• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. Pengaruh Produktivitas Tanaman Pangan terhadap Pengembangan Wilayah

Produktivitas pertanian tanaman pangan (padi dan palawija) dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kemampuan berproduksi dalam satu satuan luas. Namun secara luas produktivitas diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dengan menggunakan segala potensi sumber daya yang ada disertai dengan kemampuan untuk meminimumkan segala resiko yang dapat memperkecil pendapatan tersebut

dalam satu satuan periode yang dibutuhkan. Hubungan antara produksi yang dihasilkan dengan pendapatan yang akan diterima petani sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari technical system maupun management system sebelum pertanaman maupun setelah panen.

Usaha peningkatan produksi padi sawah di Indonesia pada dasarnya ditempuh secara bersama-sama dengan dua cara yaitu: 1) Peningkatan hasil tiap satuan luas (Intensifikasi), 2) Perluasan areal tanaman (Ekstensifikasi). Di Kabupaten Serdang Bedagai peningkatan produktivitas lahan pada umumnya diutamakan pada 1) perbaikan di bidang teknologi pertanian untuk meningkatkan daya produksi tanaman 2) mengusahakan cara bertanam baru yang memungkinkan sebidang tanah menghasilkan lebih dari satu macam tanaman pada waktu yang sama misalnya pertanaman Tumpang Sari.

Dalam pembangunan pertanian, peningkatan produksi seringkali diberi perhatian utama. Namun ada batas maksimal produktivitas ekosistem. Jika batas ini ini dilampaui ekosistem akan mengalami degradasi dan kemungkinan akan runtuh sehingga hanya sedikit orang yang bisa hidup dengan sumber daya yang tersisa (Kanisius, 1999).

Produktivitas merupakan hasil per satuan luas lahan, tenaga kerja, modal (misalnya ternak, uang), waktu atau input lainnya (misalnya uang tunai, energi air dan unsur hara). Di negara pertanian maju cenderung mengukur produktivitas usaha tani menurut total biomassa, hasil komponen-komponen tertentu (misalnya gabah, jerami,

kandungan protein), hasil ekonomis atau keuntungan, dan seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil per satuan luas lahan.

Peningkatan produktivitas tanaman pangan secara tidak langsung mempunyai pengaruh pengembangan wilayah seperti bertambahnya lahan-lahan pertanian, bertambahnya rumah-rumah baru dan bertambahnya jumlah kendaraan di kecamatan tersebut, munculnya kesadaran dari masyarakat setempat untuk kembali ke desa setelah menamatkan kuliahnya khususnya kuliah di jurusan pertanian. Hal ini terbukti dari pengamatan di lapangan banyaknya sarjana pertanian yang menjadi pengurus koperasi, industri pengolahan bahkan langsung menjadi pemilik lahan pertanian. Dari hasil wawancara di lapangan, hanya ada 2 orang sarjana yang terlibat dalam usaha tani meningkat menjadi 6 orang. Dari kontribusi pemikiran mereka akhirnya prinsip-prinsip pengelolaan koperasi, industri pengolahan dan lahan pertanian menjadi semakin lebih baik dan lebih maju. Hal ini sejalan dengan pemikiran Saragih (2001) bahwa pembangunan wilayah atau regional sebagai komoditas basis, yang dihasilkan secara berlebihan yang digunakan oleh masyarakat dalam suatu wilayah tertentu sehingga kelebihan tersebut dapat dijual keluar wilayah tersebut. Sebagai akibat upaya transfer keluar tersebut terciptalah kegiatan-kegiatan pendukung yang dapat meningkatkan nilai tambah serta memperluas komoditas dan kesempatan kerja (multiplier effect). Dengan demikian komoditas basis tersebut akan menjadi value

added bagi suatu wilayah.

Dari Tabel 4.12 di bawah ini mulai tahun 2002 sampai dengan 2007 terlihat adanya kecenderungan peningkatan luas panen, produksi maupun produktivitas

tanaman padi sawah. Peningkatan ini diperkirakan terjadi akibat adanya pembinaan kepada petani sehingga meningkatkan produksi.

Selain itu peningkatan luas panen diakibatkan adanya pembukaan lahan-lahan sawah potensial baru yang selama ini belum terjamah dan terkelola dan menjadikannya lahan-lahan sawah pertanian beririgasi maupun non irigasi.

Tabel 4.12. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah 2002-2007

Tahun Luas Panen Produksi (Ton) Rata-Rata Produksi (Kw/Ha) Sumber 2002 58.506 266.237 45,5 2003 66.352 340.454 51,3 2004 64.855 296.410 45,7 2005 67.316 310.797 46,17

Serdang Bedagai Dalam Angka 2006

2006 75.559 334.704 46,90 Serdang Bedagai Dalam

Angka 2007

2007 75.559 364.376 48,22 Serdang Bedagai Dalam

Angka 2008

Adanya kebijakan pemerintah untuk menempatkan lahan pertanian abadi, pemanfaatan dan pemberdayaan petani melalui program-program pemerintah seperti jaringan irigasi desa, dan jalan usaha tani, perbaikan infrastruktur pertanian seperti pembangunan lembaga usaha ekonomi bersama dan lumbung-lumbung desa adalah dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai.

Namun dari hasil survei terlihat bahwa adanya peningkatan produktivitas tidak langsung secara signifikan memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, hal ini disebabkan rendahnya harga gabah dan cenderung

dipermainkan pedagang pengumpul pada saat panen raya dan tingginya input produksi lainnya seperti pupuk, pestisida. Hal ini tentunya merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah baik pemerintah pusat, propinsi dan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu dengan berperannya kembali lembaga/badan urusan logistik (Bulog dan Dolog) dan koperasi.

Dari sisi produktivitas pertanian tanaman pangan, dengan penghasilan produksi padi rata-rata hampir mencapai 5 ton per ha seharusnya dapat memberikan kontribusi menambah PAD bagi Kabupaten Serdang Bedagai, namun karena banyaknya petani padi yang langsung menjual gabahnya lewat agen di Deli Serdang atau Serdang Bedagai sehingga PAD yang dihasilkan kelihatan sedikit. Dari hasil wawancara yang dilakukan hal ini disebabkan minimnya pabrik pengolahan padi di lokasi, adanya petani yang sudah terhutang kepada pedagang pengumpul pada saat mulai bercocok tanam dan keterbatasan layanan pendukung lainnya serta mental petani yang tidak terbiasa meningkatkan nilai jual gabah/beras.

Saragih (2001) mengatakan pengembangan wilayah yang strategis untuk dikembangkan adalah dengan mengintegrasikan antar wilayah dengan pengembangan agrobisnis yang merupakan paradigma baru pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian yaitu: subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis usaha tani, subsistem agribisnis hilir dan subsistem jasa layanan pendukung. Dalam hubungan dengan pembangunan wilayah akan tercipta keunggulan komparatif dari setiap wilayah melalui pengembangan subsistem agribisnis. Usaha tani padi di Kabupaten Serdang

Bedagai memiliki keunggulan komparatif artinya pembangunan wilayah pertanian terkait erat dengan penggunaan sumber daya agribisnis secara efisien dan optimal berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif.

Selanjutnya guna mencegah terjadinya pengurangan dan pengalihan fungsi lahan pertanian terutama pertanian beririgasi, ketaatan pemerintah, swasta dan masyarakat terhadap rencana tata ruang mutlak diperlukan sehingga posisi Kabupaten Serdang Bedagai sebagai salah satu penyuplai beras di Propinsi Sumatera Utara dapat dipertahankan. Dari hasil wawancara kepada instansi terkait didapat data bahwa telah ditetapkan aturan-aturan yang mendukung ke arah pengendalian fungsi lahan beririgasi, adanya mekanisme insentif dan disinsentif bagi petani dalam mengelola lahan pertaniannya.

Pemanfaatan kelembagaan-kelembagaan yang ada pada petani seperti kelompok tani, P3A/GP3A dan IP3A semakin ditingkatkan pemberdayaannya melalui pembinaan oleh penyuluh pertanian lapangan dan juru pengairan guna menciptakan pengelolaan irigasi partisipatif dan gerakan pembangunan swadaya masyarakat (GERBANGSWARA).

Akhirnya Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai perlu memberikan fasilitas-fasilitas dan kebijakan-kabijakan yang mendorong berkembangnya tanaman pangan khususnya padi sawah di Kabupaten Serdang Bedagai agar perkembangan ekonomi daerah dapat optimal baik dari segi pertumbuhan, perluasan kesempatan kerja maupun dalam memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pelestarian sumber daya daerah.

Hakikat pengembangan wilayah dalam bidang pertanian adalah menciptakan ketahanan pangan bagi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu dengan mengerahkan segala kemampuan dalam meningkatkan produksi, mengolah hasil produksi sehingga dapat meningkatkan harga produksi padi sawah dan nilai jual serta menyediakan stok kebutuhan masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai dan sekitarnya. Selain itu, dampak yang dirasakan adalah meningkatnya pendapatan masyarakat dan berkurangnya angka kemiskinan masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai.

BAB V

Dokumen terkait