dipengaruhi oleh amelioran disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26 Rata-rata beda tinggi tanaman, perakaran dan bobot kering daun tanaman masing-masing percobaan yang dipengaruhi amelioran

Percobaan Beda tinggi tanaman (cm) Jumlah bintil akar Jumlah cabang akar Bobot kering daun (g) H2 F2 H2 F2 H2 F2 H2 F2

P-I sengon 40,21 45,71 Naik Naik Naik Naik 6,653 6,122 P-I meranti 14,40 17,71 - - Tetap Tetap 1,420 1,450 P-II 3,76 3,86 Tetap Tetap Tetap Tetap 1,638 1,632

Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa pemberian abu terbang dapat meningkatkan nilai pH tanah terutama pada lahan bekas tambang. Pada media polybag, peningkatan pH tidak terlalu tinggi dibanding lahan bekas tambang disebabkan karena Aldd pada percobaan I lebih besar daripada percobaan II sehingga Aldd sebagai buffer dalam mempertahankan peningkatan pH tanah. Aldd

yang tinggi akan menyumbangkan ion Al3+ dalam tanah yang jika terhidrolisis dapat melepaskan ion H+ sehingga nilai pH menjadi turun. Buffer pH pada percobaan I lebih besar daripada percobaan II disebabkan oleh tingginya Aldd.

Konsentrasi P dalam percobaan I lebih besar daripada percobaan II disebabkan karena adanya retensi ion P oleh Al atau Fe dalam tanah sehingga tidak mudah tersedia oleh tanah dan tanaman. Faktor retensi P dipengaruhi oleh adanya adsorpsi oleh oksida atau hidrus oksida Al atau Fe dan kadar liat. Tanah pada lahan bekas tambang mempunyai kandungan liat lebih tinggi (37,81%) dibanding dengan tanah di polybag (23,65%). Dengan kadar liat yang semakin tinggi, daya retensi P semakin besar.

Menurut Leiwakabessy (1988) fosfat dalam jumlah yang cukup akan memperbesar pertumbuhan akar. Hasil penelitian mendukung pernyataan Leiwakabessy (1988) bahwa pada tanah-tanah dengan kandungan P tersedia cukup besar (percobaan I) terjadi perkembangan perakaran yang cukup pesat dibanding pada tanaman sengon percobaan II (Tabel 12 dan 16). Tabel 25 menunjukkan bahwa serapan P daun tanaman sengon pada percobaan I lebih besar daripada percobaan II.

Abu terbang berpengaruh nyata terhadap peningkatan ketersediaan basa-basa yang dapat dipertukarkan dalam tanah seperti K, Na, Ca dan Mg. Ketersediaan Kdd, Cadd dan Mgdd pada tanah di dalam polybag percobaan I tanaman sengon tampak lebih rendah daripada tanah lahan bekas tambang pada percobaan II bahkan dibandingkan dengan tanah dalam polybag percobaan I tanaman meranti (Tabel 24). Tanaman sengon pada percobaan I lebih banyak melakukan penyerapan hara K, Ca dan Mg sehingga ketersediaan hara di dalam tanah lebih rendah (Tabel 25). Ketersediaan Ca dalam tanah lebih besar daripada K namun serapan Ca lebih kecil dibanding K karena hara K lebih banyak dibutuhkan oleh tanaman sengon sehingga serapannya lebih besar. Salah satu fungsi hara K adalah sebagai katalisator metabolisme pada proses fotosintesa dan

Dokumen terkait