• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B.   Pengaruh Pemberian Edukasi Berupa Ceramah yang Dilanjutkan

Darah Puasa yang Merupakan Faktor Risiko Stroke pada Populasi Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY

Nilai selisih rerata kadar glukosa darah puasa antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk mengetahui apakah pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal memberikan pengaruh terhadap profil kadar glukosa darah puasa sebagai faktor risiko stroke.

Perubahan profil kadar glukosa darah puasa subjek penelitian pada setiap kelompok dapat berupa penurunan ataupun peningkatan. Nilai selisih rerata pengukuran akhir dan pengukuran awal digunakan untuk melihat apakah perubahan yang terjadi berupa peningkatan atau penurunan profil kadar glukosa darah puasa. Peningkatan ditunjukkan dengan nilai positif, sedangkan penurunan ditunjukkan dengan nilai negatif.

Hasil yang diharapkan adalah kadar glukosa darah puasa mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan nilai selisih rerata negatif pada kelompok perlakuan. Perubahan profil kadar glukosa darah puasa pada kelompok perlakuan dan kontrol ditunjukkan pada tabel X.

Tabel X. Perubahan Profil Kadar Glukosa Darah Puasa pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol 

Kelompok Pengukuran awal Pengukuran akhir Selisih rerata p*

Perlakuan 89,47 ± 13,59 89,57 ± 13,66 +0,1 0,81

Kontrol 87,67 ± 14,92 86,24 ± 12,14 -1,43 0,63

Keterangan:

* uji statistik dengan Wilcoxon

Hasil perhitungan selisih rerata menunjukkan besarnya perubahan profil kadar glukosa darah puasa pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan 0,1 mg/dL, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan 1,43 mg/dL. Hasil selisih rerata kemudian diuji dengan uji statistik Wilcoxon. Digunakan uji statistik Wilcoxon karena uji dilakukan dalam satu kelompok dengan sebaran data tidak terdistribusi normal. Pada uji signifikansi, hasil yang diharapkan adalah nilai p<0,05, artinya terdapat perubahan profil kadar glukosa darah puasa yang berbeda bermakna.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa:

1. Pada kelompok perlakuan nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,81 dimana p>0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada perubahan profil kadar glukosa darah puasa yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelompok perlakuan.

2. Pada kelompok kontrol nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,63 dimana p>0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada perubahan profil kadar glukosa darah puasa yang signifikan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir pada kelompok kontrol.

Hasil ini kemudian dibandingkan dengan hasil selisih rerata. Diharapkan terdapat perubahan yang bermakna dengan nilai selisih rerata negatif antara

pengukuran awal dan akhir untuk profil kadar glukosa darah puasa pada kelompok perlakuan.

Perbandingan perubahan profil kadar glukosa darah puasa antara kelompok perlakuan dan kontrol dari pengukuran awal-pengukuran akhir dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Perubahan profil kadar glukosa darah puasa subjek penelitian

 

Secara deskriptif gambaran persentase jumlah subjek penelitian ditinjau dari kadar glukosa darah puasa pada pengukuran akhir ditunjukkan pada tabel XI.

Tabel XI. Profil Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian dalam Setiap Kelompok pada Pengukuran Akhir 

Batas Kadar Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Σ subjek penelitian Peresentase (%) Σ subjek penelitian Persentase (%) Normal (<100 mg/dL) Hiperglikemia (≥ 100-<126 mg/dL) Indikasi diabetes (≥126 mg/dL) 27 2 1 90 6,67 3,33 26 3 0 89,66 10,34 0 Σ 30 100 29 100 0,1 ‐1,43 ‐1,6 ‐1,4 ‐1,2 ‐1 ‐0,8 ‐0,6 ‐0,4 ‐0,2 0 0,2 Selisih rerata Selisih   rerata   kadar   glukosa   darah   puasa   (mg/dL) Perlakuan Kontrol

Pada pengukuran akhir, jumlah subjek penelitian pada kelompok perlakuan lebih banyak daripada kelompok kontrol karena satu orang subjek penelitian drop out (DO), sehingga jumlah subjek penelitian pada kelompok kontrol menjadi 29 orang. Subjek penelitian paling banyak berada pada rentang kadar glukosa darah puasa normal, baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol, yaitu sebanyak 27 orang (90%) pada kelompok perlakuan dan 26 orang (89,66%) pada kelompok kontrol.

Distribusi persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan kadar glukosa darah pada pengukuran akhir ditunjukkan pada gambar 12.

Gambar 12. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan kadar glukosa darah puasa pada pengukuran akhir

 

Pada pengukuran awal, terdapat satu subjek penelitian yang mengalami diabetes mellitus pada kelompok kontrol, namun subjek penelitian tersebut mengundurkan diri karena merasa takut mengikuti pengambilan darah lagi, sehingga pada pengukuran akhir kelompok kontrol tidak ada subjek penelitian

90 6,67 3,33 89,66 10,34 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Normal (<100  mg/dL) Hiperglikemia  karena IFG (≥100‐ <126 mg/dL) Diabetes mellitus  (≥126 mg/dL) Persentase   jumlah   subjek   penelitian   (%)

Klasifikasi kadar glukosa darah puasa

Perlakuan

1 orang (3,33%) subjek penelitian dari kelompok perlakuan yang didiagnosis diabetes mellitus karena pada pengukuran glukosa darah puasanya 150 mg/dL yaitu lebih tinggi dari rentang hiperglikemia karena IFG yang ditetapkan oleh American Diabetes Association.

Penurunan jumlah subjek penelitian yang mengalami hiperglikemia karena IFG terjadi pada kelompok perlakuan, dimana sebelumnya subjek penelitian yang mengalami hiperglikemia 7 orang pada pengukuran awal menjadi 2 orang pada pengukuran akhir, sedangkan pada kelompok kontrol jumlahnya tetap 3 orang. Persentase perubahan klasifikasi subjek penelitian pada masing-masing kelompok subjek penelitian dapat dilihat pada gambar 13 dan 14.

Pada kelompok perlakuan, pengukuran awal adalah pengukuran sampel darah sebelum subjek penelitian diberi intervensi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal, sedangkan pengukuran akhir adalah pengukuran sampel darah setelah subjek penelitian diberi edukasi secara personal. Pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal.

Dari gambar 13 terlihat bahwa setelah pemberian edukasi pada kelompok perlakuan, persentase jumlah subjek penelitian yang memiliki kadar glukosa darah normal meningkat dari 76,67% menjadi 90% dan persentase jumlah subjek penelitian yang mengalami hiperglikemia menurun dari 23,33% menjadi 6,67%. Dari gambar 14 tampak pada kelompok kontrol yang tidak diberi edukasi, persentase jumlah subjek penelitian pada masing-masing klasifikasi relatif sama atau tidak berubah.

76,67 23,33 0 90 6,67 3,33 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Persentase   jumlah   subjek   penelitian   (%)

Pengukuran awal Pengukuran akhir

86,67 10 3,33 89,66 10,34 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Persentase   jumlah   subjek   penelitian   (%)

Pengukuran awal Pengukuran akhir  

 

 

Gambar 13. Persentase perubahan klasifikasi subjek penelitian kelompok perlakuan pada

pengukuran awal dan akhir

 

 

Gambar 14. Persentase perubahan klasifikasi subjek penelitian kelompok kontrol pada

pengukuran awal dan akhir

Gambaran secara deskriptif berdasarkan klasifikasi kadar glukosa darah puasa diperoleh hasil sesuai dengan teori dimana intervensi berupa edukasi tentang faktor-faktor risiko stroke khususnya kadar glukosa darah puasa memberikan pengaruh berupa penurunan jumlah subjek penelitian yang mengalami hiperglikemia karena IFG, dan peningkatan junlah subjek penelitian dengan kadar glukosa darah puasa normal pada kelompok perlakuan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2009) dengan judul Pengaruh Pemberian Edukasi untuk Mencegah Stroke Terhadap Perubahan Perilaku Populasi Lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan, dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Yogyakarta  dimana edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan eduksi secara personal pada kelompok perlakuan dalam penelitian ini memberikan pengaruh berupa peningkatan pengetahuan yang menyebabkan perubahan sikap dan tindakan subjek penelitian

menjadi lebih baik sehingga pada kelompok perlakuan terjadi pergeseran jumlah subjek penelitian yang mengalami hiperglikemia menjadi normal.

C. Pengaruh Pemberian Edukasi Berupa Ceramah yang Dilanjutkan dengan Edukasi secara Personal pada Kelompok Perlakuan dibandingkan dengan Kelompok Kontrol pada Pengukuran Akhir

Pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal tentang faktor risiko stroke dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai signifikansi kadar glukosa darah puasa kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada pengukuran awal dan akhir dan dari nilai signifikansi selisih pengukuran awal dan akhir.

Karakteristik awal menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol sehingga diharapkan pada jika terjadi perubahan profil kadar glukosa darah puasa adalah akibat intervensi yang diberikan pada kelompok perlakuan.

Tabel XII. Karakteristik Akhir Subjek Penelitian secara Keseluruhan terkait Faktor-Faktor Risiko Stroke

Variabel Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol P

N % n % Tekanan darah Sistol Diastol 30 159,17 ± 33,53 85,80 ± 16,94 30 146,17 ± 28,57 78,00 ± 13,24 0,13* 0,09** Kolesterol total 30 213,63 ± 34,78 29 222,79 ± 57,47 0,47* HDL 30 51,47 ± 10,57 29 51,59 ± 11,01 0,79** LDL 30 139,73 ± 28,44 27 138,90 ± 35,22 0,92* Trigliserida 30 112,17 ± 53,59 29 139,86 ± 145,53 0,99** Asam urat Laki-laki Perempuan 12 18 5,86 ± 1,38 5,19 ± 1,10 7 22 6,13 ± 1,63 5,20 ± 1,54 0,72* 0,98*

Glukosa darah puasa 30 89,57 ± 13,66 29 86,24 ± 12,14 0,33**

Keterangan:

* uji statistik Two Sample Independent T-test ** uji statistik Mann Whitney

Pada pengukuran akhir diharapkan ada perbedaan karakteristik antara kelompok perlakuan dan kontrol yang ditunjukkan dengan nilai p<0,05. Tabel XII menunjukkan karakteristik akhir subjek penelitian pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Setiap variabel memiliki nilai signifikansi (p)>0,05, artinya semua karakteristik akhir kelompok perlakuan dan kontrol termasuk kadar glukosa darah puasa berbeda tetapi tidak bermakna.

Hasil uji statistik antara kelompok perlakuan dan kontrol pada pengukuran awal dan akhir kadar glukosa darah puasa dapat dilihat pada tabel XIII. Hasil uji statistik kadar glukosa darah puasa pada masing-masing pengukuran dibandingkan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir. Pada pengukuran awal kedua kelompok penelitian diketahui memiliki karakteristik yang sama. Pada pengukuran akhir diharapkan terjadi penurunan kadar glukosa darah puasa sebagai faktor risiko stroke pada kelompok perlakuan yang diberi intervensi, namun hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada perubahan karakteristik antara kelompok perlakuan dan kontrol. Kesamaan karakteristik antara pengukuran awal dan pengukuran akhir ini menunjukkan bahwa edukasi tentang faktor risiko stroke tidak memberikan pengaruh pada subjek penelitian.

Tabel XIII. Signifikansi Profil Kadar Glukosa Darah Puasa Kelompok Perlakuan dan Kontrol pada Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir

Kelompok p pengukuran awal p pengukuran akhir p selisih pengukuran awal-akhir Perlakuan-Kontrol 0,52* 0,33* 0,611** Keterangan:

* uji statistik Two Sample Independent T-test ** uji statistik Mann Whitney

Uji statistik pada dua kelompok yang berbeda, digunakan uji statistik Two Sample Independent T-test apabila data terdistribusi normal dan digunakan uji statistik Mann Whitney apabila data tidak terdistribusi normal. Hasil uji statistik yang disajikan dalam tabel XIII bahwa selisih pengukuran awal dan akhir menunjukkan nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan intervensi berupa edukasi yang diberikan pada kelompok perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah puasa sebagai faktor risiko stroke. Hasil ini tidak sesuai hipotesis penelitian dimana dengan adanya edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal selama dua bulan diharapkan terjadi perubahan yang bermakna berupa penurunan kadar glukosa darah puasa pada pengukuran akhir.

Berdasarkan uji statistik, edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal tidak memberikan pengaruh terhadap pengukuran akhir kelompok perlakuan, namun dari sisi klasifikasi jumlah subjek penelitian yang mengalami hiperglikemia pada kelompok ini mengalami penurunan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan edukasi yang diberikan memberikan pengaruh berupa pergeseran klasifikasi subjek penelitian yang mengalami hiperglikemia menjadi normal meskipun tidak signifikan secara statistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian edukasi dengan metode ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal tidak dapat mempertahankan atau menurunkan kadar glukosa darah puasa yang merupakan salah satu faktor risiko stroke secara signifikan berada dalam rentang nilai normal

pada populasi lansia di Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Buah Apel, Dusun keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, DIY.

Hasil penelitian yang tidak sesuai dengan hipotesis ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor di luar penelitian yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti, misalnya bahasa pengantar yang digunakan, waktu pemberian edukasi dan lamanya pemberian edukasi, kondisi kesehatan, keadaan psikis (stress), daya ingat subjek penelitian terhadap materi edukasi yang diberikan, dan keadaan lingkungan.

Penelitian lain terkait pemberian edukasi terhadap profil kadar glukosa darah dilakukan oleh Anggraini (2008) dengan judul Pengaruh Pemberian Edukasi tentang Sindrom Metabolik terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta (Kajian Kadar Gula Darah Puasa). Edukasi pada penelitian tersebut dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang sindrom metabolik khususnya kadar gula darah puasa melalui media leaflet. Pada penelitian tersebut dilakukan kunjungan secara personal selama tiga bulan. Uji hipotesis pada penelitian tersebut memberikan hasil bahwa nilai selisih rerata kadar gula darah puasa antara kelompok perlakuan dan kontrol berbeda tetapi tidak bermakna.

Proses edukasi menurut Notoatmodjo (2003) terdiri dari tiga bagian yaitu masukan, proses belajar, dan keluaran. Masukan dalam penelitian ini adalah subjek penelitian sebagai sasaran belajar. Proses belajar dalam penelitian ini adalah mekanisme terjadinya perubahan pola hidup subjek penelitian terkait faktor

risiko stroke, khususnya kadar glukosa darah puasa. Keluaran dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang berupa penurunan kadar glukosa darah puasa.

Proses belajar dapat dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain usia, bahasa pengantar yang digunakan, waktu pemberian edukasi dan lamanya pemberian edukasi, kondisi kesehatan, keadaan psikis (stress), daya ingat subjek penelitian terhadap materi edukasi yang diberikan, dan keadaan lingkungan. Seiring bertambahnya usia seseorang, maka fungsi organ juga akan menurun. Penurunan fungsi organ terutama organ penglihatan dan pendengaran pada orang lanjut usia dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menerima dan menyimpan informasi yang diberikan oleh peneliti. Edukasi yang diberikan tidak dapat mengubah pola pikir yang kemudian akan mengubah perilaku dan gaya hidup subjek penelitian menjadi lebih baik.

Subjek penelitian hanya dapat berkomunikasi dengan bahasa Jawa Krama Inggil dan sebagian besar adalah perempuan dengan tingkat pendidikan rendah. Hal ini dapat mempengaruhi proses penyampaian informasi dari peneliti kepada subjek penelitian menjadi tidak maksimal. Waktu pemberian edukasi yang kurang panjang dan waktu pemberian edukasi dilakukan sore hari, dimana subjek penelitian sudah lelah setelah bekerja saat pemberian edukasi. Fisik yang lelah dapat menyebabkan seseorang sulit berkonsentrasi sehingga dapat mempengaruhi kemampuan menerima dan mengingat informasi yang disampaikan oleh peneliti. Demikian juga jika subjek penelitian sedang dalam kondisi sakit.

Kondisi lingkungan mempengaruhi proses penyampaian dan penerimaan informasi saat dilakukan edukasi. Kondisi lingkungan yang nyaman dapat

membantu subjek penelitian untuk berkonsentrasi menerima informasi yang diberikan dan selanjutnya akan menentukan keberhasilan proses belajar. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif ketika pemberian edukasi dapat menyebabkan subjek penelitian sulit berkonsentrasi dan menerima informasi dengan baik.

Dokumen terkait