• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan Stakeholders Tingat Desa terhadap Pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

( pengetahua n sikap tindakan

5.1 Pengaruh Pengetahuan Stakeholders Tingat Desa terhadap Pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pengetahuan terhadap pengembangan desa siaga aktif di Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden dalam kategori baik sebesar 64,6%, selebihnya dalam kategori kurang 35,6%. Hasil Uji Chi square didapatkan p=0,027 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pengembangan desa siaga aktif. Stakeholders yang mengalami pengembangan desa siaga aktif dengan berpengetahuan baik sebesar 50,5% dan sebesar 31,4% berpengetahuan kurang baik, sedangkan yang tidak mengalami pengembangan desa siaga aktif yang berpengetahuan baik sebesar 49,5% dan berpengetahuan kurang baik sebesar 68,6%. Uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan variabel pengetahuan menunjukkan ada pengaruh pengetahuan terhadap pengembangan desa siaga aktif dengan nilai p=0,028 < 0,05.

Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa tingginya pengetahuan akan meningkatkan pengembangan desa siaga aktif, sebaliknya jika pengetahuan kurang maka pengembangan desa siaga aktif menjadi rendah. Maka

desa siaga aktif sebesar 3 kali lebih besar dibandingkan dengan stakeholder yang berpengetahuan kurang baik terhadap pengembangan desa siaga aktif.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), yang salah satu tindakannya untuk pengembangan desa siaga aktif. Pengetahuan yang dimiliki merupakan hal yang terpenting dalam pengambilan keputusan untuk menerima suatu informasi.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pengetahuan stakeholders

tingkat desa tentang pengembangan desa siaga aktif yaitu responden lebih banyak tahu tentang penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan dampak dari desa siaga aktif sebesar 62,5%, sedangkan stakeholders kurang tahu tentang kemampuan untuk menggalang dana dari sektor swasta untuk pengembangan desa siaga aktif sebesar 61,8%.

Sasaran pembangunan kesehatan yang disebut sebagai Indonesia sehat tahun 2010 paralel dengan sasaran MDGs dengan sejumlah kebijakan khususnya yang harus terukur dan bisa dicapai tahun 2015 diantaranya adalah pengurangan angka kematian anak sampai dua per tiga angka kematian anak dibawah 5 tahun dan peningkatan angka kesehatan ibu dengan target mengurangi sampai tiga per empat rasio perempuan yang meninggal karena melahirkan pada tahun 2015.

Menurut hasil penelitian Marhami (2011) di Kabupaten Aceh Besar menyatakan bahwa penanggung jawab desa siaga menyebutkan bahwa pengelola dana desa siaga mempunyai pengetahuan yang cukup dalam mengelola dana desa siaga (87,7%), demikian juga halnya dengan pendapat bendahara, tokoh masyarakat,

kader dan bidan desa yang menyebutkan bahwa pengelola dana desa siaga mempunyai pengetahuan yang cukup dalam mengelola dana desa siaga.

Menurut Suriasumantri (2009) pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung ataupun tidak langsung turut memperkaya kehidupan manusia.

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dalam kepercayaan, takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru. Sangat tidak penting untuk diketahui bahwa pengetahuan berbeda dengan buah pikiran karena tidak semua buah pikiran merupakan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui kenyataan dengan melihat dan mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi, juga diperoleh sebagai akibat pengaruh dari hubungan dengan orang tua, kakak adik, tetangga, kawan sekolah dan lain-lain (Soekanto, 2007). Pengetahuan adalah faktor predisposisi karena dapat mempermudah seseorang untuk terjadinya perubahan perilaku dalam mengatasi masalah kesehatannya. Seseorang berperilaku karena adanya alasan dalam bentuk pemikiran dan perasaan yatu pengetahuan (Notoadmodjo, 2007).

Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2005) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengideraan melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman dari diri sendiri maupun oranglain, media massa maupun lingkungan.

Penelitian Kurniawan (2007) tentang analisis keberhasilan proses program desa siaga di di Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga menyatakan bahwa salah satu hambatan yang dihadapi adalah frekuensi pertemuan musyawarah kesehatan desa yang kurang karena masyarakat memiliki kesibukan tersendiri, sehingga sukar diajak pertemuan musyawarah kesehatan desa.

Hasil wawancara mendalam dengan 5 orang stakeholders tingkat desa yang berkaitan dengan pengetahuan tentang pengembangan desa siaga aktif adalah :

“...pengembangan desa siaga aktif itu mungkin merupakan desa yang siap siaga dalam segala hal, sekarang ini kan banyak penyakit yang aneh-aneh, jadi sebaiknya kita jaga-jaga...”

(Tokoh Masyarakat, 48 tahun)

“...pengembangan desa siaga itu sangat penting, terutama untuk ibu-ibu yang mau melahirkan, juga anak kecil. Sekarang ini banyak kali ibu-ibu asal melahirkan operasi besar. Kadang dana keluarga belum tentu ada. Jadi kalau bisa desa kita ini menjadi desa siaga, pasti banyak keuntungannya. Cuma masalahnya masyarakat sekarang jiwa tolong menolong udah kurang, maka rencana ini tidak dapat berjalan dengan baik...”

(Kepala Desa, 52 tahun)

“...memang benar yang disampaikan oleh petugas puskesmas yang sering datang ke posyandu, desa siaga itu bagus untuk mengurangi jumlah ibu-ibu dan anak-anak yang mati, tapi kami tetap disuruh keliling keliling untuk nyari ibu hamil yang beresiko dan anak-anak yang gizi kurang atau buruk, Cuma kalau perhatian dari bapak Kades kurang untuk kami....lama-lama kamipun malas...”

(Ketua Kader Posyandu. 43 tahun)

“...desa siaga itu sangat baik untuk desa kita, kan harus ada kumpul-kumpul antar lintas sektoral untuk membahas apa-apa yang bermasalah di desa kita, tapi kenyataannya udah disebar kepala desa undangan untuk hadir

musyawarah, jarang ada yang datang. Katanya sibuk dengan urusan masing-masing, jadi gimana mau kita cari solusinya...”

(Ketua PKK Desa, 42 tahun)

“...memang masalah dana ini yang paling berpengaruh. Dana dari ADD pun terbatas, soalnya sudah diatur kemana saja dana ADD itu disalurkan. Kami pernah juga menjumpai humasnya perusahaan yang ada di sekitar kita ini, maksudnya minta bantuan. Tetapi pihak perusahaan menyatakan dana merekapun terbatas, karena organisasi kepemudaan selalu minta jatah setiap bulan...”

(Ketua LKMD, 54 tahun)

Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa secara pengetahuan para

stakeholders mayoritas memahami tujuan dan manfaat pengembangan desa siaga aktif, tetapi dalam proses pengembangan desa menjadi desa siaga yang aktif menemui banyak kendala terutama yang berkaitan dengan menghadirkan warga untuk ikut serta membahas persoalan desa serta masalah keterbatasan dana untuk kelestarian kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan desa siaga aktif.

5.2 Pengaruh Sikap Stakeholders Tingat Desa terhadap Pengembangan Desa

Dokumen terkait