• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

11. Pengaruh penagihan pajak (X 10 ) terhadap kepatuhan wajib pajak (Y)

lingkungan berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Berpengaruh positif menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kesadaran lingkungan mengenai perpajakan sebesar 1, maka akan semakin meningkat pula tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 16,7. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya kesadaran lingkungan mengenai perpajakan sebesar 1, maka akan semakin menurun pula tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 16,7.

Penelitian Jotopurnomo dan Mangoting (2013) menyimpulkan bahwa lingkungan Wajib Pajak berada terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,02 lebih kecil dari 0,05, maka disimpulkan bahwa lingkungan Wajib Pajak berada berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

10. Pengaruh besaran pajak yang harus dibayar (X9) terhadap kepatuhan wajib pajak (Y)

Berdasarkan nilai koefisien regresi positif sebesar 12,4 dan nilai signifikan sebesar 0,001 yang lebih kecil dari (<) α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel besaran pajak yang harus dibayar berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak. Berpengaruh positif menunjukkan bahwa semakin meningkatnya besaran pajak yang harus dibayar sebesar 1, maka akan semakin meningkat pula tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 12,4. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya besaran pajak yang harus dibayar sebesar 1, maka akan semakin menurun pula tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 12,4.

112

Berdasarkan nilai koefisien regresi positif sebesar 36,5 dan nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari (<) α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel penagihan pajak berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak. Berpengaruh positif menunjukkan bahwa semakin intensif proses penagihan pajak sebesar 1, maka akan semakin meningkat pula tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 36,5. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya proses penagihan pajak sebesar 1, maka akan semakin menurun tingkat kepatuhan wajib pajaksebesar 36,5.

5.5.4 Uji Residual

Hasil persamaan residual dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut:

Tabel 5.13 Hasil Uji Residual

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .355 .118 3.023 .003

Kepatuhan Wajib Pajak -.060 .028 -.216 -2.191 .031 a. Dependent Variable: AbRes

Hasil pengujian persamaan uji residual dapat dilihat pada tabel 5.13 maka model uji residual dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

|e| = 35,5 – 0,06 _Y

Berdasarkan hasil uji residual yang dilakukan diketahui bahwa tingkat signifikansi Y sebesar 0,031 lebih kecil (<) dari α = 0,05 dan koefisien regresi yang bernilai -0,06 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sanksi merupakan

113 variabel moderating yang dapat memperkuat hubungan antara pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan, kemauan membayar pajak, pelayanan perpajakan, kesadaran, kondisi keuangan wajib pajak, pemeriksaan pajak, sosialisasi perpajakan, lingkungan wajib pajak, besaran pajak yang harus dibayar, dan penagihan pajak secara simultan maupun parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Medan Kota.

Data Ditjen Pajak menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi per 10 September 2015, untuk tahun pajak 2015 baru 56,36%. Angka tersebut diperoleh dari jumlah pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) wajib pajak orang pribadi dibandingkan dengan jumlah orang pribadi yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan tingkat kepatuhan tahun pajak 2014 yang mencapai 59,88%.

Menurut Elisyah (2014), sanksi merupakan hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan. Sanksi pajak adalah suatu tindakan yang diberikan kepada wajib pajak ataupun pejabat karena melakukan pelanggaran baik secara sengaja maupun tidak. Sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2009), merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Ada 2 (dua) jenis sanksi pajak yang dikenakan kepada wajib pajak, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya berupa bunga dan kenaikan. Sanksi pidana

114 merupakan siksaan atau penderitaan dan merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi menurut Mardiasmo (2009).

Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2009 pasal 174, sanksi pidana dapat dikenakan pada wajib pajak dengan ketentuan sebagai berikut: 1)Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar; 2)Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pengenaan sanksi perpajakan oleh wajib pajak dapat menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri.

Penelitian Siringoringo (2015) memberikan bukti empiris bahwa sanksi perpajakan mampu memoderasi hubungan Goodgovernance dan Whistleblowing

System dengan kepatuhan wajib pajak badan. Hasil pengujian variabel sanksi

terhadap kepatuhan yang dilakukan oleh Ananda (2015) menunjukkan bahwa sanksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan. Positif dilihat dari nilai koefisien regresi 0,290 dan nilai signifikan 0,011 lebih kecil dari alpha 0,05.

115 Pengaruh positif menunjukkan bahwa sanksi searah dengan kepatuhan, dimana semakin meningkat sanksi maka akan semakin meningkat kepatuhan. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya sanksi maka semakin menurun kepatuhan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Elisyah (2014) yang menyatakan bahwa sanksi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kota Padangsidimpuan dan sejalan dengan penelitian Arum (2012) yang menyatakan sanksi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sanksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan. Hal ini dikarenakan meningkatnya sanksi pajak yang diberikan Dinas Pendapatan Kota Medan dapat memberikan tingkat kesadaran yang lebih bagi wajib pajak yang mana dalam hal ini Dinas Pendapatan mengelola pajak bumi dan bangunan untuk percepatan pembangunan Kota Medan.

Hal ini bertentangan dengan penelitian Kusuma (2015) yang menyimpulkan bahwa pemahaman Wajib Pajak atas PP No. 46 tahun 2013 berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Pengusaha sedangkan sanksi perpajakan tidak berpengaruh dan tidak dapat memoderasi hubungan antara pemahaman Wajib Pajak atas PP No. 46 tahun 2013 dan kepatuhan Wajib Pajak Pengusaha.

Hasannudin (2015) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB dengan variabel moderating sikap Wajib Pajak atas sanksi denda (studi empiris pada Wajib Pajak orang pribadi di Kota Tidore Kepulauan) disimpulkan bahwa pelaksanaan sanksi

116

denda tidak mampu memoderasi hubungan antara kesadaran, motivasi, tingkat Ekonomi terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB

BAB VI

Dokumen terkait