1. Sampel serum darah yang ditampung pada eppendorf disimpan pada boks
6.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)
atau Purwoceng (Pimpinella alpina Molk)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol yang
diberikan placebo (P0), memiliki rerata kadar Testosteron sebesar 2,787 ± 0,314
ng/mL, pada kelompok perlakuan 1 (P1) adalah 3,666 ± 0,493 ng/mL, dan pada
kelompok perlakuan 2 (P2) adalah 3,569 ± 0,606 ng/mL. Hal ini menunjukkan
bahwa dua kelompok, P0 dibanding P1 dan P0 dibanding P2 setelah diberikan
perlakuan selama 14 hari memiliki rerata kadar Testosteron yang berbeda sangat
bermakna (p<0,01). Sementara P1 dibanding P2 berbeda tidak bermakna (P>0,05)
Studi telah memberikan bukti yang mendukung hasil penelitian ini bahwa
senyawa tertentu yang terkandung dalam akar pasak bumi dapat meningkatkan
kadar Testosteron pada tikus (Zanoli et al., 2009; Low et al., 2013). Penelitian
lain juga mendukung bahwa akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) dapat
meningkatkan kadar testosteron total (George dan Henkel, 2013; Novianti, 2015),
memperbaiki spermatogenesis tikus yang dipapar estrogen (Wahab et al., 2010)
dan meningkatkan konsentrasi, motilitas, morfologi, dan mitochondrial membrane
potential dari sperma (Solomon et al., 2013). Akar Pasak bumi berpengaruh terhadap fertilitas jantan dengan cara meningkatkan jumlah sel sperma, sel Sertoli
meningkatkan kemampuan seks (Ang dan Ngai, 2001;Ang dan Lee, 2002a; Ang
dan Lee,2002b; Ang et al., 2000, 2003a, 2003b).
Beberapa mekanisme aksi telah diusulkan mengenai peningkatan kadar
Testosteron setelah pemberian suplementasi akar Pasak Bumi. Model yang paling
awal diajukan adalah akar Pasak Bumi ditemukan dapat meningkatkan kadar
cAMP (Small et al., 2000). Peningkatan cAMP meningkatkan pemanfaatan
glukosa dan mungkin memiliki keterlibatan yang signifikan terhadap
meningkatnya penggunaan energi. Dalam sebuah penelitian yang lebih baru,
ekstrak akar Pasak Bumi menginduksi sintesis Testosteron dan meningkatkan
kadar LH dan FSH plasma serta mengurangi kadar estrogen dalam plasma (Low
et al., 2013). Temuan ini memberikan bukti bahwa pengobatan dengan ekstrak akar Pasak Bumi berpotensi down-regulation pada oestrogen-mediated feedback
terhadap sekresi LH dan FSH pada hypothalamic-pituitary-gonadal axis (Prakash,
2007). Penelitian yang sama menunjukkan bahwa peningkatan produksi
testosteron oleh sel Leydig adalah salah satu mekanisme kerja, karena
eurycomanone dapat menghambat fosfodiesterase dan aromatase (Low et al.,
2013).
Pasak Bumi memiliki efek dan kemampuannya untuk meningkatkan kadar
hormon Testosteron pada dosis tertentu (Tambi,2012). Pemberian Pasak Bumi
pada pria dengan infertilitas idiopatik mampu meningkatkan konsentrasi sperma,
motilitas sperma dan morfologi sperma (Chan,2009). Sebelumnya telah dilakukan
penelitian pada hewan coba dimana pemberian ekstrak air akar Pasak Bumi pada
Testosteron dan pemberian ekstrak akar Pasak Bumi 200 mg/kgbb selama 49 hari
mampu meningkatkan kadar hormon Testosteron (Hayati, 2012 ).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
menggunakan ekstrak akar Pasak Bumi dosis 600 mg/kgbb selama 14 hari
menunjukkan adanya peningkatan kadar hormon Testosteron total darah pada
kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak akar Pasak Bumi secara oral
(p<0.05). Beradasarkan hasil penelitian ini didapatkan peningkatan kadar
Testosteron pada kelompok perlakuan dari rerata 2,50±0,02 ng/ml menjadi
2,99±0,04 ng/ml setelah 14 hari perlakuan (Novianti, 2015).
Ekstrak akar Pasak Bumi dapat dianggap sebagai testosterone maintainer
atau restorer. (Talbott et al., 2013; Henkel et al., 2013; Low et al., 2013). Pada
tikus betina yang mengalami irregular oestrous cycle dan polycystic ovarian
syndrome (PCOS), pengobatan menggunakan ekstrak Pasak Bumi kaya akan kuasinoid dapat menurunkan penyakit sistem reproduksi (Abdulghani et al.,
2012).
Belakangan ini, sebuah percobaan pemberian Pasak Bumi selama 12
minggu terhadap pria sehat tanpa masalah seksual dan fungsi ereksi dengan
menggunakan ekstrak Pasak Bumi bermerk Physta®, mendapati bahwa terdapat
peningkatan libido secara signifikan disertai peningkatan kepuasan seksual dan
fungsi ereksi (Ismail et al., 2012). Pada studi lain yang dilakukan dengan
menggunkan Physta® terhadap 26 pria dengan disfungsi ereksi ringan secara
random selama 12 minggu, menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang
Health Inventory for Males dan Ageing Male Symptom Score (Udani et al., 2011)
Pasak Bumi dapat meningkatkan kadar testosteron kemudian menurunkan
kadar high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL) dan
kolesterol total (Monroe dan Dobs, 2013). Selain itu juga memiliki efek
antihiperglikemik, namun pada subjek normoglikemik efek ini tidak terlihat,
sehingga lebih tepat disimpulkan bahwa tanaman ini menormalisasi kadar gula
darah daripada menurunkannya, seperti yang terjadi pada efek restorasi kada
Testosteron (Talbott et al., 2013).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada kelompok yang
diberikan ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) terjadi peningkatan kadar
testosterone yang sangat signifikan (p<0,01). Ekstrak Purwoceng mengandung
beberapa senyawa yang dapat menjadi triger atau pemacu meningkatnya hormon
Testosteron. Kandungan senyawa bioaktif dari golongan steroid menjadi susbtrat
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang melaporkan bahwa ekstrak akar Purwoceng sebanyak 50 mg mampu meningkatkan kadar hormon LH (Luteinizing hormone) dan testosteron dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian ekstrak) pada tikus Sprague Dawley.
Beberapa peneliti telah menguji efek penggunaan akar Purwoceng pada
tikus. Salah satu teknik yang digunakan adalah dengan mengebiri tikus jantan dan
menyuntiknya dengan ekstrak akar Purwoceng dalam minyak zaitun (dosis 20-40
mg). Efek yang teramati adalah adanya peningkatan kelenjar prostat dan kelenjar
seminalis secara nyata dibandingkan dengan kontrol. Fakta tersebut memberi
petunjuk adanya aktivitas androgenik dari ekstrak akar purwoceng.
Hasil analisis lanjutan dengan menggunakan Least Significance Difference (LSD) test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar Testosteron antara kelompok P1 yang diberikan ekstrak akar Pasak Bumi
(Eurycoma longifolia) dan kelompok P2 yang diberikan ekstrak Purwoceng
(Pimpinella alpina Molk) (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas kedua
bahan alami ini adalah sama. Hasil ini didukung penelitian sebelumnya yang
menunjukkan pemberian ekstrak akar Purwoceng yang diberikan pada tikus Spraque
Dawley meningkatkan derajat spermatogenesis dalam testis, jumlah maupun motilitas spermatozoa dibandingkan dengan plasebo namun cenderung tidak berbeda dengan perlakuan pasak bumi (Juniarto, 2004). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Taufiqqurrachman (1999), yang membandingkan efek pemberian Purwoceng dengan efek bahan obat alami lain yang berkhasiat serupa, yaitu Pasak Bumi menunjukkan bahwa pada dosis 25 mg, Pasak Bumi mempunyai efek peningkatan kadar LH yang lebih tinggi dibandingkan dengan Purwoceng, namun sebaliknya jika dosis
ditingkatkan menjadi 50 mg. Pada dosis 50 mg, Purwoceng memberikan efek peningkatan kadar Testosteron yang lebih tinggi dibandingkan dengan Pasak Bumi
(p>0,05) (Taufiqqurrachman, 1999). Jadi pada penelitian yang dilakukan oleh
Taufiqqurrachman pada dosis 50 mg antara pemberian ekstrak Pasak Bumi dan Purwoceng tidak berbeda bermakna.
Hasil analisis Laboratorium Fakultas Teknologi Pangan UNUD 2015 menunjukkan ekstrak Pasak Bumi mengandung β Sitosterol 5,77% (Novianti, 2015). Sementara pada Purwoceng didapati kandungan Stigmasterol, suatu steroid saponin dengan gugus OH terikat pada atom karbon ke 3 yang menghasilkan ikatan oligosakarida (Suzery, 2004).
Baik β Sitosterol maupun Stigmasterol adalah termasuk golongan Phytosterol yang keduanya mempunyai struktur kimia serupa dengan sterol hewan (Yuliani, 2005). Karena kesamaan gugus sterol baik pada β Sitosterol yang terkandung dalam Pasak Bumi dan Stigmasterol yang terkandung dalam Purwoceng inilah yang menjelaskan bahwa khasiat ekstrak Pasak Bumi dan ekstrak Purwoceng tidak
berbeda bermakna (p>0,05). Pembahasan tersebut diatas menjelaskan bahwa
hipotesis ke 3 penelitian ini tidak terbukti.
Ekstrak Pasak Bumi meningkatkan kadar Testosteron total (George dan Henkel, 2013), meningkarkan mitochondrial membrane potensial (Solomon, 2013), induksi sintesis testosteron, LH dan FSH (Low, 2013). Ekstrak Pasak Bumi juga mampu mengaromatisasi androgen (Balasch, 2003), dan mengkonversi Testosteron menjadi DHT (Vanderschueren, 2004).
Teori yang paling awal diusulkan terkait mekanisme peningkatan Testosteron oleh ekstrak Pasak Bumi adalah dengan peningkatan cAMP (Small, 2000). Ekstrak
Pasak Bumi juga berfungsi sebagai anti oksidan (Varghese, 2013), dan meningkatkan tonus otot Quadriceps (Sarina, 2009).
Ekstrak Purwoceng mengandung komponen androgenik yang tak kalah dengan ginseng Korea (Usmiati dan Yuliani, 2010), berumur pendek (Pulungan, 2008). Setiap tanaman Purwoceng dapat menghasilkan 2.260 biji ( Rahardjo. 2005) dan umur panen optimal Purwoceng adalah 1 tahun (Darwati dan Roostika, 2006).
Hasil analisis kandungan Phytotestosteron dari ekstrak etanol akar Pasak Bumi adalah 12,17% dengan metode HPLC. Sementara hasil ekstrak etanol akar Purwoceng 10,60% dengan metode HPLC.
Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok yang diberikan Pasak Bumi (P1) memiliki kadar Testosteron yang lebih tinggi dibandingkan pada kelompok
yang diberikan Purwoceng (P2) yaitu 3,666 ± 0,493 ng/mL berbanding 3,569 ±
0,606 ng/mL, tetapi tidak berbeda bermakna (p>0,05).
Prosentase Phytotestosteron pada ekstrak etanol akar Purwoceng lebih rendah 14,81% (12,17% /10,60%) dibanding ekstrak etanol akar Pasak Bumi, namun pengaruh pemberian kedua ekstrak ini tidak berbeda bermakna (p>0,05).
Dengan pembahasan tersebut diatas, Disimpulkan bahwa ekstrak akar Purwoceng memiliki potensi yang lebih besar dibanding ekstrak akar Pasak Bumi, karena dapat dibudidayakan dengan lebih cepat, dapat dipanen pada umur yang pendek (1 tahun), dan dengan prosentase kadar Phytotestosteron yang lebih rendah
dibanding ekstrak akar Pasak Bumi, namun memiliki khasiat meningkatkan kadar
Testosteron yang tidak berbeda bermakna dibanding ekstrak akar Pasak Bumi
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak akar
Purwoceng 200mg/200gr memiliki tingkat efektifitas yang sama dalam
meningkatkan kadar Testosteron tikus Wistar jantan tua dibanding pemberian
ekstrak akar Pasak Bumi 200mg/200gr.
LD 50 pemberian ekstrak Pasak bumi relatif tidak berbahaya dan tidak ada
pengaruh terhadap organ tikus ( Hayati, 2012 ). Namun untuk LD 50 pemberian
ekstrak Purwoceng belum dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya,
sehingga diperlukan penelitian LD 50 ekstrak Purwoceng pada tikus Wistar jantan
tua.
Perlu dilakukan uji klinik pada manusia untuk membuktikan bahwa
pemberian ekstrak akar Purwoceng memiliki efektifitas yang sama dengan
89
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1 Pemberian ekstrak akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) dapat meningkatkan
kadar hormon Testosteron pada tikus wistar jantan tua (p<0,01).
2 Pemberian ekstrak akar Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dapat
meningkatkan kadar hormon Testosteron pada tikus Wistar jantan tua
(p<0,01).
3 Pemberian ekstrak akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) tidak berbeda
bermakna dalam meningkatkan kadar hormon Testosteron dibandingkan
pemberian ekstrak akar Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) pada tikus
Wistar jantan tua (p>0,05).
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah.
1. Perlu melakukan penelitian lebih LD 50 pemberian ekstrak akar Purwoceng
pada tikus Wistar jantan tua.