• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perputaran Persediaan dan Rasio Hutang (leverage) Terhadap Perubahan Laba Pada PT Aqua Golden Missisippi Tbk

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.4 Pengaruh Perputaran Persediaan dan Rasio Hutang (leverage) Terhadap Perubahan Laba Pada PT Aqua Golden Missisippi Tbk

Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan dan rasio hutang terhadap

perubahan laba PT Aqua Golden Missisippi Tbk, dilakukan perhitungan terhadap

variabel-variabel perputaran persediaan dan rasio hutang terhadap perubahan laba.

Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel

yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan

diberikan pembahasan. Penyajian dalam penelitian ini terdapat data-data yang

menggunakan berupa tabel, grafik garis. Pembahasan hasil penelitian merupakan

penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah

disajikan.

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan diatas adalah sebagai berikut :

1. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik yang

merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan sebelum

dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Pengujian asumsi klasik meliputi :

a) Uji Asumsi Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai

distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi

yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan

95

Berdasarkan pengujian asumsi normalitas yang dilakukan terhadap perputaran persediaan, rasio hutang dan perubahan laba, maka diperoleh perhitungan dengan

SPSS 18 for windows yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.4

Hasil Pengujian Asumsi Normalitas

Coefficientsa

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Perubahan laba (Y) ,231 7 ,200* ,932 7 ,572

Perputaran persediaan (X1) ,184 7 ,200* ,914 7 ,421

Debt to equity ratio (X2) ,252 7 ,199 ,884 7 -,244

a.Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi > 0,05 maka data

berdistribusi normal, dan jika signikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi

normal.

Berdasarkan dari hasil data di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Data pada variabel perputaran persediaan (X1) memiliki nilai signifikansi

0,200 dikarenakan signifikansi > 0,05 sehingga data dinyatakan

berdistribusi normal.

2. Data pada variabel debt to equity ratio (X2) memiliki nilai signifikansi

0,199 dikarenakan signifikansi > 0,05 sehingga data dinyatakan

berdistribusi normal.

3. Data pada variabel perubahan laba (Y) memiliki nilai signifikansi 0,200

dikarenakan signifikansi > 0,05 sehingga data dinyatakan berdistribusi

96

Sedangkan pengujian normal probability dapat dilihat pada hasil output

regresi sebagai berikut :

Gambar 4.5

Hasil Pengujian Asumsi Normalitas

Kreteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah

diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Berdasarkan hasil data di atas maka dapat diartikan bahwa model asumsi

normalitas ini benar-benar telah terpenuhi dikarenakan dari nilai masing-masing

variabel > 0,05 dan hasil output pengujian normal probability regresi pun

97

ternyata menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Uji Asumsi Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Berdasarkan pengujian asumsi multikolinieritas

yang dilakukan terhadap perputaran persediaan dan rasio hutang, maka diperoleh

perhitungan dengan SPSS 18 for windows yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 92751,016 90590,866 1.024 ,364

Perputaran persediaan (X1)

83,067 310,197 ,132 ,268 ,802 ,987 1,014

Debt to equity ratio (X2) -337,087 1138,369 -,146 -,296 ,782 ,987 1,014

a. Dependent Variable: Perubahan laba (Y)

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dengan melihat nilai

tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Semakin kecil nilai tolerance dan

semakin besar VIF maka semakin mendekati terjadinya masalah multikolinearitas.

Dalam kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa jika tolerance lebih dari 0,1

dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Berdasarkan dari hasil data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa data pada

variabel independen antara perputaran persediaan (X1) dan debt to equity ratio

98

nilai VIF antara perputaran persediaan (X1) dan debt to equity ratio (X2) sebesar

1,014 dikarenakan signifikansi <10, maka sehingga tidak terjadi multikolinearitas.

c) Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Pengujian asumsi heteroskedastisitas ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah variasi residual absolut sama atau simetrik atau tidak sama atau bahkan

tidak simetrik untuk semua pengamatan (variabel independen).

Berdasarkan pengujian asumsi heteroskedastisitas yang dilakukan terhadap

perputaran persediaan dan rasio hutang, maka diperoleh hasil output dengan

menggunakan program SPSS 18 for windows yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas

Correlations Perputaran persediaan (X1) Debt to equity ratio (X2) ax1 ax2 Perputaran persediaan (X1) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N 1 7 ,116 ,402 7 ,045 ,462 7 -,239 ,303 7 Debt to equity ratio (X2) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N ,116 ,402 7 1 7 256 ,290 7 ,000 ,500 7 ax1 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N ,045 ,462 7 .256 ,290 7 1 7 ,915** ,002 7 ax2 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N -,239 ,303 7 ,000 ,500 7 ,915** ,002 7 1 7 **. Correlation is significant at the 0,01 level (1-tailed).

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi > 0,05 maka tidak ada

99

residualnya (variabel independen diluar variabel independen yang di hitung), dan

jika signikansi < 0,05 maka ada hubungan yang simetrik antara variabel yang

menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya (variabel independen diluar

variabel independen yang di hitung).

Berdasarkan dari hasil data yang berada di atas dapat diartikan sebagai

berikut :

1. Data pada variabel perputaran persediaan (X1) terhadap variabel absolut

debt to equity ratio (aX2) memiliki nilai signifikansi 0,303 dikarenakan

signifikansi > 0,05 maka tidak ada hubungan yang simetrik antara variabel

yg menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya (variabel independen

diluar variabel independen yang di hitung).

2. Data pada variabel debt to equity ratio (X2) terhadap variabel absolut

perputaran persediaan (aX1) memiliki nilai signifikansi 0,290 dikarenakan

signifikansi > 0,05 maka tidak ada hubungan yang simetrik antara variabel

yg menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya (variabel independen

diluar variabel independen yang di hitung).

Untuk lebih jelas dalam mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan

melihat pola titik-titik pada scatterplot regresi. Jika titik-titik menyebar dengan

pola yang tidak jelas diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas.

Berdasarkan pengujian asumsi heteroskedastisitas yang ada pada scatterplot

yang dapat dilihat pada hasil gambar output regresi yang dilakukan dengan

100

Gambar 4.6

Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas

Berdasarkan dari scatterplot yang ada di atas dapat diketahui bahwa titik-titik

menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu

Y maka pada model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

d) Uji Asumsi Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dasi residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun

waktu. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya maslah autokorelasi.

Dampak yang diakibatkan dengan adanya masalah autokorelasi yaitu varian

101

Berdasarkan pengujian asumsi autokorelasi yang ada pada model summary yang

dapat dilihat pada output regresi yang dilakukan pada perhitungan SPSS 18 for

windows yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,186a ,034 -,448 20769,604 1,738

a. Predictors: (Constant), Debt to equity ratio (X2), Perputaran persediaan (X1) b. Dependent Variable: Perubahan laba (Y)

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai statistik Durbin-Watson (DW) =

1,738, sementara dari tabel d pada tingkat kekeliruan 5% untuk jumlah variabel

bebas = 2 dan jumlah pengamatan n = 7 diperoleh batas bawah nilai tabel (dL) =

0,467 dan batas atasnya (dU) = 1,896. Karena nilai Durbin-Watson model regresi

(1,738) berada disebelah kiri dU (1,896) dan 4-dU (2,104), maka terjadi keragu-

raguan pada hasil model regresi ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar dibawah ini :

Gambar 4.7

Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi

Ho ditolak autokorelasi

Keragu- raguan

Ho diterima Tidak ada autokorelasi

Keragu- raguan Ho ditolak autokorelasi dL = 0,467 dU = 1,896 4- dU = 2,104 1,738 4- dL = 3,533

102

Dikarenakan dalam model regresi ini terjadi keragu-raguan maka oleh sebab

itu harus dilanjutkan dengan uji runs test agar hasilnya dapat diketahui.

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Runs Test

Runs Test

Perputaran persediaan (X1)

Debt to equity ratio (X2)

Perubahan laba (Y) Test Valuea

Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

124,10b 6 1 7 2 -,474 ,635 91b 6 1 7 2 -,474 ,635 95913b 6 1 7 2 -,474 ,635 a. Mode

b. There are multiple modes. The mde with the largest data value is used.

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai asysmtotic significant

value dari hasil uji run test perputaran persediaan (X1), debt to equity ratio (X2),

dan perubahan laba (Y) masing-masing variabel memiliki nilai yang sama yaitu

sebesar 0,635 > 0,05, maka hal ini dapat diartikan bahwa tidak terjadi

autokorelasi. Hasil yang diperoleh diketahui bahwa tidak ada masalah

autokorelasi dalam model regresi yang diperoleh.

Karena keempat asumsi regresi terpenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa

hasil estimasi model regresi variabel antara perputaran persediaan dan rasio

hutang (leverage) terhadap perubahan laba dapat disimpulkan dari setiap hasil uji

asumsi klasik yang diperoleh dari model regresi dapat dianggap sudah

103

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis linier regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan atau

diturunkan. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh perputaran persediaan dan rasio hutang (leverage) terhadap

perubahan laba pada PT Aqua Golden Missisippi Tbk Tahun 2003-2009 secara

parsial. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Perubahan Laba = a + b1 (Perputaran Persediaan) + b2 (DER)

Untuk menggunakan rumus persamaan tersebut sebelumnya dilakukan

perhitungan nilai-nilai dari perputaran persediaan dan rasio hutang (leverage)

terhadap perubahan laba pada PT Aqua Golden Missisippi Tbk Tahun 2003-2009.

Berdasarkan pengujian analisis regresi linier berganda yang ada pada

cofficients yang dapat dilihat pada output regresi yang dilakukan pada perhitungan

SPSS 18for windows yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) 92751,016 90590,866 1.024 ,364

Perputaran persediaan (X1)

83,067 310,197 ,132 ,268 ,802 ,115 ,133 ,132

Debt to equity ratio (X2) -337,087 1138,369 -,146 -,296 ,782 -,131 -,146 -,145

a. Dependent Variable: Perubahan laba (Y)

104

Berdasarkan hasil output dari pengolahan data menggunakan program SPSS

18for windows diatas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 92751,016 + 83,067X1 + (-337,087) X2 arti dari nilai α, β1 dan β2 tersebut

ialah :

α = 92751,016 ini mempunyai arti bahwa jika perputaran persediaan dan debt to equity ratio nilainya adalah 0, maka nilai Y (perubahan laba) akan menunjukkan

tingkat sebesar 92571,016 % atau dalam arti lain jika tidak ada perputaran

persediaan dan debt to equity ratio maka perubahan laba akan merniliki nilai

sebesar 92571,016 %.

β1 = 83,067 ini menunjukkan koefisien regresi variabel perputaran persediaan arah

regresi positif, dimana setiap perubahan sebesar 1 % pada nilai X1 (perputaran

persediaan) maka nilai Y (perubahan laba) akan berubah sebesar 83,067 %.

β2 = -337,087 ini menunjukkan koefisien regresi variabel debt to equity ratio arah

regresi negatif debt to equity ratio, dimana setiap perubahan sebesar 1 % pada

nilai X2 (debt to equity ratio) maka nilai Y (perubahan laba) akan berubah sebesar

-337,087 %.

Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa diantara kedua variabel tersebut

mempunyai hubungan linear. Tanda positif pada koefisien regresi β1 artinya setiap

kenaikan nilai perputaran persediaan akan menaikkan nilai perubahan laba. Tanda

negatif pada koefisien regresi β2, artinya setiap penurunan debt to equity ratio

akan menyebabkan penurunan nilai perubahan laba. Nilai koefisien regresi α yang positif juga menunjukan bahwa grafik linear dimulai dari titik 92751,016 yang

105

Dokumen terkait